NIM : I2A022001
Magister Kesehatan Masyarakat, Jenderal Soedirman University
One Health
One Health ini merupakan aktivitas global yang penting berdasarkan konsep bahwa
kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan atau ekosistem bersifat saling bergantung satu sama
lain atau interdependen. Sehingga tenaga profesional yang bekerja dalam satu lingkup area
tersebut, dapat memberikan pelayanan yang terbaik dengan cara, saling berkolaborasi untuk
mencapai pemahaman yang lebih baik. Dimana dalam hal ini mengenai semua faktor yang
terlibat dalam penyebaran penyakit, kesehatan ekosistem, serta kemunculan patogen baru dan
agen zoonotik, juga kontaminan dan toksin lingkungan yag dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas substansial, serta berdampak pada pertumbuhan sosioekonomik, termasuk pada negara
berkembang.
One Health bukanlah sebuah konsep baru, tetapi menjadi lebih penting dalam beberapa
tahun belakangan. Banyak faktor yang berubah dalam interaksi antara manusia, hewan dan
lingkungan. Faktor-faktor ini, termasuk globalisasi, urbanisasi dan industrialisasi, telah
menyebabkan munculnya dan kemunculan kembali banyak penyakit. Tujuan dari one health
yaitu untuk mengurangi risiko dampak tinggi penyakit pada antarmuka ekosistem hewan-
manusia. Ini adalah sebuah pendekatan untuk menghadapi tantangan yang kompleks pada titik
pertemuan antara hewan, manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat
pandemi, krisis pangan global, dan perubahan iklim; koordinasi yang terpadu dan diperluas
bekerja pada berbagai sektor dan secara profesional untuk meningkatkan jangka panjang pada
kesehatan dan kesejahteraan. Pendekatan satu kesehatan membawa pada kesempatan untuk
berinovasi dan mengumpulkan pengalaman dari fakultas dan lembaga lainnya.
Ruang lingkup dari One Health dapat digambarkan oleh Gibbs dengan sebuah payung,
dimana pada payung ini terdapat cakupan yang sangat luas dan dibawahnya berisikan berbagai
disiplin ilmu yang dapat berkontribusi dalam teori One Health. Beberapa penulis menganggap
bahwa pernyataan “One Medicine”, “One Health” dengan “One World, One Health , One
Medicine” memiliki arti yang sama. Namun hal tersebut masih perlu dipertimbangkan. Ada
beberapa hal yang memiliki tujuan serupa dengan teori One Health dan dapat dikatakan juga
termasuk dalam ruang lingkup One Health sendiri, yaitu One medicine, Comparative medicine,
Translational medicine, Zoobiquity, Evolutionary medicine.
Konsep one health, adalah konsep yang melibatkan banyak sektor untuk menyelesaikan
permasalahan yang muncul akibat irisan dari tiga hal utama yang ada yaitu lingkungan, manusia
dan hewan. Ketiga hal tersebut memiliki bagian yang saling beririsann, dan dapat menimbulkan
masalah baru untuk keseimbangan lingkungan. One health adalah pengembangan cara
pendekatan terhadap suatu masalah kesehatan dalam arti luas. Adanya kejadian penyakit
zoonosis strategis yang terjadi hampir di seluruh bagian dunia (flu burung, rabies, dan anthrax)
memperkuat besarnya pengembangan dan pendekatan konsep one health ini.
Istilah global health atau kesehatan global kerap kali digunakan dalam banyak penelitian
akademis, dokumen pemerintah, dan organisasi internasional. Istilah kesehatan global juga kerap
kali disamakan dengan istilah international health atau kesehatan internasional walaupun
terdapat pendapat yang menyatakan keduanya memiliki definisi yang ber- beda. Selain itu,
kesehatan global juga kerap disa- makan sebagai public health atau kesehatan publik yang dalam
sejarahnya mengacu pada kondisi di da- lam batas suatu negara. Dalam perkembangannya,
istilah kesehatan global mulai menggantikan istilah kesehatan internasional. Konsep kesehatan
global muncul sebagai bagian dari proses perubahan politik dan sejarah. WHO yang sebelumnya
berperan sebagai aktor dominan dalam kesehatan internasional, kemudian melakukan tran- sisi
diri dan beradaptasi terhadap konstelasi yang ada. WHO kemudian mereposisi diri menjadi koor-
dinator dan strategic planner dari inisiatif kesehatan global yang merupakan bentuk strategi
dalam mer- espon transformasi kesehatan global
Perjalanan Indonesia dalam melakukan langkah politik dalam kesehatan global berawal
dari terjadinya wabah flu burung di Indonesia pada tahun 2003. Awalnya penyakit ini hanya
menyerang unggas dan hewan lain. Namun seiring perjalanan waktu, virus ini dapat menular
kepada manusia melalui kontak langsung. Pada tahun 2005, di Indonesia pertama kali ditemukan
kasus flu burung yang menyerang manusia di Tanah Karo, Sumatera Utara. Pada saat itu tingkat
kematian yang terjadi mencapai 70% dari setiap kasus. WHO (World Health Organization)
sebagai organisasi yang bergerak dalam isu kesehatan internasional mewajibkan setiap negara
yang ada wabah flu burung di negaranya untuk mengirimkan sampel virus kepada GISN (Global
Influenza Surveillance) untuk mencegah terjadinya pandemi virus. WHO mendiagnosa bahwa
kasus flu burung pada manusia pertama di Indonesia merupakan kasus penularan antar manusia
(human to human transmission) yang mana ini bertentangan dengan dugaan Menteri Kesehatan
kala itu. Hingga akhirnya Indonesia bersikeras melakukan sequencing DNA virus flu burung
secara mandiri dengan bantuan ilmuan molecular biologist Sangkot Marzuki pimpinan Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman. Setelah hasil sequencing DNA virus dari kasus tersebut keluar,
ternyata hasilnya tidak menunjukkan bahwa kasus tersebut terjadi karena penularan manusia
melainkan penularan dari unggas secara langsung, hanya saja jenis virusnya lebih ganas.
Merespon isu-isu kesehatan global seperti yang di- jelaskan di atas, perkembangan saat
ini menunjuk- kan bahwa pembahasan mengenai isu kesehatan global di tingkat internasional
semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari kesepakatan-kesepakatan dan negosiasi-negosiasi
internasional di berbagai level, baik multilateral dan regional dan bilateral. Perkembangan ini
tentu saja memberi peluang bagi perluasan ruang kerja sama internasional di mana negara-negara
di dunia, termasuk Indonesia, dapat berperan dalam mendukung agenda prioritas kesehatan
global. Dalam rangka menciptakan sistem peringatan dan respon global yang efektif terhadap
pandemi, WHO membentuk Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN).
Sehubungan dengan semakin besarnya tantangan mengontrol penyebaran penyakit dikarenakan
tim- bulnya penyakit baru dan semakin intensnya pergerakan global hewan dan barang yang
dapat menjadi agen penyebaran penyakit infeksi.
Secara umum taraf kesehatan global telah lebih baik dari dekade-dekade sebelumnya.
Namun demiki- an, masyarakat global masih menghadapi kesuli- tan keuangan dalam mengakses
layanan kesehatan yang efektif, termasuk layanan obat-obatan serta alat kesehatan khususnya
dalam menangani NCD (penyakit tidak menular). Langkah utama yang perlu ditempuh untuk
menga- tasi tantangan ketidakseimbangan akses masyarakat pada produk dan layanan kesehatan
adalah: (i) memperkuat jaringan di tingkat nasional dan global dalam menumbuhkan industri
kesehatan serta (ii) menjaga konsistensi Pemerintah dalam mempertah- ankan atau meningkatkan
peruntukan pembiayaan kesehatan (health financing). Kedua hal tersebut penting untuk
meningkatkan kualitas layanan kese- hatan dan akses terhadap produk medis esensial sep- erti
vaksin, obat-obatan, dan produk alat kesehatan lainnya.
Globalisasi dan perkembangan teknologi menjadi aspek yang berpengaruh dalam
memosisikan kualitas sebuah industri, termasuk industri farmasi. Industri farmasi sebagai salah
satu industri yang memerlukan sentuhan teknologi tinggi sangat dipengaruhi oleh globalisasi,
sehingga diperlukan percepatan suatu negara berkembang untuk mampu beradaptasi pada era
teknologi dan globalisasi ini. Seiring perkembangan globalisasi, pasar sebagai aspek penting dan
fak- tor kunci bagi industri farmasi menjadi sangat kompleks, dinamis dan sulit diprediksi.
Faktor utama penyebab kompleksnya pasar farmasi global adalah produksi dan peredaran obat
juga harus mengikuti regulasi yang ketat termasuk regulasi mengenai paten obat. Seiring dengan
derasnya arus globalisasi, maka negara-negara ekonomi pharmerging mulai bermunculan, yaitu
negara berkembang yang per- tumbuhan farmasinya tinggi seperti Indonesia.
Perdagangan global produk farmasi khususnya vaksin memberikan kontribusi yang besar
bagi per- tumbuhan jumlah industri farmasi yang bermain di tingkat global. Sebelumnya
perdagangan vaksin didominasi oleh pemain yang berasal dari perusahaan - perusahaan
multinasional (multinational cor- poration/MNC) negara maju, namun belakangan muncul
pemain-pemain baru yang berasal dari neg- ara berkembang. Meskipun para pemain ini belum
memiliki kemampuan yang secara langsung dapat disetarakan dengan pemain dari negara maju,
na- mun mereka telah memiliki segmen pasar tersendiri dalam perdagangan vaksin imunisasi
dasar.
Menyusul industri farmasi, industri kesehatan juga diprediksikan akan tumbuh lebih pesat
di sektor perdagangan jasa kesehatan. Saat ini sektor jasa kesehatan menjadi salah satu sektor
strategis dalam aspek perdagangan jasa antar negara. Tumbuhn- ya sektor jasa kesehatan juga
sebagai dampak dari globalisasi khususnya faktor-faktor berikut: (i) laju investasi lintas negara;
(ii) mobilitas lintas negara tenaga medis profesional dan pasien; (iii) arus infor- masi dan
teknologi komunikasi lintas negara; serta (iv) transfer ide dan keahlian manajemen. Dengan
semakin pesatnya pertumbuhan perdagangan sektor jasa kesehatan maka diharapkan target-target
SDGs dapat dipenuhi sebelum tahun 2030.
Diskusi :