Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN DEMENSIA

OLEH

Yani K. Isu

NPM : 61190009

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TIMOR

ATAMBUA

2022
1. Pengertian

World Health Organisation (WHO, 2019) mengatakan demensia adalah


sindrom, biasanya bersifat kronis atau progresif dimana ada penurunan fungsi
kognitif (kemampuan untuk memproses pemikiran) di luar apa yang mungkin
diharapkan dari penuaan normal. Demensia dapat mempengaruhi memori,
pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan
penilaian. Demensia adalah istilah umum yang mengacu pada disfungsi otak
progresif dan degeneratif, termasuk kemunduran dalam memori, konsentrasi,
keterampilan bahasa, dan penalaran yang mengganggu fungsi sehari- hari
seseorang (Mauk, 2010). Demensia adalah gangguan atau kehilangan
kemampuan mental, terutama dari kemampuan untuk mengingat, tetapi juga
termasuk gangguan pikiran, ucapan, penilaian, dan kepribadian (Edwards,
2013).

2. Etiologi

Edwards (2013) mengatakan penyebab dari demensia adalah:

a. Degenerasi neuronnal atau gangguan multifokal

b. Penyakit vaskuler atau keadaan lanjut usia pada orang tua

c. Faktor usia

Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena


pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali mejalankan kehidupan
sehari-hari yang normal. Keadaan yang secara potensial reversible atau yang
bisa dihentikan seperti :
a. Intosikasi (obat, termasuk alkohol dan lain-lain)

b. Infeksi susunan saraf pusat

c. Gangguan metabolic.

d. Gangguan vaskuler (dimensia multi-infark)

Penyebab dari demensia non reversible adalah :


a. Penyakit degenerative :
1) Penyakit alzhemeir

2) Demensia yang berhubungan dengan badan lewy.

3) Penyakit pick.

4) Penyakit hutington.

5) Kelumpuhan supranuktural progresif.

6) Penyakit parkinson dan lain-lain.

b. Penyakit vaskuler

1) Penyakit sorebrovaskuler oklusif.

2) Penyakit binswanger.

3) Embolisme serebral.

4) Arteritis.

5) Anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat


intoksikasi karbon monoksida.
c. Demensia traumatic

1) Perlakuan kranio serebral.

2) Demensia pugilistika.

d. Infeksi

1) Sindrom defisiensi imun depatan (AIDS).

2) Infeksi opportunistic.

3) Penyakit creutzfeld-jacob progresif.

4) Kokeonsefalopati multi fokal progresif.

5) Demensia pasca ensefalitis.


3. Tahapan Demensia

Stanley (2012) mengatakan tahapan demensia adalah:

a) Tahapan awal

Penyakit Alzheimer awal memiliki gejala yang tersembunyi


dan membahayakan, pada kondisi tersebut terjadi demensia
vaskular dengan perubahan-perubahan kognisi yang tiba-tiba.
Hilangnya memori terbaru menyebabkan sulitnya mendapatkan
informasi baru. Perubahan yang akan terjadi seperti perubahan
alam perasaan, gangguan penilaian dan penyelesaian masalah,
kesulitan dengan angka, uang, tagihan, anomia ringan dan menarik
diri.
b) Tahapan pertengahan

Ingatan saat ini dan ingatan masa lampau memburuk selama


demensia tahap pertengahan dan kurangnya penilaian dan
menyebabkan kekhawatiran tentang keselamatan. Gejala antara
lain gangguan memori, anomia, agnosia, afasia, gangguan
penilaian dan penyelesaian masalah yang parah, gangguan
persepsi, kehilangan pengendalian impuls, ansietas, gangguan
kemampuan merawat diri, dan gangguan siklus tidur-bangun.
c) Tahapan akhir

Selama demensia tahapan akhir, Penderita menjadi vegetatif,


tidak bergerak dengan gangguan komunikasi yang parah
(membisu), ketidak mampuan untuk mengenali keluarga dan
teman-teman, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan
waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar atau kecil.
Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.

4. Patofisiologi Demensia

Kemunduran progresif fungsi kognitif dalam ingatan dan


setidaknya satu dari domain kognitif seperti, orientasi,
pengelompokan, bahasa, pemahaman, dan penilaian. Demensia
meningkat dengan bertambahnya usia, dan ada insiden 30% pada
orang yang berusia lebih dari 85 tahun. Sekitar 5 juta orang di
Amerika Serikat menderita demensia, hampir dua kali lebih banyak
orang mengalami gangguan kognitif ringan yang tidak memenuhi
kriteria demensia. Tujuh puluh persen orang di diagnosis dengan
demensia mengidap penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer
merupakan penyebab demensia paling sering, demensia akibat
hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus temporalis,
parientalis, dan frontalis. Tanda histologik adalah adanya beberapa
kekacauan neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan
kekacauan ditemukan dalam otak orang tua yang normal tetapi
meningkat jumlahnya pada penyakit Alzheimer, terutama dalam
hipokampus dan temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin
bertanggung jawab terhadap gangguan ingatan, yang mungkin
sebagian diperantari oleh berkurangnya aktivitas kolinergik.
Perubahan-perubahan ini disertai dengan berkurangnya aliran darah
serebral dan menurunya metabolisme oksigen dan glukosa (Thanavaro,
2017).

5. Manifestasi Klinis

Dickerson (2014) mengatakan bahwa demensia lebih merupakan pada suatu


sindrome, bukan diagnosis, dengan tanda gejala yang muncul adalah :
a. Menurunya gangguan memori jangka pendek dan jangka panjang.
b. Menurunya bahasa (afasia nominal).
c. Pertanyaan yang berulang-ulang.

d. Menurunnya pemikiran dan penilaian.

e. Hilangnya kemampuan hidup sehari-hari (mencuci, memakai


pakaian, mengatur keuangan).
f. Perubahan karakter (menyerang, bejalan-jalan tampa tujuan,
disinhibisi seksual)
g. Apatis, depresi, dan ansietas.

h. Kehilangan minat dalam kegiatan sosial.

i. Kegelisahan di malam hari.

j. Fenomena psikotik, terutama waham kejar (diperburuk dengan sifat


pelupa).
k. Auditorik.

l. Halusinasi visual

6. Klasifikasi

Paniagua (2011) mengatakan klasifikasi demensia sebagai berikut :

1. Demensia kortikal, gejala khas melibatkan memori, bahasa, penyelesaian


masalah, pemikiran dan gejalanya muncul pada :
a. Penyakit Alzheimer (Alzheime’s disease, AD), pada pemeriksaan
makroskopik melalui CT dan MRI didapatkan penyusutan otak,
dengan peningkatan pelebaran sulkus dan pembesaran ventrikel.
Pada pemeriksaan mikroskopik, gambaran utama berupa
hilangnya neuron dan adanya plak amiloid dan kekusutan serat-
serat saraf.
b. Demensia vaskuler
Demensia vaskuler disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat
terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di
otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat
diduga sebagai demensia vaskuler.
c. Demensia badan lewy
Terjadi karena gangguan perhatian, halusinasi viual, dan periode
kebingungan.
d. Demensia frontotemporal
Terjadi karena adanya gangguan otak bagian depan dan bagian
samping (lobus frontal dan temporal) yang dapat menyebabkan
masalah perilaku dan bahasa.
2. Demensia sinilis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan O2
yang menyertainya merupakan penyebab kelainan antomis di otak. Pada
kebanyakan orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti yang terdapat
pada demensia sinilis, tetapi tidak ditemukan gejala-gejala demensia.
3. Demensia presenilis
Seperti namanya, maka gangguan utamanya adalah seperti sebelum masa
sinilis, ada 2 kategori demensia presinilis yaitu :
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer biasanya timbul antara usia 50-60 tahun.
Penyakit ini disebabkan karena adanya degenerasi kortek yang
difus pada otak dilapisan luar, terutama di daerah frontal dan
temporal. Penyakit ini dimulai pelan sekali, tidak ada ciri khas pada
gangguan intelegasi atau pada kelainan perilaku. Terdapat
disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang lebih, kekeliruan, dalam
berhitung, perseverasi (mengulang-ulang kata) dan bila sudah berat
maka penderita tidak dapat dimengerti lagi, ada yang menjadi
gelisah dan hiperaktif.
4. Demensia Subkortikal

Gejala khas meliputi perlambatan psikomotor dan disfungsi


eksekutif terkait dengan gangguan terhadap jalur frontal,
sedangkan gejala kognitif fokal seperti afasia atau agnosia jarang
ada, dan gejalanya muncul pada :
1. Penyakit parkinson.

2. Penyakit hungtinton.

3. Kelumpuhan supranuklear progresif.


7. Karakteristik Demensia
Miller (2012) mengatakan karakteristik Demensia sebagai berikut :
1) Gangguan daya ingat jangka pendek dan panjang

2) Gangguan proses pikir abstrak, misalnya tidak dapat memahami arti


suatu konsep/kata.
3) Gangguan dalam judgement, misalnya tidak mampu mengatasi masalah
dalam pekerjaan, hubungan interpersonal, dan hubungan keluarga.
4) Afasia (gangguan berbahasa), Apraksia (gangguan aktivitas motorik),
Agnosia (gangguan identifikasi objek-objek).
5) Perubahan kepribadian.

6) Aktivitas sosial terganggu.

7) Pola tidur yang terganggu dan tidak konsisten.

8) Komunikasi yang sangat terbatas.

9) Tidak dapat memahami dan mengikuti suatu petunjuk.

10) Tingkat kebersihan diri yang mulai terganggu.

8. Gejala-gejala Demensia
Ferro (2013) mengatakan gejal-gejala yang mungkin dialami oleh lansia adalah :
1) Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

2) Mengabaikan kebersihan diri.

3) Mudah marah dalam kondisi apapun.

4) Mengalami gangguan tidur.

5) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang


makin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan.
6) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang.

7) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah.

8) Menjadi depresi dan menangis tampa alasan yang jelas.

9. Pencegahan dan Perawatan Demensia


Shea (2012) mengatakan Hal yang dapat dilakukan utuk menurunkan resiko
terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak.
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel
otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita
sehat dan aktif.
4. Hindari merokok karena dapat meningkatkan resiko
terjadinya demensia dikemudian hari.
5. Rutin mengontrol tekanan darah karena dapat memicu demensia.

6. Kegiatan rohani dan memperdalam ilmu agama.

7. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan


teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.
8. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita
tetap sehat.
Faktor Genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma Kelainan neurotransmitter

Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parientalis

Degenerasi neuron
koinergik
Kekusutan neurofibrilar yang difus dan Hilangnya serat-serat kolinergik di korteks
plak sinilis cereblum

Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipokampus dan amigdala


Atrofi
otak

Kelainan neurotransmitter
Asetilkolin Penurunan daya ingat, gangguan intelektual, memori, fungsi bahasa, kognitif, perilaku

Demens
Kehilangan kontrol Afasia, ia Penurunan kemampuan merawat diri kehilangan
sosial dan perilaku Disfasia (menurun) kemampuan
Tidak mampu
tidak sehat Hambatan mengidentifikasi menyelesaikan
kehilangan kontrol sosial komunikasi verbal bahasa dan lingkungan masalah
dan perilaku Defisit perawatan diri
i pelupa, apatis, loss
Bingung s Kemenkes Padang
Poltekke
Gangguandeep memori
prose berfikir berfikir abstrak, emosi
Hambatan interaksi sosial
Resiko cedera / gangguan memori
labil
Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, suatu proses


yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Kodim, 2015).
2) Identitas

Identitas klien yang biasanya dikaji nama, alamat, usia, jenis


kelamin, pendidikan, dan pekerjaan (Kodim, 2015).
3) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan demensia


adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan
gerak eksremitas (Muttaqin, 2012)
4) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada anamnesa, pasien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya


ingatan yang baru dan pasien bahkan tidak bisa mengatur buang
air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau
mengenali anggota keluarganya (Muttaqin, 2012)
5) Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya ada riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan


cerebrovaskuler, trauma kepala, dan lain-lain), adanya riwayat
penyakit sistem kardiovaskuler dan riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal, riwayat penyakit sistem persarafan. Obat-obatan
yang pernah dikonsumsi sebelumnya seperti antidepresan atau
opiat yang dapat menyebabkan demensia (Barker, 2012).
6) Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi dan diabetes


melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain
yang dapat mempercepat progresifnya penyakit (Muttaqin, 2012).
7) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari


pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
sistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan
dari klien (Barker, 2012)
1. Keadaan umum

Pasien dengan penyakit Demensia umunya mengalami


penurunan daya ingat. Adanya perubahan pada tanda vital
meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernapasan (Muttaqin, 2012).
a. B1 (Breathing)

Terjadinya gangguan pernapasan seperti hipoventilasi,


berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
b. B2 (Blood)

Hipotensi postural berhubungan dengan efek samping dari


obat yang di konsumsi oleh pasien seperti obat anti
hipertensi.
c. B3 (Brain)

Terjadinya perubahan status kognitif pada pasien demensia.

8) Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran pasien biasanya apatis dan juga tergantung pada


perubahan status kognitif pasien (Barker, 2012).
9) Pemeriksaan fungsi serebri

Biasanya status mental pasien mengalami perubahan yang


berhubungan dengan penurunan status kognitif, terjadinya
penurunan persepsi dan penurunan memori jangka panjang dan
pendek (Muttaqin, 2012).
10) Pola persepsi

Pasien dengan demensia biasanya suka merokok dan merupakan


kebiasaan sehari-hari (Aspiani, 2014).
11) Pola aktivitas

Pasien lebih banyak menghabiskan waktunya hanya berdiam diri


saja, dan jarang melakukan beraktifitas fisik seperti olah raga
(Aspiani, 2014)
12) Pola nutrisi

Pasien biasanya mengalami penurunan nafsu makan minum pasien


akan dengan cepat mengalami dehidrasi yang dapat menyebabkan
kebingungan (Barker, 2012).
13) Pola tidur

Pasien akan mengalami gangguan tidur pada malam hari, sering


terbangun pada malam hari (Nasrullah, 2016)
14) Pola kognitif

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori


meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan
pembau. Pada pasien katarak ditemukan gejala dengan gangguan
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
diruangan gelap. Pengkajian status mental menggunakan table
short portable mental status quisioner (SPMSQ) (Aspiani, 2014).
15) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan konsep diri. Konsep ini menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri (Nasrullah, 2016)
16) Pola Mekanisme Koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress. Biasanya


pasien dengan demensia sering memakai kata-kata yang cepat dan
keras (Nasrullah, 2016).
17) Spritual

Biasanya pasien dengan demensia suka kehilangan apa yang dia


inginkan dan mereka lebih membutuhkan waktu dan ruang untuk
menyendiri (Baker, 2012).
b. Pengkajian INDEKS KAZT (Indeks Kemandirian Pada Aktifitas
Kehidupan Sehari-hari).

Tabel 2.1 Pengkajian Indeks Kazt

Score Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian, dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat


lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
(Sumber : Nasrullah, 2016)
c. Pengkajian Kemampuan Intelektual Menggunakan SPMSQ (Short
Portable Mental Status Quesioner)

Tabel 2.2 Pengkajian Kemampuan Intelektual (SPMSQ)


Pertanyaan Jawaban Benar Salah

Tanggal berapa hari ini ? Tidak tahu √

Hari apa sekarang ? Senin √

Apa nama tempat ini ? Panti jompo √


lansia
Dimana alamat anda ? Tidak tahu √

Berapa umur anda ? Lupa √

Kapan anda lahir ? Tidak tahu √

Siapa presiden Indonesia Tidak tahu √


?

Siapa presiden Indonesia Tidak tahu √


sebelumnya ?
Siapa nama ibu anda ? √
Kurang 3 dari 20 dan Tidak tahu √
tetap pengurangan 3 dari
angka baru, secara
menurun ?
Jumlah 1 9

(Sumber : Nasrullah, 2016)


Interprestasi :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh.

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan.


Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang.
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat.
d. Pengkajian Mini Mental State Examination (MMSE)

tabel 2.3 Pengkajian (MMSE)

No Item Penilaian Benar Salah

(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang ? 1
2. Musim apa sekarang ? 0
3. Tanggal berapa sekarang ? 0
4. Hari apa sekarang ? 0
5. Bulan apa sekarang ? 0
6. Dinegara mana anda tinggal ? 1
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? 1
8. Di Kabupaten mana anda tinggal ? 1
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? 0
10. Di desa mana anda tinggal ? 0
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga objek
11. Karpet 1
12. Sapu 1
13. Sepatu 1
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, misal

“BAPAK”
14. K 1
15. A 1
16. P 1
17. A 1
18. B 1
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 objek diatas.
19. Kayu 0
20. Sandal 0
21. Kain 0
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukan 2 benda minta klien
menyebutkan:
22. Pena 1
23. Jam tangan 1
b. Pengulangan

Minta klien mengulangi 3 kalimat berikut:


24. Tak ada jika, dan, atau tetapi 0
c. Perintah 3 langkah
25. Ambil kertas ! 1
26. Lipat dua ! 0
27. Taruh dilantai ! 0
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata 1
29. Tulis satu kalimat 0
30. Salin gambar 0
JUMLAH 16 14
(Sumber : Aspiani, 2014)

Keterangan:

Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya


kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Kriteria
demensia:
Ringan : 21-30

Sedang : 11-20
Berat : < 10
e. Analisi Data

Analisi adalah kemampuan kognitif dalam pengembangan daya


berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisis data
adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut sesuai konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk
membuat keputusan (Aspiani, 2014).

2. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan


neuromuskuler (D.0109) (SDKI, 2016).
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan
terhadap kemampuan diri mengatasi masalah (D.0096)
(SDKI, 2016).
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan defisiensi
bicara (D.0118) (SDKI, 2016).
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan neuromuskuler (D.0119) (SDKI,2016).
5. Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan
(D.0062) (SDKI, 2016).

3. Rencana keperawatan

Merupkan suatu proses penyusunan berbagai intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah pasien (Gulanick, 2017).
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Dukungan
berhubungan dengan intervensi perawatan diri :
gangguan neuromuskuler. keperawatan 1. Identifikasi
diharapkan defisit kebiasaan
Definisi : tidak mampu perawatan diri aktivitas
melakukan atau teratasi dengan perawatan diri
menyelesaikan aktivitas sesuai usia.
perawatan diri. kriteria hasil : 2. Monitor tingkat
1. Kemampuan kemandirian.
Gejala dan Tanda Mayor mandi 3. Dampingi
meningkat. dalam
Subjektif : melakukan
Menolak melakukan perawatan diri
perawatan diri. 2. Verbalisasi sampai mandiri.
keinginan 4. Jadwalkan
melakukan rutinitas
Objektif : perawatan diri perawatan diri.
a. Tidak mampu meningkat. 5. Anjurkan
mandi dan melakukan
mengenakan perawatan diri
pakaian . 3. Minat melakukan secara
b. Minat perawatan diri konsisten
melakukan meningkat. sesuai
perawatan diri kemampuan.
kurang. Manajemen
Gejala dan Tanda 4. Mempertahankan Demensia :
Minor (tidak tersedia) kebersihan diri. 1. Identifikasi
riwayat fisik,
sosial,
psikologis, dan
kebiasaan.
2. Identifikasi
pola aktivitas.
3. Sediakan
lingkungan
aman, nyaman,
konsisten, dan
rendah
stimulus.
4. Orintasikan
waktu, tempat
dan orang.
5. Gunakan
distraksi untuk
mengatasi
masalah
perilaku.
6. Libatkan
kegiatan
induvidu atau
kelompok
sesuai
kemampuan
kognitif dan
minat.
7. Ajurkan
memperbanyak
istirahat.
Koping tidak efektif Setelah dilakukan
berhubungan dengan intervensi
ketidakberdayaan terhadap keperawatan
kemampuan diri mengatasi diharapkan risiko
masalah. cedera teratasi
dengan kriteria hasil
Definisi : ketidakmampuan :
menilai dan merespon Status Koping Dukungan
stresor dan 1. Kemampuan Pengambilan
ketidakmampuan memenuhi peran
Keputusan
menggunakan sumber- sesuai usia
1. Identifikasi
sumber yang ada untuk meningkat. persepsi
mengatasi masalah. mengenai
2. Perilaku koping masalah dan
Gejala dan Tanda adaptif informasi yang
Mayor meningkat. memicu
Subjektif : konflik.
a. Mengungkapkan 2. Fasilitasi
tidak mampu 3. Verbalisasi mengklarifikasi
mengatasi masalah. kemampuan kan nilai dan
Objektif : mengatasi harapan yang
a. Tidak mampu masalah membantu
memenuhi peran meningkat. membuat
yang diharapkan pilihan.
(sesuai usia). 3. Diskusikan
b. Menggunakan kelebihan dan
mekanisme koping kekurangan
yang tidak sesuai. dari
Gejala dan Tanda 4. Verbalisasi setiap solusi.
Minor Subjektif : kelemahan diri 4. Fasilitasi
a. Tidak mampu meningkat. melihat situasi
memenuhi 1 2 3 4 5 secara realistik.
kebutuhan dasar. 5. Motivasi
b. Kekhawatiran 5. Kemampuan mengungkapkn
kronis. membina tujuan
Objektif : hubungan perawatan yang
a. Penyalahgunaan zat. meningkat. diharapkan.
b. Manipulasi orang 1 2 3 4 5 6. Fasilitasi
lain untuk pengambilan
memenuhi Interaksi Sosial keputusan
keinginan sendiri. 1. Perasaan nyaman secara
c. Perilaku tidak dengan situasi kolaboratif.
asertif. sosial meningkat. 7. Hormati hak
d. Partisipasi sosial 1 2 3 4 5 pasien untuk
kurang. menerima atau
2. Perasaan mudah menolak
menerima atau informasi.
mengkomunikasi 8. Fasilitasi
kan perasaan menjelaskan
meningkat. keputusan
1 2 3 4 5 kepada orang
3. Responsif kepada lain.
orang lain 9. Informasikan
meningkat. alternatif solusi
1 2 3 4 5 secara jelas.
10. Berikan
4. Perasaan tertarik informasi yang
pada orang lain diminta pasien.
meningkat.
1 2 3 4 5

5. Minat melakukan
kontak emosi
meningkat.
1 2 3 4 5

6. Kooperatif
dengan teman
sebaya
meningkat.
1 2 3 4 5

7. Perilaku sesuai
usia meningkat.
1 2 3 4 5
Gangguan interaksi sosial Setelah dilakukan
berhubungan dengan intervensi
Defisiensi bicara. keperawatan
gangguan interaksi
Definisi : kuantitas dan sosial dapat teratasi
atau kualitas hubungan dengan kriteria hasil
sosial yang kurang atau :
berlebih. Interaksi Sosial Modifikasi
1. Perasaan nyaman Perilaku
dengan situasi Keterampilan
Gejala dan Tanda sosial meningkat. Sosial
Mayor 1 2 3 4 5 1. Identifikasi
Subjektif : penyebab
a. Merasa tidak 2. Perasaan mudah kurangnya
nyaman dengan menerima atau keterampilan
situasi sosial. mengkomunikasi sosial.
b. Merasa sulit kan perasaan 2. Identifikasi
menerima atau meningkat. fokus pelatihan
mengkomunikasika 1 2 3 4 5 keterampilan
n perasaan. sosial.
3. Minat melakukan 3. Motivasi untuk
Objektif : kontak emosi berlatih
a. Kurang responsif meningkat. keterampilan
atau tertarik pada 1 2 3 4 5 sosial.
orang lain. 4. Beri umpan
b. Tidak berminat 4. Perasaan tertarik balik positif.
melakukan kontak pada orang lain Manajemen
emosi dan fisik. meningkat. Demensia
Gejala dan Tanda 1 2 3 4 5 1. Identifikasi
Minor riwayat fisik,
Subjektif : 5. Perilaku sesuai sosial,
a. Sulit usia. psikologis, dan
mengungkapkan 1 2 3 4 5 kebiasaan
kasih sayang. 2. Orientasikan
Objektif : waktu, tempat
a. Gejala cemas berat. dan orang.
b. Kontak mata 3. Libatkan
kurang. kegiatan
c. Ekspresi wajah induvidu atau
tidak responsif. kelompok
d. Tidak koperatif sesuai
dalam bermain dan kemampuan
berteman. kognitif dan
e. Perilaku tidak minat.
susuai usia. 4. Anjurkan
memperbanyak
istirahat.
Gangguan komunikasi Setelah dilakukan
verbal berhubungan dengan intervensi
gangguan neuromuskuler. keperawatan
gangguan
Definisi : penurunan, komunikasi verbal
perlambatan, atau ketiadaan dapat teratasi dengan
kemampuan untuk kriteria hasil :
menerima, memproses,
mengirim,dan Komunikasi Verbal Promosi
menggunakan simbol. 1. Kemampuan Komunikasi :
berbicara Defisit Bicara
Gejala dan Tanda Mayor meningkat. 1. Monitor
Subjektif : 1 2 3 4 5 kecepatan,
(tidak tersedia) tekanan,
Objektif : 2. Kemampuan kualitas,
a. Tidak mampu mendengar volume, dan
berbicara atau meningkat. bicara.
mendengar. 1 2 3 4 5 2. Monitor proses
b. Menunjukan respon kognitif,
tidak sesuai. 3. Afasia menurun. anatomis, dan
1 2 3 4 5 fisiologis yang
Gejala dan Tanda berkaitan
Minor Subjektif : 4. Disfasia dengan bicara.
(tidak tersedia) menurun. 3. Gunakan
Objektif : 1 2 3 4 5 metode
a. Afasia komunikasi
b. Disfasia alternatif
c. Apraksia 4. Anjurkan bicara
d. Disleksia perlahan.
e. Disatria
f. Afonia Status Kognitif Promosi
g. Dislania 1. Komunikasi jelas komunikasi :
h. Pelo sesuai dengan Defisit
i. Gagap usia meningkat. Pendengaran
j. Tidak ada kontak 1 2 3 4 5 1. Periksa
mata kemampuan
k. Sulit menyusun 2. Kemampuan pendengaran.
kalimat membuat 2. Identifikasi
l. Sulit keputusan metode
mengungkapkan meningkat. komunikasi
kata-kata 1 2 3 4 5 yang disukai
m. Disorentasi orang, pasien.
ruang, waktu 3. Gunakan
3. Perhatian
meningkat. bahasa
sederhana.
1 2 3 4 5
4. Berhadapan
dengan pasien
secara langsung
4. Konsentrasi selama
meningkat. berkomunikasi.
1 2 3 4 5
5. Hindari
Tingkat Demensia kebisingan saat
1. Kemampuan berkomunikasi.
mengikuti
perintah
meningkat.
1 2 3 4 5

2. Kemampuan
mengingat
peristiwa saat ini
meningkat.
1 2 3 4 5

3. Kemampuan
mengingat nama
meningkat.
1 2 3 4 5

4. Kemampuan
mempertahankan
percakapan
meningkat.
1 2 3 4 5

Gangguan Memori Setelah dilakukan


berhubungan dengan proses intervensi
penuaan. keperawatan
gangguan memori
Definisi : ketidakmampuan dapat teratasi dengan
mengingat beberapa kriteria hasil :
informasi atau perilaku. Memori Latihan Memori
1. Verbalisasi 1. Identifikasi
Gejala dan Tanda kemampuan masalah yang
Mayor mempelajari hal dialami.
Subjektif : baru meningkat. 2. Identifikasi
a. Melaporkan pernah 1 2 3 4 5 kesalahan
mengalami terhadap
pengalaman lupa. 2. Verbalisasi orientasi.
b. Tidak mampu kemampuan 3. Monitor
mempelajari mengingat perilaku dan
katerampilan baru. informasi faktual perubahan
c. Tidak mampu
mengingat meningkat. memori selama
informasi faktual. 1 2 3 4 5 terapi.
d. Tidak mampu 4. Stimulasi
mengingat perilaku. 3. Verbalisasi menggunakan
e. Tidak mampu kemampuan memori pada
mengingat mengingat peristiwa yang
peristiwa. peristiwa baru terjadi.
meningkat.
Objektif : 1 2 3 4 5
a. Tidak mampu
melakukan 4. Verbalisasi
kemampuan yang pengalaman lupa
dipelajari menurun.
sebelumnya. 1 2 3 4 5

Gejala dan Tanda Orientasi Kognitif Orientasi Realita


Minor 1. Identifikasi diri 1. monitor
Subjektif : sendiri perubahan
a. Lupa melakukan meningkat. kognitif dan
perilaku pada waktu 1 2 3 4 5 perilaku.
yang telah 2. Perkenalkan
dijadwalkan. 2. Indentifikasi nama saat
b. Merasa mudah lupa. orang terdekat memulai
Objektif : meningkat. interaksi.
(tidak tersedia) 1 2 3 4 5 3. Orientasi orang,
3. Identifikasi tempat, dan
tempat saat ini waktu.
meningkat. 4. Hadirkan
1 2 3 4 5 realita.
5. Sediakan
lingkungan dan
4. Identifikasi hari
rutinitas secara
meningkat.
konsisten.
1 2 3 4 5
6. Atur stimulus
sensorik dan
5. Identifikasi bulan
lingkungan.
meningkat.
7. Berikan waktu
1 2 3 4 5
istirahat yang
cukup.
6. Identifikasi tahun 8. Anjurkan
meningkat. perawatan diri
1 2 3 4 5 secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta
Timur: Trans Info Media.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia.

Boltz, Marei, dkk. (2012). Geriatric Nursing Protocols: For Best Practice. United
States of America: Springer.

Cardoba, Fondation, Marisza. (2017). Autoimmune The True Story. PT Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta

Dewit, Susan, C & O’Neill, Partricia. (2014). Fundamental Concepts and Skills
for Nursing. United States of America: Elseivier.

Dickerson, Brandford & Atri, Alireza. (2014). Dementia:


Comprehensive Principles and Practice. United States of America:
Oxford.

Edwards, Allen, Jack. (2013). Dementia: Perspectives on Individual Differences.


United States of America: Elseivier.

Eliopoulos, Charlotte. (2014). Gerontological Nursing, Edition 8. China: Wolters


Kluwer.

Ferro M, Jose. (2013). Neuropsychiatric Symptoms of Cerebrovascular Diseases.


London: Springer.

Gulanick, Meg, dan Myers, Judith, L. (2017). Nursing Care Plans: Diagnoses,
Interventions, & Outcomes. United States of America: Elsevier.

Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik: NANDA, NIC-NOC (1st


ed.). Jakarta: TIM.

Nugroho, Wahyudi.2015. Keperawatan Gerontik & Geriantrik Edisi 3 Jakarta


EGC.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:

Salemba Medika
Paniagua A, Miguel. (2011). Clinics In Geriatric Medicine: Update in the
Medical Management of the Long-Term Care Patient.

Shea, Therese. (2012). Dementia. China: Rosen.

Stanley & Beare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunaryo, D. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset.

Thanavaro L, Joanne and Moore S, Karen. (2017). Clinical Decision Making: for
Adult-Gerontology Primary Care Nurse Practitioners. United States of
America: Jones & Bartlett Learning.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai