Universitas Indonesia
Pengantar Penyakit Berbasis Lingkungan
Disusun Oleh:
Novia Anasta
1806269240
2. Apa yang dimaksud dengan agent penyakit. Sebutkan dan berikan contoh!
Pengertian Agen Penyakit
Menurut Budiarto (2003). Agent penyakit adalah makhluk hidup atau mati yang memegang
peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan
menjadi:
Golongan virus, misalnya influenza dan cacar
Golongan riketsia, misalnya tifus
Golongan bakteri, misalnya disentri
Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, dan sebagainya
Golongan jamur, misalnya panu
Golongan cacing, misalnya cacing perut seperti ascaris, cacing kremi, cacing pita, cacing
tambang dan sebagainya
Klasifikasi Agen Penyakit
Menurut Chandra (2009), klasifikasi agen penyakit dibagi menjadi 5 kelompok :
Agen biologis, contohnya virus, bakteri, fungi
Agen kimia, dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes dan uremia atau bersifat
exogenous seperti zat kimia, allergen, debu
Agen nutrisi, contoh protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air
Agen mekanik, contoh gesekan, benturan atau pukulan yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh pejamu
Agen fisika, contoh panas, radiasi,dingin, kelembaban,tekanan, kebisingan
5. Deskripsikan dengan pendekatan teori simpul apa itu penyakit yang disebabkan oleh
parasit metazoa berikan 2 contoh. gambarkan secara skematik transmisi parasit-parasit
metazoa dan dimana melakukan pencegahan?
Penyakit yang disebabkan oleh parasit metazoa merupakan hasil interaksi manusia dengan parasit
metazoa. Parasit metazoa termasuk kedalam zooparasit dan terbagi menjadi 2, yaitu helminthes
(cacing) dan arthropoda (serangga). Contoh penyakit yang dapat ditimbulkan adalah Taeniasis
dan infeksi cacing tambang. Berikut skema transmisi parasit pada penyakit taeniasis dan infeksi
cacing tambang
a. Penyakit Taeniasis
Penyakit taeniasis bersumber dari manusia yang menderita penyakit tersebut. Penderita
mengeluarkan feses yang mengandung telur cacing (Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia
asiatica). Feses akan mengkontaminasi air dan tanah atau pangan di sekitar tempat pembuangan.
Telur akan bertahan lama apabila kelembaban lingkungannya tinggi. Air dan tanah atau pangan
yang terkontaminasi menjadi media untuk masuknya telur (cacing) dalam tubuh hewan maupun
manusia. Masuknya media pembawa agent ke dalam tubuh dapat didukung oleh perilaku dan
karakteristik dari suatu masyarakat. Penyebaran dapat melalui konsumsi air dan pangan yang
kurang matang, buruknya sanitasi dan higienitas lingkungan, serta kurangnya manajemen
pengendalian hewan ternak.
Upaya pencegahan dan penanggulangan taeniasis dapat dilakukan pada simpul 1 dan simpul
3. Penderita dapat diberikan obat cacing untuk dapat mematikan cacing di tubuh sehingga
memberhentikan produksi cacing di dalam tubuh manusia (simpul 1). Selanjutnya dapat
memperbaiki perilaku masyarakat terkait konsumsi makanan matang dan air matang, sanitasi dan
higienitas lingkungan, penyuluhan manajemen pemeliharaan hewan ternak.
b. Penyakit Infeksi Cacing Tambang (Intestinal Hookworm Disease)
Seperti halnya dengan penyakit taeniasis. Penyakit infeksi cacing tambang bersumber dari
penderita itu sendiri. Penderita mengeluarkan feses yang mengandung telur cacing (Ancylostoma
duodenale, A. ceylanicum, Necator americanus). Feses akan mengontaminasi air dan
tanah/pangan di sekitar tempat pembuangan. Sehingga media pembawa agent adalah tanah dan
air. Telur akan bertahan lama apabila iklim hujan tinggi (kelembaban tinggi). Hal paling umum
penularan penyakit ini dikarenakan perilaku masyarakat dalam melakukan aktivitas luar tanpa
menggunakan alas kaki sehingga bersentuhan dengan tanah secara langsung (agent masuk melalui
kulit), mengonsumsi makanan dan minuman yang kurang matang, dan kurangnya sanitasi &
higienitas lingkungan (agent masuk kedalam pencernaan). Anak – anak memiliki prevalensi tinggi
terhadap penyakit ini.
Masuknya agent ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala atau tanda yang paling umum
seperti anemia. Cacing masuk melalui kulit akan menghisap darah sehingga penderita akan
kekurangan zat besi. Gejala lainnya yaitu sakit perut, diare, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, dan kelelahan. Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit ini melalui
pendekatan simpul 1 dan simpul 3. Pada simpu 1, penderita akan diberikan obat untuk mematikan
cacing yang berada didalam tubuh sehingga dapat memberhentikan produksi cacing dan
memperbaiki perilaku masyarakat untuk dapat menggunakan alas kaki dimanapun & kapanpun,
meningkatkan sanitasi & higenitas lingkungan, penerapan PHBS, dan lainnya.
Sekitar 87% penyebab pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor. Pembakaran
bensin yang tidak sempurna dalam mesin kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang
terbesar polusi udara. Polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dapat berupa karbon
monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, serta partikel padat seperti timbal. Senyawa-
senyawa tersebut bisa dijumpai dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan minyak pelumas
mesin. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (BBM)
menyebabkan udara yang kita hirup di sekitar kita menjadi tercemar akibat gas-gas buangan hasil
pembakaran.
Sulfur Dioksida di udara mempunyai pengaruh langsung terhadap manusia terutama karena
sifat iritasi dari gas itu sendiri. Sulfur Dioksida dapat menyebabkan penyakit bronchitis,
emphysema, dan lain-lain. Penderita penyakit saluran pernapasan akan menjadi lebih parah
keadaanya. Upaya penanggulangan sulfur dioksida dapat dilakukan dengan melakukan
pengendalian pada simpul 1, yakni dengan mengendalikan jumlah kendaraan bermotor yang
beroperasi sehingga produksi sulfur dioksida dapat dikurangi dan dampak penyakit dapat dicegah
7. Gambarkan dan jelaskan dengan pendekatan Teori Simpul tentang Limbah Pabrik
Makanan
Simpul 1 : Sumber penyakit yaitu parameter yang menunjukkan sumber agen penyakit.
Pada kasus ini Proses produksi pada pabrik makanan menghasilkan limbah padat berupa
ampas yang dihasilkan industri maupun sisa makanan.
Simpul 2 : Media transmisi agar agen dapat berpindah dari sumber ke host. Media
transmisinya adalah Udara. berasal dari pembakaran limbah padat tersebut
Simpul 3 : Adalah karakteristik penduduk yang terserang agen. Pada kasus ini perilaku
pemajanannya mencakup pekerja didaerah terpajanan dan warga sekitar daerah
terpajanan, Kadar CO2 yang masuk melalui saluran pernapasan
Simpul 4 : Kesehatan terganggu akibat dari limbah padat yang berupa abu dan debu
yang menyebar mengakibatkan terganggunya penafasan terutama pada bayi dan anak-
anak terserang flek, masyarakat merasakan radang pada mata dan tenggorokan.
8. Gambarkan dan jelaskan dengan pendekatan Teori Simpul tentang Limbah Rumah
Sakit
Simpul 1 : Sumber penyakit yaitu parameter yang menunjukkan sumber agen penyakit.
pada kasus ini Buangan limbah cair rumah sakit ke perairan yang mengandung
mikroorganisme pathogen, bahan beracun
Simpul 2 : Media transmisi agar agen dapat berpindah dari sumber ke host. Media
transmisinya adalah Air
Simpul 3 : Adalah Para pekerja serta penduduk sekitar yang kesehariannya
mengonsumsi/menggunakan air yang telah tercemar oleh berbagai macam agen penyakit
Simpul 4 : Dalam kasus ini, penyakit yang berpotensi muncul seperti keluhan gatal-
gatal, gangguan kulit serta gangguan pencernaan serta keracunan
9. Gambarkan dan jelaskan dengan pendekatan Teori Simpul tentang Letusan Gunung
Berapi (gas dan partikel apa yang keluar dari Gunung Berapi? Sebutkan rujukan
statement anda
Simpul 1 : Sumber penyakit yaitu parameter yang menunjukkan sumber agen penyakit.
pada kasus ini ledakan gunung berapi
Simpul 2 : Media transmisi agar agen dapat berpindah dari sumber ke host. Media
transmisinya adalah Udara
Simpul 3 : Adalah Para penduduk yang tinggal di dekat daerah letusan gunung berapi
Simpul 4 : Dalam kasus ini, Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus.
a. Karbon monoksida (CO): Jika terhisap ke dalam paru-paru akan mengikuti peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen
b. Karbon dioksida (CO2) menyebabkan kesulitan pernafasan yang diikuti sakit kepala
dan sesak nafas dan kehilangan kesadaran setelah paparan selama 5-10 menit
c. Nitrogen (NO2) dapat menyebabkan hujan asam serta menyebabkan penyakit
tenggorokan dan iritasi mata.
d. Sulfur dioksida (S02) Dihasilkan oleh lava vulkanik yang menyebabkan hujan asam
serta penyakit pernapasan.
Referensi
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta
Diafri, Defriman. 2018. Manajemen Kesehatan Daerah Wisata. Jurnal Kesehatan Masyarakat. FK
Universitas Andalas: Vol. 3 No 1.
Maharani, Elisa. 2014. Pengendalian Penyakit Menular dan Non Menular. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro
Sudrajat.2010. Riwayat alamiah Penyakit (Natural History of Disease). Kalimantan : STIKES
Kapuang Raya Sitang
Suryani, Anih. 2014. Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan dan Kesehatan. Jurnal
Kesejahteraan Sosial Vol. VI, No. 04/II/P3DI
Purnama SG. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan [Internet]. 2016 [cited 2020 Nov 25]. p. 4–7.
Available from:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e1cf67b8122c12a4d2a95d6ac50137ff.pdf
Purnama SG. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan [Internet]. 2016 [cited 2020 Nov 25]. p. 4–7.
Available from:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e1cf67b8122c12a4d2a95d6ac50137ff.pdf