Anda di halaman 1dari 13

Aspek etik dan legal dalam keperawatan

bencana
kelompok 3
rosmita Herlina 1914201067
Inge Rara salsabilya 1914201068
Nadya husna 1914201069
Sidik Budiono 1914201070
Santi dwi Suharti 1914201071
Azizah Ainun Rahma 1914201073
k
Indri antika 1914201075
Ika nurzannah 1914201076
Uffaerotul abdiyah 1914201078
Alice Herlina 1914201079
Dina Rosdianti 1914201080
Fipin tri enjelina 1914201113
Ikka putri lestari 1914201114
Mochammad rizal Fahri 1914201115
Qudis Fahmi 1914201116
Ristiawati 1914201118
BENCANA ??

Bencana merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu


kehidupan masyarakat baik karena factor alam, non alam, manusia sehingga
mengakibatkan korban jiwa manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan
dampak psikologis (UU No. 24 thn 2007).
BENCANA DIASTER ??

Bencana (disaster) merupakan kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya
nyawa, memburuknya derajat kesehatan dan pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan
respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO).
ASPEK ETIK DAN LEGAL

Macam-macam etika :

1. Etika deskriptif

Etika deskriptif adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku

manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
2. Etika normative

Etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya

dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai

dalam hidup ini.


Tipe-tipe etik dalam bidang kesehatan :

1. Bioetik, lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi

teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan.

2. Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama

pemberian pelayanan pada klien.

3. Etik Perawatan bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan

dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik
Menurut ANA, Etik dalam Keperawatan Bencana adalah:

1. Perawat, dalam semua hubungan profesional, praktek dengan kasih saying dan rasa hormat terhadap martabat

yang melekat, nilai, dan keunikan setiap individu, dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut

pribadi, atau sifat masalah kesehatan.

2. perawat komitmen utama adalah untuk pasien, baik individu, keluarga, kelompok , atau masyarakat.

3. perawat mempromosikan, menganjurkan, dan berusaha untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan hak

pasien.

4. Perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan individu dan menentukan delegasi yang

sesuai tugas sesuai dengan kewajiban perawat untuk memberikan perawatan pasien yang optimal.

5. Perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan individu dan menentukan delegasi yang

sesuai tugas sesuai dengan kewajiban perawat untuk memberikan perawatan pasien yang optimal.
6. Perawat berpartisipasi dalam membangun, memelihara, dan meningkatkan lingkungan perawatan kesehatan

dan kondisi kerja yang kondusif bagi penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan konsisten dengan

nilai- nilai profesi melalui aksi individu dan kolektif .

7. Perawat berpartisipasi dalam kemajuan profesi melalui kontribusi untuk berlatih, pendidikan, administrasi, dan

pengembangan pengetahuan.

8. Perawat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dan masyarakat dalam mempromosikan

masyarakat, nasional, dan upaya internasional hanya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.

9. Profesi keperawatan, yang diwakili oleh asosiasi dan anggotanya, bertanggung jawab untuk

mengartikulasikan nilai keperawatan, untuk menjaga integritas profesi dan praktek, dan untuk membentuk

kebijakan social.
Analisis risiko bencana dan disaster plan (rumah sakit/regional)

- Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU No. 24 tahun 2007).

- Analisis risiko merupakan suatu metodologi untuk menentukan proses dan keadaan risiko melalui analisis
potensi bahaya (hazards) dan evaluasi kondisi kini dari kerentanan yang dapat berpotensi membahayakan orang,
harta, kehidupan, dan lingkungan tempat tinggal. (ISDR – Living with Risk, 2004 dalam Muntohar 2012).

- Hazard (ancaman) adalah suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.

- Kerentanan (vulnerability) adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.

- Kemampuan (capability) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat
yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siapsiaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih
dari suatu kedaruratan dan bencana.
Tingkat risiko bencana amat bergantung pada :

1. Tingkat ancaman Kawasan


2. Tingkat kerentanan Kawasan yang terancam
3. Tingkat kapasitas Kawasan yang terancam

Upaya pengurangan risiko bencana berupa :

4. Memperkecil ancaman Kawasan


5. Mengurangi kerentanan Kawasan yang terancam
6. Meningkatkan kapasitas Kawasan yang terancam
Pengkajian risiko bencana :

1. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;

2. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan kearifan lokal masyarakat

3. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan

4. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko bencana


Sistem disaster management di Indonesia
1. Sistem peringatan dini belum terbangun dengan baik
2. Respon penyelamatan masih lemah
3. Alokasi dana dengan birokrasi lambat dan berbelit belit
Gambaran disaster management di Indonesia

1. Visi dan desain kelembagaan disaster management yang belum sinkron antara pemerintah , BNPB dan level
daerah.
2. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) belum memiliki road map detail daerah rawan bencana
alam, informasi peta populasi, level metode penanganan.
3. Tata wilayah yang tidak memperhatikan aspek bencana.

4. kultur tanggap bencana belum terbangun.

5. Kedatangan pejabat meninjau bencana dengan protokoler .

6. Salah sasaran dalam memberikan bantuan


THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai