Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INVESTIGASI WABAH

Disusun oleh :

Kelompok 3

Azkia Nur Zahrah 1906397254

Risa Paradilla Utami 1906350345

Salma Noor Azzahra 1906350332

Sekar Ayudia Rahmadani 1906350093

Sheila Stefani 1906292641

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Depok

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Investigasi Wabah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami selaku
penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc.
selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Investigasi Wabah yang telah bersedia
memberikan ilmu dan sumbangsihnya dalam penyusunan makalah ini serta teman-teman
tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun
makalah ini.

Makalah ini akan membahas materi mengenai penyakit menular secara umum serta
terkait pandemi Avian Influenza A (H5N1). Namun, dalam penyusunannya masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh
penulis dari semua pihak agar kedepannya lebih baik dalam penyusunan makalah. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik penulis maupun pembacanya.

Depok, 1 September 2021

Tim Penyusun Makalah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II 5
2.1 Penyakit Menular secara Umum 5
2.2. Pengertian Wabah, Endemi, Letusan, Epidemi, Pandemi, dan KLB 5
2.2.1 Pengertian Wabah 5
2.2.2 Pengertian Endemi 6
2.2.3 Pengertian Letusan 6
2.2.4 Pengertian Epidemi 6
2.2.5 Pengertian Pandemi 7
2.2.6 Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB) 7
2.3 Wabah Avian Influenza A (H5N1) 7
2.3.1. Asian Highly Pathogenic Avian Influenza 7
2.3.2. Daerah dan Jangka Waktu Peristiwa 9
2.3.3. Jumlah Korban 9
2.3.4. Investigasi Virus Avian Influenza A (H5N1) 10
BAB III 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu penyakit terjadi akibat ketidakseimbangan pada segitiga epidemiologi yang
terdiri dari tiga faktor, yaitu agent (agen penyakit), host (pejamu), dan environment
(lingkungan). Menurut Menteri Kesehatan (2014), penyakit menular merupakan penyakit
yang dapat menular ke manusia dan disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri,
jamur, dan parasit. Penyakit menular dapat terjadi ketika agen infeksius yang menjangkit
seseorang berpindah atau berlipat ganda ke inang lain yang rentan, dan disertai dengan
pengaruh beberapa faktor lain. Jika tidak ditangani dengan memadai, maka berpotensi
menjadi wabah, pandemi, atau peristiwa lain yang mirip. Salah satu contoh peristiwa wabah
terjadi beberapa tahun ke belakang dikenal dengan sebutan wabah flu burung.
Asian highly pathogenic avian influenza (HPAI) A(H5N1) atau dikenal di Indonesia
dengan sebutan flu burung adalah jenis virus influenza yang sering menyerang hewan jenis
unggas atau burung-burung, sangat menular, dan sangat mematikan bagi unggas. HPAI
A(H5N1) juga bisa menyerang manusia dan sangat berpotensi menyebabkan outbreak
(wabah) karena virus HPAI Asian H5N1 ini bertransmisi melalui kontak langsung baik
dengan hewan hidup maupun hewan sudah mati yang terinfeksi.
Keberadaan wabah sepanjang sejarah manusia merupakan alasan utama akan
keberadaan epidemiologi, yaitu cabang ilmu kesehatan masyarakat yang mempelajari dan
menganalisis distribusi, pola, dan determinan kondisi kesehatan dan penyakit pada populasi
tertentu. Kemampuan untuk menginvestigasi wabah pun berperan penting dalam pembuatan
kebijakan dan pelayanan berbasis bukti dengan mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan
target untuk pelayanan kesehatan preventif. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat sebagai upaya
mendalami materi dasar tentang investigasi wabah, terutama karena kompetensi dalam
kemampuan tersebut dianggap sebagai keterampilan utama seorang ahli epidemiologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit menular?
2. Apakah yang dimaksud dengan wabah, epidemi, endemi, pandemi, KLB, dan letusan?
3. Apakah yang dimaksud dengan Avian Flu A?
4. Bagaimana daerah dan jangka waktu penularan Avian Flu?
5. Berapa banyak jumlah kasus dan kematian yang disebabkan oleh Avian Flu?
6. Bagaimana cara investigasi virus Avian Flu dilakukan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyakit menular
2. Mengetahui pengertian wabah, epidemi, endemi, pandemi, KLB, dan letusan
3. Mengetahui informasi terkait Avian Flu A
4. Mengetahui daerah dan jangka waktu penularan Avian Flu A
5. Mengetahui jumlah kasus dan kematian yang disebabkan oleh Avian Flu A
6. Mengetahui cara melakukan investigasi virus Avian Flu A
BAB II
ISI

2.1 Penyakit Menular secara Umum


Notoatmodjo (2003) mendefinisikan penyakit menular sebagai penyakit yang dapat
bertransmisi dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan Widoyono (2008) beranggapan bahwa penyakit menular adalah hasil perpaduan
berbagai faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Hal ini terjadi ketika agent
infectious yang menjangkit seseorang berpindah maupun berlipat ganda ke inang lain yang
rentan, ditambah dengan pengaruh beberapa faktor lain. Menurut Menteri Kesehatan (2014),
penyakit menular merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia dan disebabkan oleh
agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit.
Dalam epidemiologi, suatu penyakit terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan pada
segitiga epidemiologi yang berisi tiga faktor, yaitu faktor agent, faktor host, dan faktor
environment. Pada penyakit menular, agen tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan, contohnya virus (influenza, trachoma, cacar, dan COVID-19), riketsia (penyakit
tifus), bakteri (penyakit disentri), dan protozoa (malaria, filaria, dan schistosoma). Transmisi
agen ini didukung oleh berbagai media, seperti udara, droplet, jarum suntik, transfusi darah,
dan lain-lain. Selain itu, agen dapat melakukan transmisi ke inang secara langsung maupun
tidak langsung, yaitu melalui vektor dan binatang pembawa penyakit.
Untuk terjadinya suatu penyakit, dibutuhkan dukungan faktor host dan faktor
lingkungan. Agen akan menjangkit host atau inang yang rentan, disertai dengan lingkungan
yang mendukung, seperti perubahan cuaca yang tidak menentu, lingkungan yang tercemar,
dan lain sebagainya.

2.2. Pengertian Wabah, Endemi, Letusan, Epidemi, Pandemi, dan KLB


2.2.1 Pengertian Wabah
Wabah merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka (Undang-Undang No. 4 tahun 1984).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI)
Dirjen P2M PLP tahun 1981 dijelaskan bahwa wabah merupakan fenomena
meluasnya penyakit secara cepat dan menyebabkan terjadinya peningkatan angka
morbiditas atau mortalitas baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.
Sehingga dapat didefinisikan wabah merupakan kejadian berjangkitnya
penyakit menular yang meluas secara cepat sehingga menyebabkan jumlah angka
kesakitan dan kematian yang tinggi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu.
Cakupan luas wilayah wabah dapat terjadi pada beberapa kabupaten, kota,
ataupun provinsi. Jumlah penderita baru yang terinfeksi wabah dalam satu bulan
menunjukkan kenaikan 2x lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
per bulan dalam tahun sebelumnya serta peningkatan jumlah penyakit terjadi secara
terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut yakni dalam hitungan jam, hari,
ataupun minggu. Apabila terjadi, pihak yang bertanggung jawab dalam menetapkan
keadaan wabah adalah Menteri Kesehatan.
Wabah penyakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor
penyakit, faktor manusia, serta berasal dari faktor lingkungan. Berdasarkan dari faktor
penyakit, wabah dapat disebabkan oleh toxin agent kimia (seperti CO, NO, SO2)
maupun agent biologi (seperti bakteri, fungi, cacing, protozoa, dan sebagainya).
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dapat disebabkan
oleh perilaku serta kondisi sosial-ekonomi dari masyarakat. Hal ini meliputi perilaku
mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, membuang sampah
sembarangan, menggunakan air yang kurang bersih, kebersihan lingkungan, nutrisi
yang tidak baik, serta sulitnya akses menuju pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungan dapat disebabkan melalui kejadian bencana alam yang terjadi, seperti
bencana banjir, kekeringan, gunung meletus, tsunami dan sebagainya.

2.2.2 Pengertian Endemi


Endemi merupakan kejadian penyakit yang terjadi pada wilayah geografis dan
populasi tertentu secara konsisten. Dikarenakan sifatnya yang teratur, maka hal ini
membuat tingkat penyebaran dapat diprediksi serta diantisipasi dengan baik. Salah
satu contoh penyakit endemis adalah penyakit malaria pada daerah Papua, Ebola pada
wilayah benua Afrika, serta HIV pada negara Amerika Serikat.
Apabila seseorang hendak bepergian ke suatu daerah endemis, dapat
mengantisipasi pencegahannya agar tidak tertular dengan penyakit endemis tersebut.
Seperti mengkonsumsi obat anti malaria serta menggunakan kelambu berinsektisida
untuk menghindari penyebaran penyakit Malaria, menggunakan APD dan melakukan
kebersihan tangan secara rutin untuk mencegah penularan penyakit Ebola, serta untuk
mencegah penularan AIDS menggunakan kondom, tidak bertukar jarum suntik, serta
memastikan darah tidak terinfeksi HIV.

2.2.3 Pengertian Letusan


Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berbentuk letusan dapat disebabkan
terjadinya penularan orang ke orang, tetapi hal ini lebih jarang ditemukan. Apabila
terjadi, biasanya melibatkan penyakit yang mempunyai masa inkubasi pendek.
Berdasarkan dari Undang-Undang Republik Indonesia No.26 tahun 2009 pada
pasal 156 disebutkan bahwa apabila terjadi penularan penyakit, maka pemerintah
dapat mengumumkan suatu wilayah sedang mengalami kejadian letusan.

2.2.4 Pengertian Epidemi


Menurut Centers for Disease Control (CDC), epidemi mengacu pada
penyebaran penyakit menular dengan cepat sehingga terjadi peningkatan jumlah kasus
penyakit menular secara tiba-tiba di suatu area populasi. Hal ini menyebabkan
frekuensi angka penyakit menjadi lebih tinggi daripada biasanya. Contoh dari epidemi
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola di Republik Demokratik Kongo
(2019), Avian Influenza A (H5N1, 2012) di Republik Indonesia, dan SARS (2003).
2.2.5 Pengertian Pandemi
Pandemi merupakan epidemi yang menyebar luas ke beberapa negara atau
benua dan menjangkit banyak orang (CDC, 2012). Pada pandemi, peningkatan
frekuensi secara drastis terjadi dalam waktu singkat dan tingkat penyebarannya sangat
tinggi. Contoh dari pandemi adalah yang kini sedang dunia alami, yakni Coronavirus
disease 2019 (COVID-19).

2.2.6 Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) kerap kali disebut sebagai outbreaks. Terdapat
beberapa definisi KLB oleh beberapa pihak, antara lain:
- Gerstman (1998) : “KLB merupakan peningkatan kejadian penyakit yang
melebihi ekspektasi normal secara tiba-tiba pada suatu komunitas, dibatasi
tempat dan periode waktu tertentu”.
- Brian MacMahon (1970) : “KLB merupakan kejadian yang melebihi keadaan
normal, pada individu maupun sekelompok masyarakat tertentu”
- Kementerian Kesehatan (2014); Undang-undang Wabah (1969); PP 40, tahun
1991, Bab 1, Pasal 1 : “KLB adalah munculnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang berarti secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah”

Status KLB dalam peraturan yang berlaku di Indonesia termasuk dalam salah
satu kategori status wabah, dan diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.

2.3 Wabah Avian Influenza A (H5N1)


2.3.1. Asian Highly Pathogenic Avian Influenza
Asian highly pathogenic avian influenza (HPAI) A(H5N1) atau dikenal di
Indonesia dengan sebutan flu burung adalah jenis virus influenza yang sering
menyerang hewan jenis unggas atau burung-burung dan sangat menular dan juga
sangat mematikan di antara para unggas. Virus ini ditransmisikan dari
unggas-ke-unggas melalui saliva, sekresi saluran napas, dan juga kotoran unggas yang
terinfeksi. Avian flu banyak ditemukan pada burung air liar terutama pada ordo
Anseriformes (seperti bebek dan angsa) dan Charadriiformes (camar, burung wader,
dan dara laut) sebagai host dan reservoir alami virus ini (Kalthoff, Globig and Beer,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fadel dan Afifi pada unggas liar di Mesir yang
dilakukan dengan mengambil sampel darah beberapa jenis burung liar menunjukkan
bahwa 67.4% sampel penelitian seropositif flu burung dengan 51.6% seropositif
H5N1 saja. Seropositif flu burung tertinggi terdapat pada burung cattle egrets atau
kuntul sapi yang 90.9% dari total sampel penelitian dengan jenis ini positif akan flu
burung dimana 86.7% di antaranya hanya seropositif H5N1, 3.3% haya seropositif
H9N1, dan sisanya adalah campuran dari keduanya. Dari penelitian ini juga
didapatkan hasil bahwa sebesar 44.8% burung merpati semi-captive seropositif H5N1,
yang dimana keberadaan burung ini lumayan dekat dengan manusia dan bisa
menularkannya (Fadel and Afifi, 2017). Jika burung-burung yang tidak mengalami
kesakitan tetapi seropositif akan flu burung menularkan flu burung kepada
unggas-unggas yang sudah didomestikasi, kemungkinan unggas yang sudah
terdomestikasi tersebut untuk sakit dan mati sangatlah tinggi. Selain pada unggas,
infeksi H5N1 telah ditemukan di beberapa hewan lainnya seperti pada babi, kucing,
anjing, musang, harimau, dan macan tutul (CDC, 2015).
HPAI A(H5N1) bisa menyerang manusia dan sangat berpotensi menyebabkan
outbreak karena virus HPAI Asian H5N1 ini bertransmisi melalui kontak langsung
dengan hewan hidup maupun sudah mati yang terinfeksi. Maka dari itu jika terjadi
outbreak Avian Flu pada unggas, akan banyak unggas yang terinfeksi oleh HPAI
A(H5N1) dan sangat berpotensi menularkannya kepada manusia secara luas. Hampir
semua kluster yang terinfeksi HPAI A(H5N1) adalah keluarga yang tinggal dekat
dengan unggas. Transmisi HPAI A(H5N1) dari manusia-ke-manusia sangatlah jarang
terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan paparan manusia-ke-manusia bisa terjadi.
Transmisi antar manusia bisa terjadi jika terjadi kontak yang sangat lama dan sangat
dekat dengan penderita flu burung akut atau sudah parah (CDC, 2015; World Health
Organization, 2018).
Avian Flu sering kali terjadi sebagai wabah sporadik sejak tahun 2003, dan
telah memakan korban jiwa sekitar 60% dari kelompok orang yang terinfeksi.
Mayoritas orang yang terinfeksi HPAI A(H5N1) adalah anak-anak dan orang dewasa
yang berumur di bawah 40 tahun. Angka kematian tertinggi berada pada kelompok
usia 10-19 tahun dan dewasa muda. Sebagian besar orang yang terinfeksi HPAI
A(H5N1) dirawat di rumah sakit, tetapi terdapat beberapa kasus yang tidak
memerlukan perawatan intensif, hal ini banyak terjadi pada anak-anak (CDC, 2015).
Pada awal terinfeksinya manusia oleh virus H5N1, biasanya akan muncul
gejala seperti demam di atas 38ºC dan batuk parah yang sering diikuti dengan
susahnya bernapas atau dyspnoea sedangkan gejala pada saluran napas bagian atas
seperti tenggorokan gatal jarang terjadi. Meskipun begitu, infeksi H5N1 pada manusia
sering menyebabkan banyak penyakit saluran pernapasan seperti ISPA (infeksi
saluran pernapasan atas), hingga penyakit saluran napas akut seperti pneumonia berat,
acute respiratory distress syndrome, syok, dan bisa berujung pada kematian. Selain
gejala pada organ pernapasan, Avian Flu dapat menyebabkan gejala pada bagian
gastrointestinal dimana orang yang terinfeksi H5N1 sering dilaporkan mengalami rasa
mual, muntah, dan diare. Avian flu juga sering menyebabkan pendarahan pada gusi
dan hidung dan beberapa kasus infeksi H5N1 juga dilaporkan mengalami
conjunctivitis dimana terjadi inflamasi pada bagian luar membran mata. Infeksi H5N1
dapat menyebabkan komplikasi pada penderitanya. Komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita Avian Flu adalah pneumonia berat, hypoxemic respiratory failure,
disfungsi multi organ, septic shock, dan infeksi virus atau bakteri sekunder (World
Health Organization, 2018).
2.3.2. Daerah dan Jangka Waktu Peristiwa
Wabah pertama infeksi manusia oleh virus flu burung (H5N1) tercatat pada
tahun 1997 di Hong Kong di mana 18 kasus (6 fatal) yang dilaporkan merupakan
kasus pertama dari infeksi manusia oleh virus H5N1 (Mittal and Medhi, 2007; World
Health Organization, 2011). Peristiwa ini diikuti sejumlah besar wabah di berbagai
belahan dunia (Mittal and Medhi, 2007). Hingga Februari 2006, wabah flu burung
telah terjadi di sekitar 13 negara termasuk sebagian besar daerah di India (Mittal and
Medhi, 2007). Wabah ini terutama terpusat di Hong Kong dan Tiongkok di mana
strain virus yang paling prevalen adalah H5N1 dan H9N2 (Mittal and Medhi, 2007).
Pada tahun 2003 muncul strain yang mampu menginfeksi manusia, dan pada
Februari 2003 terdapat dua kasus infeksi flu burung H5N1 yang dikonfirmasi pada
keluarga di Hong Kong dengan riwayat perjalanan terakhir ke Provinsi Fujian,
Tiongkok (Mittal and Medhi, 2007; World Health Organization, 2011). Pada 25
November 2003, kasus fatal terjadi di Tiongkok pada seorang pria berusia 24 tahun
dari Beijing, namun baru dikonfirmasi secara retrospektif pada bulan Agustus 2006
sebagai kasus ke-20 di Tiongkok (World Health Organization, 2011). Kasus-kasus
yang dilaporkan ke WHO dari 12 Desember 2003 hingga sekitar pertengahan tahun
2005 berasal dari wilayah Asia, mulai dari negara-negara di Asia Timur hingga
menyebar ke negara-negara di Asia Tenggara dan Selatan (World Health
Organization, 2011). Setelah itu, virus mulai menyebar ke unggas di Rusia dan negara
lain di sekitarnya (seperti Kazakhstan) hingga negara-negara di Eropa, Afrika, dan
Timur Tengah, diantaranya Mesir dan Nigeria yang juga mengkonfirmasi adanya
kasus infeksi pada manusia (World Health Organization, 2011).
Avian Influenza atau flu burung sesuai dengan namanya ditularkan dari
burung (unggas). Berdasarkan uraian pola penyebaran penyakit di atas, ada tiga
kemungkinan cara penyakit menyebar, yaitu:
● Secara geografis, Rusia dan negara-negara di Asia Timur letaknya berbatasan
atau berdekatan dengan Tiongkok dan Hong Kong.
● Kegiatan ekspor-impor antara Hong Kong dan Tiongkok dengan
negara-negara seperti Indonesia.
● Iklim di Hong Kong dan Tiongkok yang menyebabkan aktivitas migrasi
unggas ketika musim dingin ke daerah yang beriklim hangat.

2.3.3. Jumlah Korban


Avian Influenza A (H5N1) pertama kali menginfeksi manusia pada tahun 1997
di Hong Kong dengan jumlah 18 kasus dan 6 orang diantaranya meninggal dunia
(CFR 33,3%) (Setiawaty, 2012; World Health Organization, 2012). Secara global,
sejak Januari 2003 hingga 5 September 2021, terdapat 863 kasus infeksi Avian
Influenza A (H5N1) pada manusia dari 18 negara, 456 diantaranya meninggal dunia
(CFR 53%). World Health Organization (WHO) melaporkan kasus terbaru Avian
Influenza A (H5N1) pada manusia terjadi di India pada 16 Agustus 2021 (Centre for
Health Protection, 2021).
Jumlah kasus di Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2018 adalah 200
kasus dengan 168 diantaranya meninggal dunia (CFR 84%) (Kemenkes RI, 2019b).
Jumlah kasus terkonfirmasi di Indonesia cenderung mengalami penurunan yang juga
berdampak pada penurunan jumlah kasus kematiannya. Pada tahun 2016 tidak
terdapat kasus terkonfirmasi maupun yang meninggal, namun pada akhir tahun 2017
terdapat 1 kasus terkonfirmasi dan meninggal di Kab. Klungkung, Provinsi Bali
(Kemenkes RI, 2019a). Sejak tahun 2018 - 2020 belum dilaporkan adanya kasus
tambahan di Indonesia.

Gambar 2.3.3 Jumlah Kasus dan Jumlah Kematian Flu Burung di Indonesia
Tahun 2005-2018 (Kemenkes RI, 2019b)

2.3.4. Investigasi Virus Avian Influenza A (H5N1)


WHO (World Health Organization), FAO (Food and Agriculture
Organization), dan OIE (World Organization for Animal Health) telah menyusun
sebuah framework yang mendukung atau mendorong negara-negara agar lebih siap
dalam menghadapi risiko permasalahan kesehatan dengan cara menggunakan cross
sectional assessment dari risiko penyebab kesehatan yang baru timbul maupun sudah
ada pada interfase manusia-hewan, yang dinamakan ‘Four-Way Linking. Secara
singkat, framework ini membutuhkan informasi epidemiologi dan virologi dari
manusia dan juga hewan untuk membangun keterkaitan antara keduanya. Informasi
epidemiologi yang dibutuhkan dalam framework ini adalah informasi yang terpaut
waktu dan tempat, spesimen, sumber isolat, dan juga interaksi antara manusia dengan
hewan yang dicurigai berkaitan dengan kejadian kesehatan. Berikut ini adalah alur
dari pengolahan informasi epidemiologi dalam Four-Way Linking framework untuk
melakukan risk assessment dan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang risiko terjadinya wabah dan mengetahui risiko penyebaran penyakit. Berikut
ini adalah gambaran dalam pengambilan informasi:
Gambar 2.3.4 Menghubungkan dan Menilai Informasi Dari Empat
Aliran Informasi (WHO, 2013)

Pada tahun 2013, terdeteksi kasus H5N1 di daerah Jawa Barat, Indonesia pada
anak laki-laki berusia 2 tahun. Tim epidemiologi bergerak langsung untuk
menginvestigasi kasus dan melakukan penilaian risiko. Investigasi yang dilakukan
menggunakan Four-Way Linking framework untuk menentukan sumber dari H5N1
tersebut dan menentukan apakah kasus tersebut dapat menyebabkan wabah. Untuk
mendeteksi kasus infeksi H5N1, dilakukan Event-based surveillance yang
mewajibkan fasilitas kesehatan melaporkan setiap kasus yang terdeteksi adalah kasus
infeksi H5N1 kepada pihak yang berwenang. Untuk mendeteksi wabah flu burung
pada unggas, Menteri Pertanian memerintahkan untuk diadakannya participatory
disease surveillance and response (PDSR) dan surveilans pasif pada daerah-daerah
yang banyak unggasnya seperti di lingkungan tempat unggas dibudidayakan untuk
kepentingan komersial. Kementerian Pertanian juga bekerja sama dengan FAO,
Pemda, dan juga pasar-pasar burung untuk melakukan surveilans terhadap unggas
yang dilaksanakan di sekitar tempat terkonfirmasinya kasus Flu Burung dan juga
terdapat surveilans reguler yang telah dilaksanakan di beberapa pasar di daerah
Jakarta, Surabaya, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Surveilans ini dilakukan dengan
cara mengambil environmental swabs atau sampel dari lingkungan sekitar pasar dan
juga pada permukaan area pemotongan dan penjualan unggas. Dengan adanya
informasi epidemiologi manusia, epidemiologi hewan, laboratorium manusia,
laboratorium hewan akan memudahkan dilakukannya risk assessment (Setiawaty et
al., 2015).
BAB III
KESIMPULAN

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular dari satu orang ke orang lain,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berdasarkan dari luas area penularannya, penyakit menular dapat terbagi menjadi wabah,
endemi, letusan, epidemi, pandemi, dan Kejadian Luar Biasa (KLB). Salah satu contoh
wabah yang pernah terjadi adalah outbreak Avian Influenza A (H5N1) yang dimana virus ini
adalah virus influenza dengan host dan reservoir alami burung air liar. Transmisi dari host
alami ke unggas-unggas yang telah terdomestikasi adalah melalui sekresi fecal-oral dan
respiratory. Unggas-unggas yang telah terdomestikasi akan sangat mudah untuk sakit akibat
terinfeksi H5N1 bahkan tingkat mortalitasnya sangat tinggi.
Avian Influenza A (H5N1) dapat menginfeksi manusia yang tinggal dekat dengan
unggas dengan anak-anak dan orang dewasa yang berumur di bawah 40 tahun yang paling
banyak terinfeksi jenis virus ini. Avian Influenza memiliki tingkat mortalitas yang tinggi dan
menyebabkan berbagai macam komplikasi. Kasus pertama infeksi H5N1 pada manusia
terjadi di Tiongkok dan Hong Kong pada tahun 2003 yang kemudian secara bertahap
menyebar ke negara-negara di sekitarnya, mulai dari Korea, Jepang, Vietnam, Thailand,
Kamboja, Indonesia, serta Rusia dan negara lain di sekitarnya. Setelah itu, wabah terus
meluas ke arah barat dari Cina, termasuk negara-negara di Afrika dan Timur Tengah, serta
negara-negara di Eropa. Secara global, sejak Januari 2003 hingga 5 September 2021, terdapat
863 kasus infeksi Avian Influenza A (H5N1) pada manusia dari 18 negara, 456 diantaranya
meninggal dunia (CFR 53%). Untuk investigasi wabah flu burung, bisa digunakan Four-Way
Linking framework yang menggabungkan informasi epidemiologi dan laboratorium dari
hewan dan juga manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Artawan WG. (2016). Metode Penyelidikan KLB (Outbreaks). [online] Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e4193ecae4b248ff0370144e29e
357bb.pdf [Accessed 6 Sept. 2021].

CDC. (2012). Principles of Epidemiology in Public Health Practice. [online] Available at:
https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section11.html [Accessed 6 Sept.
2021].

Centre for Health Protection (2021) Avian influenza affected areas and global statistics of
avian influenza A (H5N1).

Eprints.uny.ac.id. [online] Available at: <https://eprints.uny.ac.id/40665/1/BAB%20I.pdf>


[Accessed 6 Sept. 2021].

Fadel, H. M. and Afifi, R. (2017) “Investigation of avian influenza infection in wild birds in
Ismailia and Damietta cities, Egypt,” Veterinary World, 10(6). doi:
10.14202/vetworld.2017.695-701.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. [online] Available at:


<https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1782/Irwan-Buku-Epidemiologi-Penyaki
t-Menular.pdf> [Accessed 6 Sept. 2021].

Kalthoff, D., Globig, A. and Beer, M. (2010) “(Highly pathogenic) avian influenza as a
zoonotic agent,” Veterinary Microbiology. doi: 10.1016/j.vetmic.2009.08.022.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Epidemiologi Malaria di Indonesia [online]. Available at:
<https://pusdatin.kemkes.go.id> [Accessed 6 Sept 2021]

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Penyakit Virus


Ebola [online]. Available at:
<Pedoman_Kesiapsiagaan_Menghadapi_Virus_Ebola.pdf (kemkes.go.id)>

Kemenkes RI. (2019a). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Available at:


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Dat
a-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf.

Kemenkes RI. (2019b). Situasi Penyakit Infeksi Emerging.

Mittal, N. and Medhi, B. (2007) ‘The bird flu: a new emerging pandemic threat and its
pharmacological intervention.’, International journal of health sciences, 1(2), pp.
277–83. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3068632/.

Republik Indonesia. (1984). Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Resti NW. (2020). Memahami Istilah Endemi, Epidemi, dan Pandemi. [online] Available at:
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-istilah-endemi-epidemi-da
n-pandemi [Accessed 6 Sept. 2021].

Setiawaty, V. et al. (2015) “Avian Influenza A(H5N1) Virus Outbreak Investigation:


Application of the FAO-OIE-WHO Four-way Linking Framework in Indonesia,”
Zoonoses and Public Health, 62(5). doi: 10.1111/zph.12158.

Setiawaty, V. (2012) ‘Virulensi dan Transmisi Virus Influenza A pada Manusia, Hewan
Mamalia dan Unggas’, Media Litbang Kesehatan, 22(3), p. 107.

Singgih NW. (2015). Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. [online]
Available at:
http://irs453.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/919/2015/02/Pertemuan
_14_GAMBARAN_UMUM_KLB_-1.pdf [Accessed 6 Sept. 2021].

Wibowo, T. (2021). Investigasi Wabah [online]. Available at: < Microsoft PowerPoint -
infestigasi wabahi-Trisno_Heru [Compatibility Mode] (ugm.ac.id)> [Accessed 6 Sept
2021].

World Health Organization. (2018). “Influenza (Avian and other zoonotic),” Who, (January).

World Health Organization. (2011) H5N1 avian influenza: Timeline of major events.
Available at:
https://www.who.int/influenza/human_animal_interface/avian_influenza/H5N1_avian
_influenza_update.pdf (Accessed: 6 September 2021).

Anda mungkin juga menyukai