Anda di halaman 1dari 100

SOSIALISASI PENANGGULANGAN DINI

KLB DAN WABAH DI PUSKESMAS

Oleh :

Dr. H. DEDI KURNIAWAN


APA ITU KLB

KLB KERACUNAN
PANGAN : SUATU KEJADIAN
MERUPAKAN SALAH SATU DIMANA TERDAPAT DUA
KLB PENYAKIT MENULAR : ORANG ATAU LEBIH YANG
TIMBULNYA ATAU STATUS YANG DITERAPKAN DI
INDONESIA UNTUK MENDERITA SAKIT DENGAN
MENINGKATNYA KEJADIAN
GEJALA – GEJALA YANG
KESAKITAN/KEMATIAN YANG MENGKLASIFIKASIKAN
BERMAKNA SECARA SAMA ATAU HAMPIR SAMA
PERISTIWA PERNYAKIT YANG SETELAH MENGKONSUMSI
EPIDEMIOLOGIS PADA SUATU
DAERAH DALAM KURUN MEREBAK DAN DAPAT SESUATU DAN
WAKTU TERTENTU BERKEMBANG MENJADI  BERDASARKAN ANALISIS
WABAH  EPIDEMIOLOGI, MAKANAN
TERSEBUT TERBUKTI
SEBAGAI SUMBER RACUN
APA ITU WABAH ???

KEJADIAN BERJANGKITNYA SUATU PENYAKIT


MENULAR DALAM MASYARAKAT YANG JUMLAH
PENDERITANYA MENINGKAT SECARA NYATA MELEBIHI
DARI PADA KEADAAN YANG LAZIM PADA WAKTU DAN
DAERAH TERTENTU SERTA DAPAT MENIMBULKAN
MALAPETAKA
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

Epi = atas
demos = masyarakat
Logos = ilmu
“Ilmu
yg mempelajari ttg
masyarakat”
Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari kejadian dan
penyebaran penyakit atau
masalah kesehatan serta
faktor-faktor yang
mempengaruhinya, pada
sekelompok manusia tertentu.
1.1 Pengertian
Surveilans…..

Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Tujuan Surveilans :

 Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan


penyakit, dan faktor risikonya serta masalah kesehatan
masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai
bahan pengambilan keputusan;
 Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap
kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan
dampaknya;
 Terselenggaranya investigasi dan
penanggulangan KLB/Wabah; dan
 Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada
para pihak yang berkepentingan sesuai dengan
pertimbangan kesehatan.
TGC

Respon cepat adalah suatu tindakan atau kegiatan yang


dilakukan secara cepat setelah mengetahui adanya sinyal
bahaya agar suatu keadaan tidak menjadi lebih buruk.
Tindakan yang dimaksud dapat berupa pencegahan maupun
pengendalian.
Time lines :

 Penanggulangan terlambat

PEMANTAUAN POTENSIAL KLB PENYAKIT MENULAR AGAR TERDETEKSI DENGAN


CEPAT KECENDRUNGAN PENINGKATAN KASUS DAN KEMATIAN
Metode penanggulangan
• Tim penanggulangan KLB adalah tim
fungsional lintas program maupun lintas
sektor yang selajutnya disebut sebagai tim
gerak cepat (TGC)
• Sarana : tenaga, alat, biaya dll
• Waktu : menyusun jadwal kegiatan
penanggulangan sesegera mungkin agar
KLB tidak cepat meluas
KOMUNIKASI

KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF ATAU BUKAN ??......
1. Seorang anak menangis di malam hari,
ibunya tetap tidur, tapi tetangganya terbangun

Bukan komunikasi efektif, karena yang dituju


adalah ibunya dan ibunya tetap tidur
2. Seorang anak menangis di malam hari. Ibunya
mendengar tangisan itu, lalu bangun dan
menghampirinya.

Efektif karena seluruh komponen


komunikasi dan tujuan yang
diinginkan tercapai
 Komunikasi Risiko

merupakan bagian dari rangkaian


proses meminimalkan risiko
RISIKO
Kemungkinan akan terjadi suatu yg
berbahaya
Bencana (Gempa bumi, Tsunami)
alam

RISIKO Manusia (penyakit akibat rokok,


kecelakaan,dll)

Alam &
manusia (Banjir, tanah longsor, )

11
Komunikasi Risiko adalah

Proses pertukaran informasi secara


terus-menerus, baik langsung dan
tidak langsung dengan pemberitaan
yang benar dan bertanggung jawab
yang terbuka dan interaktif atau
berulang di antara individu, kelompok
Tujuan Komunikasi Resiko
1. Meningkatkan peran serta dan kesiapsiagaan masyarakat

2. Landasan umum pengambilan keputusan dan penetapan kegiatan


kesiapsiagaan

3. Prosedur penyelenggaraan kegiatan komunikasi resiko

4. Upaya menggalang kemitraan dalam mengahadapi KLB atau wabah

5. Pengembangan Pesan-pesan KLB atau wabah


PETA WILAYAH KERJA
KOMUNIKASI RISIKO

Wilayah KLB dan Wabah

Wilayah Sekitar

Diluar Wilayah Sekitar


A. Sasaran Komunikasi
Sasaran primer
adalah individu, kelompok atau masyarakat yang diharapkan akan
01 berubah perilakunya. Yang termasuk dalam sasaran primer adalah
semua anggota masyarakat yang berisiko tertular

Sasaran sekunder
adalah individu, kelompok atau organisasi yang mempengaruhi
02 perubahan perilaku sasaran primer. Yaitu kader, tokoh masyarakat,
tokoh agama, petugas kesehatan, petugas pemerintah, organisasi
profesi, ormas, LSM, dan sebagainya.
.

Sasaran tersier
adalah individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kewenangan
03 untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam pelaksanaan
penanggulangan.seperti para pejabat eksekutif, legislatif, penyandang
dana, pimpinan media massa, dan sebagainya.
Strategi Komunikasi dalam Situasi Krisis
KEPERCAYAAN

PEMBERITAHUAN
PERENCANAAN
PERTAMA

PENDAPAT
DAN TRANSPARANSI
SIKAP MASY
PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH
UNTUK TIM GERAK CEPAT (TGC) DI
PUSKESMAS
MATERI POKOK
1. Konsep Dasar Penyakit Infeksi
2. Protokol Kesehatan di masyarakat
3. Pemulasaran jenazah
4. Kewaspadaan Isolasi
5. Kewaspadaan Standar
6. Kewaspadaan Transmisi

39
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
PEJAMU AGEN LINGKUNGAN
orang yang menjadi Mikrorganisme Tempat dimana agen
tempat atau proses penyebab infeksi seperti infeksi dapat hidup,
terjadi infeksi bakteri, virus, tumbuh dan
( usia, status gizi, status jamur, dan parasite berkembang biak dan
imunisasi, penyakit pengaruh dari adaptasi siap untuk ditularkan ke
kronis, jenis kelamin, terhadap lingkungan orang lain
ekonomi, herediter ) dan penjamu
.
40
Mata Rantai Penularan

41
PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
 Pengukuran suhu
 Skrining tanda gejala  Bersihkan meja / area kerja sebelum
 Lakukan kebersihan tangan dan setelah digunakan
 Gunakan siku atau alat utk  Menjaga jarak dengan rekan kerja
menyentuh tombol lift minimal 1 meter
 Gunakan masker kecuali makan  Usahakan aliran udara dan sinar
dan minum matahari masuk ke ruang kerja
 Tidak berkerumunan, jaga jarak  Hindari kontak fisik seperti bersalaman
saat absensi dan berpelukan

42
Protokol Kesehatan Di Masyarakat
PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN
INDIVIDU MASYARAKAT
 APD  Edukasi Kesehatan
 Kebersihan Tangan  Sarana Cuci tangan
 Jaga jarak > 1 M  Pengaturan jarak
 Meningkatkan Daya  Desinfeksi permukaan
tahan tubuh  Gunakan masker
 Edukasi Isolasi Mandiri

43
PEMULASARAN JENAZAH
 Kategori 1 (label  Kategori 2 (label  Kategori 3 (Label
biru) Kuning) Merah)
 Bukan penyakit  Penyakit HIV,  Penyakit Anthrax,
kategori 2 dan 3 Hepatitis, SARS, Plaque, rabies, viral
avian influenza hemorrhagic fever.

44
KEWASPADAAN ISOLASI

• PPI di fasyankes
• Kewaspadaan Standar harus diterapkan oleh petugas dan
masyarakat secara rutin dan konsisten di pelayanan
fasilitas kesehatan dan masyarakat
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi terdiri dari kontak,
droplet, airborne, vehikulum (vehicle), dan vektor
45
46
KEWASPADAAN STANDAR

 Kebersihan tangan (hand  Kesehatan karyawan


hygiene)  Penempatan pasien
 Alat pelindung diri  Hygiene respirasi/Etika batuk
 Peralatan perawatan pasien  Praktek menyuntik yang aman
 Pengendalian lingkungan  Praktek pencegahan untuk
 Penatalaksanaan linen prosedur lumbal punksi
 Pengelolaan Limbah dan
benda tajam

47
HAND HYGIENE

5 MOMENT FOR
HAND HYGIENE

ENAM
LANGKAH
KEBERSIHAN TANGAN

CARA
HAND RUB HAND WASH
( berbasis alkohol) ( dengan air mengalir dan antiseptik)
Jika tangan tidak terlihat kotor Jika tangan terlihat kotor

WAKTU
20 – 30 detik 40 – 60 detik

LANGKAH
6 LANGKAH

MOMENT
5 MOMEN
ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
 Merupakan Alat Pelindung yang dipakai petugas
untuk melindungi kulit , mukosa mata, hidung dan
mulut terhadap darah dan cairan tubuh infeksius
 Perhatikan cara memakai dan melepas APD
 Lakukan fit tes dan tes segel pada pemakaian
masker respirator partikulat
JENIS ALAT PELINDUNG DIRI :

 Sarung tangan
 Masker
 Gown/coverall
 Goggles/ Visor
 Sepatu boot/shoe cover
 Pelindung kepala
52
53
54
PERALATAN PERAWATAN PASIEN
 Peralatan sebaiknya single
use/tersendiri
 Bila akan dipakai kembali
untuk pasien yang lain
harus dilakukan
pembersihan atau
dekontaminasi sesuai
kaidah PPI 55
PRINSIP DEKONTAMINASI

 Pembersihan : mengangkat kotoran dari


benda atau permukaan.
 Disinfeksi : suatu proses membunuh
mikroorganisme tetapi tidak membunuh
spora.
 Catatan: kegagalan mengangkat kotoran
dari benda/permukaan dapat
menyebabkan proses desinfeksi tidak

x
efektif
DEKONTAMINASI

Indikasi:
 Alat medis habis pakai,
 Permukaan meja/ permukaan lain yang tercemar/tumpahan
darah atau cairan tubuh pasien
 Linen bekas pakai yang tercemar darah/atau cairan tubuh
pasien

Komite PPI
PROSEDUR DEKONTAMINASI ALAT HABIS PAKAI

 Cuci tangan
 Pakai alat pelindung diri (sarung tangan, apron, masker,goggles)
 Rendam peralatan spt goggles setelah dipakai dalam larutan
detergen
 Masukan alat kedalam larutan klorin 0.5 % selama 15 menit.
 Lanjutkan dengan pembilasan dibawah air mengalir
 Tiriskan
 Buka sarung tangan
 Cuci tangan
Komite PPI
RUMUS PENGENCERAN HIPOKLORIT (Klorin)
JUMLAH % HIPOKLORIT YANG TERSEDIA -1(SATU)
JUMLAH % HIPOKLORIT YANG DIINGINKAN
Misalnya :Tersedia hipoklorit = 5,25%
Diinginkan hipoklorit = 0,5%
5,25 - 1= 52,5 - 1 = 9
0,5 5
Keterangan :
Hipoklorit : air = 1: 9
TATA LAKSANA LINEN

1. Semua linen pasien PIE infeksius


2. Dibagi menjadi linen kotor bernoda dan tidak
3. Ganti linen tiap hari, atau jika kotor sesuai SOP
4. Gunakan APD saat penanganan linen
5. Pengiriman linen kotor gunakan troli tertutup
6. Tempatkan linen bersih dalam lemari tertutup dan tidak tercampur
dengan alat lain

Komite PPI
61
KESEHATAN KARYAWAN

 Nutrisi / gizi adekuat


 Lakukan pemeriksaan berkala
 Monitoring suhu pada saat datang dan pulang bekerja
 Imunisasi/vaksinasi
 Fasilitasi Alat Pelindung Diri
 Monitor Kepatuhan karyawan
 Tatalaksana pajananan
 No Presenteeism
62
PENEMPATAN PASIEN

 Terpisah antar Pasien Infeksius dengan Non Infeksius


 Sesuaikan dengan pola transmisi infeksi
 Single room atau kohorting
 Tekanan negatif atau natural air flow
 ACH 12 kali/jam
Komite PPI
PENATALAKSANAAN LIMBAH

Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
WADAH
Tahan bocor dan tusukan
Ada pegangan
Ada tutup
Dibuang setelah terisi
2/3 bagian
KEWASPADAAN TRANSMISI

1. Transmisi kontak
2. Transmisi droplet
3. Transmisi air borne
4. Transmisi vehicle
5. Transmisi vector

65
TRANSMISI KONTAK
 Cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan infeksi di
Puskesmas dan masyarakat
 Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi,
petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi
 Kontak tidak langsung melalui perantaraan benda terutama yang
sering disentuh
 Cegah dengan Kebersihan Tangan
 APD : sarung tangan dan gaun

66
TRANSMISI DROPLET
 Percikan dahak ukuran > 5 mikron
 Jatuh ke tanah dalam jarak 1 m
 Perlu Jaga Jarak > 1 meter
 Lindungi mukosa mata, mulut dan hidung
 Kebersihan tangan
 APD (sarung tangan, masker bedah,gaun )
67
TRANSMISI AIR BORNE
 Penularan melalui Udara
 Berasal dari droplet dg ukuran partikel < 5 mikron
 APD ( masker respiratori partikulat dg fit test)
 Kebersihan tangan

68
Transmisi vehicle
 Penularan   benda mati yang terkontaminasi oleh
kuman
 Dapat menyebabkan penyakit lebih dari satu penjamu.
 Jenis-jenis common vehicle : darah/produk darah,
cairan intra vena, obat-obatan, dan sebagainya.

69
TRANSMISI VECTOR
 Transmisi terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, kutu,
kutu, tikus, dan hama lainnya menjadi sumber penularan.
 Beberapa cara penularan dengan transmisi kontak tidak
langsung dengan material ekskresi dan sekresi, material
yang keluar dari vektor atau gigitan langsung.

70
MPI.4
MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR POTENSIAL
KLB DAN WABAH

PELATIHAN PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH


UNTUK TIM GERAK CEPAT (TGC) DI PUSKESMAS
Ruang Lingkup
Bahasan Materi Manajemen Kasus Penyakit Menular Potensial KLB dan Wabah

Your Text Here Your Text Here Your Text Here


You can simply You can simply You can simply
impress your impress your impress your
audience and add a audience and add a audience and add a
unique zing. unique zing. unique zing.
MATERI POKOK & SUB MATERI
Materi Pokok 1.
Manajemen Kasus Penyakit Menular Potensial
KLB dan Wabah di Masyarakat

Sub Materi Pokok 1 :


a. Isolasi kasus
b. Karantina kontak erat

Materi Pokok 2.
Sistim Rujukan Penyakit Menular potensial KLB
dan Wabah
Sub Materi Pokok 2 :
Jumlah : 3 JPL
a. Koordinasi dengan RS rujukan
• Teori : 2 JPL b. Evakuasi dan transportasi kasus ke RS rujukan
• Penugasan : 1 JPL
POKOK BAHASAN I

Manajemen Kasus Penyakit Menular


Potensial KLB dan Wabah
di Masyarakat
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KASUS PENYAKIT
MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH
(Mengacu Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010)

1 Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis

2 Pengobatan Kasus

3 Perawatan dan Isolasi Penderita

4 Tindakan Kekarantinaan
PRINSIP DASAR MANAJEMEN KASUS PENYAKIT
MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

Isolasi kasus
Setelah proses:
• Pemeriksaan
• Penegakan Diagnosis
• Pengobatan
Karantina
Kontak Erat
TAHUKAH BEDANYA???
BEDA ISOLASI & KARANTINA
Mengacu UU No. 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

ISOLASI KARANTINA
= Proses mengurangi risiko penularan melalui = Proses mengurangi risiko penularan dan identifikasi dini
penyakit menular melalui upaya memisahkan individu
upaya memisahkan individu yang sakit baik yang
yang sehat atau belum memiliki gejala tetapi memiliki
sudah dikonfirmasi laboratorium atau memiliki riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau memiliki
gejala (suspek/probable) dengan masyarakat luas riwayat bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi
lokal.

Tujuan: untuk dilakukan pengobatan intensif Tujuan: untuk mencegah kemungkinan adanya
dan pemantauan perkembangan kesakitannya penyebaran penyakit ke orang lain di sekitarnya
Karantina & Isolasi
 SANGAT PENTING dalam memutus rantai penularan penyakit

Kontak Erat

Tanpa Karantina/Isolasi Penularan akan terus berlanjut

Isolasi

Kasus

Karantina

Dengan Karantina/Isolasi Penularan akan berhenti

• Lamanya masa isolasi/karantina bergantung pada masa inkubasi penyakitnya


• Petugas WAJIB melakukan pemantauan harian terhadap gejala yang muncul selama karantina
kontak erat, dan perkembangan penyakit pada kasus
PELAKSANAAN KARANTINA KONTAK ERAT
KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

1 Dilakukan pada orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus
konfirmasi / probable dan belum menunjukkan gejala

2
Kriteria kontak erat pada umumnya ditetapkan
berdasarkan cara penularan penyakitnya

3 Terhitung sejak orang melakukan kontak erat terakhir


dengan kasus konfirmasi atau probable (terpapar)

4 Lamanya waktu karantina biasanya disesuaikan dengan


masa inkubasi penyakit

5 Tempat karantina dapat dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing


atau di fasilitas khusus yang disiapkan oleh pemerintah
KARANTINA OLEH PUSKESMAS / FKTP
 KARANTINA MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• Petugas FKTP/Puskesmas melakukan pemantauan harian suhu tubuh,
perkembangan gejala yang mungkin muncul. Apabila muncul gejala/memenuhi
kriteria suspek, segera lakukan tatalaksana suspek.
• Pemantauan dapat dilakukan melalui telepon atau kunjungan berkala/harian dan
dicatat pada formulir pemantauan yang sudah ditentukan.
• Memastikan ketersediaan masker medis di tempat isolasi mandiri selama minimal
untuk 14 hari (2-3 masker per-hari) atau lamanya masa inkubasi yang telah
ditentukan
• Memastikan kepatuhan melaksanakan PPI selama karantina  berkoordinasi
dengan tokoh setempat untuk saling mengingatkan
• Karantina dapat dihentikan apabila selama masa karantina yang ditentukan tidak
menunjukkan gejala penyakit potensial KLB/wabah, selanjutnya dapat diberikan
surat pernyataan selesai masa karantina yang diterbitkan oleh FKTP/Puskesmas
atau Dinas Kesehatan setempat.
PELAKSANAAN ISOLASI KASUS PENYAKIT
MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

1 Dilakukan pada kasus suspek/konfirmasi berdasarkan


hasil laboratorium

2
Kasus Sedang – Berat  Isolasi di RS Rujukan/RS yang
sudah memenuhi persyaratan

3 Kasus Tanpa Gejala - Ringan  Isolasi Mandiri di


rumah/Fasilitas Yang disediakan pemerintah

4 Kasus diberikan bekal obat-obatan simptomatik dan


harus menjalankan aturan-aturan terkait PPI

5 Petugas FKTP memantau harian perkembangan kondisi


kasus dan mempersiapkan rujukan
ISOLASI KASUS OLEH PUSKESMAS / FKTP
 ISOLASI MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS
Isolasi Mandiri di Isolasi Mandiri
Tempat Tinggal Kasus di Fasilitas Khusus
Your Text Here Your Text Here
• Fasilitas isolasi disiapkan oleh
• Proses isolasi dilakukan secara mandiri di
pemerintah/swadaya untuk orang yang tidak
rumah atau tempat tinggal kasus dengan mungkin menyelenggarakan upaya isolasi di
tetap mengikuti arahan dari petugas rumah sendiri baik di gedung permanen atau non
setempat permanen
• Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala • Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala atau
atau suspek bergejalaringan-sedang, suspek bergejala ringan-sedang yang dinilai tidak
mampu melakukan isolasi mandiri di tempat
dan orang yang tidak memiliki penyakit
tinggalnya/tidak layak dan tidak memenuhi
penyerta/komorbid persyaratan rawat di RS
• Kamar tidur terpisah dengan penghuni • Sebaiknya kamar tidur terpisah satu sama lain,
lainnya terutama pria dan wanita Jika tidak memungkinkan,
maka jarak antar tempat tidur minimal 2 meter dan
pemisahan ruangan untuk pria dan wanita.
Perhatian: kasus konfirmasi tidak boleh
digabung dengan kasus suspek (konsultasi dengan
dinas kesehatan setempat)
ISOLASI KASUS OLEH PUSKESMAS / FKTP
 ISOLASI MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS

Hal-hal yang harus diperhatikan:


• Petugas FKTP/Puskesmas melakukan pemantauan harian suhu tubuh,
gejala dan tanda perburukan (perkembangan gejala)
• Pemantauan dapat dilakukan melalui telepon atau kunjungan
berkala/harian dan dicatat pada formulir pemantauan yang sudah
ditentukan.
• Memastikan ketersediaan masker medis di tempat isolasi mandiri selama
minimal untuk 14 hari (2-3 masker per-hari) atau lamanya masa inkubasi
yang telah ditentukan
• Jika sudah selesai masa isolasi / waktu pemantauan maka dapat
diberikan surat pernyataan selesai isolasi atau sembuh yang diterbitkan
oleh FKTP/Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat.
PENYIAPAN FASILITAS
ISOLASI & KARANTINA BERBASIS KOMUNITAS
• Jaga jarak
• Ventilasi (aliran udara) • Jarak antar tempat tidur
yang baik min 1 meter
• Pencahayaan yg baik & • Pisahkan kasus konfirmasi
cukup – suspek dan laki -
• Tersedia ruang terbuka perempuan

• Tempat CTPS
• Disinfeksi / bersihkan
• Alat makan sendiri
permukaan dengan
• Atur penggunaan
disinfektan berkala
fasilitas MCK –
physical distancing,
• Alat mandi sendiri • Bantu pemantauan harian gejala
• Logistik kebutuhan • Selalu berkoordinasi dengan faskes dan
makan dan minum dinkes setempat
• Edukasi keluarga dan kerabat
• Siapkan akses evakuasi/rujukan
TimeLine Layout
POKOK BAHASAN II

SISTEM RUJUKAN
KASUS
DEFINISI SISTEM RUJUKAN YANKES
(Mengacu Permenkes No. 001 Tahun 2012)

Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan


yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik vertikal dalam arti dari satu strata sarana yankes
ke strata yankes lainnya, maupun horizontal dalam arti
antara strata sarana yankes yang sama
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
Permenkes No. 001 Tahun 2012
KEWENANGAN KLINIS
PPK I  FKTP Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh
PPK II dokter sub spesialis di Faskes Tingkat
PPK III Tersier lanjutan (RS Kelas A dan kelas B)

SUMBER DAYA MANUSIA PNPK, CP DAN PPK


INA CBGs
SARANA PENUNJANG DAN ALKES
Pelayanan Kesehatan Spesialistik
Penunjang Diagnosa
Sekunder oleh dokter spesialis di Faskes
Tingkat lanjutan (RS Kelas C dan
D, Klinik Utama)
Obat-obat

KAPITASI

Primer Pelayanan Kesehatan Dasar


oleh Faskes Tingkat
pertama (Puskesmas, RS
FOKUS PELAYANAN PRIMER Kelas D Pratama)
Promotif dan Preventif
Pengecualian: Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kesehatan pasien
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
Kepmenkes No. 390-391 Tahun 2014
RS RUJUKAN NASIONAL (1)
Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP)
RS PROVINSI (20) &
RUJUKAN REGIONAL (110)
JKN :
Pola INA CBGs
RS KAB/KOTA (561)

PUSKESMAS (9.729) Upaya Kesehatan Masyarakat &


UKP

PUSTU (1.450)
JKN :
Pola Kapitasi
POLINDES/POSKESDES (17.605)
Catatan:
Ketentuan jumlah RS rujukan ini dapat berubah
POSYANDU (124.249)/ sesuai perkembangan kapasitas RS di setiap
POSBINDU (7.225) daerah dan sesuai kebutuhan situasi saat itu.
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
(Modifikasi Saat Terjadi KLB/Wabah)
RS RUJUKAN NASIONAL

RS PROVINSI, RUJUKAN REGIONAL & KAB/KOTA

RS SWASTA / RS JEJARING

ISOLASI RS DARURAT

PUSKESMAS DAN JEJARING YANKES

KARANTINA KES. DI FASILITAS KHUSUS

KARANTINA MANDIRI DI RUMAH


BAGAIMANA CARA MELAKUKAN RUJUKAN ??
TAHAPAN MELAKUKAN RUJUKAN
Perhatikan Hal-hal berikut!!

Koordinasi

Transportasi/
Evakuasi

Pembiayaan
PROSEDUR KOORDINASI
RUJUKAN KASUS

1 Lengkapi Data Pasien yang akan dirujuk (identitas,


gejala penyakit dan riwayat perjalanan penyakit)

2 Lampirkan surat informed consent pasien/keluarga


bersama surat rujukan

3
Komunikasikan rujukan oleh dokter perujuk kepada dokter di RS rujukan
tujuan tentang kondisi klinis penderita, alasan merujuk, kelayakan kirim/
transportable, dan kondisi alat transportasi yang dipakai

4 Lampirkan fotokopi dokumen medik penderita, termasuk hasil-hasil


pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan

5
Petugas pengantar penderita termasuk pengemudi harus menggunakan
APD yang sesuai dengan jenis penyakit penderita. APD dilepaskan dan
dibuang di RS rujukan sesuai PPI
PROSEDUR EVAKUASI & TRANSPORTASI
RUJUKAN KASUS
ALAT TRANSPORTASI JALUR MOBILISASI

 Disarankan menggunakan ambulans  Untuk penderita yang transmisi


gawat darurat/mobil puskesmas penyakitnya melalui vehicle, vektor
keliling yang dilengkapi dengan maupun kontak tidak memerlukan jalur
khusus saat menurunkan penderita
minimal tabung oksigen yang
dari ambulans di IGD sampai ke
dilengkapi peralatan lainnya yang ruang perawatan/ruang isolasi.
mendukung, seperti pulse  Untuk penderita yang transmisi
oksimetri, emergensi kit, radio penyakitnya melalui airborne atau
komunikasi. droplet (seperti COVID-19, Ebola
 Selama proses merujuk, penderita dan AI), untuk pintu masuknya di
didampingi oleh dokter dan/atau IGD adalah melalui pintu masuk
perawat yang kompeten. yang berbeda dari jalur penderita
 Prosedur desinfeksi kendaraan umum lainnya, langsung dibawa ke
ruang isolasi, seminimal mungkin
setelah merujuk penderita
kontak dengan penderita lainnya.
PROSEDUR PEMBIAYAAN
RUJUKAN KASUS

Peraturan pemerintah mengenai pendanaan yang timbul dalam upaya


penanggulangan KLB/Wabah (termasuk rujukan) dibebankan pada anggaran
Pemerintahan Daerah. Bila pemerintah daerah tidak mampu maka dimungkinkan
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya
sesuai Permenkes No. 1501 tahun 2010.

Contoh Peraturan mengenai Pembiayaan Perawatan Penyakit Potensial KLB/Wabah:


• Permenkes No. 59 Tahun 2016 Tentang Pembebasan Biaya Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu
• Kepmenkes HK.01.07/MENKES/446/2021 Tentang Petunjuk Teknis Penggantian Biaya Pelayanan Pasien
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan COVID-19
ANY QUESTIONS
?
SAYA BERTANYA
?
“Jauh lebih sulit untuk membuat orang sehat
dari pada membuat mereka sakit.” 
– DeForest Clinton Jarvis
TERIMA KASIH
infeksiemerging.kemkes.go.id

Master PIE Channel


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan @masterpie29
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan
@infeksiemerging

Anda mungkin juga menyukai