A. KESEHATAN LINGKUNGAN
Ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk
atau masyarakat dan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti
berbagai spesies kehidupan, bahan, zat, atau kekuatan disekitar manusia yang
menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan kesehatan masyarakat, serta
mencapai upaya-upaya pencegahannya.
Ilmu kesehatan lingkungab yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat
untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya
bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik,
mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan
kecacatan”. Sedangkan menurut UU No 36 / 2009 Tentang kesehatan : Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
b. Sistem pencernaan
Simpul 4
Kejadian penyakit Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif
penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat.
Menurut WHO
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
c. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang
optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok
mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi
UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama. Mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406
tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk
tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil
pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu,
masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di
masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
Sementara itu pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Secara filosofi : suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah amupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur.
Secara keilmuan : Ilmu pengetauan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tujuan K3
Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3 bertujuan
untuk menjamin kesempurnaan jasmaniah dan rokhaniah tenaga kerja serta hasil
karya dan budayanya. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan
untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
dan menjamian :
1. Bahwa setiap tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dalam keadaan
selamat dan sehat.
2. Bahwa setiap sumber produksi dipergunakan secara aman dan efesien
3. Bahwa proses produksi dapat berjalan lancar
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha K3 tidak lain adalah usaha
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan dan penyakit di tempat kerja.
Ruang Lingkup K3
Bertolak dari batasan higiene industri, kesehatan kerja, dan keselamatan kerja di
atas, maka ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja dapat digariskan
sebagai berikut :
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
2. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :
a. Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian
d. Proses produksi
Hiperkes:
1. Tenaga Kerja merupakan Tujuan Utama
2. biasanya mengurusi golongan karyawan yang mudah didekati
3. efektifnya pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodik
4. yang dihadapi lingkungan kerja
5. terutama bertujuan meningkatkan produktivitas
6. dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja \
7. perkembangan sangat pesat setelah revolusi industri
8. perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan
Kesehatan Masyarakat :
1. Masyarakat umum merupakan Tujuan Utama
2. biasanya mengurusi masyarakat yang kurang mudah dicapai.
3. sulit melakukan pemeriksaan kesehatan periodik
4. yang dihadapi lingkungan umum
5. terutama bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
6. dibiayai oleh anggaran pemerintah
7. perkembangan sangat pesat setelah kemajuan dibidang Ilmu jasad-jasad
renik
8. perundang-undangan berada dalam Ilmu Kesehatan
Ilmu Kesehatan dan Keselamatan kerja juga meliputi penerapan berbagai keilmuan
kedokteran, fisika, kimia, biokimia, sosial dan fisiologi. Dalam penerapan ilmu-ilmu
tersebut dikembangkan melealui disiplin ilmu higiene lingkungan kerja, toksikologi
industri, gizi tenaga kerja, ergonomi, dan penerapan prinsip-prinsip keselamatan
kerja.
Dalam menciptakan suasana serta kondisi lingkungan kerja yang sehat diperlukan
upaya-upaya yang merupakan penerapan ilmu higiene lingkungan kerja untuk
mencegah bahaya lingkungan kerja dan masyarakatnya melalui penerapan teknologi
yang sasarannya adalah lingkungan kerja. Sedangkan sifat, cara masuk serta
pencegahan dari zat-zat toksik di lingkungan kerja memerlukan penerapan keilmuan
toksikologi industri melalui pendekatan ilmu kimia, fisika, biokimia, immunologi,
immunokimia serta fisiologi. Di dalam proses pekerjaannya tenaga kerja berhadapan
dengan peralatan kerja, untuk proses adaptasi dan mencapai produktipitas
diperlukan keserasian dengan aspek-aspek fisik maka aspek suasana kerja,
kepuasan kerja, serta rasa aman dalam bekerja maka diperlukan pengembangan
psikologi industri serta penerapan aspek-aspek keselamatan kerja