Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


ZOONOSIS DI JAWA BARAT

M.YUDI KOHARUDIN, ST.,MAP


KEPALA SEKSI P2PM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Kuningan, 11 Oktober 2021


Pengertian “Zoonosis”
 WHO (2008) :
Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan
dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.
 UU No. 18 tahun 2009 ttg Peternakan dan Kesehatan Hewan :
Zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke manusia atau
sebaliknya.
 Perpres No.30 tahun 2011 ( 20 Mei 2011) tentang Pengendalian Zoonosis :
Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia
atau sebaliknya.
Zoonosis Merupakan Masalah Kesehatan Masyarakat Dan
Menjadi Prioritas Pengendalian

• Flu Burung: angka kematian tinggi dan berisiko menimbulkan pandemi


• Rabies: angka kematian 100% dan berpotensi menimbulkan KLB
• Leptospirosis: endemis di 15 Provinsi, penyebaran cepat di daerah rawan,
penyakit mudah berkembang menjadi parah dan sering menimbulkan KLB
• Antraks: berpotensi menimbulkan KLB, dapat mengakibatkan kematian,
sering menimbulkan kepanikan
• Pes: berpotensi menimbulkan KLB, terkait dengan nama baik negara
• JE (Japanese Ensephalitis) : beberapa daerah berisiko, gejala sisa
permanen
Prioritas Pengendalian Penyakit
a. Kementerian Kesehatan
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. ANTRAKS
4. LEPTOSPIROSIS
5. PES
b. Kemenkes dan Kementan
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. ANTRAKS
4. BRUCELLOSIS
5. LEPTOSPIROSIS
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS

I. Arah Kebijakan :
 Di tingkat nasional :
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Nasional Jangka
Menengah dan Panjang

 Di tingkat daerah:
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Daerah Jangka
Menengah dan Panjang.
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS

II. Tujuan

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat zoonosis


2. Mencegah/membatasi/menanggulangi Kejadian Luar
Biasa/wabah zoonosis
3. Mencegah masuknya KLB/Wabah/Pandemi zoonosis ke
Indonesia
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS
III. Sasaran

• Masyarakat umum : mampu melindungi diri dan


menerapkan PHBS

• Kelompok risiko : mampu melindungi diri dan segera


mendapatkan yankes bila tertular Penyakit Zoonosa.

• Kelompok Strategis : dukungan kebijakan, peraturan


perundangan, dana, tenaga, sarana, dll
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS

IV. KEGIATAN POKOK


1. Penurunan jumlah kasus dan kematian melalui Deteksi dini kasus &
prompt treatment (pengobatan cepat)
2. Surveilans epidemiologi terpadu
3. Penanggulangan KLB terpadu
4. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas
5. Kerjasama lintas sektor
6. Penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media dan berbagai
kesempatan.
LINGKUP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
ZOONOSIS

Penanganan
pada • ↙ angka kesakitan
sumber, • ↙ risiko penularan
vektor & Reduksi atau
faktor risiko Eliminasi
Zoonosis
• ↗ akses pelayanan
Penanganan • ↙ angka kesakitan
pada host • ↙ angka kematian
• Pelayanan yang efisien &
(manusia) efektif
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Mencegah
Mendeteksi Merespon dgn
wabah yang
ancaman awal cepat & efektif
dapat dihindari

Keberhasilan prevent, detect dan respon sangat ditentukan oleh dukungan & kerjasama lintas
sektor bersama seluruh masyarakat
KONSEP PENDEKATAN ONE HEALTH DALAM PENANGGULANGAN ZOONOSIS

KEMENTERIAN
Kesehatan Penyakit Kesehatan PERTANIAN
Masyarakat Zoonosis Hewan
KEMENTERIAN & Satwa Liar KEMENTERIAN
KESEHATAN LINGKUNGAN HIDUP &
KEHUTANAN

detect
KETAHANAN
prevent
KESEHATAN
GLOBAL
response

Peran individu,
keluarga dan
masyarakat.
ONE HEALTH

ONE HEALTH ADALAH PENDEKATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN YANG


DILAKSANAKAN SECARA TERPADU LINTAS SEKTOR BERSAMA MASYARAKAT

PENDEKATAN ONE HEALTH TERUTAMA DITERAPKAN DALAM PENANGGULANGAN


PENYAKIT ZOONOTIK DAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING

PENERAPAN ONE HEALTH DI TINGKAT NASIONAL MELIBATKAN


SEKTOR TERKAIT : KEMENKES, KEMENTAN, KEMEN-LHK, KEMENDAGRI, KEMENKO PMK,
BNPB

PENERAPAN ONE HEALTH DI TINGKAT GLOBAL MELIBATKAN


ORGANISASI INTERNASIONAL TERKAIT :WHO, FAO, OIE
TANTANGAN / KENDALA ?

Ancaman Zoonosis Meningkat :


 Kedekatan manusia dg hewan (hobby, ekonomi, dll)
 Kebutuhan protein hewani meningkat
 Semakin dekatnya manusia dg lingkungan/satwa liar (pembukaan
hutan, pemukiman mendekati hutan, dll)
 Perubahan Iklim (Climate change) ,vektor meningkat, adaptasi/mutasi
mahluk hidup menjadi lebih patogen dll
 Pola Migrasi , transportasi antar wilayah/antar negara, pariwisata ,dll
ANCAMAN ZOONOSIS YANG BERPOTENSI EID ?

 70% EID (EMERGING INFECTIOUS DISEASES) ADALAH ZOONOSIS


 MORTALITY EID TINGGI (50-90%), MENYERANG OTAK DAN ORGAN
TUBUH LAINNYA.
 DAMPAK TERHADAP PEREKONOMIAN
 ANCAMAN TERHADAP KEHIDUPAN, KESELAMATAN UMAT DAN
KESEJAHTERAAN MANUSIA
 BATAS/SEKAT WILAYAH : TIDAK ADA LAGI
 SUDAH MENJADI KEBUTUHAN/TUNTUTAN INTERNASIONAL/ PHEIC
 ANCAMAN BIOTERORISME DAN BIOWEAPON DARI ZOONOSIS (CONTOH
ANTRAKS)
UPAYA PENGUATAN PENGENDALIAN ZOONOSIS

Menghadapi ancaman Emerging Infectious Disease yang pada umumnya


merupakan penyakit Zoonosa, diperlukan penguatan dalam :

1. Koordinasi lintas program dan lintas Sektor


2. Advokasi dan Sosialisasi
3. Surveilans di pintu masuk
4. Surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rumah Sakit
5. Kapasitas laboratorium
6. Komunikasi Risiko /KIE
7. Kapasitas (SDM, Fasyankes)
Inpres No. 4 Tahun
Mengamanatkan intensifikasi upaya
2019 PERATURAN PERUNDANGAN 17

pencegahan dan pengendalian faktor risiko,


termasuk zoonosis

Mengamanatkan pencegahan dan


pengendalian zoonosis sebagai urusan wajib
Permendagri No. 101
daerah
Tahun 2018

Panduan bagi masing-masing Lintas


Kementerian/Lembaga berperan dalam
penanggulangan penyakit yang mengancam
keselamatan masyarakat
PERMENDAGRI KLB/WABAH 18

PERMENDAGRI 101/2018 Tentang


Standart Teknis Pada SPM
Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana adalah
serangkaian kegiatan pra bencana melalui pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan pemerintah daerah dan Warga Negara dalam
menghadapi bencana. Pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan dibagi per
jenis ancaman bencana yang dirincikan antara lain: Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Letusan Gunung Api, Gelombang Laut
Ekstrim, Angin Topan (termasuk Siklon Tropis/Puting Beliung),
Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, dan Epidemi/Wabah
Penyakit/ Zoonosis Prioritas diantaranya: rabies,
anthrax, leptospirosis, brucellosis dan avian influenza
(flu burung.
PROTOKOL LAYANAN P2 ZOONOSIS

PADA MASA COVID-19


PENDAHULUAN
• Corona virus Disease-19 (COVID-19) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-
COV 2 atau Virus Corona.
• TL Indonesia :
– PP Nomor 21 Tahun 2020
tanggal 31 Maret 2020 tentang
Perlakuan kekarantinaan
kesehatan dengan cara
Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB)
– Keppres Nomor 11 Tahun 2020
tentang COVID-19 sebagai
Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (KKM)
• Perlu pencegahan, pengendalian, dan percepatan
penanganan COVID-19 dan mengintegrasikan
dengan upaya penanggulangan kasus ZOONOSIS.
MENUJU FASE “MASYARAKAT
PRODUKTIF & AMAN COVID-19 ”
• Untuk itu dibutuhkan panduan atau protokol dalam melakukan
aktivitas kegiatan/pekerjaan yang disesuaikan kondisi pekerjaan
masing, namun tetap mengutamakan protokol Kesehatan Covid-
19 demi keamanan petugas dan masyarakat.
• Kemenkes telah menerbitkan Kepmenkes RI No.
HK.01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan
Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada
Situasi Pandemi.
Tatalaksana Kasus Zoonosis
Pada Masa Pandemi Covid 19

 Sebelum Tatalaksana dilakukan, maka Nakes harus mengetahui


Status Pasien ODP, PDP maupun Konfirm Covid-19 sesuai Juknis
Pelayanan Puskesmas pada masa pandemi Covid-19.

 Tatalaksana tetap mengacu pada Pedoman Pengendalian Zoonosis


Kemenkes RI.
Pasien yang disertai Covid-19
 ODP, PDP ringan, Konfirm Ringan Covid-19 maka dilaksanakan Tatalaksana
leptospirosis di FKTP/Klinik dengan mengikuti Juknis pelayanan Puskesmas
pada masa pandemi Covid 19 , apabila kondisi leptospirosisnya memburuk,
pasien dirujuk Ke RS dengan memberikan informasi status covid 19 nya
kepada RS.

 PDP sedang, berat dan Konfirm sedang dan berat Covid 19, maka
dilaksanakan Tatalaksana leptospirosis di Rumah Sakit tempat pasien dirawat.

Pasien tanpa disertai Covid-19/tidak diketahui status

 Nakes tetap mengikuti Juknis Pelayanan Puskesmas pada


masa pandemi Covid 19 dalam pemeriksaannya
LAPORAN DAN KOORDINASI

Kegiatan pelaporan
seperti biasa dilakukan
secara berjenjang dimulai Pada masa COVID-19,
dari tingkat faskes pelaporan dapat
sampai ke pusat baik di dilakukan secara daring.
Kesmas maupun di
Keswan
Pelaksanaan PE pada masa pandemi Covid -19

• PE dilaksanakan dengan mengikuti Protokol Pencegahan dan


Penularan Covid-19 ( APD dan physical distancing)
• Petugas terbatas
• Tambahkan informasi Covid-19
• Pengambilan sampel menggunakan APD lengkap
• Meningkatkan KIE dengan media elektronik & media komunikasi
PENCEGAHAN

• Tetap menjaga kebersihan lingkungan


membersihkan rumah, semprot lingkungan dengan kaporit/hipoklorit
sebagai desinfektan dengan tetap menjaga jarak (physical distancing)
pada saat membersihkan lingkungan
• Tetap tinggal dirumah
• Rodent kontrol dengan pemasangan trap /racun tikus
• KIE kepada masyarakat melalui media elektronik & media komunikasi
Terima Kasih.....

Anda mungkin juga menyukai