Anda di halaman 1dari 81

Program Penanggulangan

Penyakit Tuberculosis dan


Lepra
Anggota kelompok :

Azkia Nur Zahrah 1906397254


Fitriani Azizah 1906397172
Theodorus Holspid S 1906350282
Table of contents
01 02 03
Aspek
Aspek Klinis Aspek Program
Epidemiologis
Tuberkulosis Tuberkulosis Tuberkulosis

04 05 06
Aspek
Aspek Klinis Aspek Program
Epidemiologis
Lepra Lepra Lepra
Tuberkulosis
01
Aspek
Klinis
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi akibat bakteri yang menular melalui percikan
droplet. Tuberkulosis dapat dikategorikan menjadi :

Berdasarkan organ yang terinfeksi :


1. TB Paru -> TB yang disebabkan infeksi Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru
2. TB Ekstra Paru -> TB yang disebabkan infeksi Mycobacterium tuberculosis pada organ lain
seperti TB limfadenitis, tulang, urogenital, kulit, meningitis, peritonitis, milier
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics and images by Freepik
Selain itu, tuberkulosis juga dapat diklasifikasikan menjadi TB Aktif yang dapat menular
dan menimbulkan gejala serta TB Laten yang tidak menular dan tidak menunjukkan gejala
Etiologi Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis
Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri yang
tergolong dalam Mycobacterium Tuberculosis Complex
(MTC) yaitu Mycobacterium tuberculosis pada manusia
dan Mycobacterium bovis pada hewan.
Sifat Mycobacterium tuberculosis secara umum:
1. Basilus, panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-o,6 mikron
2. Bakteri tahan asam
3. Memerlukan media khusus untuk biakan
4. Tahan terhadap suhu rendah dan sangat peka
terhadap panas
5. Memiliki kandungan lipid yang tinggi sehingga
memungkinkan bersifat resisten terhadap beberapa
antibiotik
Patogenesis Tuberkulosis
Inhalasi droplet Tubuh Bakteri berpindah
yang menghasilkan ke organ dan bagian
mengandung limfosit yang tubuh lain melalui
Mycobacterium mengaktifkan peredaran darah
tuberculosis makrofag

1 2 3 4 5

Bakteri Makrofag
bereplikasi di membentuk
Alveolus penghalang
yang disebut
granuloma
Tanda dan Gejala
Gejala Umum Gejala Khusus
● Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih Tergantung pada kondisi tertentu ataupun organ
● Batuk berdarah yang terinfeksi.
● Sesak nafas
● Badan lemas
● Malaise
● Penurunan nafsu dan berat badan
● Badan lemas
● Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
● Demam meriang yang berlangsung lama
Treatment Tuberkulosis
TB Laten TB dengan HIV
● Tiga bulan sekali seminggu isoniazid plus rifapentine ● TB Laten:
(3HP) ○ 12 minggu pemberian isoniazid dan
● Empat bulan rifampisin harian (4R) rifapentine (3HP) sekali seminggu
● Tiga bulan isoniazid plus rifampisin (3HR) setiap hari ○ Pilihan pengobatan lainnya : Rifampisin
harian selama empat bulan
○ Alternatif bagi pengguna ART : Isoniazid
TB Aktif harian sembilan bulan
● TB Aktif dengan HIV sama dengan opsi pengobatan
● Regimen Pengobatan TB Rifapentin-moksifloksasin 4 bulan TB Aktif secara umum
○ Rifapentin harian (RPT) dosis tinggi dengan ● Pada dewasa pengobatan minimum 6 bulan
○ moksifloksasin (MOX), ● Pengobatan HIV (ART) harus dimulai selama
○ isoniazid (INH), dan pengobatan penyakit TB (2 minggu pertama)
○ pirazinamid (PZA)
● Regimen Pengobatan TB RIPE 6 atau 9 bulan
○ Rifampin (RIF),
○ Isoniazid (INH),
○ Pyrazinamide (PZA),
○ Ethambutol (EMB)
Treatment Tuberkulosis
TB Anak TB & Kehamilan
● TB Laten: ● TB Laten:
○ Usia > 2 tahun : isoniazid-rifapentin sekali ○ Regimen harian 4 bulan rifampisin (4R)
seminggu selama 12 minggu ○ Regimen harian 3 bulan isoniazid dan RIF (3HR)
○ Alternatif : 4 bulan rifampisin harian atau 9 ○ Regimen harian 6 atau 9 bulan INH (6H/9H)
bulan isoniazid setiap hari dengan suplementasi piridoksin (vit. B6)
● TB Aktif : ● TB Aktif :
○ Beberapa obat anti TB selama 4, 6, atau 9
○ Regimen pengobatan awal dengan isoniazid,
bulan, tergantung pada rejimen pengobatan
rifampisin, dan etambutol setiap hari selama 2
○ CDC tidak merekomendasikan rejimen
bulan diikuti dengan INH dan RIF setiap hari/dua
pengobatan TB rifapentine-moxifloxacin 4
kali seminggu selama 7 bulan
bulan untuk anak-anak yang berusia < 12 tahun
atau memiliki berat badan < 40 kg
1. OAT lini kedua : Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid,
TB Resisten Obat Delamanid
2. Obat TB baru lainnya dan OAT lini pertama : pirazinamid and
etambutol
Komplikasi Tuberkulosis
Kerusakan
paru-paru Pneumotoraks

Sindrom Amiloidosis
Horner sistemik
Sindrom
Empiema kesulitan
Timbulnya kumpulan
nanah dalam rongga di pernapasan
dalam tubuh akut
Prognosis Tuberkulosis
Indonesia:
TB laten menjadi Relaps dan ● 2,5% pasien dengan
TB aktif Mengembangkan pengobatan meninggal
komplikasi ● 42% pasien dengan
pengobatan sembuh

1 2 3 4 5

Sembuh setelah Tanpa pengobatan :


menerima ● 50-60% meninggal
pengobatan yang ● 20-25% sembuh
tepat dan efektif (sembuh spontan)
● 20-25% terus memiliki
gejala
Aspek
Epidemiologi 02
s
Situasi Tuberkulosis Secara Global

● Menurut WHO, secara global, terdapat 10 juta penduduk di seluruh dunia menderita
penyakit Tuberkulosis (3.3 juta penderita diantaranya merupakan wanita dan 1.1 juta
penderita merupakan anak-anak)
● Angka insiden Tuberkulosis mengalami penurunan sebanyak 2% setiap tahunnya
● Total sebanyak 1,5 juta penduduk di dunia meninggal akibat Tuberkulosis → eringkat ke-13
sebagai penyebab kematian tertinggi dan peringkat ke-2 penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit menular
Situasi Tuberkulosis di Indonesia
Situasi Tuberkulosis di Indonesia

● Berdasarkan klasifikasi TB, sekitar


91% dari kasus TB (357.469)
merupakan kasus TB Paru
● Hanya sekitar 9%nya merupakan
TB EkstraParu
Faktor Risiko
Sistem Imunitas lemah

Kondisi Sistem Kondisi Medis


kekebalan pada setiap Tertentu
individu ● Infeksi HIV/AIDS
● Genetik ● Diabetes mellitus
● Usia ● Gagal ginjal
● Berat badan rendah
● Transplantasi organ
● Kanker kepala dan leher
Faktor Risiko
Riwayat dan Lama Kontak

Petugas kesehatan yang merawat


Memiliki kontak erat
pasien dengan peningkatan risiko
dengan penderita
penyakit TB

Bermigrasi dari daerah Kelompok dengan tingkat


di dunia dengan tingkat
penularan TB yang tinggi
TB yang tinggi.
Upaya Preventif

Primer:
● Mendapatkan vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG)
● Mengenakan masker saat berada di tempat ramai
● Pemberian edukasi kepada masyarakat terkait tuberkulosis
● Sering membuka pintu dan jendela

Sekunder: Tersier:
● Deteksi dini (contact tracing) ● Perawatan chemoprophylaxis untuk
● Pemberian pengobatan dini mencegah berkembangnya infeksi
Tuberkulosis
Aspek
03 Program
Stuktur Organisasi
Stuktur Organisasi Dinkes DKI
Jakarta
Kepala Dinas

Suku Dinas Kota

Subbagian Seksi Perencanaan Seksi Pencegahan


Seksi Kesehatan Seksi Pelayanan
Tata Usaha Pengendalian dan dan Pengedalian
Masyarakat Kesehatan
Informasi Penyakit
Visi dan Misi
Sudinkes Kota Jakarta
Kemenkes RI
Barat
Visi Visi
“Jakarta Barat Sehat Untuk Semua”
"Menciptakan manusia yang sehat, produktif,
mandiri dan berkeadilan"
Misi
a. Melaksanakan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna
Misi dan berhasil guna
b. Mengoptimalkan fungsi pembinaan pengawasan dan pengendalian sumber daya
a. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi; kesehatan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan prima
b. Menurunkan angka stunting pada balita; c. Meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan yang
c. Memperbaiki pengelolaan Jaminan berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat
d. Mengendalikan kegawatdaruratan kesehatan dan penyakit serta mencegah
Kesehatan Nasional; dan terjadinya kejadian luar biasa.
d. meningkatkan kemandirian dan e. Meningkatkan upaya promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat untuk
penggunaan produk farmasi dan alat mewujudkan kemandirian di bidang kesehatan
f. Mengembangkan kemitraan dalam rangka pengendalian pelayanan kesehatan
kesehatan dalam negeri. untuk mewujudkan pelayanan Jaminan Kesehatan yang berkualitas
Tujuan Program
Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
tahun 2020-2024

Tujuan Umum: Mencapai eliminasi tuberkulosis pada tahun 2030, serta mengakhiri epidemi
tuberkulosis di tahun 2050

Tujuan Khusus:
● Memperkuat manajemen program penanggulangan tuberkulosis yang responsif mulai
dari pusat, provinsi, kabupaten, kota dan fasyankes
● Meningkatkan kualitas pelayanan tuberkulosis yang berpusat kepada kebutuhan
masyarakat
● Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan tuberkulosis
● Meningkatkan kebutuhan dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya
penanggulangan tuberkulosis
Tujuan Program

● Eliminasi tuberkulosis dilakukan dengan mengurangi angka insidens Tuberkulosis di Indonesia


● Berdasarkan Roadmap eliminasi tuberkulosis, terdapat beberapa tahapan untuk mencapai eliminasi
tersebut:
○ Tahap 1: Strategi TOSS-TBC, penemuan kasus secara Intensif, Aktif, Masif, serta membangun
kemitraan dan mobilisasi sosial.
○ Tahap 2: Target penurunan insidensi TBC sebanyak 30% dan penurunan kematian TBC sebanyak
40% dibanding 2014
○ Tahap 3: Penurunan insidensi TBC sebanyak 50% dan penurunan kematian TBC sebanyak 70%
dibanding 2014
○ Tahap 4: Penurunan insidensi TBC sebanyak 90% dan penurunan kematian TBC sebanyak 95%
dibanding 2014
Strategi
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-2024
dilaksanakan dengan enam strategi, yakni:

Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota


1 untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis 2030

2 Peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien.

Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan


3 tuberkulosis serta pengendalian infeksi

4 Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana Tuberkulosis

Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor lainnya dalam eliminasi
5 tuberkulosis

6 Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan


Pelaksanaan Program

Mengoptimalisasi
Mengatasi Under
yang sudah
Reporting
Tercapai
● Penerapan public private mix berbasis ● Penguatan Surveilans
kota/kabupaten ● Peningkatan kepatuhan minum obat
● Pelacakan pasien mangkir
● Wajib lapor dan penguatan surveilans
● Sinkronisasi dengan BPJS (data dan
sistem rujuk balik)
● Manajemen layanan TB yang
terintegrasi (HIV, DM, gizi, rokok,
penyakit paru, dll)
Pelaksanaan Program

Kegiatan Khusus
Mengakses yang
Tuberkulosis Resisten
Belum Terjangkau

Obat
Penemuan dan pelacakan kontak
● Skrining di tempat khusus ● Pelayanan TB RO di 360 rumah sakit dan
● Pengendalian faktor risiko Balai Kesehatan
● Pengobatan TB RO jangka pendek
● Promosi Kesehatan
● Desentralisasi layanan ke puskesmas
● Dukungan psikososial (pendampingan
pasien dan pemberian bantuan transport)
● Penanganan Efek Samping
Target Program
Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
tahun 2020-2024

Menurunkan Insidensi
Terdapat 63.746 anak yang
Tuberkulosis menjadi
menderita Tuberkulosis
190 per 100.000
terdiagnosis dan diobati
penduduk

Menurunkan kematian
Terdapat 19.686 pasien TB
akibat Tuberkulosis
Resisten Obat yang
menjadi 27 per 100.000
terdiagnosis dan diobati
penduduk

Terdapat 768.024 Terdapat 1.129.015


penderita yang orang yang diberikan
terdiagnosis dan diobati TPT
Alat Ukur

Indikator Umum
● Indikator yang menggambarkan keseluruhan dampak atau
manfaat kegiatan penanggulangan TB. (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2016)
● Indikator ini akan diukur dan di analisis di tingkat pusat
secara berkala.
● Mengukur angka prevalensi, angka insidens, dan angka
mortalitas Tuberkulosis.
Indikator Umum
Indikator Program Tuberkulosis

● Estimasi insiden TB
● Jumlah terduga TBC yang ditemukan
● Jumlah kasus yang harus ditemukan dan diobati
● Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate): target jumlah semua
kasus TB yang ditemukan dan diobati/jumlah penduduk X 100.000
● Angka keberhasilan pengobatan kasus TB semua kasus: 90%
● Jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap: Angka
keberhasilan pengobatan kasus TB semua kasus X target semua kasus TB yang
ditemukan dan diobati (enrollment)
Indikator TB Resisten Obat
● Persentase penemuan kasus TB RO
● Jumlah kasus TB RO yang memulai pengobatan
● Perkiraan kasus TB paru baru: %kasus TB paru baru tahun 2015-2018 (84%)
x estimasi insidensi TB
● Perkiraan kasus TB paru pengobatan ulang
● Persentase kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji kepekaan obat
dengan TCM atau metode konvensional: 100%
● Perkiraan jumlah kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji
kepekaan obat dengan TCM atau metode konvensional
● Cakupan pengobatan TB RO: 70% pada 2022 (berdasarkan NSP tahun 2020-
2024)
● Jumlah kasus TB resisten obat yang sembuh dan pengobotan lengkap
Indikator TB-HIV
● Persentase kasus TB yang mengetahui status HIV : 65% pada tahun 2021 dan
70% pada tahun 2022
● Perkiraan jumlah kasus TB yang mengetahui status HIV: target jumlah kasus TB yang
ditemukan x persentase kasus TB yang mengetahui status HIV
● Perkiraan jumlah pasien TB yang HIV positif
Indikator TB Anak
● Perkiraan kasus TB anak: 8,3% (Global TB report 2019) X perkiraan insiden TB
dalam jumlah absolut
● Cakupan penemuan kasus TB anak: 85% pada tahun 2021 dan 90% pada tahun 2022
● Perkiraan jumlah penemuan kasus TB anak: perkiraan kasus TB anak x cakupan
penemuan kasus TB anak
Indikator TB Laten
● Total kontak yang terjadi di dalam rumah
● Anak-anak berusia < 5 tahun di antara rumah tangga (populasi yang memenuhi
syarat)
● Anak-anak yang berusia 5-14 tahun di antara rumah tangga (populasi yang
memenuhi syarat)
● Kelompok risiko lainnya (lapas, petugas kesehatan, imunosupresan, dll)
(penduduk yang memenuhi syarat)
● Total kontak rumah tangga (tidak termasuk anak-anak)
● ODHA (orang yang hidup dengan HIV)
● Total populasi yang memenuhi syarat
● Kasus TBC yang ditemukan dari Investigasi Kontak (IK)
Data Surveilans
Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021

Aktif Pasif Intensif


● Pelacakan dan pemeriksaan kasus
kontak oleh tenaga kesehatan dan kader ● Pemeriksaan pasien dengan gejala
TBC yang datang ke Fasilitas
kesehatan
Pelayanan Kesehatan
● Skrining secara massal terkhusus pada ● Diperoleh melalui Sistem
kelompok rentan dan berisiko Informasi Tuberkulosis (SITB)
● Skrining pada kondisi situasi khusus
Evaluasi

Metode Komponen
● Pengumpulan data dari surveilans rutin ● Evaluasi individu (Pasien TB)
tuberkulois (SITB), temuan dari berbagai hasil ● Evaluasi Fasyankes
studi oleh kelompok riset operasional dan ● Evaluasi Logistik
kelompok-kelompok riset lainnya termasuk ● Evaluasi Laboratorium
LSM, serta evaluasi yang diselenggarakan oleh ● Evaluasi SDM
organisasi internasional
● Melihat capaian indikator dan melakukan
evaluasi serta tindaklanjut
Apresiasi
● Pemerintah sudah cukup masif dalam promosi dan edukasi kesehatan terkait
TB
● Sistem surveilans yang digunakan sudah sangat komprehensif dan terintegrasi
● Pengisian data terduga TB, terkonfirmasi TB, pengobatan TB melalui SITB
sudah berjalan dengan cukup baik dan dilakukan secara rutin
● Jumlah pasien terduga dengan pemeriksaan penunjang di Jakarta Barat pada
tahun 2021 meningkat (21.308) dibandingkan tahun 2020 (15.899)
Kritik
● Masih terdapat beberapa target program tuberkulosis yang masih belum
terpenuhi (Per 3 Januari 2021):
○ Treatment coverage TBC → Target: 85% ; Realita: 43%
● Penemuan kasus terkendala selama pandemi COVID-19 dan menghambat
progress capaian target
● Penurunan angka kasus tb tidak dijelaskan apakah karena penurunan kasus atau
tracing
Saran
● Perlu adanya peningkatan upaya pemerataan pengobatan yang diberikan
kepada pasien tuberkulosis
● Melakukan upaya tracing yang lebih masif melalui integrasi dengan upaya
deteksi kasus COVID-19
● Lebih memasifkan/menggencarkan promosi kesehatan untuk mendorong
masyarakat melakukan skrining mandiri
● Mengoptimalkan upaya peningkatan peran serta komunitas dalam
pengendalian TB
Lepra/
Kusta
04
Aspek
Klinis
Definisi
● Lepra atau Kusta adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
● Penyakit ini menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya
saraf dan kulit.
● Kusta adalah penyakit yang dapat sangat progresif
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak
dan mata apabila tidak tidak ditangani.
● Klasifikasi Lepra:
○ Pausi Basiler (PB) -> bercak Kusta berjumlah 1-5,
penebalan saraf tepi dan disertai gangguan fungsi hanya
satu saraf serta BTA negatif pada kerokan kulit
○ MultiBasiler (MB) -> bercak Kusta lebih dari 5,
penebalan saraf tepi dan disertai gangguan fungsi lebih
dari satu saraf serta BTA positif pada kerokan kulit
Etiologi Lepra

Mycobacterium leprae
Lepra atau Kusta disebabkan oleh bakteri yang
bernama Mycobacterium leprae. Bakteri ini menular
melalui kontak langsung (dengan catatan penular dan
tertular memiliki lesi mikroskopis ataupun makroskopis
serta adanya kontak lama dan berulang) dan melalui
pernapasan.
Sifat Mycobacterium leprae :
1. Mengalami proses perkembangbiakkan selama 2-
3 minggu
2. Mampu bertahan 9 hari di luar tubuh manusia
3. Membelah dalam jangka 14-21 hari
4. Masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun
Patogenesis Lepra
Mycobacterium
leprae masuk melalui Bakteri Sel imun tubuh
kontak kulit, inhalasi bergerak ke sel mencoba eliminasi
atau saluran saraf tepi dan bakteri & timbul
pencernaan sel saraf kulit gejala

1 2 3 4 5

Bakteri menuju Bakteri


ke saluran berkembang
pernapasan dan biak di sel
jaringan saraf Schwann
manusia
Tanda Lepra

1 Bercak putih atau merah seperti


panu pada bagian kulit 4 Bintil-bintil merah yang
tersebar pada area kulit

Bagian tubuh tidak


2 berkeringat, kulit tampak tipis 5 Pelebaran / pembesaran syaraf
pada daerah siku dan lutut.
dan mengkilap

Deformitas atau kecacatan


3 Munculnya pembengkakan
atau benjolan pada bagian
6 tubuh
wajah
Gejala Lepra

1 2 3
Merasakan mati rasa pada Mata menjadi kering dan
Merasakan kelemahan otot
area kulit hingga kelumpuhan, terutama jarang mengedip hingga
pada otot kaki dan tangan dapat menimbulkan
kebutaan.
Treatment Lepra
MDT (Multidrug
Therapy) Sediaan dan Sifat Obat

● Kombinasi dua atau lebih obat anti kusta, yang salah satunya 1. DDS (Diamino Diphenyl Dapsone)
harus terdiri atas Rifampisin sebagai anti kusta yang sifatnya a. Tablet warna putih
bakterisid kuat dengan obat anti kusta lain yang bisa bersifat b. Bakteriostatik
bakteriostatik 2. Lamprene (B663) atau Clofazimine
● Kelompok orang yang membutuhkan MDT : a. Kapsul coklat
○ Kasus baru b. Bakteriostatik, bakterisid lemah, anti
○ Kasus ulang (Relaps, masuk kembali, pindahan, dan ganti reaksi
3. Rifampicin
tipe)
a. Kapsul/tablet
b. Bakterisid, 99% kuman mati dalam satu
Regimen Pengobatan MDT (Rekomendasi WHO) kali pemberian
4. Obat-obat penunjang (Vitamin/Roboransia)
1. Penderita Pauci Baciler (PB) : Rifampisin dan a. Sulfat Ferrosus -> anemia berat
Dapsone (DDS) b. Vitamin A -> Penyehatan Ichtyosis
2. Penderita Multi-Basiler (MB) : Rifampisin, c. Neurotropik 34
Lampren, dan Dapsone
Komplikasi Lepra
Kerusakan pada membran Kornea mata menjadi kurang
1 mukosa hidung 5 peka

Peradangan pada iris Disfungsi ereksi dan


2 mata 6 infertilitas pada Pria

Perubahan bentuk wajah


3 karena benjolan
permanen
7 Gagal ginjal

Kelumpuhan pada
4 Infeksi pada luka-luka
yang timbul 8 tangan dan kaki
Prognosis Lepra
Tuberculoid leprosy adalah Relaps setelah Mengalami
self-limiting disease dan selesai pengobatan komplikasi
bisa sembuh spontan

1 2 3 4 5

Sembuh setelah Jarang menimbulkan


menerima mortalitas,
pengobatan yang menyebabkan
tepat waktu dan disabilitas
efektif
Aspek
05 Epidemiologi
s
Situasi Tuberkulosis Secara Global
Situasi Tuberkulosis Secara Global
Situasi Tuberkulosis Secara Global

● Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, sekitar 16,7 per 1.000.000 penduduk
menderita penyakit kusta dengan angka cacat tingkat 2 yaitu sebesar 0,9/1 juta penduduk.
● Pada tahun 2020 terdapat 127.558 penambahan kasus yang terjadi di 139 negara di seluruh
dunia.
● Dari 127.558 kasus yang terjadi, sekitar 8.629 kasus terjadi pada anak berusia di bawah 15
tahun.
Situasi Tuberkulosis di Indonesia

● Berdasarkan dari data WHO, pada tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai
negara dengan angka penambahan kasus Kusta tertinggi di tahun 2020 dengan penambahan
kasus sebesar 11.173 kasus.
● Prevalensi kusta di Indonesia sendiri sebesar 48,1/1juta penduduk atau sekitar 13.180 kasus
kusta yang terdaftar di Indonesia.
● Dari 13.180 kasus ini, sekitar 1.126 kasus kusta terjadi pada anak berusia dibawah 15 tahun.
Faktor Risiko

Riwayat dan Lama


Lingkungan
Kontak
Kondisi sanitasi yang kurang Penyakit Lepra dapat timbul melalui
baik, fasilitas sanitasi yang kontak fisik erat yang dilakukan dengan
kurang memadai, kebiasaan penderita yang belum diobat dalam
waktu yang lama
(James Chin, 2000: 348).
Upaya Preventif

Primer:
● Mengurangi kontak fisik
● Memberikan edukasi dan penyuluhan terkait PHBS
● Mendapatkan vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG)
● menggunakan APD sesuai dengan SOP (Tenaga Kesehatan
● Sering membuka jendela dan ventilasi

Sekunder: Tersier:
● Deteksi dini terhadap kusta ● Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi)
● Pemberian pengobatan dini dengan ● Pengobatan penderita dengan MDT sampai
Multidrug Therapy (MDT) RFT
● Pengobatan sesuai komplikasi yang terjadi
06
Aspek
Program
Stuktur Organisasi
Tujuan Program
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2019

Mencapai Eliminasi Kusta tingkat provinsi pada tahun 2019


dan tingkat kabupaten/kota pada tahun 2024.
Strategi

1 Penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor

2 Penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan

3 Penyediaan sumber daya yang mencukupi dalam Penanggulangan Kusta

Penguatan sistem Surveilans serta pemantauan dan evaluasi kegiatan


4 Penanggulangan Kusta
Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan Bentuk Program
Memberdayakan masyarakat agar mampu
berperan aktif dalam mendukung perubahan
perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
● Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
meningkatkan kesehatan untuk pencegahan dan
Tanda, gejala dini, serta teknis kegiatan Penanggulangan Kusta
pengendalian Kusta
● Mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat untuk
penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta
● Mempengaruhi pemangku kepentingan untuk
Sasaran memperoleh dukungan kebijakan Penanggulangan Kusta
● Membantu individu, keluarga, dan masyarakat untuk berperan
Penderita Kusta, keluarga, masyarakat termasuk aktif dalam penemuan dan tata laksana Penderita Kusta,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pelaksanaan Kemoprofilaksis, dan kegiatan penelitian dan
publik,organisasi kemasyarakatan, dan kader, pengembangan
tenaga kesehatan, penentu kebijakan dan
pemangku kepentingan
Pelaksanaan Program
Surveilans Bentuk Program
Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
● Pengumpulan data
untuk menemukan Penderita Kusta dan
● Pengolahan data
penanganan secara dini serta mengetahui besaran
● Analisis data
masalah di suatu wilayah.
● Diseminasi informasi.

Pelaksana Program
Pengelola program atau unit pengelola sistem
informasi kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan, dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
dinas kesehatan daerah provinsi dan Kementerian
Kesehatan
Pelaksanaan Program
Kemoprofilaksis Bentuk Program
Program yang dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah penularan Kusta pada orang yang
kontak dengan Penderita Kusta. ● Pemberian obat rifampisin dosis tunggal pada orang yang kontak
dengan Penderita Kusta yang memenuhi kriteria dan persyaratan
.
● Pemberian obat rifampisin dilakukan oleh petugas kesehatan dan
wajib diminum langsung di depan petugas pada saat diberikan.
● Pemberian obat dilakuakan sebanyak 1 kali dan dapat diulang
kembali setelah 2 tahun dari pemberian sebelumnya
Pelaksanaan Program

Tata Laksana
Bentuk Program
Penderita
Program yang dilakukan dengan tujuan untuk
● Penegakkan diagnosis;
mengobati Penderita Kusta secara dini dan
● Pemberian obat dan pemantauan pengobatan
mencegah disabilitas akibat Kusta.
● Pencegahan dan penanganan disabilitas.
Pelaksanaan Program

Surat Edaran
Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI terkait
pelaksanaan program pengendalian Kusta dan
Frambusia di dalam situasi Pandemi COVID-19
Alat Ukur yang digunakan
Data Surveilans

Pemeriksaan Rapid Village Partisipasi


Kontak Survey (RVS) Masyarakat
Kegiatan pemeriksaan
Dilakukan terhadap orang Keikutsertaan masyarakat
cepat yang dilakukan di
dengan kontak serumah, dalam edukasi pengenalan
desa dengan kasus atau
kontak tetangga dan tanda dini Kusta kepada
riwayat kasus Kusta.
kontak sosial masyarakat sekitar
Target Program
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2019

● Angka prevalensi penyakit kusta <1/10.000 (kurang dari satu per sepuluh ribu)
penduduk di tingkat kabupaten/kota pada tahun 2024
● Penurunan 90% Penderita Kusta baru yang membutuhkan pengobatan Multi Drug
Therapy (MDT)
● Tidak ada disabilitas Kusta pada Penderita Kusta anak
● Mempertahankan angka disabilitas Kusta tingkat dua <1/1.000.000 penduduk
● Mempertahankan angka Penderita Kusta selesai pengobatan tepat waktu (RFT rate)
> 90%
Evaluasi
Metode Indikator
● Setiap tiga bulan dan satu tahun sekali
● Prevalence dan Prevalence Rate
● Mengukur pencapaian tujuan, indikator,
● Case Detection Rate
dan target
● Tidak Ada Kebijakan yang Memperbolehkan Adanya
● Menganalisa laporan rutin yang masuk
Diskriminasi Terhadap OYPMK dan Keluarganya
● Menelaah laporan kunjungan/supervisi
● Proporsi Penderita Kusta Baru dan dengan Cacat Tingkat 2
● Wawancara ke petugas kesehatan
(pada anak, perempuan, MB,
ataupun masyarakat sasaran ● Grade 2 Disability Rate
● Proporsi Kontak
● Release From Treatment (RFT)
● Proporsi Defaulter, Relaps, impor
● Proporsi kasus berdasarkan tingkat reaksi
● Proporsi kecacatan, resisten obat, dan sebagainya.
Apresiasi
● Indikatornya sudah cukup komprehensif, menunjukkan upaya mendetail
untuk secara optimal mengendalikan Lepra
● Pemerintah sudah mempertimbangkan dampak non fisik yang dialami
penderita Lepra yaitu dari aspek mental health akibat stigma dan diskriminasi
yang melekat pada penderita
Kritik
● Dengan target eliminasi di tingkat provinsi pada tahun 2019 dan tingkat
Kabupaten/Kota pada tahun 2024, program pengendalian Lepra belum
cukup optimal sehingga belum mencapai target yang ditetapkan
● Promosi dan edukasi kesehatan mengenai Lepra belum cukup masif dan
meluas
Saran
Agar dapat bergerak lebih maksimal, sebaiknya program Lepra bergerak
lebih masif lagi dan turut mengikutsertakan masyarakat dengan cara terlebih
dahulu meningkatkan awareness masyarakat mengenai Lepra melalui sosial
media dan media promosi yang mengikuti perkembangan zaman serta
mendorong masyarakat untuk terlepas dari stigma buruk terkait penderita Lepra
sehingga penderita Lepra tidak merasa malu atau terpinggirkan dan memiliki
keyakinan sembuh yang mendorongnya rutin menjalani pengobatan. Perlu dikaji
juga alasan-alasan penderita Lepra yang mangkir atau berhenti dari pengobatan
agar dapat menentukan tindak lanjut penanganan.
Dokumentasi
Referensi
Adigun R, Singh R. (2022) Tuberculosis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
Bhandari, J., Awais, M., Robbins, B. and Gupta, V., 2021. Leprosy. Treasure Island (FL): StatPearls. [ebook] Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559307/
CDC. (2016). Basic TB Facts [online]. Available at: https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm
CDC. (2016). Tuberculosis Treatment. [online]. Available at: <https://www.cdc.gov/tb/topic/treatment/default.htm> [Accessed 18 March 2022]
CDC. (2017). Hansen’s Disease (Leprosy). [online]. Available at:
https://www.cdc.gov/leprosy/treatment/index.html#:~:text=How%20is%20the%20disease%20treated,some%20types%20of%20the%20disease.
[Accessed 18 March 2022]
Centers for Disease Control and Prevention. (2016). TB Risk Factors [online]. Available at: <https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/risk.htm> [Accessed 15 Mar
2022]
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012) Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis. Available at:
https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter2.pdf (Accessed: 26 February 2022).
Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Tuberculosis (TB) Disease and Latent TB Infection: Symptoms, Risk Factors & Treatment [online]. Available
at: <https://www.cdc.gov/tb/features/riskfactors/RF_Feature.html> [Accessed 15 Mar 2022]
Dinar Kesehatan DKI Jakarta 2020. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2020. [online] Available at:
<https://dinkes.jakarta.go.id/berita/profil/laporan-tahunan> [Accessed 18 April 2022].
Referensi
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2021. Stuktur Organisasi [online]. Available at: <https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/struktur-organisasi> [Accessed 18 April
2022]
Fadila, I., 2021. Sindrom Horner. [online] Hello Sehat. Available at: <https://hellosehat.com/saraf/saraf-lainnya/sindrom-horner/> [Accessed 23 March 2022].
Hawker, J. et al. (2019) Communicable Disease Control and Health Protection Handbook. Fourth, Wiley-Blackwell. Fourth. Oxford.
Heemskerk, D. et al. (2015) Tuberculosis in Children and Adults, SpringerBriefs in Public Health. London. doi: 10.1007/978-3-319-19132-4. (Accessed: 26
February 2022).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 67. Jakarta. Available at:
PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf (kemkes.go.id)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Infodatin Tuberkulosis. Jakarta Selatan. Available at:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-tuberkulosis-2018.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11. Jakarta tentang Penanggulangan Kusta. Jakarta. Available at:
PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf (kemkes.go.id)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia tahun 2020-2024. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Dashboard TB [online]. Available at: <https://tbindonesia.or.id/pustaka-tbc/dashboard-tb/> [Accessed 15 Mar
2022]
Mostowy, S. and Behr, M., 2005. The Origin and Evolution of Mycobacterium tuberculosis. Clinics in Chest Medicine, 26(2), pp.207-216.
Nurin, F., 2021. Empiema: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. [online] Hello Sehat. Available at: <https://hellosehat.com/pernapasan/pneumonia/empiema/>
[Accessed 23 March 2022].
Referensi
P2P Kemenkes RI. 2022. Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta di Masyarakat. [online] Available at: <http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-
hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/> [Accessed 12 March 2022].
PADK Kementerian Kesehatan RI. 2018. Pencegahan Tuberkulosis TBC (Tuberkulosis). [online] Available at:
<http://www.padk.kemkes.go.id/health/read/2019/03/25/6/pencegahan-tuberkulosis-tbc-tuberkulosis.html> [Accessed 1 March 2022].
Pane, M., 2020. Amiloidosis. [online] Alodokter. Available at: <https://www.alodokter.com/amiloidosis> [Accessed 23 March 2022].
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
Ratnasari, G., 2019. Komplikasi Kusta Bisa Ancam Nyawa, Jangan Salah Mengenalinya. [online] SehatQ Kementerian Kesehatan RI. Available at:
<https://www.sehatq.com/artikel/terlambat-diobati-ini-komplikasi-kusta-yang-mengintai-penderitanya> [Accessed 8 March 2022].
Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI. 2022. Menuju Eliminasi 2024, Kemenkes Ajak Masyarakat Hapus Stigma Dan Diskriminasi Kusta. [online]
Available at: <https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220203/2839247/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-
dan-diskriminasi-kusta/> [Accessed 12 March 2022].
Siswanto, Asrianti, T. dan Mulyana, D. 2020. Neglected Tropical Disease Kusta Epidemiologi Aplikatif. Samarinda: Mulawarman University Press.
TBC Indonesia. 2015. Peta Jalan Eliminasi - TBC Indonesia. [online] Available at: <https://tbindonesia.or.id/profil/peta-jalan-eliminasi/> [Accessed 11 April
2022].
Referensi
Training.sitb.id. 2022. Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) NEW TRAINING. [online] Available at: <http://training.sitb.id/newtraining/about> [Accessed 8
March 2022].
Varaine, F. and Rich, M., 2022. Tuberculosis: Practical guide for clinicians, nurses, laboratory technicians and medical auxiliaries.. Médecins Sans Frontières.
Widyawinata, R., 2021. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). [online] Hello Sehat. Available at: <https://hellosehat.com/pernapasan/pernapasan-
lainnya/ards/> [Accessed 23 March 2022].
World Health Organization. (2022). Leprosy [online]. Available at: <
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/leprosy#:~:text=There%20were%20127558%20new%20leprosy,4.4%20per%20million%20child%20
population
> [Accessed 14 Mar 2022]
World Health Organization. (2020). Leprosy (Hansen’s Disease) [online]. Available at: <WHO | World Health Organization> [Accessed 14 Mar 2022]
World Health Organization. (2021). Tuberculosis [online]. Available at: <https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis > [Accessed 15 Mar
2022]
World Health Organization Global TB Report. (2020). Incidence of tuberculosis (per 100,000 people) - Indonesia [online]. Available at: <
https://data.worldbank.org/indicator/SH.TBS.INCD?locations=ID> [Accessed 15 Mar 2022]
World Health Organization. (2020). Global Leprosy Situation Current situation - 2019 [online]. Available at: <
https://www.who.int/docs/default-source/ntds/leprosy/global-consultation-on-global-leprosy-strategy-2021-2030/04-current-global-leprosy-situation.pdf
> [Accessed 23 Mar 2022]
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics and images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai