WABAH
Disusun Oleh :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Hasan Aroni, SKM., MPH. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Makalah dengan judul “Wabah” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi penulis dan juga bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
3
1. Memahami secara menyeluruh tentang wabah, termasuk pengertiannya,
cara pencegahannya, dan langkah-langkah pengendalian yang dapat
diambil.
2. Membahas definisi dan implikasi dari kejadian luar biasa dalam konteks
respons terhadap wabah.
3. Menganalisis skala dan luas kejadian luar biasa serta bagaimana hal tersebut
memengaruhi respons terhadap wabah.
4. Menentukan tingkat kedaruratan dalam penanganan wabah dan
konsekuensinya.
5. Memahami pentingnya respon dini dan bagaimana
mengimplementasikannya dalam respons terhadap wabah.
6. Menyoroti pentingnya respons yang cepat dalam mengurangi dampak
negatif dari wabah.
7. Menekankan pentingnya koordinasi antar lembaga dan pihak terkait dalam
respons terhadap wabah.
8. Mengetahui peran komunikasi yang efektif dalam respon cepat terhadap
wabah dan cara meningkatkan efektivitasnya.
1.4. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 2003, terdapat kekhawatiran bahwa SARS, suatu bentuk baru
pneumonia yang sangat menular, dapat menjadi suatu pandemi. Selain itu,
terdapat catatan pandemi influensa tiap 20–40 tahun dengan tingkat keparahan
berbeda-beda. Pada Februari 2004, virus flu burung dideteksi pada babi di
Vietnam, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan munculnya galur virus baru.
Yang
5
ditakutkan adalah bahwa jika virus flu burung bergabung dengan virus flu manusia
(yang terdapat pada babi maupun manusia), subtipe virus baru yang terbentuk
akan sangat menular dan mematikan pada manusia. Subtipe virus semacam itu
dapat menyebabkan wabah global influensa yang serupa dengan flu Spanyol
ataupun pandemi lebih kecil seperti flu Hong Kong.
Antara Oktober 2004 dan Februari 2005, sekitar 3.700 perangkat uji yang
mengandung virus penyebab Flu Asia 1957 tanpa sengaja terkirim ke seluruh
dunia dari sebuah laboratorium di Amerika Serikat [1].
Pada bulan November 2004, direktur WHO daerah barat menyatakan bahwa
pandemi influensa tak dapat dihindari dan mendesak dibuatnya rancangan untuk
mengatasi virus influensa.
Pada bulan Oktober 2005, kasus flu burung (dari galur mematikan H5N1)
ditemukan di Turki setelah memakan sejumlah korban jiwa di berbagai negara
(termasuk Indonesia) sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Namun,
pada akhir Oktober 2005 hanya 67 orang meninggal akibat H5N1; hal ini tidak
serupa dengan pandemi-pandemi influensa yang pernah terjadi.
1. Pengertian Pencegahan
6
Pencegahan wabah merujuk pada serangkaian upaya untuk mencegah,
mendeteksi, dan mengendalikan penyebaran penyakit yang dapat
menimbulkan wabah di suatu wilayah atau populasi. Upaya pencegahan wabah
meliputi identifikasi dini kasus penyakit, isolasi, karantina, imunisasi, perbaikan
sanitasi, promosi kesehatan, dan sosialisasi mengenai tindakan pencegahan
kepada masyarakat2. Pencegahan wabah juga melibatkan regulasi, pelaporan,
dan koordinasi antarinstansi terkait guna mengurangi risiko terjadinya
penyebaran penyakit yang luas dan cepat.
2. Tujuan Pencegahan
7
2. Meningkatkan laju vaksinasi untuk kelompok rentan.
3. Mendorong percepatan vaksinasi anak.
4. Menertibkan mobilitas pelaku perjalanan internasional dengan
aturan protokol kesehatan yang ketat.
5. Memperkuat peran pemerintah daerah dalam mengawasi kegiatan
dan mengedukasi warga tentang protokol kesehatan.
6. Kampanye protokol kesehatan untuk meningkatkan kedisiplinan
masyarakat.
9
pelaksanaan kebijakan pengendalian sangat diperlukan untuk mencapai
efektivitas dalam menghadapi wabah penyakit.
10
Pengendalian penggunaan wabah atau penyebaran penyakit menular
melibatkan serangkaian tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit dan
melindungi masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang umumnya diambil
dalam pengendalian penggunaan wabah:
11
8. Pemulihan dan Evaluasi
Perencanaan untuk pemulihan ekonomi dan masyarakat setelah
wabah mereda. Evaluasi terhadap respons untuk meningkatkan persiapan
di masa depan.
12
6. Diperlukan sosialisasi dan edukasi masif ke masyarakat agar memahami
pentingnya physical distancing dan patuh terhadap aturan yang ditetapkan
pemerintah.
7. Fasilitas kesehatan perlu didukung dengan sumber daya yang cukup,
termasuk alat pelindung diri untuk tenaga medis, fasilitas isolasi/karantina,
dan lain-lain.
8. Pengendalian akses ke bahan kimia dan alat kesehatan, seperti masker,
sabun cuci tangan, dan hand sanitizer
9. Pengendalian penggunaan alat pelindung diri (APD) dan protokol
kesehatan, seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan
masker
10. Pengendalian penggunaan obat-obatan dan vaksinasi, seperti mengatur
cakupan vaksinasi dan mengendalikan penggunaan obat-obatan yang
dapat mempengaruhi penyakit
11. Pengendalian penggunaan fasilitas publik, seperti mengatur kapasitas dan
mengatur waktu penggunaan fasilitas.
12. Pengendalian penggunaan sumber daya alam, seperti mengatur
penggunaan air bersih dan mengendalikan penggunaan sumber daya alam
yang dapat mempengaruhi penyakit.
13. Upaya pengendalian penggunaan terkait wabah di Indonesia telah
dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan, seperti pengendalian
akses ke bahan kimia dan alat kesehatan, pengendalian penggunaan obat-
obatan, dan pengendalian penggunaan fasilitas publik
14. Pelonggaran penggunaan masker, seperti di wilayah yang tidak padat orang
15. Pembatasan pergerakan
16. Pembatasan perjalanan antar kota/daerah
17. Himbaun untuk stay at home bagi yang tidak ada keperluan mendesak
18. Pembatasan jam operasional fasilitas umum
19. Jaga jarak dan hindari kerumunan
20. Physical distancing minimal 1-2 meter di tempat umum
21. Tidak berkerumun dan membatasi jumlah orang dalam suatu tempat
22. Meniadakan acara yang mengumpulkan massa
13
23. Perilaku higienis
24. Rutin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
25. Menggunakan hand sanitizer jika tidak ada fasilitas cuci tangan
26. Menggunakan masker saat di luar rumah
27. Menutup hidung/mulut saat batuk/bersin
28. Penguatan sistem kesehatan
29. Peningkatan kapasitas rumah sakit dan fasilitas isolasi
30. Pengadaan alat pelindung diri untuk tenaga medis
31. Peningkatan kapasitas testing dan tracing
32. Edukasi dan sosialisasi pencegahan
33. Kampanye edukasi melalui media massa dan daring
34. Pemasangan spanduk/banner himbauan protokol kesehatan
35. Penegakan disiplin dan sanksi bagi pelanggar aturan
14
berlebih pada sistem kesehatan
15
dengan jumlah kasus yang meningkat tajam. Pengendalian wabah
membantu menjaga stabilitas sosial dan ekonomi dengan mencegah
dampak yang luas.Negara-negara umumnya memiliki kewajiban untuk
mengikuti standar internasional dalam mengendalikan wabah untuk
mencegah penyebaran penyakit melintasi batas-batas negara.Respons
cepat dan efektif terhadap wabah membantu mengurangi kekhawatiran
dan ketidakpastian masyarakat. Komunikasi yang jelas dan tindakan
terkoordinasi dapat membantu meredakan kepanikan.Pengendalian
wabah saat ini memberikan pembelajaran yang berharga untuk
mempersiapkan tanggapan terhadap wabah di masa mendatang.
16
3. Mengurangi Beban Sistem Kesehatan:
17
protokol kebersihan di tempat kerja. Menyediakan layanan kesehatan dan
dukungan psikososial kepada pekerja yang mungkin terdampak secara
langsung. Mendorong diversifikasi sektor ekonomi untuk mengurangi
ketergantungan pada industri tertentu yang rentan terhadap wabah.
Menyediakan pelatihan kepada pekerja untuk meningkatkan keterampilan
yang relevan dengan pasar kerja yang berubah. Mengembangkan sumber
daya manusia yang adaptif dan dapat berubah mengikuti perkembangan
ekonomi. Membangun kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta
untuk merencanakan dan merespons bersama wabah, Memastikan
kolaborasi yang kuat untuk memitigasi dampak ekonomi. Menyediakan
informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat dan pelaku bisnis
untuk mengurangi kepanikan dan ketidakpastian,Menggunakan saluran
komunikasi yang efektif untuk menyampaikan kebijakan dan langkah-
langkah yang diambil.Menjaga stabilitas keuangan dan sistem moneter
untuk mencegah resesi ekonomi yang lebih Dalam, Memberikan dukungan
kebijakan moneter yang tepat guna.
5. Kepatuhan Internasional:
18
industri ke
19
udara, air, dan tanah.-Pengendalian Merkuri.Konvensi Minamata
merupakan contoh konvensi internasional yang memfokuskan pada
pengendalian penggunaan merkuri. Konvensi ini membincangkan isu-isu
seperti pedoman terkait emisi merkuri, pengelolaan lahan terkontaminasi,
dan kerjasama internasional dalam pengelolaan bantuan teknis,
pendanaan, dan pertukaran informasi.
20
merkuri,.Mengurangi resiko tanah, air, dan udara yang terkontaminasi
merkuri,Menyediakan informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat
terkait dampak merkuri,Melakukan penyusunan petunjuk teknis terkait
dengan bantuan hibah barang kepada kelompok budidaya untuk
mewujudkan pengendalian dan penanggulangan hama dan
wabah,Menyusun kajian peta rawan bencana untuk melindungi kelompok
rentan,Reformasi kebijakan pertanahan dan penggunaan lahan untuk
memberikan pembagian kewenangan terkait penggunaan lahan antara
badan usaha dan pemerintah. Semua upaya ini bertujuan untuk
memfasilitasi proses pengendalian penggunaan wabah yang efektif,
memperbaiki kondisi lingkungan, dan memproteksi kelompok masyarakat
yang terlibat.
21
lahan untuk memberikan pembagian kewenangan terkait penggunaan
lahan antara badan usaha dan pemerintah.
Menurut peraturan menteri kejadian luar biasa yang di singkat KLB adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah.
penderita yang beresiko menimbulkan KLB dapat diketahui jika melakukan
pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti
dan terus- menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi,
penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya
tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua
kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di
samping tindakan penanggulangan seperlunya. penanggulangan KLB yang
direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).
22
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pda suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan. dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
1. Kolera
2. Pes
3. Demam berdarah.
4. Campak
5. Polio
6. Difteri
7. Pertusis
8. Rabies
23
9. Malaria
10. Flu Burung H5N1
11. Antraks
12. Leptospirosis
13. Hepatitis
14. Pengaruh HINI
15. Meningitis
16. Demam Kuning
17. Chikungunya
1. Identifikasi Kejadian
Tentukan kejadian apa yang dianggap luar biasa dan perlu diselidiki.
3. Pengumpulan Bukti
24
4. Analisis Bukti
6. Rekonstruksi Kejadian
8. Tindakan Korektif
9. Dokumentasi
Catat semua langkah yang diambil dan hasil penyelidikan secara rinci
untuk referensi di masa depan dan untuk pelaporan.
10. Pelaporan
25
sosial-ekonomi. Misalnya, gempa bumi yang memiliki magnitudo tinggi dan
menyebabkan kerusakan yang luas akan memiliki skala dan luas yang besar. Begitu
juga dengan bencana alam seperti banjir atau badai yang melanda wilayah yang
luas dan mengakibatkan kerugian yang signifikan.
Dalam situasi luar biasa, besarnya dan lingkup peristiwa sangat penting.
Kejadian luar biasa dapat dikategorikan ke dalam berbagai skala berdasarkan
tingkat keparahan dan dampaknya. Ini dapat dikategorikan ke dalam skala lokal,
yang terbatas pada wilayah atau wilayah tertentu, seperti desa atau kecamatan,
skala regional, yang mencakup beberapa wilayah atau kabupaten/kota, dan skala
nasional, yang berdampak pada beberapa provinsi di seluruh negeri atau bahkan di
seluruh dunia.
Luas kejadian luar biasa, di sisi lain, mengacu pada area atau wilayah yang
terkena dampak, mulai dari yang sangat kecil dan terlokalisir, sedang yang
mencakup beberapa desa atau kecamatan dalam satu wilayah, luas yang mencakup
beberapa kabupaten, kota, atau bahkan provinsi, hingga sangat luas yang
mencakup beberapa provinsi atau negara. Jumlah dan kedalaman kejadian luar
biasa ini sangat penting untuk menentukan tingkat respons dan penanganan yang
diperlukan, serta mobilitas sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi situasi
tersebut dengan tepat dan efektif.
1. Deteksi Dini
2. Penanganan Medis
26
Bagian Kedaruratan memberikan penanganan medis kepada korban
KLB, baik itu dalam bentuk pertolongan pertama, perawatan lanjutan,
maupun evakuasi.
3. Koordinasi
4. Pencegahan Penyebaran
27
Pelayanan Kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan
masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan kewaspadaan dini KLB dapat
juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang ( periode
5 tahun yang akan datang), agar terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat
menjadi acuan perumusan perencanaan strategi program penanggulan KLB.
28
memastikan tim siap menghadapi berbagai jenis KLB.
29
4. Pengadaan dan Pemeliharaan Peralatan
a. Memastikan ketersediaan peralatan medis dan fasilitas lain yang
diperlukan untuk penanganan KLB.
b. Melakukan pemeliharaan rutin terhadap peralatan untuk memastikan
kesiapan dan fungsionalitasnya.
5. Koordinasi dengan Pihak Terkait
a. Berkoordinasi dengan pihak terkait seperti instansi pemerintah,
lembaga kesehatan, dan organisasi non-pemerintah untuk
meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi dalam menghadapi KLB.
b. Membangun jaringan kerjasama yang kuat untuk berbagi informasi dan
sumber daya dalam situasi darurat.
6. Komitmen terhadap Standar Keselamatan dan Keamanan
a. Memastikan bahwa tim mematuhi standar keselamatan dan keamanan
yang relevan dalam penanganan KLB.
b. Mengidentifikasi dan mengatasi potensi risiko keamanan yang terkait
dengan penanganan KLB.
2. Pemantauan Epidemiologi
3. Pemantauan Laboratorium
30
Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi patogen penyebab
penyakit yang dapat menunjukkan adanya KLB.
4. Pelaporan Kasus
2. Pertolongan Pertama
3. Pengobatan
5. Pengelolaan Nyeri
31
Pengendalian nyeri yang efektif sesuai dengan standar keperawatan.
6. Intervensi Medis
Respon dini, menurut BNPB, adalah kumpulan tindakan yang diambil segera
setelah bencana untuk menyelamatkan nyawa, melindungi harta benda, dan
memulihkan kehidupan masyarakat secepat mungkin.
32
dampak dari krisis atau bencana yang akan atau sudah terjadi. Menyelamatkan
nyawa, melindungi masyarakat, dan mencegah keadaan darurat memburuk.
33
Respon dini membantu mengurangi dampak ancaman atau masalah
sebelum menjadi lebih parah.
2. Mempermudah Solusi
Proses penyelesaian yang efektif dan efisien dipermudah dengan
tindakan cepat.
3. Menggalakkan kerja sama
Respon dini mendorong orang untuk bekerja sama untuk
memaksimalkan penggunaan sumber daya.
4. Melindungi Keamanan
Dalam konteks keamanan, respons dini terhadap ancaman
memungkinkan untuk mencegah eskalasi kekerasan atau kekacauan.
5. Memperluas pilihan
Respon dini memungkinkan lebih banyak pilihan, yang dapat
meningkatkan hasil akhir.
6. Memperoleh reputasi positif
Organisasi dengan respons dini yang efektif dapat memperoleh
reputasi baik di masyarakat.
7. Memenuhi standarisasi internasional
Organisasi harus mengikuti standarisasi internasional dalam hal
kesehatan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
8. Memperkuat resilensi
Respon dini membantu memperkuat resilensi masyarakat, organisasi,
dan negara terhadap ancaman.
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) memiliki peran penting dalam
mendeteksi, menanggulangi, dan merespons ancaman atau kejadian darurat,
seperti bencana alam, wabah penyakit, atau ancaman keamanan. Pentingnya
SKDR dapat dijelaskan melalui beberapa aspek, antara lain:
1. Deteksi Dini:
34
dapat segera dilakukan. Hal ini dapat mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh ancaman atau kejadian darurat tersebut.
2. Respons Cepat
4. Peningkatan Kesiapsiagaan
5. Perlindungan Masyarakat
35
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk memiliki sistem peringatan
dini dan rencana tanggap darurat yang efektif, serta terus meningkatkan kapasitas
dan kesiapan dalam merespons kejadian luar biasa secara cepat dan
terkoordinasi.
Salah satu komponen yang sangat penting dalam respons dini terhadap
wabah adalah koordinasi. Ini penting karena beberapa alasan:
36
Untuk persiapan dan perencanaan pengendalian wabah dalam jangka
panjang, jika diperlukan, koordinasi diperlukan selama respons awal wabah.
Respon terhadap wabah baru akan lebih cepat, efektif, dan terorganisir
dengan baik jika pemerintah, organisasi kesehatan, lembaga riset,
perusahaan, dan semua pemangku kepentingan lain bekerja sama dengan
baik.
Respon cepat adalah suatu hal yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi respon cepat, seperti situasi, kesibukan, dan
jenis media yang digunakan untuk berkomunikasi. respon cepat pada pesan atau
pertanyaan sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam bisnis. selain
di bidang bisnis, arti fast respon juga penting dalam bidang pendidikan. dalam
kehidupan sehari-hari, arti fast respon juga bisa diterapkan dalam berbagai aspek,
seperti dalam membalas pesan teman atau keluarga. intinya fast respon sangat
penting, karena menunjukkan ketepatan dan kemampuan seseorang dalam
merespon.
Dalam respons dini terhadap wabah, komunikasi cepat sangat penting untuk
memberikan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu kepada masyarakat,
tenaga medis, dan pihak terkait lainnya. Untuk menanggapi wabah penyakit
dengan cepat, komunikasi yang efektif sangat penting. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa komunikasi sangat penting dalam respons dini terhadap wabah:
37
memerlukan komunikasi yang lancar satu sama lain untuk koordinasi upaya,
berbagi data, dan pengambilan keputusan yang tepat.
4. Pelibatan masyarakat
5. Kerjasama internasional
Telepon, situs web, media sosial, dan lainnya adalah beberapa jalur
komunikasi yang harus digunakan. Pesan harus mudah dipahami, konsisten, dan
dapat diandalkan. Kepanikan, kesalahpahaman, dan respons yang tidak efektif
dapat disebabkan oleh komunikasi yang buruk.
38
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
39
DAFTAR PUSTAKA
Arisanti, R. R., Indriani, C., & Wilopo, S. A. (2018). Kontribusi agen dan faktor penyebab
kejadian luar biasa keracunan pangan di Indonesia: kajian sistematis. Berita Kedokteran
Masyarakat, 34(3), 99-106.
Febbiyanti, T. R., & Fairuzah, Z. (2019). Identifikasi penyebab kejadian luar biasa penyakit
gugur daun karet di Indonesia. Jurnal Penelitian Karet, 193-206.
Anggraeni, P., Heridadi, H., & Widana, I. K. (2018). Faktor risiko (breeding places, resting
places, perilaku kesehatan lingkungan, dan kebiasaan hidup) pada kejadian luar biasa
demam berdarah dengue di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Jurnal Manajemen
Bencana (JMB), 4(1).
---
https://bphn.go.id/data/documents/wabah_penyakit_menular.pdf
https://lms- paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F75737%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F1%2 Fsesi5_7517_KMS111_042018_pdf.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencegahan_pandemi
https://dinkes.gorontaloprov.go.id/apa-pengertian-dari-skdr/
https://www.dinkes.lebakkab.go.id/public/deploy/pdf/1659693050_3010488578a1222205
76.pdf
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Wabah
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%20949%20ttg%20Pedoma n
%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Kewaspadaan%20Dini%20KLB.pdf
https://sitkb3.menlhk.go.id/infomerkuri/?p=4660
40
https://pakguru.co.id/arti-fast-respon/
41