Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KULIAH UMUM

BLOK 19

M Ardiaz Noer Fahreza


4111191041

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
TAHUN AJARAN 2021/2022
One Health Dalam Penanganan Bencana

One Health ini merupakan aktivitas global yang penting berdasarkan konsep
bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan atau ekosistem bersifat saling
bergantung satu sama lain atau interdependen. Sehingga tenaga profesional yang
bekerja dalam satu lingkup area tersebut, dapat memberikan pelayanan yang
terbaik dengan cara, saling berkolaborasi untuk mencapai pemahaman yang lebih
baik. Dimana dalam hal ini mengenai semua faktor yang terlibat dalam
penyebaran penyakit, kesehatan ekosistem, serta kemunculan patogen baru dan
agen zoonotik, juga kontaminan dan toksin lingkungan yag dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas substansial, serta berdampak pada pertumbuhan
sosioekonomik, termasuk pada negara berkembang. Karena peran dan pengaruh
onehealth sangat penting bagi masyarakat, lingkungan maupun makhluk hidup
lainnya, maka kita diskusikan topik “One Health” lebih mendalam.

Menurut (Barrett and Osofsky. 2013) bahwa one health merupakan upaya
kolaboratif dari berbagai disiplin yang bekerja di tingkat lokal, nasional, dan
global untuk mencapai kesehatan yang optimal untuk manusia, hewan, dan
lingkungan kita. Sedangkan menurut (American Veterinary Medical Association.
2008) one health merupakan upaya integratif dari berbagai disiplin yang bekerja
di tingkat lokal, nasional, dan global untuk mencapaikesehatan optimal untuk
manusia, hewan, dan lingkungan. Menurut WHO (World Health Organization)
One Heath merupakan kolaborasi antar sektor, sehingga memunculkan suatu
pendekatan untuk merancang dan melaksanakan program, kebijakan,
undangundang dan penelitian di mana banyak sektor berkomunikasi dan bekerja
sama untuk mencapai hasil kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Tujuan dari one health yaitu untuk mengurangi risiko dampak tinggi penyakit
pada antarmuka ekosistem hewan-manusia. Ini adalah sebuah pendekatan untuk
menghadapi tantangan yang kompleks pada titik pertemuan antara hewan,
manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat pandemi, krisis
pangan global, dan perubahan iklim; koordinasi yang terpadu dan diperluas
bekerja pada berbagai sektor dan secara profesional untuk meningkatkan jangka
panjang pada kesehatan dan kesejahteraan. Pendekatan satu kesehatan membawa
pada kesempatan untuk berinovasi dan mengumpulkan pengalaman dari fakultas
dan lembaga lainnya. Kesadaran dalam akademik yang berasal dari kolaborasi
multidisiplin sangat penting untuk mengenali dan menanggapi diversifikasi risiko
Kesehatan

Konsep One Health menyatakan bahwa kesehatan manusia juga mempunyai


koneksi dengan kesehatan hewan dan lingkungan. Pendekatan One Health dapat
dilakukan adanya kolaborasi dengan dokter, dokter hewan, ahli ekologi, ahli
kesmas, dan banyak lainnya untuk mengawasi dan mengontrol ancaman
Kesehatan masyarakat dan untuk mempelajari bagaimana penyakit menular di
manusia, hewan, dan lingkungan.

Dalam kehidupan sehari-hari interaksi antara manusia dan hewan semakin


intens atas dasar kebutuhan dasar manusia. Kerusakan lingkungan yang
disebabkan
oleh berbagai macam faktor, yaitu bencana alam dan limbah mengakibatkan
kerentanan timbulnya penyakit, salah satunya adalah penyakit zoonosis. Penyakit
zoonosis merupakan jenis penyakit yang penularannya berasal dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Contoh penyakit zoonosis yang penularannya berasal
dari
hewan ke manusia adalah Mers-Cov, Ebola, Leptospirosis, Rabies, Antrax dan
Avian Influenza (AI) atau yang biasa dikenal dengan flu burung.
Penyakit zoonosis ini memicu lahirnya konsep One World One Health, yang
mengandung arti bahwa pada saat ini kehidupan di dunia saling terhubung dan
tidak terpisah-pisah. One Health merupakan aktivitas global yang berdasarkan
konsep bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan ataupun ekosistem
saling
bergantung satu sama lain.

Penyakit zoonosis inilah yang satu dekade belakangan ini memicu lahirnya
konsep One World One Health. Kata One World mengandung arti bahwa saat ini
kita hidup di satu dunia, saling terhubung dan tidak terpisah- pisah. Suatu kejadian
di suatu tempat di ujung dunia sekalipun akan berpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kondisi dunia secara umum. Dengan kata lain
One World One Health menuntut kita untuk menyadari bahwa satu kejadian
penyakit di satu tempat saja sudah berarti bahwa dunia sedang sakit, karena dalam
One World One Health dunia adalah satu tubuh.

Bencana alam maupun bencana karena buatan manusia, akan menyebabkan


hancurnya infrastruktur kesehatan serta hilangnya kapasitas sistem kesehatan
untuk merespon kebutuhan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Rusaknya
fasilitas kesehatan, berkurangnya jumlah tenaga kesehatan karena menjadi korban
bencana, maupun karena keluarganya menjadi korban, lumpuhnya sarana
komunikasi dan koordinasi menjadi penyebab kolapsnya sistem Kesehatan
setempat. Disisi lain kebutuhan Kesehatan masyarakat di wilayah bencana
meningkat drastis, karena mengalami trauma fisik maupun psikis sebagai dampak
langsung bencana. Disamping itu hancurnya sarana dan prasarana kehidupan
seperti rumah, sarana air bersih, sarana sanitasi, dan terganggunya suplai pangan
akan memperburuk status kesehatan mereka. Masalah kesehatan utama yang
muncul akibat bencana adalah masalah gizi dan penyakit menular. Meskipun
masalah gizi dan penyakit menular tidak serta merta muncul sesaat sesudah
bencana akan tetapi, apabila tidak ada pengamatan penyakit secara seksama
dengan sistem surveilans yang baik, maka masalah gizi dan penyakit menularakan
mempunyai potensi yang sangat besar untuk terjadi, sebagai akibati dari :

- Berkumpulnya manusia dalam jumlah yang banyak


- Sanitasi, air bersih, nutrisi yang tidak memadai
- Perpindahan penyakit karena perubahan lingkungan paska bencana, maupun
karena perpindahan penduduk karena pengungsian

Akibat rusaknya infrastruktur kesehatan dan situasi lingkungan sosial yang


cenderung kacau dan tidak teratur, maka pengendalian penyakit menular pada
situasi bencana mempunyai prinsip dasar untuk mendeteksi kasus penyakit
menular prioritas sedini mungkin dan melakukan respons cepat agar penularan
penyakit bisa dicegah.

Salah satu dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk


dapat dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi.
Bencana yang diikuti dengan pengungsian berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Bencana
gempa bumi, banjir, longsor dan letusan gunung berapi, dalam jangka pendek
dapat berdampak pada korban meninggal, korban cedera berat yang memerlukan
perawatan intensif, peningkatan risiko penyakit menular,kerusakan fasilitas
kesehatan dan system penyediaan air . Timbulnya masalah kesehatan antara lain
berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri,
buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan
beberapa jenispenyakit menular.Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga
merupakan awal dari proses terjadinya penurunan derajat kesehatan yang dalam
jangka Panjang akan mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan
kebutuhan gizi korban bencana. Pengungsian tempat tinggal (shelter) yang ada
sering tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak
langsung dapat menurunkan daya tahan tubuh danbila tidak segera ditanggulangi
akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan. Sementara itu, pemberian
pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering menemui banyak kendala akibat
rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan jenis obat serta alat
kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan dan dana operasional. Kondisi ini
tentunya dapat menimbulkan dampak lebih buruk bila tidak segera ditangani.
Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda- beda, antara lain
tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cedera yang
memerlukan perawatan medis misalnya, relatif lebih banyak dijumpai pada
bencana gempa bumi dibandingkan dengan kasus cedera akibat banjir dan
gelombang pasang. Sebaliknya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif
lama dapat menyebabkan kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta
menimbulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui media air (water-borne diseases) seperti diare dan leptospirosis.

Bencana menimbulkan berbagai potensi permasalahan kesehatan bagi


masyarakat terdampak. Dampak ini akan dirasakan lebih parah oleh kelompok
penduduk rentan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 55 (2) UU Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kelompok rentan meliputi:

1). Bayi, balita dan anak-anak;


2). Ibu yang sedang mengandung atau menyusui;

3). Penyandang cacat; dan

4) Orang lanjut usia.

Selain keempat kelompok penduduk tersebut, dalam Peraturan Kepala BNPB


Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemenuhan Kebutuhan Dasar
ditambahkan ‘orang sakit’ sebagai bagian dari kelompok rentan dalam kondisi
bencana. Upaya perlindungan tentunya perlu diprioritaskan pada kelompok rentan
tersebut, mulai dari penyelamatan, evakuasi, pengamanan sampai dengan
pelayanan kesehatan dan psikososial. Bencana alam sering menimbulkan kejadian
penyakit menular secara besar–besaran dan pada keadaan tertentu bencana alam
dapat meningkatkan potensi penularan penyakit. Dalam jangka waktu yang
singkat, peningkatan insidensi penyakit yang paling sering terlihat terutama
disebabkan oleh kontaminasi feses manusia pada makanan dan minuman. Dengan
demikian, penyakit semacam itu umumnya adalah penyakit enterik (perut). Risiko
terjadinya epidemik penyakit menular sebanding dengan kepadatan penduduk dan
perpindahan penduduk. Kondisi ini meningkatkan desakan terhadap suplai air dan
makanan serta risiko kontaminasi (seperti dalam tempat pengungsian), gangguan
layanan sanitasi yang ada seperti sistem suplai air bersih dan sistem pembuangan
air kotor, dan meningkatkan kegagalan dalam pemeliharaan atau perbaikan
program kesehatan masyarakat dalam periode pasca bencana. Dalam jangka
panjang, peningkatan kasus penyakit bawaan vektor berlangsung di beberapa
daerah karena terganggunya upaya pengendalian vektor, khususnya setelah
terjadinya hujan lebat dan banjir. Insektisida residual pada bangunan akan tersapu
hujan dan banjir, dan kemungkinan bertambahnya jumlah lokasi sarang nyamuk.
Demikian pula, pemindahan hewan liar atau hewan peliharaan ke tempat yang
dekat dengan pemukiman manusia akan memberikan risiko tambahan infeksi
zoonotik.

Sebagian besar dokter hewan berkontribusi secara langsung maupun tidak


langsung terhadap tujuan dan hasil untuk kesehatan masyarakat. Profesi dokter
hewan akan melaporkan kejadian dan tren penyakit ke badan kesehatan dan
peraturan negara, kemudian bekerja sama dengan rekan medis manusia mengenai
penyakit zoonosis. Selain mengelola penyakit zoonosis langsung pada hewan,
dokter hewan juga memiliki peran dalam mendiagnosa, meneliti serta
mengendalikan penyakit zoonosis. Namun pada kenyataannya masih banyak yang
belum mengerti mengenai konsep One Health. Sehingga pengetahuan tentang
penyakit zoonosis dan peran peran dokter hewan dalam konsep One Health
kurang diperhatikan. Guna mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya
penyuluhan serta edukasi mengenai One Health serta profesi dokter hewan
sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit zoonosis
di masyarakat, khususnya pada anak-anak.
Daftar Pustaka

[1] M. Ir. K. M. Arsyad, "MODUL MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA


PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR," in PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI , Bandung, 2017, p. 63.

[2] M. A. Kurniayanti, "PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PENANGANAN


MANAJEMEN BENCANA," JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA, vol. 01,
2012.

[3] I. Tumenggung, "MASALAH GIZI DAN PENYAKIT MENULAR PASCA BENCANA,"


Journal Health and Nutritions, vol. 3, 2017.

[4] M. DR. DRH. IDA BAGUS NGURAH SWACITA, "ONE HEALTH," Jurnal Universitas
Udayana, 2017.

[5] S. Z. A. F. N. A. E. P. D. Eunike Prasetyowati, "Pengenalan Pendekatan Konsep One


Health dan Profesi Dokter Hewan pada Siswa Sekolah Dasar SDN Deyeng 02
Kabupaten Kediri," Jurnal UNIMUS, vol. 4, 2021.

[6] KEPMENTAN, Penetapan Zoonosis Prioritas, 2019.

[7] Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Implementasi Konsep “One Health” dalam
Pengendalian Emerging dan Re-Emerging Zoonosis yang Diakibatkan oleh
Penyebaran Bushmeat, Jalan Raya ITS, Sukolilo, Surabaya, 60111: Dewan Profesor,
2019.

[8] W. d. Z. Fatoni, "PERMASALAHAN KESEHATAN DALAM KONDISI BENCANA: ERAN


PETUGAS KESEHATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT," Jurnal Kependudukan
Indonesia, vol. 8, 2013.

[9] H. a. B. C. Lerner, The concept of health in One Health and some practical
implications for research and education: what is One Health?, 2017.

[10] R. Riegelman, Public health 101, Washington DC: Jones&Bartlett Learning, 2009.

Anda mungkin juga menyukai