Anda di halaman 1dari 5

One Health mendapatkan pengakuan di Amerika Serikat dan

secara global sebagai cara yang efektif untuk memerangi


masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan
manusia-hewan, termasuk penyakit zoonosis. CDC menggunakan
pendekatan One Health dengan melibatkan para ahli di bidang
kesehatan manusia, hewan, lingkungan, dan disiplin serta sektor
terkait lainnya dalam memantau dan mengendalikan ancaman
kesehatan masyarakat dan mempelajari bagaimana penyakit
menyebar di antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.

Intervensi kesehatan masyarakat yang sukses memerlukan kerja


sama mitra kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Para
profesional di bidang kesehatan manusia (dokter, perawat,
praktisi kesehatan masyarakat, ahli epidemiologi), kesehatan
hewan (dokter hewan, paraprofesional, pekerja
pertanian), lingkungan (ahli ekologi, ahli satwa liar), dan bidang
keahlian lainnya perlu berkomunikasi, berkolaborasi, dan
mengoordinasikan kegiatan . Pemain lain yang relevan dalam
pendekatan One Health dapat mencakup penegak hukum,
pembuat kebijakan, pertanian, masyarakat, dan bahkan pemilik
hewan peliharaan. Tidak ada satu orang, organisasi, atau sektor
yang dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
hewan, manusia, dan lingkungan sendirian.

Pendekatan One Health dapat:

 Mencegah berjangkitnya penyakit zoonosis pada hewan


dan manusia.
 Meningkatkan keamanan dan keamanan pangan.
 Mengurangi infeksi yang resistan terhadap antimikroba
dan meningkatkan kesehatan manusia dan hewan.
 Melindungi keamanan kesehatan global.
 Melindungi keanekaragaman hayati dan konservasi.

Pendekatan One Health merupakan pendekatan kolaboratif, multisektoral, dan


interdisipliner yang melibatkan sektor kesehatan masyarakat, kesehatan hewan,
dan lingkungan hidup.
Pada pendekatan one health di perlukan kerja sama dengan Para profesional di
bidang kesehatan manusia (dokter, perawat, praktisi kesehatan masyarakat, ahli
epidemiologi), kesehatan hewan (dokter hewan, paraprofesional, pekerja
pertanian), lingkungan (ahli ekologi, ahli satwa liar), dan bidang keahlian lainnya
perlu berkomunikasi, berkolaborasi, dan mengoordinasikan kegiatan. Dengan
membentuk program vaksinasi rabies gratis untuk anjing setiap hari Kamis yang
disebut ASIKIN (Ayo Vaksinasi Rabies Kamis Ini), dan DOKELING (Dokter
Hewan Keliling), pelayanan dokter hewan keliling untuk wilayah sekitar kota.

Penanggulangan rabies memerlukan kolaborasi erat antara berbagai sektor,


termasuk kesehatan hewan, kesehatan manusia, pertanian, pemerintah, dan
masyarakat. Berikut alasan mengapa kolaborasi lintas sektor ini sangat penting :

1. Pencegahan dan Pengendalian Hewan


Keterlibatan para ahli kesehatan hewan dalam pemantauan dan vaksinasi hewan
secara teratur menjadi langkah penting untuk mencegah penyebaran rabies.
Program vaksinasi massal pada hewan-hewan potensial reservoir dapat
mengurangi risiko penularan virus rabies pada manusia.
2. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Kolaborasi dengan sektor kesehatan manusia membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang risiko rabies dan pentingnya pencarian perawatan medis
setelah gigitan hewan yang dicurigai mengidap rabies. Pendidikan yang tepat
dapat membantu masyarakat mengenali tanda-tanda awal rabies dan melapor
segera ke pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
3. Peran Pemerintah
Keterlibatan pemerintah dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait rabies
sangatlah penting. Koordinasi lintas sektor membantu dalam mendistribusikan
sumber daya, memperkuat program vaksinasi, dan memperkuat sistem pelaporan
kasus untuk tindakan respons cepat.
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep One Health terus didengungkan di tingkat
global.
Pedekatan One Health berfokus untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
yang dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Dalam menanggulangi rabies tidak bisa berfokus pada sector peternakan atau sisi
kesehatan hewan saja yaitu dengan memberikan vaksin. Melainkan perlu
memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memberikan vaksin pada anjing
peliharaannya, menjaga kesehatan lingkungan, dan memastikan masyarakat dapat
mengakses obat atau terapi akibat gigitan anjing, sehingga penularan rabies dapat
dikendalikan.

Ketika kita menanggulangi rabies, tentu kita tidak bisa hanya fokus pada sektor
peternakan atau sisi kesehatan hewan saja, dengan memberikan vaksinasi pada
anjing. Di sisi lain, kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat untuk
memberikan vaksin pada anjing peliharaannya, menjaga kesehatan lingkungan,
dan memastikan masyarakat dapat mengakses obat atau terapi akibat gigitan
anjing, sehingga penularan rabies dapat dikendalikan.

Permenko PMK No. 7 tahun 2022 memiliki hubungan yang erat dengan
sosialisasi zoonosis. Permenko PMK No. 7 tahun 2022 adalah peraturan menteri
koordinator yang bertujuan untuk mengatur tata cara pengendalian penyakit
zoonosis di Indonesia. Dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengenai pengawasan, pencegahan, penanggulangan, dan penanganan
penyakit zoonosis agar dapat dikelola dengan lebih efektif. Selain itu, peraturan
ini juga mencakup langkah-langkah yang harus diambil oleh instansi terkait, baik
dari sektor kesehatan, pertanian, maupun lingkungan, untuk meningkatkan
kerjasama dalam menghadapi ancaman penyakit zoonosis. peraturan ini akan
diinformasikan secara luas kepada masyarakat, peternak, petugas kesehatan, dan
pihak-pihak terkait lainnya. Permenko PMK ini perlu disosialisasikan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyakit zoonosis,
cara penularannya, serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Permenko PMK No. 7 tahun 2022 juga memberikan informasi tentang tindakan
pencegahan yang harus diambil oleh masyarakat, termasuk dalam menghadapi
situasi wabah atau kejadian luar biasa akibat zoonosis. Diseminasi informasi yang
tepat akan membantu masyarakat untuk mengenali tanda-tanda awal penyakit
zoonosis, sehingga dapat segera mencari pertolongan medis dan mencegah
penyebaran lebih lanjut.

Mengacu pada permenko tersebut, terkait perdagangan satwa liar dan konservasi
juga perlu terus ditegakkan. Perlunya strategi komprehensif dari pemerintah untuk
terus menyosialisasikan risiko zoonosis berbasis kearifan lokal, dengan
melibatkan masyarakat setempat. Monitoring atau surveilans terhadap
kemunculan penyakit infeksi baru juga perlu terus diperkuat. Riset terkait bidang
kesehatan, perbaikan infrastruktur dan kesiapsiagaan dalam menghadapi penyakit
infeksi baru, dan riset terkait obat-obatan memerlukan kolaborasi tidak hanya di
tingkat nasional, melainkan di tingkat global.

Penanggulangan rabies memerlukan kolaborasi erat antara berbagai sektor,


termasuk kesehatan hewan, kesehatan manusia, pertanian, pemerintah, dan
masyarakat. Berikut alasan mengapa kolaborasi lintas sektor ini sangat penting :

1. Pencegahan dan Pengendalian Hewan


Keterlibatan para ahli kesehatan hewan dalam pemantauan dan vaksinasi hewan
secara teratur menjadi langkah penting untuk mencegah penyebaran rabies.
Program vaksinasi massal pada hewan-hewan potensial reservoir dapat
mengurangi risiko penularan virus rabies pada manusia.
2. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Kolaborasi dengan sektor kesehatan manusia membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang risiko rabies dan pentingnya pencarian perawatan medis
setelah gigitan hewan yang dicurigai mengidap rabies. Pendidikan yang tepat
dapat membantu masyarakat mengenali tanda-tanda awal rabies dan melapor
segera ke pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
3. Peran Pemerintah
Keterlibatan pemerintah dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait rabies
sangatlah penting. Koordinasi lintas sektor membantu dalam mendistribusikan
sumber daya, memperkuat program vaksinasi, dan memperkuat sistem pelaporan
kasus untuk tindakan respons cepat.

Anda mungkin juga menyukai