2 TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO (2012), demensia adalah sebuah sindrom kelainan pada otak,
berlangusng kronis atau progresif, dimana terjadi gangguan satu atau beberapa
gangguan korteks termasuk fungsi memori, pemikiran, orientasi, komprehensi,
kalkulasi, kemampuan belajar, bahasa dan penilaian. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder-5 (2013) mendefinisikan demensia sebagai
penurunan kognitif yang signifikan dan penurunan tersebut mengganggu
kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. PERDOSSI (2015)
mendefinisikan demensia sebagai
Demnesia yang terjadi pada tahapan awal sering dianggap sebagai tanda
normal penuaan sehingga sering diabaikan. Gejala muncul pada tahun-tahun
pertama demensia. Gejala yang dapat muncul adalah:
3
Sangat mudah untuk lupa, bahkan untuk kejadian yang baru saja terjadi
Kesulitan untuk berkomunikasi seperti kesulitan untuk menemukan kata-
kata
Dapat tersesat di tempat yang biasa dikunjungi
Kesulitan mengingat hari, tanggal, bulan, bahkan tahun.
Kesulitan dalam memutuskan keputusan dan mengelola keuangan sendiri
Kesulitan dalam melakukan pekerjaan rumah kompleks seperti memasak
Perubahan suasana hati dan perilaku. penderita demensia dapat menjadi
sangat tidak aktif dan tidak bersemangat, dapat menjadi sangat cemas
maupun depresi, dan dapat menjadi sangat marah dan agresif pada saat
tertentu.
Pada tahapan ini, gejala demensia makin nampak dan makin dapat
dibedakan. Gejala biasanya muncul pada tahun kedua sampai tahun keempat masa
demensia. Gejala-gejala yang nampak adalah:
4
Pada tahap akhir demensia, penderita makin jelas menunjukkan gejala
demensia. Penderita makin tergantung pada orang sekitar dan semakin tidak aktif.
Gangguan memori sangat terlihat dan gangguan fisik sangat terlihat. Gejala
demensia tahap akhir terjadi pada tahun keempat atau lebih. Gejala-gejala tersebut
adalah:
a) Demensia Alzheimer
Demensia Alzheimer disebabkan oleh penurunan fungsi progresif korteks
dan hipokampus akibat penyakit neurodegeneratif. Demensia Alzheimer
merupakan penyebab 60-70% demensia. Demensia Alzheimer ditandai oleh
penurunan kemampuan kemampuan memori episodik dan fungsi kortikal lain.
Gangguan motorik tidak ditemukan kecuali pada tahap akhir penyakit. Gangguan
perilaku dan ketergantungan dalam aktivitas hidup keseharian menyusul gangguan
memori episodik mendukung diagnosis penyakit ini. Penyakit ini mengenai
terutama lansia (>65 tahun) walaupun dapat ditemukan pada usia yang lebih
muda.
b) Demensia Vaskuler
5
Demensia vaskuler merupakan defisit kognisi yang luas mulai dari
gangguan kognisi ringan sampai demensia yang dihubungkan dengan faktor risiko
vaskuler. Demensia vaskuler disebabkan oleh infark tunggal strategi, demensia
multi-infark, lesi kortikal iskemik, stroke perdarahan, gangguan hipoperfusi,
gangguan hipoksik dan demensia tipe campuran (PA dan stroke / lesi vaskuler).
Demensia vaskuler merupakan jenis demensia kedua terbanyak setelah demensia
Alzheimer (10 persen dari seluruh penderita demensia). Gejala yang tampak pada
demensia vaskuler adalah: 1) penurunan fungsi kognitif yang mendadak; 2)
kemunduran intelektual setapak demi setapak; 3) terdapat gangguan pembuluh
darah pada saat anamnesis; 4) adanya gangguan neurologis fokal dan 5) pada
pemeriksaan obyektif ada kelainan neurologis (Bachrudin, 2016 : 394).
d) Demensia Frontotemporal
6
dementia/EOD) sebelum umur 65 tahun dengan rerata usia adalah 52,8 - 56 tahun.
Demensia Frontotemporal (DFT) disebabkan oleh atrofi pada korteks frontal dan
lobus temporal. Karakteristik klinis berupa perburukan progresif perilaku dan atau
kognisi pada observasi atau riwayat penyakit. Gejala yang menyokong yaitu pada
tahap dini (3 tahun pertama) terjadi perilaku disinhibisi, apati atau inersia,
kehilangan simpati/empati, perseverasi, steriotipi atau perlaku kompulsif/ritual,
hiperoralitas/perubahan diet dan gangguan fungsi eksekutif tanpa gangguan
memori dan visuospasial pada pemeriksaan neuropsikologi.
Selain jenis demensia di atas, Bahrudin (2016) juga membagi beberapa jenis
demensia tambahan yaitu:
f) Demensia penyakit Wernicke
7
istirahat, bradiknesia, rigiditas dan ketidakstabilan postur. Gejala demensia dapat
muncul lama setelah gejala penyakit Parkinson.
8
defisit kolinergik sehingga plak tersebut berisi deposit protein yang disebut -
amyloid. Amyloid adalah istilah umum untuk fragment protein yang diproduksi
tubuh secara normal. Beta-amyloid adalah fragment protein yang terpotong dari
suatu protein yang disebut amyloid precursor protein (APP), yang dikatalisis oleh
-secretase. Pada otak orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan
tereliminasi.
9
parientalis. Kehilangan kemampuan membaca dan berhintung berhubungan
dengan lesi di hemisfer serebri dominan bagian posterior. Gangguan menggambar
dan membangun bentuk sederhana dan kompleks dengan balok, tongkat, serta
mengatur gambar, biasanya terjadi bila terdapat lesi di lobus parientalis hemisfer
serebri nondominan.
Demensia Lewy body disebakan oleh munculnya Lewy Bodies terbuat dari
protein yang bernama alpha-synuclein. Pada otak yang sehat, protein ini
memegang beberapa peranan penting pada sel-sel otak atau neuron, terutama pada
sinaps dimana sel-sel otak mengadakan komunikasi satu sama lainnya. Pada DLB,
alpha-synuclein membentuk suatu gumpalan didalam neuron yang berada di
seluruh otak. Proses ini akan dapat menyebabkan neuron-neuron tersebut bekerja
tidak efektif dan kemudian mati. Aktivitas zat-zat kimia di dalam otak juga akan
terpengaruh. Akibatnya adalah kerusakan yang tersebar luas pada beberapa bagian
tertentu dari otak dan adanya penurunan kemampuan yang dipersarafi oleh region
tersebut.
10
Lewy body dapat mempengaruhi beberapa region di otak pada pasien
dengan DLB, yaitu:
1. Korteks serebri, dimana bagian ini mengontrol banyak fungsi, termasuk
diantaranya adalah pemrosesan informasi, persepsi, pikiran, dan bahasa
2. Korteks limbik, yang memegang peranan penting dalam hal emosi dan
perilaku
3. Hippocampus, yang penting dalam pembentukan memori baru
4. Otak tengah atau midbrain, termasuk substansia nigra, yang ikut berperan
dalam hal pergerakan
11
daerah substansia grisea sehingga mengakibatkan penurunan neuron dan gliolisis
sehingga menurunknan fungsi memori dan kognisi secara drastis.
12
Subjek yang dicurigai memiliki gangguan perilaku saat dilakukan
pemeriksaan oleh dokter pada saat pemeriksaan, walaupun subjek tidak
mengeluhkan adanya keluhan kognitif atau memori
Subjek yang memiliki risiko tinggi demensia (adanya riwayat keluarga
dengan demensia)
Pasien dengan demensia memerlukan anamnesis mendalam tentang baik
dari perilaku penyakit, riwayat obat, kelainan neurologis atau kelainan psikiatrik
di masa lalu. Informasi tersebut harus di gali secara mendalam sebelum mulai
melakukan berbagai pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnosis
penyebab demensia yang tepat. Perolehan informasi baik dari pasien dan keluarga
pasien menjadi sangat penting karena dapat menjadi salah satu pertimbangan
diagnosis penyebab dari demensia (Galvin et. al, 2012). Berikut adalah
pertanyaan-pertanyaan yang penting yang disampaikan pada anamnesis pada
keluarga pasien menurut Galvin, et. al (2012) untuk menggali riwayat penyakit
terdahulu:
Apakah penyakit yang diderita pasien sekarang?
Apakah pasien mengonsumsi obat yang menyebabkan gangguan demensia
seperti untuk benzodiazepin, obat antikolinergik dan lain-lain?
Apakah pasien terpapar logam berat?
Apakah pasein mengalami riwayat penyakit jantung, stroke atau penyakit
pembuluh darah lain?
Apakah pasien mengalami cedera kepala akhir-akhir ini?
Apakah ada riwayat kejang?
Pemeriksaan fisik neurologis juga diperlukan untuk menilai adanya kelainan
fisik dan defisit neurologis untuk menegakkan diagnosis.
13
tingkatan pelayanan mulai dari tingkat pelayanan 1 (puskesmas) sampai tingkat
pelayanan kesehatan 3 (klinik memori). Penilaian demensia disini hanya dibahas
sampai tingkatan penilaian pelayanan kesehatan tingkat 2 (rumah sakit)
Gamb
ar 2.5 Algoritma penilaian demensia di pelayanan kesehatan tingkat 1
14
Gambar 2.6 Mini Mental State Examination (MMSE)
15
Hasil skoring kemudian dijumlahkan untuk melihat tingkat demensia
pasien. Pembagian tingkatan demensia dibagi sesuai dengan tabel di bawah ini.
16
Setelah mengetahui tingkat demensia, maka dapat dilakukan rujukan ke
faskes tingkat yang lebih tinggi atau diterapi kemudian dievaluasi 6 bulan lagi
(PERDOSSI, 2015). Rujukan dapat dilakukan apabila terdapat beberapa penyulit
dari demensia itu sendiri. Berikut adalah tabel beberapa penyulit dari demensia
sehingga pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih baik.
17
Gambar 2.8 Algoritma penilaian Demensia di fasilitas kesehatan tingkat 2
18
Montreal Cognitive Assessment (Mo-CA) yang lebih spesifik dan sensitif
digunakan untuk mendeteksi adanya demensia ringan hingga demensia Alzheimer.
19
2.4.3 Kriteria Diagnosis Demensia
a) Demensia Alzheimer
20
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi,insomnia,inkontinensia,delusi,
halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan penurunan berat
badan
- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit tahap
lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan melangkah
- Kejang pada penyakit yang lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi
tidak cocok adalah:
- Onset yang mendadak dan apolectic
- Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit
lapang pandang,dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit;dan kehang atau
gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit
b) Demensia Vaskuler
Pedoman diagnostik untuk menentukan demensia vaskular antara lain :
21
Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan dan lingkungan.
Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan
gangguan berpikir abstrak, menganalisis masalah, gangguan
pertimbangan, afasia, apraksia, kesulitan konstruksional, dan perubahan
kepribadian.
Kesadaran masih baik.
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat
hilangnya daya ingat, gangguan daya berpikir, gejala neurologis daya
ingat, gangguan daya berpikir, gejala neurologis fokal). Titik (insight)
dan daya nilai (judgment) secara relative tetap baik.
Awitan yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai gejala
neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia
vaskuler.
Pedoman diagnostik untuk demensia vaskuler awitan akut : Biasanya
terjadi secara cepat sesudah serangkaian stroke akibat thrombosis
serebrovaskuler, embolisme, atau perdarahan. Pada kasus yang jarang,
satu infark yang besar dapat menjadi penyebab.
Halusinasi visual
Penurunan kognisi yang berfluktuasi
Penyakit Parkinson
d) Demensia Frontotemporal
Demensia frontotemporal sering terjadi pada usia 50-60 tahun. gejala khas yang
dapat menjadi kriteria diagnosis yaitu
22
Terjadi perilaku disinhibisi, apati atau inersia, kehilangan
simpati/empati, perseverasi, steriotipi atau perlaku kompulsif/ritual,
hiperoralitas/perubahan diet
Gangguan fungsi eksekutif ditandai dengan kesulitan menemukan kata-
kata dan kesulitan dalam membuat kalmiat percakapan.
e) DemensiaTipe Campuran
Diagnosis demensia tipe wernicke ditandai dengan trias tanda khas yaitu
kelemahan, nyeri lidah, parasthesia dan serum vitamin B12 (kobalamin) kurang
dari 59 pmol/L
Semakin dini penderita demensia segera diterapi, maka hasilnya akan lebih
baik. Pengobatan awal pada demensia menghasilkan prognosis yang baik dengan
penderita yang diterapi lebih awal hanya 6-10 persen saja yang berlanjut menjadi
Alzheimer disease (Peterson et. al, 2009). Evaluasi pasien perlu dilakukan setiap 6
bulan sekali setelah terapi farmokologi dimulai. Terapi farmakologis yang dipakai
pada tatalaksana demensia yaitu:
23
penggunaanya pada seluruh demensia tingkatan ringan sampai sedang.
Sedangkan Donezepil diperbolehkan penggunaannya pada seluruh demesia
tingkatan berat. Penggunaan golongan kholinesterase inhibitor perlu diawasi
dengan ketat pada penderita demensia vaskuler. Penggunaan kholinesterase
inhibitor sesuai dengan tabel di bawah ini
Obat Sediaan Dosis Titrasi Contoh jadwal
Awal titrasi
Donepezil Tablet 2.5 Naikan 2.5 mg
(5mg, 5mg satu hingga 5 mg
10mg) kali 10mg/ 10mg
sehari hari
setelah
4-8
minggu
Rivastigmine Patch 4.6mg/2 Naikan 4.6mg/24 jam
(4.6mg/24h, 4 jam hingga 9.5mg/24 jam
9.5mg/24h) satu kali 9.5 (ditempel di
sehari mg/24 badan)
jam
setelah 4
minggu
Galantamine Tablet 4mg dua Naikan 4 4mg (dua kali
(4mg, 8mg) kali mg dua sehari)
PR Capsule sehari, kali 8mg (dua kali
*(16 mg) sesudah sehari sehari) atau 16
makan setiap 2- mg PRC (sekali
4 sehari)
minggu,
hingga
16 mg
per hari
24
penderita demensia vaskuler. Penggunaan memantine digunakan dengan dosis
5mg sekali sehari. Dosis dinaikan 5 mg tiap 1-2 minggu hingga 10 mg dua kali
sehari.
3. Terapi suplemen
Terapi suplemen vitamin seperti asam lemak omega 3, asam folat, vitamin B1
dan vitamin E tidak disarankan pada penderita demensia karena tidak
mengandung manfaat klinis (PERDOSSI, 2015). Penggunaan suplemen
diindikasikan apabila terjadi defisiensi kedua vitamin tersebut. Terapi suplemen
yang dapat digunakan adalah ekstrak Ginkgo Biloba EGb761 240 mg/hari.
Terapi ekstak Ginkgo Biloba dapat dipertimbangkan sebagai opsi terapi
simptomatis demensia apabila terapi inhibitor kolinesterase atau memantin
tidak memberikan efek terapi atau intoleran terhadap efek sampingnya.
25
d) Efek samping dari pengobatan
e) Riwayat penyakit individu
f) Faktor Psikososial
g) Faktor Lingkungan Fisik
26
adanya perbaikan fungsi memori pada penderita demensia setelah
mengikuti aktivitas fisik maupun olahraga.
Program rehabilitasi daya ingat
Program rehabilitasi daya ingat bertujuan untuk mempertahankan
kemampuan penderita dalam memelihara fungsi kognitifnya. Program
pelatihan rehabilitasi daya ingat pada penderita demensia adalah terapi
orientasi realitas dan reminiscene. Terapi Orientasi Realitas merupakan
terapi yang berdasarkan konsep: mengatakan sesuatu secara terus-
menerus dan berulang atau menunjukkan pengingat tertentu kepada orang
yang mengalami kehilangan memori ringan hingga sedang dapat
menghasilkan peningkatan interaksi dengan orang sekelilingnya dan
meningkatkan orientasi. Terdapat dua jenis Terapi Orientasi Realitas
(TOR), yaitu TOR 24 jam dan TOR formal/kelas. Terapi Orientasi Realitas
dilakukan oleh professional dan orang yang terlatih dapat meningkatkan
kemampuan penderita dalam fungsi kognisi dan perilaku. Terapi
Reminiscence dilakukan pada penderitademensia dengan gangguan
perilaku dan psikologis. Terapi Reminiscence melibatkan diskusi tentang
kegiatan, peristiwa, dan pengalaman masa lalu, dengan orang lain atau
sekelompok orang. Terapi ini sering menggunakan alat bantu berupa
video, gambar, arsip, dan buku kisah hidup. Penelitian yang dilakukan
menunjukkan beberapa hasil yang signifikan, yaitu: peningkatan kognitif
dan suasana hati dalam 4-6 minggu setelah terapi, caregiver berpartisipasi
dengan anggota keluarga pasien demensia pada kelompok reminiscence
melaporkan adanya indikasi peningkatan kemampuan fungsi kognitif.
Terapi manajemen perilaku
Terapi manajemen perilaku bertujuan untuk mengurangi gejala gangguan
perilku dan gangguan psikiatri pada penderita. Terapi yang dapat
dilakukan adalah terapi musik, validasi, pijat dan sentuhan, aromaterapi,
dan terapi cahaya. Terapi musik pada penderita demensia dapat
mengurangi gejala gelisah dan mood penderita dengan cara menyanyi
bersama, memainkan musik bersama dan memutar latar belakang musik.
27
Menyanyi bersama dapat memperbaiki suasana hati penderita dan perawat.
Bermain musik bersama dapat diketahui dapat membantu seseorang
menemukan ekspresi diri, pencapaian, dan makna hidup. Terapi kedua
adalah terapi validasi yaitu sebuah pendekatan untuk berkomunikasi
dengan lansia yang disorientasi, yang merasakan berada pada waktu dan
tempat tertentu yang nyata menurut mereka, walaupun sebenarnya tidak
sesuai dengan kenyataan. Pijat dan sentuhan dapat mengurangi agitasi
pada penderita demensia. Sedangakan terapi cahaya dengan mempaparkan
penderita dengan cahaya dapat meningkatkan waktu tidur dari penderita
demensia.
Edukasi pada orang sekitar dan penderita demensia
Edukasi pada penderita dan orang yang hidup di sekitar orang yang
demensia sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan hidup pada
penderita demensia. Pendamping dan orang yang hidup di sekitar orang
demensia dapat memperlambat kemungkinan perawatan yang lebih baik.
Pendekatan psikologi pada penderita, pendamping, dan orang disekitar
penderita demensia dapat menunjukkan hasil yang baik dalam mengatasi
masalah depresi pada penderita demensia.
28
BAB. 3 KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Londos, E. 2001. Dementia with Lewy Body: a Clinical and Neuropathological
Approach. Bloms I Lund Tryckeri AB. Lund, Sweden.
Pusat Data dan Informasi. 2016. Situasi Lanjut Usia (LANSIA) di Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
31