Anda di halaman 1dari 44

DEMENSIA PADA

LANJUT USIA
Definisi

 Demensia adalah suatu sindrom yang


dikarakteristikkan dengan adanya kehilangan
kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya
ingatan, namun juga kognitif, bahasa, kemampuan
visual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut
tidak harus terganggu seluruhnya, namun pada
sebagian besar kasus, kelima komponen ini
memang terganggu dalam derajat yang bervariasi
(Gallo, Joseph J : 1998).
 Demensia adalah suatu sindroma klinik yang
meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/
memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari (Brockle Hurst & Allen,
1987 dalam Darmojo : 2004).
Perubahan-perubahan fisik pada lansia

Sistem persyarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang
berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya)
2. Cepatnya menurun hubungan persyarafan
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres
4. Mengecilnya syaraf panca indera
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan
6. Penurunan kecepatan konduksi syaraf, cepat bingung,
kehilangan orientasi lingkungan, penurunan sirkulasi
serebral ( pingsan, kehilangan keseimbangan )
7. Meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang
kedalamannya, degenerasi pigmen substantia nigra,
kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan-
badan hirano
Keadaan ini sesuai dengan terjadinya patologi
sindrom parkinson dan dementia tipe alzheimer.
Klasifikasi demensia

 Secara garis besar dikategorikan dalam 4 golongan,


yaitu :
 1. Demensia degeneratif primer 50-60%
 2. Demensia multi infark 10-20%
 3. Demensia yang reversible/ sebagian reversible
20-30%
 4. Gangguan lain ( terutama neurologik ) 5-10% )
Etiologi demensia

 Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan,


untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu
“jembatan keledai” sebagai berikut :
 D : Drugs ( obat-obatan )
 E : Emotional ( gangguan emosi, misal : depresi, dll )
 E : Eye & Ear ( disfungsi mata dan telinga )
 N :Nutrisional
 T : Tumor & trauma
 I :Infeksi
 A : Arteriosklerotik ( komplikasi penyakit aterosklerosis, misal
: infark miokard, gagal jantung, dll ) dan alkohol
Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan :

1. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol, dll )


2. Infeksi susunan saraf pusat (tumor otak, stroke)
3. Gangguan metabolik
4. Gangguan Nutrisi
5. Gangguan vaskuler (demensia multi infark)
6. Lesi desak ruang
7. Hidrocefalus bertekanan normal
8. Depresi (pseudo demensia depresan)
Patofisiologi

 1. Dementia Degeneratif Primer


Dikenal juga dengan nama dementia tipe alzheimer,
adalah suatu keadaan yang meliputi perubahan dari
jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu dari
kortex otak. Terjadi kekusutan neurofiblier dan plak-plak
neurit dan perubahan aktivitas kolinergik di daerah-
daerah tertentu di otak. Penyebab tidak diketahui secara
pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan
adanya faktor kromosom atau genetik, radikal bebas,
toksin amiloid, pengaruh logam aluminium, akibat
infeksi virus lambat/ pengaruh lingkungan lain.
 2. Dementia Multi Infark
Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit
alzheimer. Bisa didapatkan secara tersendiri atau bersama dengan
dementia jenis lain. Didapatkan sebagai akibat/ gejala sisa dari
stroke kortikal atau subkortikal yang berulang. Oleh karena lesi di
otak seringkali tidak terlalu besar, gejala strokenya ( berupa defisit
neurologik) tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa
gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat (stepwise), di
mana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal
ini berbeda dengan dapatan pada penyakit alzheimer, di mana
gejala dan tanda akan berlangsung progresif pada penyakit
alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.
 3. Dementia pada Penyakit Neurologik
Berbagai penyakit neurologik sering disertai
dengan gejala dementia. Diantaranya yang
tersering adalah penyakit parkinson, khorea
huntington dan hidrocephalus bertekanan normal.
Gejala mirip dementia sub kortikal, yaitu selain
didapatkan dementia juga gejala postur dan
langkah (gait) serta depresi.
4. Sindroma Amnestik dan Pelupa Benigna Akibat Penuaan
Pada dementia amnestik terdapat gangguan menori
(daya ingat)/ hal yang baru terjadi, biasanya
penyebabnya adalah :
a. Defisiensi tiamin (sering akibat pemakaian alkohol
berlebihan)
b. Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah (akibat trauma atau
anoksia)
c. Iskemia global translen (sepintas) akibat insufisiensi
cerebrovaskuler.
Manifestasi klinik

1.Dementia degeneratif primer (alzheimer)


 Penyakit alzheimer mempunyai awitan

yang lambat dibandingkan dementia


multi infark. Penyakit ini muncul secara
berangsur-angsur, tetapi kemampuan
kognitif mengalami kemunduran secara
progresif tanpa berhenti/ meningkat
Gejala klinik alzheimer dibedakan dalam 3 fase
( Whaley, 1997 ) :

a. Fase I
 Ditandai dengan gangguan memori subyektif,

konsentrasi buruk dan gangguan visuo-spatial.


Limgkungan yang biasa menjadi seperti asing,
sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui.
Penderita mungkin mengeluhkan agnosia kanan
dan kiri. Bahkanpada fase dini ini rasa tilikan sudah
terganggu.
b. Fase II
 Terjadi tanda yang mengarah kerusakan fokal,

kortikal, walaupun tidak terlihat pola defisit yang


khas. Gejala neurologik mungkin termasuk
tanggapan ekstensor plantans dan beberapa
kelemahan fasial, delusi dan halusinasi mungkin
terdapat, walaupun pembicaraan mungkin masih
kelihatan normal.
c. Fase III
 Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali

hilang. Penderita tampak terus menerus apatik.


Banyak penderita tidak mengenali diri sendiri/ orang
yang dikenalnya. Penderita sering hanya berbaring di
tempat tidur, inkontinensia alvi/ urine. Gejala
neurologik menunjukkan gangguan berat dari gerak
langkah, tonus otot, sindrom kluver-Bucy ( apatis,
gangguan pengenalan, gerak mulut tidak terkontrol,
amnesia, bulimia ).
2. Dementia multi infark
 Dapatan yang khas adalah bahwa

gejala dan tanda menunjukkan


penurunan bertingkat di mana setiap
episode akut menurunkan keadaan
kognitifnya.
3. Dementia pada penyakit neurologik
 Gejala mirip dementia subkortikal yaitu

selain didapatkan dementia juga gejala


postur langkah gait seperti depresi. Pada
MRI didapatkan pelebaran ventrikel
melebihi proporsi dibanding atrofi
kortikal otak.
4. Sindroma amnestik dan pelupa benigna akibat penuaan

a. Gejala utama adalah gangguan memori


(pada kedua keadaan di atas)
b. Pada dementia terdapat gangguan fungsi
kortikal
c. Pada sindroma amnestik terdapat
gangguan pada daya ingat hal yang baru
terjadi
d. Pelupa benigna akibat penuaan biasanya terlihat
sebagai gangguan ringan daya ingat yang tidak
progresif dan tidak mengganggu aktivitas sehari-
hari. Biasanya dikenali oleh keluarga, teman karena
sering mengulang pertanyaan yang sama/ lupa pada
kejadian yang baru terjadi. Bila gangguan daya
ingat bertambah progresif disertai gangguan
intelektual yang lain maka kemungkinan besar
diagnosis dementia dapat ditegakkan (Brockle hurst
et. Al 1994, dalam Darmojo : 2004 ).
Penatalaksanaan
1. Optimalkan fungsi dan penderita :
 a. Obati penyakit yang mendasari

 b. Upayakan aktivitas fisik dan mental

 c. Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat

 d. Akses keadaan lingkungan kalau perlu buat perubahan

 e. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP


2. Kenali dan obati komplikasi
 a. Depresi

 b. Agitasi

 c. Inkontinensia

 d. Gangguan perilaku lain

 e. Mengembara dan berbagai perilaku merusak

3. upayakan perawatan berkesinambungan


4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan
keluarga
 a. Berbagai hal tentang penyakitnya

 b. Prognosis

 c. Kemungkinan gangguan atau kelainan yang terjadi

5. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada


pada penderita dan keluarganya
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
 Apakah klien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari

 Adakah kelemahan

 Adakah delusi/ halusinasi

 Bulimia ada atau tidak

 Adakah inkontinensia alvi/ uri

 Adakah gangguan memori dan gangguan konsentrasi

 Bagaimana kemampuan kognitifnya

 Tidak bisa mengingat hal yang baru terjadi

 Kebutuhan sehari-hari (ADL) perlu bantuan/ tidak

 Gangguan dalam komunikasi/ tampak apatis


Masalah keperawatan yang mungkin muncul
 Perubahan proses pikir

 Perubahan persepsi sensori

 Perubahan pola eliminasi

 Risiko terhadap trauma


Fokus intervensi
 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
kehilangan memori, degenerasi neuron ireversible
 Kriteria hasil :
 § Klien mampu mengenali perubahan dalam
berfikir/ tingkah laku dan faktor-faktor penyebab
jika memungkinkan
 § Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah
laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan
kebingungan.
Intervensi :
a. Kaji derajat gangguan kognitif, orientasi
orang, tempat dan waktu
R/ memberikan dasar untuk evaluasi/
perbandingan yang akan datang dan
mempengaruhi pilihan terhadap
intervensi
b. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan
tenang
R/ kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya
merupakan sensori yang berlebih yang
meningkatkan gangguan neuron
c. Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan klien
R/ menimbulkan perhatian, terutama pada orang-
orang dengan gangguan perseptual
d. Panggil pasien dengan namanya
R/ menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
individu
e. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara
dengan perlahan pada pasien
R/ meningkatkan kemungkinan pemahaman,
ucapan yang tinggi/ keras menimbulkan marah/
stress
f. Gunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi
pada pasien
R/ tertawa dapat membantu dalam komunikasi dan
membantu meningkatkan kestabilan emosi
g. Ijinkan untuk mengumpulkan benda-benda yang
aman
R/ memelihara keamanan dan membuat
keseimbangan kehilangan yang sudah pasti
h. Evaluasi pola dan kecukupan tidur/
istirahat
R/ kekurangan tidur dapat mengganggu
proses tidur dan kemampuan koping
pasien
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi
sensori ( defisit neurologis )
Kriteria hasil :
 Klien mampu mendemonstrasikan respon yang

menigkat/ sesuai dengan stimulasi


 Klien mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-

faktor eksternal yang berperan terhadap perubahan


dalam kemampuan persepsi sensori
Intervensi :
a. Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi
R/ keterlibatan otak biasanya global, mungkin
memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang dapat
menyebabkab klein hilang kemampuan pada salah satu sisi
tubuhnya
b. Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan
R/ menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping
terhadap frustasi karena salah persepsi dan disorientasi
c. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak
kacau
R/ membantu untuk menghindari masukan
sensori penglihatan/ pendengaran yang
berlebih
d. Berikan sentuhan dalam cara perhatian
R/ dapat meningkatkan persepsi terhadap diri
sendiri
e. Berikan perhatian dalam kenangan indah secara
berkala (musik, cerita, foto yang menyenangkan)
R/ menstimulasi ingatan, membangkitkan memori,
membantu pengungkapan diri melalui peristiwa
masa lalu
f. Ajak picnic sederhana, jalan-jalan keliling rumah
sakit dan pantau aktivitas
R/ picnic menunjukkan realita dan memberikan
stimulasi sensori yang menyenangkan
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan
penurunan kognitif
Kriteria hasil :
 Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri

sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri


 Klien mampu mengidentifikasi dan menggunakan

sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat


memberikan bantuan
Intervensi :
a. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan
diri
R/ memahami penyebab yang mempengaruhi
pilihan intervensi
b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan
berikan bantuan sesuai kebutuhan
R/ sesuai dengan perkembangan penyakit kebutuhan
akan kebersihan dasar mungkin dilupakan
c. Lakukan pengawasan namun berikan kesempatan
untuk melakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai
kemampuan
R/ mudah sekali terjadi frustasi jika kehilangan
kemandirian
d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas
R/ pekerjaan yang tadinya mudah (berpakaian, mudah)
sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan
ketrampilan motorik dan perubahan kognitif dan
perubahan fisik
e. Bantu untuk mengenakan pakaian yang
rapi
R/ meningkatkan kepercayaan, dapat
menurunkan perasaan kehilangan dan
meningkatkan kepercayaan untuk hidup
4. Perubahan pola eliminasi berhubunagn dengan
kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot
Kriteria hasil :
 Klien mampu menciptakan pola eliminasi yang

adekuat
Intervensi :
a. Kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola
yang sekarang
R/ memberikan informasi mengenai perubahan
yang mungkin selanjutnya memerlukan intervensi
b. Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari
R/ meningkatkan orientasi kamar mandi
c. Berikan kesempatan untuk melakukan toileting
dengan interval waktu yang teratur
R/ ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat
mencegah cidera
d. Buat program latihan kandung kemih
R/ menstimulasi kesadaran klien, meningkatkan
pengaturan fungsi tubuh
e. Batasi minum saat menjelang malam dan waktu
tidur
R/ dapat menurunkan seringnya berkemih,
inkontinensia selama malam hari
DAFTAR PUSTAKA
 Darmojo, Boedhi. R. (2004). Geriatri – Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-3. Jakarta : FKUI
 Doenges, Marilynn. E. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta :
EGC
 Watson, Roger. (2003). Perawatan pada Lansia.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai