Dr Rosita Rivai MM
Menurut UU No. 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh factor alam maupun factor non-alam maupun factor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Rentannya Indonesia terhadap bencana ini membuat diperlukannya sebuah bidang baru,
yakni kedokteran bencana. Bencana dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi
kesehatan, kehidupan dan penghidupan masyarakat, serta membutuhkan penanganan yang
cepat, tepat dan terpadu. Dokter dengan pengetahuan mengenai kedokteran bencana
adalah dokter yang memiliki keahlian dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
korban dan penanggap bencana, serta terlibat dalam perencanaan, persiapan,
penanggulangan dan pemulihan bencana.
Bencana dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Bencana dapat merusak
infrastruktur kesehatan, mengganggu akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan, serta
meningkatkan risiko penularan penyakit menular dan tidak menular. Beberapa contoh
penyakit yang sering muncul pasca bencana adalah diare, infeksi saluran pernapasan akut,
tifus, leptospirosis, kolera, malaria, demam berdarah dan lain-lain. Bencana juga dapat
menyebabkan cedera fisik, trauma psikologis, gizi buruk, kekerasan seksual dan hak asasi
manusia.(2)
Karenanya, bencana membutuhkan respon kesehatan yang cepat dan terpadu. Untuk
mengatasi dampak kesehatan akibat bencana, diperlukan respon kesehatan yang meliputi
asesmen kebutuhan kesehatan, triase dan stabilisasi pasien, rujukan dan transportasi pasien,
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan lanjutan, pencegahan dan pengendalian infeksi,
manajemen jenazah dan sanitasi lingkungan. Respon kesehatan ini harus dilakukan secara
cepat dan terpadu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah,
organisasi kesehatan, lembaga kemanusiaan, komunitas dan media.(3)
Bencana memerlukan perencanaan dan persiapan yang baik. Untuk mengurangi risiko dan
dampak bencana, diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik sebelum bencana terjadi.
Hal ini meliputi pengembangan kebijakan dan regulasi tentang manajemen bencana,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan dalam menghadapi
bencana, penyusunan rencana kontinjensi dan standar operasional prosedur untuk respon
kesehatan dalam bencana, penyediaan logistik dan peralatan medis untuk bencana, serta
sosialisasi dan simulasi rencana kontinjensi kepada masyarakat dan mitra kerja.
Oleh karena itu, spesialisasi kedokteran bencana diperlukan untuk menghasilkan dokter
yang memiliki kompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
bermartabat kepada masyarakat yang terdampak bencana, serta berperan aktif dalam upaya
pengurangan risiko bencana dan peningkatan ketahanan masyarakat.
Dokter dalam kedokteran bencana juga harus mengikuti uji kompetensi profesi. Dokter yang
telah mengikuti pendidikan formal di bidang kedokteran bencana harus mengikuti uji
kompetensi profesi yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) bekerja sama dengan Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) dan lembaga sertifikasi
profesi lainnya. Uji kompetensi profesi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dokter
dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam bencana sesuai dengan SKKNI. Uji
kompetensi profesi ini biasanya meliputi tahapan pra-asesmen, asesmen, verifikasi
portofolio, komite teknis dan penerbitan sertifikat kompetensi.
Dokter yang telah memiliki sertifikat kompetensi kedokteran bencana harus terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran bencana dan kesehatan masyarakat.
Dokter dapat melakukan hal ini dengan membaca literatur ilmiah, mengikuti seminar,
workshop, konferensi, atau kursus yang relevan, melakukan penelitian, publikasi, atau
pengabdian masyarakat di bidang kedokteran bencana, serta berinteraksi dan berkolaborasi
dengan para ahli dan praktisi kedokteran bencana dari dalam dan luar negeri.(8)
Terakhir, dokter dalam kedokteran bencana harus menerapkan sikap profesional dan etis
dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam bencana. Dokter harus bersikap humanis,
empatik, responsif, adaptif, inovatif dan kolaboratif dalam bekerja dengan tim multidisiplin
dan lintas sektoral. Dokter juga harus menghormati hak asasi manusia, keberagaman
budaya, gender dan agama, serta kepentingan masyarakat dalam bencana. Dokter harus
mengikuti kode etik kedokteran dan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dalam bencana.
Kesimpulan
Kedokteran bencana adalah spesialisasi medis yang berfokus pada pemberian pelayanan
kesehatan kepada korban dan penanggap bencana, serta perencanaan, persiapan,
penanggulangan dan pemulihan bencana. Dokter spesialis kedokteran bencana adalah
dokter yang memiliki keahlian dalam prinsip dan praktik kedokteran dalam berbagai skenario
bencana, seperti bencana alam, serangan teroris, pandemi, kejadian massal dan krisis
kemanusiaan. Mereka bekerja bersama-sama dengan profesional manajemen bencana,
rumah sakit, fasilitas kesehatan, komunitas dan pemerintah untuk memastikan hasil terbaik
bagi populasi yang terdampak.
Spesialisasi kedokteran bencana diperlukan karena Indonesia adalah negara yang sangat
rentan terhadap berbagai jenis bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun
non-alam. Bencana dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kesehatan,
kehidupan dan penghidupan masyarakat, serta membutuhkan penanganan yang cepat,
tepat dan terpadu. Dokter spesialis kedokteran bencana adalah dokter yang memiliki
keahlian dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban dan penanggap bencana,
serta terlibat dalam perencanaan, persiapan, penanggulangan dan pemulihan bencana.
Telemedicine dapat diterapkan dalam pengobatan bencana, yaitu cabang kedokteran yang
menangani pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan masalah kesehatan
terkait bencana. Telemedicine dapat membantu pihak-pihak terkait dalam upaya
menyediakan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil atau tidak terjangkau serta
memberikan dukungan kepada penyedia layanan kesehatan lokal dan responden.
Telemedicine juga dapat berkontribusi pada peningkatan manajemen dan kesiapsiagaan
bencana dengan menyediakan data dan informasi untuk kesadaran situasional, penilaian
risiko, peringatan dini, pengawasan, dan evaluasi.
Referensi:
1. https://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan-dalam-bencana
2. https://fkm.unair.ac.id/saat-penanggulangan-bencana-begini-peran-tenaga-kesehatan-
masyarakat/
3. https://www.ung.ac.id/home/berita/manajemen-bencana-jadi-mata-kuliah-unggulan-
prodi-kedokteran
4. https://www.indonesiana.id/read/147139/berikut-catatan-who-tentang-tantangan-
tantangan-kesehatan-di-masa-depan
5. Widyatun dan Zainal Fahoni, Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana; Peran
petugas Kesehatan dan partisipasi Masyarakat., Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 8
No.1, 2013. cited from
https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/21/15
6. https://bnpb.go.id/berita/uji-kompetensi-profesi-penanggulangan-bencana
7. Wilopo, Siswanto Agus, Kompetensi Inti untuk Kedokteran Bencana dan Kesehatan
Masyarakat,2017, cited from
https://pkr.fk.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/224/2017/09/Wilopo_Aceh_full-2.pdf
8. Sayuti, Muhammad, dr., Sp.B(K)., BD et al., Buku Panduan Revisi Kurikulum Fakultas
Kedokteran Jurusan Kedokteran, Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Universitas
Malikussaleh, 2021. cited from https://fk.unimal.ac.id/wp-content/uploads/2023/05/BUKU-
PANDUAN-REVISI-KURIKULUM-FINAL-TERAKHIR.pdf
9. Hannick, Calvin., Why Telehealth Solutions Are Vital in a Disaster, 2019. cited from
https://healthtechmagazine.net/article/2019/08/role-telehealth-disaster-recovery
10. Litvak, M., Miller, K., Boyle, T., Bedenbaugh, R., Smith, C., Meguerdichian, D., . . .
Goralnick, E. (2022). Telemedicine Use in Disasters: A Scoping Review. Disaster Medicine
and Public Health Preparedness, 16(2), 791-800. doi:10.1017/dmp.2020.473
11. Garshnek, Victoria., Burkle, Frederick M., Jr., Applications of Telemedicine and
Telecommunications to Disaster Medicine: Historical and Future Perspectives, Journal of
the American Medical Informatics Association, 1999; 6.26-37.