Ketika bahaya dan kerentanan tadi dipicu dengan adanya fenomena alam
maupun buatan manusia (gempa, tsunami, banjir, lumpur lapindo, dan
sebagainya), maka timbul masalah beruntun, meliputi korban jiwa dan
luka, pengungsi, kerusakan infrastruktur, dan terputusnya pelayanan
publik. Sebagian besar masalah ini pada akhirnya merupakan masalah
sosial atau masalah kesehatan.
Berikut ini merupakan akibat-akibat bencana yang dapat muncul baik langsung
maupun tidak langsung terhadap bidang kesehatan.
Korban jiwa, luka, dan sakit (berkaitan dengan angka kematian dan
kesakitan).
Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan berisiko
mengalami kurang gizi, tertular penyakit, dan menderita stress.
Kerusakan lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan
keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vektor
penyakit.
Sering kali sistem pelayanan kesehatan terhenti, selain karena rusak, besar
kemungkinan tenaga kesehatan setempat juga mejadi korban bencana.
Bila tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin menurun dan
berpotensi menyebabkan terjadinya KLB.
Penyakit-penyakit yang sering kali diderita para pengungsi di Indonesia
tidak lepas dari kondisi kedaruratan lingkungan, antara lain meliputi diare, ISPA,
campak, dan malaria. WHO mengidentifikasi empat penyakit tersebut sebagai The
Big Four. Kejadian penyakit spesifik sering kali muncul sesuai dengan
karakteristik bencana yang terjadi. Banjir di Jakarta pada awal tahun 2007 selain
menimbulkan peningkatan kasus diare yang tinggi, juga memunculkan kasus
leptospirosis yang relatif besar, yaitu 248 kasus dengan 19 kematian (CFR 7,66
%). Sedangkan, gempa di DIY dan jateng pada tahun 2006 mengakibatkan 76
penduduk menderita tetanus dan 29 diantaranya meninggal dunia.
Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka penanggulangan
bencana sektor kesehatan bisa dibagi menjadi aspek medis dan aspek kesehatan
masyarakat. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan merupakan salah
satu bagian aspek kesehatan masyarakat. Pelaksanaannya tentu harus melakukan
koordinasi dan kolaborasi dengan sektor dan program terkait. Berikut ini
merupakan ruang lingkup bidang pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan, terutama pada saat tanggap darurat dan pasca-bencana.