Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN LINGKUNGAN RS

Materi 1
PENGERTIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
 Kesehatan lingkungan
merupakan suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia. (HAKLI)

 Menurut (WHO, 2005)


Kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment.
It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment
that can potentially affect health. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/kesehatan-
lingkungan/
 Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
adalah ”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta
segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”
KESIMPULAN:
Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah
“Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”
 Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D
Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara
kelompok  penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan komponen
lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar
manusia, yang menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat serta mencari upaya-upaya pencegahannya.
 Menurut dr. Azrul Azwar, MPH
Ilmu Kesehatan lingkungan merupakan bagian ilmu dari kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan  perhatiannya pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, pengkoordinasian dan penialaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan
fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau berhubungan dengan perkembangan
fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat
kesehatan dapat lebih ditingkatkan.
 Menurut Slamet Riyadi
Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang
khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungannya dalam
keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan meningkatkan derajat kesehatan maupun
kehidupan sehat yang optimal.
 Menurut H.J. Mukono
Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 17 (WHO) a.l.:
• Lingkungan
• Perumahan sehat
• Sumber air bersih
• Sistem pembuangan sampah
• Sistem pembuangan kotoran rumah tangga
• Hewan peliharaan
• Pengelolaan tinja
• Sanitasi makanan dan minuman

Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan


(Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992,


Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
 Tempat umum: hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
 Lingkungan pemukiman: rumah tinggal, asrama/yang sejenis
 Lingkungan kerja: perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
 Angkutan umum: kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
 Lingkungan lainnya: misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm
keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
Materi ke 2
Hubungan Host, Agent dan Environment

KARAKTERISTIK HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT


Karakteristik Segitiga Utama
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinterkasi satu sama
lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dan perubahan
unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung
pada karakteristik dan ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
1. Karakteristik Penjamu
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa
berupa:
 Resistensi.: kemampuan dan penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap
suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri
dalam menghadapinya.
 Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat
secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu
mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya
campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat munitas yang tinggi
setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur
hidup.
 lnfektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit
kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh
manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

2. Karakteristik Agen
Infektivitas: kesanggupan dan organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dan
penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu.
Umumnya diperlukan jumlah tertentu dan suatu mikroorganisma untuk mampu menimbukan
infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah
jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. jumlah ini berbeda
antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.
 Patogenesitas: kesanggupan organisma untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus
yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan
perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi, Hampir
semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox menderita penyakit (high
pathogenicthy), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua jatuh sakit
(low pathogenicity).
 Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang
berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
 Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dan
substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan
penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
 Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah
memasuki jaringan
 Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis dalam
penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas Iebih kuat dibanding yang
lain. Jika menyerang pada aliran darah (virus measles) akan lebih merangsang
immunoresponse dan yang hanya menyerang permukaan membrane (gonococcus).

3. Karakteristik Lingkungan
 Topografi: situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
 Geograuis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dan bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.
Masalah2 kesehatan penyebab kesehatan lingkungan
A. MENJADI TRANSMISI ATAU MEDIA PENYEBARAN BERBAGAI PENYAKIT,
TERUTAMA ; KHOLERA, THYPUS ABDOMINALIS, DYSENTRI BASILLER
B. MENJADI MEDIA BERKEMBANGBIAKNYA MIKROORGANISME PATOGEN
C. MENJADI TEMPAT BERKEMBANGBIAKNYA NYAMUK ATAU TEMPAT HIDUP
LARVA NYAMUK
D. MENIMBULKAN BAU YANG TIDAK ENAK SERTA PANDANGAN YANG
TIDAK SEDAP
E. MERUPAKAN SUMBER PENCEMARAN AIR PERMUKAAN, TANAH, DAN
LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA
F. MENGURANGI PRODUKTIFITAS MANUSIA, KARENA ORANG BEKERJA
DENGAN TIDAK NYAMAN, DSB

 Beberapa Penyebab Permasalahan Kesehatan


Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang sudah
mencapai lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan di Indonesia menjadi sangat kompleks
terutama di kota-kota besar, hal tersebut disebabkan antara lain:
 Urbanisasi Penduduk dari Desa ke Kota
Semakin berkurangnya lahan pertanian terutama di pulau Jawa, dan terbatasnya lapangan
kerja menyebabkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari
pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak
langsung menimbulkan dampak sosial dan dampak buruk pada kesehatan lingkungan
seperti munculnya pemukiman kumuh di mana-mana.

 Cara dan Tempat Pembuangan Sampah


Pada hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara
sistem dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem ini memerlukan lahan yang
cukup luas dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara, tanah dan air serta
menciptakan tempat berkembang-biaknya agen dan vektor penyakit menular.

 Penyediaan Sarana Air Bersih


Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM terutama untuk penduduk kota, selebihnya
menggunakan sumur atau sumber air bersih lain. Bila datang musim kemarau akan terjadi
krisis air dan menyebabkan timbulnya penyakit gastroenteritis di berbagai tempat.
 Pencemaran Udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang Batas normal
terutama di kota-kota besar, akibat gas buangan kendaraan bermotor. Hampir setiap tabun
asap tebal meliputi wilayah Nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat
pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
 Pembuangan Limbah Industri dan Rumah Tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga maupun industri dibuang
langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi kebiasaan
penduduk melakukan kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK) di bantaran sungai sehingga
kualitas air sungai menurun dan apabila akan digunakan sebagai sumber air, dibutuhkan
biaya yang sangat tinggi untuk penjernihan air bersih.
 Bencana Alam dan Pengungsian
Bencana alam berupa gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir yang setiap saat
terjadi di berbagai tempat, yang disertai dengan konflik horizontal antar daerah yang
mengakibatkan terjadinya pengungsian penduduk akan menambah rumit masalah
kesehatan di Indonesia.
 Otonomi Daerah dan Pelayanan Kesehatan Primer
Bagi masyarakat kecil dan berekonomi lemah, kesehatan merupakan sesuatu yang sangat
mahal harganya karena hampir semua fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh pemerintah
telah berubah statusnya menjadi perusahaan Swadana. Selain itu, dampak dari otonomi
daerah mengakibatkan sebagian besar pelayanan-Posyandu di daerah telah dinonaktifkan
dan tidak berfungsi sehingga menimbulkan penyakit busung lapar dan poliomelitis di
berbagai tempat.
 Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit Menular
Terjadi peningkatan prevalensi dan insidensi penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk
seperti penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Malaria yang bersifat endernis serta
penyakit lain yang ditularkan oleh hewan ternak seperti penyakit Antraks dan Avian
Influensza.
 Status Ekonomi dan Tingkat Pengangguran
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Tenaga Kerja, hampir 50 juta
penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dengan tingkat pengangguran sudah
mencapai sekitar 20 juta orang dengan angka pertambahan jumlah penduduk setiap tahun
sekitar 1,8 sampai 2%. Semua ini akan menyebabkan semakin kompleksnya masalah
kesehatan di Indonesia.
 Drugs Abuse atau Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya lain di kalangan masyarakat hampir setiap hari
diberitakan oleh media massa. Juga telah ditemukan pabrik. pembuat pil ekstasi terbesar
ketiga di dunia di Indonesia.
Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat
1. HUBUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN EKSPEKTASI HIDUP
MANUSIA
* Indikator status kesehatan dapat dilihat dari usia harapan hidup, sebab tingkat kesehatan
dapat mempengaruhi usia harapan hidup.
Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
1) Urbanisasi à kepadatan kota à keterbatasan lahan à daerah slum/kumuh à sanitasi
kesehatan lingkungan buruk
2) Kegiatan di kota (industrialisasi) à menghasilkan limbah cair à dibuang tanpa
pengolahan (ke sungai) à sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus à penyakit
menular.
3) Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi à emisi gas buang (asap) à mencemari
udara kota à udara tidak layak dihirup à penyakit ISPA.
HUBUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT :
STUDI DI KELURAHAN PENJARINGAN KECAMATAN PENJARINGAN
JAKARTA UTARA
Salah satu karakteristik kota adalah
 Jumlah penduduk yang makin banyak dan
 tingginya kepadatan penduduk.

 Dampak: ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dan jumlah penduduk yang
meningkat.
 Pertumbuhan penduduk kota, terutama dari arus pendatang tidak hanya menyebabkan
kota menjadi berkembang, tetapi menimbulkan permasalahan-permasalahan baru.
 pencari kerja  Bertumpuk di kota menimbulkan permasalahan yang cukup rumit (segi
fisik maupun non fisik) , serta  dampak negatif terhadap perkembangan daerah
sekitarnya, dan merupakan salah satu sebab timbulnya kawasan-kawasan kumuh di
perkotaan.
 Secara umum, permukiman kumuh (tidak layak huni berkaitan dengan kesehatan
masyarakat khususnya pada penyakit yang sering berjangkit selama di permukiman)
 Cermin : daerah yang tidak terencana, tidak teratur, dan bersifat informal, kepadatan
permukiman yang tinggi serta kondisi lingkungan yang buruk.
 Dalam era pembangunan dewasa ini, upaya perkembangan perumahan rakyat mendapat
perhatian yang besar dari berbagai pihak pemerintah sebagai upaya mewujudkan salah
satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu papan. Dalam perencanaan perkembangan hingga
saat ini perkembangan ekonomi masih menonjol, sedangkan pertimbangan kesehatan,
khususnya kesehatan masyarakat tampaknya masih belum mendapat perhatian.
 Penelitian ini memberikan gambaran tentang kondisi permukiman kumuh dalam
hubungannya terhadap kesehatan masyarakat dari segi lingkungan sosial, lingkungan
fisik, sanitasi lingkungan dan pola penyakit yang sering terjangk`it di lingkungan
permukiman kumuh.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah permukiman kumuh.
2. Hubungan variabel-variabel permukiman kumuh terhadap variabel kesehatan
masyarakat.
3. Berbagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di permukiman
kumuh.

 Lokasi penelitian adalah Kelurahan Penjaringan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara,


ditentukan berdasarkan purposive sampling. Dalam Kelurahan ini diambil 3 Rukun Warga
(RW) yang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya. Selanjutnya untuk
menentukan banyak sampel tiap-tiap RW digunakan cara proposional random sampling
yang seluruhnya berjumlah 130 responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dengan masyarakat setempat,
serta observasi langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lapangan
dan literatur penunjang yang didapat dari instansi terkait.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi-square yang
diteruskan dengan Uji Coefficient Contingency, disertai pula dengan analisis kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel-variabel permukiman kumuh
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat
dilihat dari faktor lingkungan sosial, yaitu faktor jenis pekerjaan, crowding index dan
jenis pelayanan kesehatan,akan tetapi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kesehatan masyarakat dari faktor pendidikan dan pendapatan.
 Masyarakatnya mayoritas berpendidikan, pendapatan masih dalam taraf rendah yaitu
pendidikan SD, sedangkan pendapatan masyarakat setiap bulan sebagian besar antara Rp
50.000,-sampai dengan Rp 100.000,-.
Variabel lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan
masyarakat dilihat dari faktor keadaan saluran/got air rumahtangga, kondisi lingkungan
jalan, kelembaban udara, sinar matahari, jumlah ruangan.

 Variabel sanitasi perumahan lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan


kesehatan masyarakat dilihat dari faktor, bau/aroma dari air saluran buangan
rumahtangga, saluran pembuangan mandi, saluran pembuangan kakus, pembuangan
sampah, dan sumber air minum dengan derajat hubungan cukup kuat: Sedangkan
terhadap kesehatan masyarakat dari faktor, saluran pembuangan masak, saluran
pembuangan air cucian tidak terdapat hubungan.
Dari hasil hubungan antara berbagai variabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
permukiman kumuh sangat erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat.
Perlu dilakukan perlindungan dan peningkatan terhadap kesehatan masyarakat di
permukiman kumuh ini, karena permukiman kumuh menurunkan derajat kesehatan
masyarakat dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kurangnya diperhatikan
lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan sanitasi perumahan lingkungan oleh masyarakat
serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal
akan menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

 air bersih:
air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan
efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama. Persyarakat
tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.
 Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.meliputi :
 persyaratan fisik:jernih, tidak berbau dan tidak berasa. suhu air bersih = suhu udara
atau kurang lebih 25°C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan
adalah 25°C ± 30°C.
 persyaratan kimia: pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca),
besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta
logam berat.
persyaratan biologis:tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dan
persyaratan radiologis: tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
 Persyaratan kuantitatif ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah
dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

 Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.
Persyaratan Kontinuitas
 Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. juga dapat diartikan
bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air
tersedia.
 Catatan: kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di
Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan
dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.
 Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam
aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB.
 Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.
 Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk
kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan
pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan
fasilitas energi yang siap setiap saat
Materi ke 3
LIMBAH RUMAH SAKIT
 Karakteristik utama limbah rumah sakit adalah adanya limbah medis (karena selain
limbah medis, rumah sakit juga menghasilkan limbah domestik, bahkan limbah radio
aktif)
JENIS
 Limbah non-medis adalah
limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis (berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman dan lainnya)
 Limbah medis
Adalah limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis.
 Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari rumah sakit dan unit pelayanan medis
lainnya dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada saat
pengumpulan, penampungan, penanganan, pengangkutan dan pembuangan serta
pemusnahan.
 Menurut WHO, beberapa jenis limbah rumah sakit dapat membawa risiko yang lebih
besar terhadap kesehatan, yaitu
* limbah infeksius (15% s/d 25%) dari jumlah limbah rumah sakit---limbah benda tajam
(1%), limbah bagian tubuh (1%), limbah obat-obatan dan kimiawi (3%), limbah radioaktif
dan racun atau termometer rusak (< 1%).
 Pada dasarnya limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Limbah rumah sakit dapat berbentuk padat, cair, dan gas yang dihasilkan dari kegiatan
diagnosis pasien, pencegahan penyakit, perawatan, penelitian, imunisasi terhadap
manusia dan laboratorium yang mana dapat dibedakan antara limbah medis maupun non
medis yang merupakan sumber bahaya bagi kesehatan manusia maupun penyebaran
penyakit di lingkungan masyarakat
 Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis dan non-medis.
 Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
 Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan limbah rumah sakit, khususnya
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan terhadap kesehatan antara lain, terhadap
gangguan kenyamanan dan estetika, terutama disebabkan karena warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, bau feses, urin dan muntahan yang tidak ditempatkan
dengan baik dan rasa dari bahan kimia organik.
 Penampilan rumah sakit dapat memberikan efek psikologis bagi pemakai jasa, karena
adanya kesan kurang baik akibat limbah yang tidak ditangani dengan baik.
 Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan kerusakan harta benda.
Dapat disebabkan oleh garam-garam terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. Selain itu limbah rumah sakit
menyebabkan gangguan atau kerusakan tanaman dan binatang. Hal ini terutama karena
senyawa nitrat (asam, basa dan garam kuat), bahan kimia, desinfektan, logam nutrient
tertentu dan fosfor.
 Terhadap gangguan kesehatan manusia, limbah medis rumah sakit terutama karena
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, desinfektan, serta logam seperti
Hg, Pb, Chrom dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
 Gangguan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi gangguan langsung adalah efek yang
disebabkan karena kontak langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis
beracun, limbah yang dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman
pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat, baik yang tinggal di sekitar rumah sakit maupun masyarakat
yang sering melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan,
pembakaran dan pembuangan limbah tersebut
 Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan gangguan genetik dan reproduksi.
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan system
reproduksi manusia, misalnya pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk, kecoa, tikus
dan serangga atau binatang pengganggu lain) dan bahan radioaktif.
 Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi silang. Limbah medis dapat
menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui proses infeksi
silang baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien.
 Pada lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah, air
permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan pencemaran lingkungan karena
limbah rumah sakit.
 Secara ekonomis, dari beberapa kerugian di atas pada akhirnya menuju kerugian
ekonomis, baik terhadap pembiayaan operasional dan pemeliharaan, adanya penurunan
cakupan pasien dan juga kebutuhan biaya kompensasi pencemaran lingkungan. Orang
yang kesehatannya terganggu karena pencemaran l ingkungan apalagi sampai cacat atau
meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas kesehatan yang berarti beban
sosial ekonomi penderitanya, keluarganya dan masyarakat.

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RS


 dasar pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun  2004 antara lain :
o Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.
o Hygiene sanitasi makanan dan minuman.
o Penyehatan air.
o Pengelolaan limbah.
o Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).
o Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.
o Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.
o Pengamanan dampak radiasi.

 Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan lingkungan rumah
sakit baik in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien,
pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan
sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan.
 Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap
limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan
serta tahap pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.
 Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari
tindakan preventif dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan. Atau minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi
beberapa tindakan seperti usaha reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang,
pengolahan limbah, serta pembuangan limbah sisa pengolahan.
 Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan
Minimisasi dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Usaha Minimisasi Limbah
 Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
 Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
 Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
 Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas
kesehatan dan kebersihan.
 Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun.
 Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
 Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
 Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
 Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor.

Pemilahan Limbah
 Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
 Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah adalah
kunci pembuangan yang baik.

Tempat Penampungan Sementara


 Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar
limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
 Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan
pada suhu ruang.
Transportasi
 Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan
dalam kontainer yang kuat dan tertutu p.
 Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus.
 Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
 Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:
Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri,
Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy
duty gloves).

Pengumpulan Limbah Medis


 Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli
khusus yang tertutup.
 Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling
lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
 Limbah Medis dan K

Persyaratan Pewadahan Limbah Medis


Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain:
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis.
Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti
botol atau karton yang aman.
Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol,
jeregen atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
Label dan Wadah Limbah Medis Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan
limbah medis ini menyangkut penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah.
Detail warna dan lambah label pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label
pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk
memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di
tempat sumbernya :

Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini


 Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
 Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
 Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah non-
medis.
 Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis dan
perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis


sebagai berikut:
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
 Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
 Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
 Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3
bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

Anda mungkin juga menyukai