Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Buku Teori dan Aplikasi Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian Program
Kesehatan di Puskesmas dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan salah satu
tugas yang diajukan untuk Mata Kuliah Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian Program
Kesehatan. Diharapkan dari penyusunan Buku ini, teman mahasiswa lain dapat belajar
bersama dan memahami secara jelas mengenai materi P4K (Perencanaan, Pemantauan, dan
Penilaian Program) serta implementasinya pada Puskesmas. Diharapkan juga buku ini dapat
memberikan informasi dan pengetahuan secara lengkap mengenai pemantauan, dan penilaian
program kesehatan yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang berguna sebagai
tambahan wawasan mengenai bab-bab yang dipelajari tersebut. Tentunya kami berharap buku
ini dapat bermanfaat bagi semua orang, tidak hanya mahasiswa tetapi juga para bapak/ibu
dosen pengajar.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Ede Surya Darmawan S.K.M., M.D.M.
yang telah membimbing kami dalam Mata Kuliah Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian
Program Kesehatan serta telah membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami
sebelum maupun ketika menulis buku Kumpulan Materi P4K ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam Buku ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran terhadap Buku ini sangat kami harapkan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat
bagi mahasiswa FKM UI khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR 5
DAFTAR SINGKATAN 6
ii
5.1 Pengertian Controlling 60
5.2 Tujuan Controlling 60
5.3 Langkah-langkah dalam Melakukan Pemantauan 60
5.4 Metode Pelaksanaan Pemantauan 61
5.5 Contoh Pemantauan 62
5.6 Tipe-tipe Pemantauan 63
5.7 Pemantauan yang Efektif 64
DAFTAR PUSTAKA 97
LAMPIRAN 102
Lampiran 1. Dokumentasi Wawancara dengan Narasumber 102
ii
Lampiran 2. Power Point (PPT) Laporan Buku P4K 102
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
iii
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APHA : American Public Health Association
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
DBD : Demam Berdarah Dengue
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IKM : Indikator Kepuasan Masyarakat
IPKS : Indeks Potensi Keluarga Sehat
IPMS : Indikator Potensi Masyarakat Sehat
IPTS : Indikator Potensi Tatanan Sehat
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IPKS : Kerangka Acuan Kegiatan
KB : Keluarga Berencana
KBBI : Kamus Besar Berbahasa Indonesia
KBK : Kapitasi Berbasis Komitmen
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
MBE : Management By Exception
MEM : Monitoring dan Evaluasi Manfaat
MIS : Management Information System
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
NAPZA : Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif
PCare : Primary Care
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PHBS : Pola Hidup Bersih dan Sehat
PIS-PK : Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
PKP : Penilaian Pekerja Puskesmas
PKPR : Program Kesehatan Peduli Remaja
POACE : Planning Organizing Actuating Controlling Evaluating
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
Posbindu : Pos Binaan Terpadu
Poskestren : Pos Kesehatan Pesantren
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
iii
Prolanis : Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat
RBA : Rencana Bisnis Anggaran
RKA : Rencana Kegiatan Anggaran
RKO : Rencana Kerja Operasional
RNS : Rujukan Non Spesialistik
RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan
RSB : Rencana Strategi Bisnis
RT : Rukun Tetangga
RUK : Rencana Usulan Kegiatan
RW : Rukun Warga
SBH : Saka Bakti Husada
SDM : Sumber Daya Manusia
SIKDA : Sistem Informasi Kesehatan Daerah
SMART : Specific Measurable Achievable Relevant Time
SMD : Survei Mawas Diri
SOP : Standard Operating Procedure
SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
UKBM : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
UKK : Upaya Kesehatan Kerja
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perorangan
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
USG : Ultrasonografi
WFPHA : World Federation of Public Health Associations
iii
BAB I
1
2
1.1 Batasan Kesehatan Masyarakat
3
masyarakat berkaitan dengan melindungi kesehatan seluruh populasi. Populasi
yang dimaksud dapat berupa lingkungan lokal atau negara atau dunia.
Lalu, menurut American Public Health Association (APHA) (2016),
kesehatan masyarakat bertujuan untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan orang dan komunitas di mana mereka tinggal, belajar, bekerja dan
bermain. Kesehatan masyarakat juga berusaha mencegah orang sakit atau
terluka sejak awal serta mendorong perilaku sehat.
Fungsi inti kesehatan masyarakat merupakan sebuah hal yang penting dalam
sistem kesehatan masyarakat. Fungsi inti kesehatan masyarakat dibagi menjadi tiga
fungsi, yaitu assessment (pemantauan dan penilaian), policy development
(pengembangan kebijakan), dan assurance (jaminan). Ketiga fungsi inti tersebut
4
kemudian dikembangkan menjadi 10 pelayanan esensial kesehatan masyarakat yang
menjadi dasar framework kegiatan upaya kesehatan masyarakat. Fungsi inti dan 10
layanan esensial kesehatan masyarakat tersebut adalah:
5
strategi mengatasi penyakit, terutama penyakit kronis dan
kecelakaan.
c) Surveilans penyakit menular dan penyakit kronis untuk
investigasi wabah.
d) Identifikasi ancaman kesehatan yang muncul dan memerlukan
kapasitas laboratorium untuk melakukan screening dan
pengujian.
6
b. Mengumpulkan dan memfasilitasi masyarakat untuk
mendefinisikan apa yang mereka butuhkan dan memberikan
sumber daya yang berguna untuk perbaikan/peningkatan status
kesehatan.
c. Menggunakan kekuatan masyarakat dalam menerapkan
program-program kesehatan.
7
d. Melakukan advokasi peraturan untuk melindungi dan
mempromosikan kesehatan.
e. Mendukung upaya kepatuhan dan penegakannya sesuai dengan
kondisi masyarakat.
8
b. Mengumpulkan informasi terkait alokasi sumber daya dari
program kesehatan yang dilakukan untuk analisis
keefektifannya.
c. Meningkatkan kualitas performa manajemen program-program
kesehatan.
9
7) Pelayanan gizi, termasuk deteksi dini/penemuan kasus gizi di masyarakat dan
surveilans gizi dan asuhan keperawatan pada kasus gizi di masyarakat.
8) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit, termasuk pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular serta penyakit menular (filariasis,
kecacingan, Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, HIV/AIDS, Infeksi
Menular Seksual (IMS), zoonosis, dan penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin).
Menurut Kementerian kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS
merupakan kesadaran individu untuk berperilaku sehat sehingga seluruh anggota
keluarga dapat menolong kesehatannya serta aktif dalam aktivitas masyarakat. PHBS
juga merupakan upaya untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat
lewat individu, kelompok, atau masyarakat luas dengan jalur-jalur komunikasi
sebagai media informasi. Pendekatan PHBS dapat dilakukan oleh pemuka
masyarakat, pembinaan, suasana, dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan utama
gerakan PHBS yakni meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses kesadaran dan
ketahuan yang merupakan langkah awal individu untuk berkontribusi. Manfaat PHBS
yang paling utama ialah menciptakan masyarakat yang sadar kesehatan dan bekal
pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku kesehatan.
Terdapat lima tatanan PHBS saling memengaruhi yang melibatkan beberapa
elemen bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Berikut 5 tatanan
tersebut:
10
Perlu mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan kegiatan PHBS dalam
rumah tangga, seperti persalinan ditolong tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah
tangga, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair rumah tangga, dan
lain sebagainya.
11
1) Tidak Merokok
Dengan merokok sama saja dengan menyumbangkan penyakit kanker paru,
stroke, ataupun ISPA di masa mendatang. Semakin banyak orang yang merokok
semakin cepat dan berat penyakit yang akan diderita.
5) Personal Hygiene
Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa personal hygiene dapat mengurangi hingga
51,9% penyakit kulit, terutama scabies. Personal hygiene berkaitan dengan
menjaga kebersihan diri yang meliputi kulit seperti mandi satu sampai dua kali
dalam sehari, tidak menggunakan sabun dan handuk bergantian dengan orang lain,
tangan dan kuku seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
memotong dan menjaga kuku agar pendek, serta mencuci kaki setelah beraktivitas
dari luar dan kebersihan genital membersihkan alat kelamin dari depan ke
belakang, serta membersihkan alat kelamin dengan air bersih dan mengalir.
12
Dengan demikian, kesehatan masyarakat tidak hanya berfokus pada
pencegahan penyakit, tetapi juga tentang bagaimana cara membuat seseorang hidup
lebih lama dengan cara perencanaan pada komunitas, dalam hal ini masyarakat,
melalui sanitasi lingkungan, edukasi, serta pengorganisasian pelayanan kesehatan.
Lalu, kesehatan masyarakat juga membangun dan menjamin setiap orang untuk bisa
hidup lebih lama dan dapat memelihara kesehatannya sendiri.
13
BAB II
PERENCANAAN
(PLANNING)
14
15
2.1 Batasan Perencanaan
16
4) Membantu organisasi dalam penempatan tanggung jawab lebih tepat.
5) Memberikan cara pemberian perintah untuk bertugas.
6) Memudahkan koordinasi diantara berbagai bagian yang berada di
dalam organisasi.
7) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
17
ditetapkan telah terpenuhi dan rencana yang disusun telah dilaksanakan
dapat terlihat ketika manajer melakukan pengendalian. Tanpa adanya
perencanaan, tujuan tidak akan dapat digunakan untuk mengevaluasi
usaha kerja.
2) Efisien
Prose perencanaan tidak boleh membuang waktu dan biaya. Perencana harus
dapat memahami berbagai faktor yang akan mempengaruhi masa depan.
3) Inklusif
Suatu perencanaan juga harus inklusif atau mengikutsertakan pihak yang akan
terkena dampak dari rencana sehingga mereka memiliki kesempatan untuk
terlibat dalam proses perencanaan.
4) Informatif
18
Hasil akhir dari proses perencanaan harus dapat dipahami oleh para pemangku
kepentingan serta orang-orang yang terpengaruh oleh keputusan. Perencana
juga harus dapat mengelola arus informasi, mulai dari pengumpulan,
pengorganisasian dan distribusi. Perencana harus mengantisipasi pertanyaan
yang timbul dengan memberikan informasi yang akurat dan dapat dipahami.
Oleh karena itu, dalam prosesnya perencanaan dapat memanfaatkan informasi
yang telah tersedia seperti grafik data, peta, tabel, dll mengingat pertanyaan
dan informasi baru sering kali muncul di akhir proses.
5) Terintegrasi
Perencanaan terintegrasi artinya keputusan jangka pendek harus mendukung
tujuan strategis jangka panjang. Suatu perencanaan membutuhkan persiapan
untuk masa depan yang seringkali tidak dapat diprediksi.
6) Logis
Perencanaan juga harus logis dimana setiap langkah harus mengarah ke
langkah berikutnya.
7) Transparan
Perencanaan yang transparan berarti semua orang yang terlibat dapat
memahami bagaimana setiap proses dapat dilaksanakan.
Penting untuk mengetahui dan memahami terlebih dahulu jenis rencana apa
yang ingin kita buat sebelum memulai proses perencanaan. Adapun beberapa
klasifikasi yang membedakan jenis-jenis dari rencana menurut buku Robbins dan
Coulter (2016), antara lain:
1) Jangkauan
Jenis rencana berdasarkan jangkauan dibedakan menjadi dua, yaitu rencana
strategis yang merupakan rencana yang disusun pada suatu organisasi secara
keseluruhan yang umumnya bersifat jangka panjang, memberi arahan, dan
digunakan hanya satu kali. Sedangkan rencana operasional merupakan
rencana yang meliputi area operasional tertentu pada suatu organisasi dan
rencana ini bersifat jangka pendek, spesifik, dan siaga.
19
2) Kerangka Waktu
Jenis rencana berdasarkan waktu dibedakan menjadi dua, yaitu rencana
jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang
merupakan rencana yang dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun,
sedangkan rencana jangka pendek merupakan rencana yang berjangka waktu
satu tahun atau kurang.
3) Spesifikasi
Jenis rencana berdasarkan spesifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu rencana
arahan dan rencana spesifik. Rencana arahan merupakan rencana yang
fleksibel dan memberikan panduan umum dan rencana ini digunakan jika
terjadi ketidakpastian yang begitu tinggi dan pemimpin harus fleksibel agar
dapat merespon perubahan yang tidak terduga. Sedangkan rencana spesifik
adalah rencana yang didefinisikan secara jelas dan tidak memberi ruang bagi
interpretasi sehingga menghilangkan ambiguitas.
4) Frekuensi Penggunaan
Jenis rencana berdasarkan frekuensi penggunaan dibedakan menjadi dua,
yaitu rencana sekali pakai dan rencana siaga. Rencana sekali pakai adalah
rencana yang digunakan hanya satu kali yang bersifat spesifik sehingga
didesain untuk memenuhi kebutuhan pada situasi tertentu. Sedangkan
rencana siaga merupakan rencana berkelanjutan yang memberikan panduan
untuk aktivitas yang dilakukan berulang kali.
1) Misi
Penjelasan mengenai misi mencakup berbagai bidang, meliputi latar belakang,
cita-cita, tugas pokok, dan ruang lingkup kegiatan organisasi. Misi dapat
dikatakan sebagai unsur yang sangat penting dalam rencana karena misi tidak
hanya digunakan sebagai pedoman bagi pelaksana rencana, tetapi misi dapat
juga digunakan untuk memperoleh dukungan dari pihak ketiga.
2) Masalah
20
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam rumusan masalah, yaitu
rumusan harus dapat menggambarkan kualitas dan kuantitas masalah dan
gambaran kualitas dan kuantitas yang dimaksud harus dapat diukur.
4) Kegiatan
Kegiatan yang dimaksud disini, yaitu agenda kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan ditujukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan dan untuk
membantu pencapaian tujuan. Kegiatan dalam proses perencanaan dapat
dibedakan menjadi kegiatan pokok (mollar activity) dan kegiatan tambahan
(molucular activity).
5) Asumsi Perencanaan
Asumsi perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asumsi positif
(berbagai faktor penunjang yang dinilai akan ditemukan pada waktu
pelaksanaan dan memberikan peranan yang besar untuk keberhasilan program)
dan asumsi negatif (berbagai faktor penghambat yang dinilai akan ditemukan
pada pelaksanaan dan dapat menggagalkan pelaksanaan rencana).
6) Strategi Pendekatan
Terdapat dua jenis strategi pendekatan, yaitu pendekatan institusi (pelaksanaan
program tergantung dari ada atau tidaknya dukungan berbagai aparat
pemerintah) dan pendekatan kemasyarakatan (menimbulkan motivasi dalam
diri masyarakat, sehingga dengan penuh kesadaran, masyarakat bersedia
berperan secara aktif dalam program yang akan dilaksanakan).
7) Sasaran
Sasaran merupakan objek atau kepada siapa program tersebut ditujukan.
Sasaran dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sasaran langsung (sasaran
utama yang ingin dituju oleh suatu program) dan sasaran tidak langsung
(sasaran tambahan yang ingin dituju oleh suatu program).
21
8) Waktu
Waktu disini mengacu pada jangka waktu dan atau lamanya rencana
dilaksanakan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi waktu perencanaan,
yaitu sumber daya, besaran masalah, rumusan tujuan, dan strategi digunakan.
10) Biaya
Dalam bidang kesehatan, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun anggaran biaya, yaitu jumlah sasaran, jumlah dan jenis kegiatan
yang akan dilakukan, jumlah dan jenis personalia yang terlibat, waktu
pelaksanaan program, serta jumlah dan jenis sarana yang dibutuhkan.
Menurut Muninjaya (dalam Darmawan dan Sjaaf, 2016) terdapat lima tahapan
yang harus dilakukan dalam perencanaan, yaitu:
1) Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan tahap awal dalam mengkaji masalah program dan
masalah yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan
program aksi.
22
Tahap ini sangat bermanfaat dalam proses penetapan langkah-langkah
kegiatan untuk mencapai tujuan dan memudahkan evaluasi hasil dengan
kriteria penetapan tujuan berdasarkan prinsip SMART.
23
BAB III
PENGORGANISASIAN
(ORGANIZING)
24
25
3.1 Batasan Pengorganisasian
3.1.1 Organisasi
Kata organisasi berasal dari kata organon, bahasa Yunani, yang artinya
alat. Menurut KBBI, organisasi adalah kesatuan (susunan dan sebagainya)
yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan
dan sebagainya untuk tujuan tertentu; kelompok kerja sama antara orang-
orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
26
daya atau potensi milik organisasi untuk pemanfaatan secara efisien dalam
mencapai tujuan.
27
5) Terciptanya hubungan yang baik antar anggota organisasi, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan organisasi.
1) Pendukung
Suatu organisasi paling tidak memiliki pendukung, yakni individu-individu yang
saling bersepakat untuk membentuk persekutuan. Semakin besar jumlah
pendukung, maka akan semakin kuat pula organisasi tersebut.
2) Tujuan
Suatu organisasi harus memiliki tujuan umum (goal) maupun tujuan khusus
(objectives). Tujuan ini berguna untuk mengikat para pendukung yang berperan
sebagai sumber daya manusia penggerak organisasi. Semakin tujuan organisasi
dan tujuan para pendukung organisasi menunjukkan kesesuaian, maka akan
semakin kuat ikatan persekutuan di dalam organisasi tersebut.
3) Kegiatan
Suatu organisasi perlu untuk memiliki kejelasan dan arah pelaksanaan kegiatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semakin aktif organisasi
melaksanakan kegiatannya, maka akan semakin baik organisasi tersebut.
4) Pembagian Tugas
Suatu organisasi membutuhkan adanya pembagian tugas (job description) di
antara para pendukungnya. Ketika setiap tugas dibagi merata dan tiap-tiap
pendukung organisasi mengetahui serta memahami tugas maupun tanggung
jawab masing-masing, organisasi tersebut dapat dikatakan sebagai organisasi
yang baik.
5) Perangkat Organisasi
Suatu organisasi memerlukan adanya perangkat organisasi agar tugas yang
diamanahkan kepada masing-masing pendukungnya dapat berjalan dengan baik.
Perangkat ini berupa satuan dari organisasi, misalnya departemen-departemen
yang dibedakan berdasarkan wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya.
28
6) Pembagian dan Pendelegasian Wewenang
Suatu organisasi memiliki pembagian dan pendelegasian wewenang karena peran
dari perangkatnya yang berbeda-beda. Ketika pimpinan organisasi mampu
memutuskan hal-hal penting dan wewenang pengambilan keputusan yang
bersifat rutin dapat didelegasikan kepada perangkat di bawahnya, organisasi
tersebut dapat dikatakan baik.
29
Hal tersebut bertujuan agar pekerjaan dijalankan sesuai dengan apa yang
diharapkan (tujuan) dan mengurangi hambatan dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Proses pengorganisasian juga dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan jumlah
tugas, pengelompokan dan pengklasifikasian tugas serta melakukan proses
pendelegasian wewenang pada pihak yang diberi tanggung jawab (karyawan).
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) dalam (Darmawan dan Sjaff, 2017),
menyebutkan bahwa terdapat empat pilar (building blocks) yang menjadi dasar dalam
proses pengorganisasian. Pilar pertama adalah division of work, yaitu penyederhanaan
kegiatan dan pekerjaan secara menyeluruh menjadi lebih sederhana dan spesifik,
sehingga menentukan penempatan dan penugasan setiap orang.
Pilar kedua adalah departmentalization di mana pekerjaan dan tugas yang sudah
dibagi tadi dikelompokkan menjadi kesatuan berbeda sesuai kriteria tertentu. Pilar
ketiga adalah penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy) yang dibagi
dua, yaitu span of management control dan chain of command. Span of management
control dilakukan dengan menentukan banyak pekerjaan dan jumlah SDM yang akan
dibawahi oleh tiap departemen yang telah terbentuk dari pilar kedua, sedangkan chain
of command dibuat untuk menjelaskan garis perintah dan batasan kewenangan tiap
departemen.
Pilar terakhir adalah coordination dengan tujuan agar pembagian dan
pelaksanaan kerja, serta hirarki yang telah ditentukan berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas
dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa
tercapai secara efektif.
Pada dasarnya, langkah-langkah pengorganisasian meliputi proses mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan kerja organisasi. Menurut Umar (2003)
dalam (Arifin et al, 2016) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian meliputi
beberapa proses, antara lain sebagai berikut.
30
terlalu ringan sehingga dapat dilaksanakan oleh satu orang maupun
sekelompok orang.
3) Melakukan penggabungan pekerjaan anggota organisasi menggunakan cara
yang logis dan tentunya efisien.
4) Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis.
5) Pemantauan kinerja organisasi dalam hal efektivitasnya serta melakukan
berbagai langkah penyesuaian guna meningkatkan dan mempertahankan
efektivitas organisasi.
31
32
BAB IV
(ACTUATING)
33
34
4.1 Batasan Penggerakkan dan Pelaksanaan
35
Motivasi dalam organisasi merupakan hal yang sering dijumpai,
terutama pada orang-orang didalamnya. Pemotivasian merupakan manajemen
yang sederhana, namun cukup rumit dalam pelaksanaannya. Sederhana yang
dimaksud yaitu pemimpin hanya perlu mengetahui apa saja yang dibutuhkan
anggotanya, sedangkan dikatakan rumit karena dalam mencari apa yang
dibutuhkan anggota tentu tidak mudah dikarenakan perbedaan kebutuhan
setiap individu.
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang memiliki arti
“menggerakkan” atau “to move.” Motivasi merupakan kebutuhan internal
yang tak terpuaskan sehingga menciptakan tegangan-tegangan yang
merangsang dorongan-dorongan dari dalam diri individu. Menurut Stephen P.
Robbins (2001), motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya dalam memenuhi kebutuhan individual. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai dorongan dari dalam diri individu berdasarkan mana
dari berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhannya.
36
ada ancaman hukuman apabila pekerja/SDM organisasi tersebut tidak
melakukan tugas.
37
4.2.3 Jenis Perangsang Motivasi
1) Motivasi Ekstrinsik
Untuk dapat menggerakan seorang individu dalam melakukan suatu
perbuatan, motivasi ekstrinsik didasari dari adanya perangsang yang
berasal dari luar. Sebagai contoh, seorang karyawan mengerjakan
pekerjaan dikarenakan adanya deadline. Apabila karyawan tersebut
tidak mengerjakan pekerjaannya, maka tentu akan berpengaruh pada
penilaian kinerja oleh pimpinan perusahaan. Sehingga hal yang
menjadi penting dalam mengerjakan pekerjaan hanya sebatas ingin
mendapat nilai yang baik atau agar mendapat hadiah dan bukanlah
esensi yang ingin dicapai dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan.
Contoh dari motivasi ekstrinsik adalah tunjangan serta gaji.
2) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik merupakan motif-motif yang mendasari seorang
individu dalam melakukan suatu perbuatan dari dalam sehingga tidak
perlu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik dapat didasari dari seperti
sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita. Sebagai
contoh, seseorang gemar baca tidak memerlukan seseorang untuk
menyuruh ataupun mendorongnya untuk membaca. Hal ini karena
didasari oleh keinginan, kesukaan, serta kebutuhan untuk memuaskan
rasa ingin tahu yang berasal dari dalam dirinya. Dari segi maksud
38
tujuan yang ingin dicapai semisal seorang karyawan mengerjakan
pekerjaannya dikarenakan ia ingin mendapat pengetahuan, nilai,
pengalaman serta mengasah keterampilan yang berada di dalam dirinya
sehingga dapat lebih mengembangkan dirinya secara konstruktif, tidak
karena tujuan yang lain.
4.3 Komunikasi
39
Dengan demikian, peran komunikasi dapat menjadi suatu sistem yang
menghubungkan sehingga kinerja antar anggota dapat meningkat. Dalam
organisasi, proses komunikasi juga menjadi kunci dalam keberhasilan
mencapai tujuan mengingat dalam proses komunikasi terjadi suatu proses
pertukaran informasi, gagasan maupun pendapat dari setiap anggota sehingga
dapat tercapai kesamaan maksud dan tujuan.
Komunikasi juga dapat dikatakan sebagai sumber penyebab dari
seluruh kegiatan yang terjadi di suatu organisasi. Menurut Andre Hardjana
(2016), komunikasi sebagai sumber untuk semakin memahami segala sesuatu
terkait organisasi. Komunikasi yang baik menjadi salah satu faktor penting
dalam mencapai tujuan organisasi. Suatu organisasi dapat berjalan dengan
efektif apabila bagian-bagian dalam organisasi tersebut dalam melakukan
komunikasi yang baik mengenai segala tugas, tanggung jawab maupun tujuan
dari organisasi.
Dengan demikian, beberapa peran dari komunikasi dalam
keberlangsungan suatu organisasi antara lain sebagai berikut.
40
seperti suasana kerja yang baik sehingga menimbulkan motivasi kerja
bagi setiap anggotanya. Melalui komunikasi, hal-hal yang
mempengaruhi kinerja anggota tersebut akan terpengaruh sehingga
menghasilkan kualitas hasil yang baik serta pencapaian tujuan dari
organisasi tersebut.
1) Sumber
Sumber merupakan tempat asalnya pesan. Semua peristiwa komunikasi
akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi.
Pada suatu komunikasi, sumber dapat terdiri dari satu orang, tetapi
dapat juga dalam bentuk kelompok misalnya institusi, organisasi atau
lembaga.
2) Pesan
Pesan dalam suatu proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim atau sumber kepada penerima yang merupakan
hasil pemikiran atau pendapat dari sumber. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
3) Media
Media dalam suatu proses komunikasi adalah alat yang digunakan
untuk mengirim pesan dari sumber kepada penerima atau sasaran
pesan. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
yang artinya setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya,
contohnya yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak antara
lain: surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, poster,
spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain:
radio, televisi, video recording, komputer, dan sebagainya.
4) Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
pengirim atau sumber. Pihak penerima pesan bisa saja satu orang atau
41
lebih, organisasi, maupun masyarakat. Dalam proses komunikasi telah
dipahami bahwa adanya penerima adalah akibat karena adanya
sumber, yang artinya yaitu bahwa tidak ada penerima jika tidak ada
sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena merupakan yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu
pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai
macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada
sumber, pesan atau saluran.
5) Efek
Efek dapat juga dikatakan sebagai pengaruh yang merupakan suatu
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima pesan sebelum dan sesudah menerima pesan dari sumber.
Efek atau pengaruh ini juga dapat dikatakan sebagai suatu akibat dari
menerima pesan karena seseorang yang menerima pesan akan
mengalami suatu perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya.
6) Umpan Balik
Umpan balik merupakan suatu reaksi yang muncul dari penerima atau
sasaran terhadap pesan yang disampaikan yang dimana reaksi tersebut
dapat dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pesan yang disampaikan.
1) Credibility
Kredibilitas atau kepercayaan dapat mempengaruhi proses komunikasi
karena semakin tinggi tingkat kredibilitas sumber informasi
komunikasi, maka kepercayaan audiens terhadap informasi tersebut
juga semakin tinggi.
2) Content
42
Konten yang dimaksud disini, yaitu isi dari pesan yang
dikomunikasikan. Semakin besar manfaat dari pesan yang
dikomunikasikan, maka hasil komunikasi akan lebih baik.
3) Context
Konteks dari pesan yang disampaikan sangat mempengaruhi proses
komunikasi. Konteks yang berhubungan erat dengan realitas sehari-
hari berpeluang besar dalam melancarkan proses komunikasi.
4) Clarity
Pesan atau informasi yang disampaikan dalam komunikasi harus jelas
dan mudah dipahami.
6) Channels
Media yang digunakan dalam komunikasi harus sesuai dengan sasaran
atau penerima informasi.
1) Awareness
43
Tahapan ini merupakan awal dari proses penerimaan pesan, di mana
sasaran menyadari adanya pesan yang disampaikan.
2) Interest
Pada tahapan ini sasaran mulai merasa tertarik dan mulai mencari
keterangan tambahan yang terkait dengan pesan tersebut.
3) Evaluation
Pada tahapan ini sasaran yang telah memiliki keterangan lengkap
mulai melakukan penilaian terhadap pesan yang diterimanya.
4) Trial
Pada tahapan ini sasaran menimbang keuntungan dan kerugian dari
pesan tersebut dan mulai melakukan uji coba terhadap pesan
tersebut.
5) Adoption
Tahapan ini merupakan akhir dari proses penerimaan pesan, di mana
sasaran menerima pesan tersebut yang dapat dilihat dari perilaku
sehari-harinya.
4.4 Kepemimpinan
44
sebagai seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan supaya mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Selain itu, menurut Robbins dan Judge (2015), kepemimpinan adalah
proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, keyakinan, dan arah seseorang
dalam upaya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, definisi kepemimpinan
adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk dapat
mempengaruhi para bawahannya untuk bekerja atau produktif sehingga dapat
mencapai visi, misi, dan tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
untuk mencapai tujuan. Selain itu, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas serta
memengaruhi kelompok untuk memelihara dan mengembangkan budaya
organisasi. Dalam melaksanakan kepemimpinan, pemimpin dapat menggunakan
kemampuan kepemimpinan dirinya seperti kepercayaan, etika, pengetahuan,
kemahiran yang dimilikinya, dan cara berkomunikasi untuk menggerakkan
orang-orang. Oleh sebab itu, kualitas pemimpin dalam memberikan dukungan
dan arahan kepada bawahan serta membentuk hubungan antar individu, menjadi
faktor penting ketika melaksanakan kepemimpinan.
1) Teori Sifat
45
Teori sifat merupakan teori yang mengidentifikasi karakteristik khas yang
diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan pada
atribut-atribut pribadi dari para pemimpin, seperti fisik, mental, dan
kepribadian. Teori ini memiliki dasar dengan asumsi bahwa beberapa orang
merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak
dipunyai orang lain seperti energi yang tiada habisnya, intuisi yang mendalam,
pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif yang tidak
tertahankan. Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan manajerial disebabkan
oleh kemampuan-kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh seorang
pemimpin, yaitu sebagai berikut.
a. Intelegensia
Para pemimpin umumnya memiliki kemampuan intelektual yang lebih
baik dari pengikut-pengikutnya. Namun, apabila terdapat perbedaan
yang signifikan pada intelegensi pemimpin dan pengikutnya dapat
menyebabkan gangguan, contohnya apabila pemimpin dengan IQ
tinggi berusaha mempengaruhi kelompok yang anggotanya memiliki
IQ rata-rata sehingga terdapat kemungkinan anggotanya tidak mengerti
dan memahami persoalan yang diajukan pemimpin.
b. Kepribadian
Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan yang efektif juga didasarkan pada sifat
kepribadian seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, dan percaya
diri.
c. Karakteristik Fisik
Hubungan kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik seperti
usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan memberikan hasil-
hasil yang bertolak belakang.
2) Teori Pribadi-Perilaku
Teori yang menggambarkan perilaku spesifik yang membedakan pemimpin
dan yang bukan pemimpin dan bukan pemimpin. Penelitian sebelumnya yakni
46
penelitian Ohio mengidentifikasi 2 kelompok perilaku yang mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan yaitu struktur inisiatif dan pertimbangan
(consideration). Faktor consideration menggambarkan hubungan yang sangat
hangat antara seorang atasan dan bawahan, adanya saling percaya,
kekeluargaan dan penghargaan terhadap gagasan bawahan. Sedangkan struktur
inisiatif yaitu seorang pemimpin mengatur dan menentukan pola organisasi,
saluran komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan organisasi dan
cara pelaksanaannya.
4) Teori Transformasional
Perkembangan teori kepemimpinan mulai menuju banyak arah termasuk
kepemimpinan transformasional. Teori ini menjelaskan bahwa gaya yang
digunakan pemimpin bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan,
tugas, organisasi, dan variabel-variabel lingkungan lainnya. Terdapat 4 unsur
yang mendasari kepemimpinan transformasional, yakni charisma, inspiration,
intellectual stimulation, dan individualized consideration.
Kepemimpinan tidak terlepas dari sifat dan perilaku pemimpin yang merujuk
kepada gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan
cara seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau menjalankan
fungsi manajemennya dalam memimpin bawahannya. Berikut beberapa gaya
kepemimpinan.
1) Demokratis
Kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang
dapat dilakukan. Ciri dari gaya kepemimpinan demokratis yakni memiliki
wewenang pemimpin yang tidak mutlak, pimpinan bersedia melimpahkan
47
sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan dibuat
bersama, komunikasi dapat berlangsung dua arah, pengawasan terhadap
bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa dapat datang dari bawahan atau
pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran
atau pendapat, tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat
permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan
memperhatikan tindakan dan sikap untuk memunculkan rasa saling percaya
dan saling menghormati.
2) Delegatif
Pemimpin yang jarang memberikan arahan. Pembuat keputusan dilakukan
oleh bawahan dan anggota organisasi tersebut diharapkan dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri. Kepemimpinan delegatif merupakan
sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya
yang mempunyai kemampuan.
3) Birokratis
Perilaku pemimpin yang ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang
telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin dengan gaya ini
akan membuat keputusan berdasarkan aturan yang telah berlaku dan tidak
fleksibilitas. Selain itu, ciri dari pemimpin demokratis yakni menentukan
segala keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan lalu memerintahkan
semua bawahan untuk dapat melaksanakannya, menentukan standar tentang
bagaimana bawahan melakukan tugas, terdapat sanksi yang jelas jika seorang
bawahan tidak dapat menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang
sudah ditentukan.
4) Laissez Faire
Gaya yang mendorong anggota mengambil inisiatif. Pemimpin kurang
berinteraksi pada bawahan, sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika
bawahan memiliki kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan
sasaran yang cukup tinggi.
5) Otoriter/Authoritarian
Gaya kepemimpinan yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
48
tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas yang
sudah diberikan.
6) Kharismatik
Gaya kepemimpinan yang mampu menarik orang. Umumnya orang akan
terpesona dengan cara bicara atau hal yang ada dalam diri pemimpin yang
dapat membangkitkan semangat. Kelemahan terbesar gaya kepemimpinan ini
mungkin seperti peribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, jadi pemimpin
tersebut hanya mampu menarik orang untuk datang ke mereka, namun setelah
beberapa lama dapat saja orang kecewa padanya karena ketidakkonsistenan
antara ucapan dan tindakan.
7) Diplomatis
Gaya kepemimpinan yang memiliki kelebihan di penempatan perspektifnya.
Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan
menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan
sanggup dalam menerima tekanan. Mereka dapat menerima perlakuan yang
tak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak menerimanya
8) Moralis
Gaya kepemimpinan yang menunjukkan sikap hangat dan sopan untuk semua
orang. Mereka mempunyai empati yang tinggi terhadap segala permasalahan
dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-
kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Kelemahan dari pemimpin
seperti ini terletak pada emosinya. Emosi mereka terkadang sangatlah tidak
stabil, seperti dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa
saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.
9) Administratif
Gaya kepemimpinan yang terkesan kurang inovatif dan terlalu kaku dalam
memandang aturan. Gaya ini cenderung mencari aman dan takut dalam
mengambil risiko.
10) Analitis
49
Gaya yang menerapkan proses analisis dalam membuat keputusan. Analisis
yang dilakukan terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan.
Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang.
11) Entrepreneur
Gaya kepemimpinan yang menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir
serta kurang mengutamakan kebutuhan kerja sama. Umumnya dalam gaya ini
akan selalu mencari pesaing dan menargetkan standar yang tinggi.
12) Visioner
Pola kepemimpinan yang memberikan arti pada kerja dan usaha yang perlu
dijalankan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan memberikan
arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan dengan
visi yang jelas.
13) Situasional
Hal yang menekankan bahwa pemimpin dapat menerapkan gaya
kepemimpinan yang berbeda beda tergantung seperti apa karakteristik
bawahannya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah
mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Teori
kepemimpinan situasional akan mengacu pada dua konsep yakni tingkat
kesiapan/ kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya
kepemimpinan.
14) Militeristik
Gaya kepemimpinan yang mirip dengan gaya otoriter karena tipe pemimpin
ini senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Tipe
ini lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, menghendaki kepatuhan
yang mutlak dari bawahan, senang akan formalitas, upacara atau tanda
kebesaran yang terlalu berlebihan, menuntut adanya disiplin keras dan kaku
dari para bawahan, tidak menghendaki adanya usulan atau kritik serta saran
dari para bawahannya, dan komunikasi berlangsung searah.
50
4.4.3 Situasi yang Menentukan Penerapan Gaya Kepemimpinan
4.5 Pengarahan
51
Berkaitan dengan kesatuan perintah, agar pengarahan dapat berjalan
dengan optimal hendaknya terdapat keterangan yang menguraikan
perintah-perintah yang diberikan dengan jelas. Keterangan ini biasanya
tercantum dalam petunjuk pelaksanaan.
52
organisasi ke arah yang tepat yaitu tercapainya visi, misi dan tujuan dari
organisasi. Oleh karena itu, pengarahan membutuhkan teknik yang tepat agar
seluruh anggota dalam organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya
disertai dengan produktivitas yang tinggi.
Menurut Darmawan dan Sjaff (2017), teknik yang dapat digunakan
dalam proses pengarahan organisasi antara lain sebagai berikut.
1) Teknik Konsultasi
Teknik konsultasi merupakan teknik yang dilakukan oleh pemimpin dengan
memberi arahan kepada anggota organisasi yang kemudian akan dibahas
bersama. Pemimpin akan meminta dan menerima segala bentuk keterlibatan
dari karyawan untuk mengambil keputusan tanpa menghilangkan hak nya
dalam membuat keputusan. Artinya, meskipun pemimpin memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan secara independen, pemimpin tidak mengambil
keputusan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin akan
mempertimbangkan segala pendapat atau masukan dari anggota untuk
mengambil keputusan. Kelebihan dari teknik ini adalah teknik konsultasi akan
mengedepankan kerjasama antara pemimpin dan anggota organisasi dengan
hasil akhir berupa pemikiran bersama. Namun, teknik ini akan menimbulkan
kerugian seperti menambah beban kerja organisasi serta munculnya persepsi
dari anggota bahwa dalam memimpin organisasi, pemimpin memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang terbatas.
2) Teknik Demokrasi
Teknik demokrasi merupakan bentuk dari teknik pengarahan yang dilakukan
pada forum diskusi yang lebih besar jika dibandingkan dengan teknik
konsultasi. Teknik ini akan menempatkan anggota sebagai faktor penting
dalam suatu organisasi. Artinya, anggota organisasi diberikan kesempatan
sebesar-besarnya untuk untuk mengajukan berbagai masukan atau pendapat.
Teknik ini juga bersifat lebih aktif dan terarah mengingat musyawarah sangat
penting dalam teknik ini. Pembagian tugas yang disertai dengan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dilakukan secara jelas sehingga setiap anggota
organisasi dapat berpartisipasi secara aktif. Kelebihan menggunakan teknik ini
adalah dapat memicu inisiatif dari anggota organisasi dalam menyampaikan
berbagai gagasan sehingga dapat menghasilkan keputusan akhir yang baik.
53
Pengambilan keputusan juga dilakukan secara bersama sama mengingat
anggota juga terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu,
pemimpin yang menggunakan teknik ini juga dianggap dapat menghargai
setiap potensi yang dimiliki anggota organisasinya. Adapun kelemahan dari
teknik demokrasi adalah teknik ini cenderung akan menyulitkan pemimpin
organisasi terlebih apabila ditemukan pendapat atau saran dari anggota
organisasi yang sulit diterima dan dilaksanakan karena bertentangan dengan
peraturan yang dimiliki organisasi.
3) Teknik Otokratis
Teknik otokratis merupakan teknik pengarahan yang dilakukan secara searah.
Artinya, beban kerja organisasi ditanggung oleh pemimpin. Pemimpin
memiliki kendali penuh dalam menentukan segala keputusan serta
mengarahkan seluruh kegiatan organisasi sedangkan anggota hanya berperan
sebagai pelaksana. Pemimpin akan mengarahkan anggota lain dalam proses
pencapaian tujuan organisasi dalam bentuk perintah. Pemimpin tidak lagi
mempertimbangkan segala pendapat atau saran dari anggota organisasi
lainnya. Kelebihan dari teknik otokratis adalah teknik ini cenderung lebih
korektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu tugas mengingat proses
pengarahan juga dilakukan secara cepat. Oleh karena itu, dibutuhkan proses
komunikasi yang jelas dalam memberi arahan mengenai tugas-tugas yang
harus diselesaikan. Apabila tidak dilakukan secara jelas, maka akan berpotensi
menimbulkan kesalahan dalam pengarahan yang akan berimbas pula pada
hasil yang tidak maksimal. Selain itu, penggunaan teknik ini juga dapat
memicu timbulnya persepsi bahwa anggota dipaksa untuk bekerja tanpa diberi
kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. Teknik otokratis
lebih disarankan untuk diimplementasikan pada organisasi yang memiliki
kepemimpinan kuat dan pengetahuan organisasi yang terbatas disertai dengan
menghargai setiap pekerjaan yang dilakukan anggota.
54
karena segala kegiatan dan keputusan diambil oleh anggota. Teknik bebas
teratur cenderung cocok untuk digunakan pada organisasi yang anggotanya
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup disertai dengan
keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas.
55
BAB V
(CONTROLLING)
56
57
5.1 Pengertian Controlling
58
dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, menurut Iswandir (2021)
terdapat lima langkah atau tahapan dalam melakukan pemantauan, antara lain:
1) Penetapan standar pelaksanaan
Menetapkan standar pelaksanaan merupakan tahap awal dalam melakukan
pemantauan. Tahap ini diharapkan dapat membantu manajer dalam
mengkomunikasikan pelaksanaan kerja kepada para bawahan dengan lebih
jelas dan efektif.
2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Setelah menetapkan standar pelaksanaan, tahap selanjutnya adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat (berapa kali
pelaksanaan dilakukan, dalam bentuk apa pengukuran dilakukan, siapa yang
terlibat).
3) Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Pada tahap ini, pengukuran pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berulang-
ulang dan terus-menerus dengan melakukan beberapa cara seperti pengamatan
(observasi), laporan-laporan (lisan maupun tertulis), metode-metode otomatis,
serta dengan melakukan inspeksi dan pengujian atau melalui pengambilan
sampel.
4) Perbandingan pelaksanaan dengan standar evaluasi
Pada tahap ini dilakukan perbandingan antara pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang telah direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Kemudian, melakukan analisa dan identifikasi faktor-faktor penyebab dari
penyimpangan tersebut.
5) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Jika hasil analisis menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini
harus dilakukan dengan berbagai bentuk (penambahan standar, memperbaiki
pelaksanaan).
59
Menurut Iswandir (2015), terdapat dua teknik yang dapat mempermudah pelaksanaan
pemantauan supaya menjadi lebih efektif, yaitu:
60
digunakan untuk mencari tahu permasalahan dan gap dalam pelayanan atau
program.
3) Pemantauan Bulanan, yaitu dilakukan terhadap IPMS (Indikator Potensi
Masyarakat Sehat), melalui PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) program
pokok Puskesmas khususnya KIA, imunisasi dan perbaikan gizi. Hasil PWS
dibahas dalam monitoring bulanan untuk ditindaklanjuti mengenai desa yang
perlu difasilitasi agar dapat mengejar ketertinggalannya dalam pencapaian
program pokok Puskesmas.
4) Pemantauan Semesteran, yaitu dilakukan terhadap IPTS (Indikator Potensi
Tatanan Sehat) dan IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) melalui
pembahasan hasil MEM (Monitoring dan Evaluasi Manfaat) yang dilakukan
tiap semester.
61
3) Pengawasan umpan balik (feedback control)
Pengawasan ini dilakuakan dan mengukur hasil dari suatu kebijakan dan kegiatan
yang telah dilaksanakan. Hal ini dikarenakan, penyebab dari penyimpangan saat
perencanaan dan penemuan yang diterapkan untuk program/kebijakan serupa di
masa akan datang. Pengawasan ini bersifat historis dan pengukuran dilakukan
setelah kegiatan terjadi.
1) Akurat
Akurat berarti dalam menyampaikan informasi dan data mengenai
pelaksanaan kegiatan dilakukan harus secara akurat, sehingga dapat
menghindari kemungkinan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru
akibat data sistem pengawasan yang keliru.
2) Tepat Waktu
Informasi serta data yang dimiliki harus segera dikumpulkan, disampaikan dan
dievaluasi dengan tepat waktu.
62
Dalam menjalankan sistem pengawasan, pembiayaan harus benar-benar
diperhatikan. Sebisa mungkin biaya harus lebih rendah, atau paling tidak
sama, dengan kegunaan yang diperbolehkan dari sistem tersebut.
8) Fleksibel
Pengawasan harus bersifat fleksibel untuk memberikan tanggapan atau reaksi
terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
63
64
BAB VI
EVALUASI
(EVALUATING)
65
66
6.1 Definisi Evaluasi Program
67
6.2 Tujuan Evaluasi Program
68
2) Untuk menentukan komponen program yang dapat memberikan kemajuan
bagi hasil dari suatu program.
3) Untuk membandingkan antar kelompok, terutama di antara populasi
dengan faktor risiko tinggi yang tidak proporsional dan hasil kesehatan
yang merugikan.
4) Untuk memastikan kebutuhan pendanaan dan dukungan lebih lanjut.
5) Untuk menemukan peluang peningkatan kualitas yang berkelanjutan.
6) Untuk memastikan bahwa program yang efektif dipertahankan dan sumber
daya tidak terbuang percuma untuk program yang tidak efektif
69
Evaluasi dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan staf dalam
menjalankan program. Evaluasi memberi masukan kepada manajer program
mengenai kinerja staf. Apabila dirasa ada kemampuan masih rendah perlu
diadakan pengembangan kemampuan staf.
70
6.4 Jenis Evaluasi
71
6.5 Dimensi Evaluasi Program
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program. Hal ini
tergantung pada tujuan, sumber daya, kepentingan untuk melakukan evaluasi itu
sendiri. Metode ini berdasarkan rancang desain riset, namun tidak harus selalu kaku
72
seperti riset pada umumnya. Ada yang dapat secara canggih, ada pula yang secara
sederhana bergantung pada tujuan dilakukan evaluasi itu sendir. Teori oleh Stephen
dan William (dalam Kurniati, 2016) terdapat 9 metode evaluasi, yaitu sebagai berikut.
1) Historikal
Metode ini dilakukan dengan cara merekonstruksikan kejadian masa lalu
dengan cara yang objektif. Secara tepat dapat dikaitkan dengan suatu hipotesis
dan asumsi dari kejadian masa lalu tersebut
2) Deskriptif
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penjelasan yang sistematis dari
suatu hal ataupun situasi secara faktual dan tepat.
73
Pemilihan kelompok yang secara random (sembarang) sangat penting dalam
metode ini.
74
6.7 Kriteria Efektivitas Evaluasi Program
1) Validitas
Validitas dapat diartikan apabila instrumen tersebut mampu menilai apa yang
akan dinilai.
2) Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan apabila instrumen tersebut data dikumpulkan dapat
menunjukan kebenaran seperti apa adanya, bukan kebenaran yang dibuat-buat.
3) Praktibilitas
Praktibilitas dapat diartikan apabila instrumen tersebut tidak rumit, praktis,
serta mudah digunakan.
4) Ekonomis
Ekonomis dapat diartikan apabila instrumen dari model evaluasi program
dapat bernilai ekonomis baik dari segi uang, waktu, maupun tenaga. Sehingga
tidak boros dalam mewujudkan dan menggunakan sesuatu yang telah tertera di
dalam penyusunan program.
75
BAB VII
PELAKSANAAN POACE
DI PUSKESMAS
76
77
7.1 Profil Puskesmas Gang Sehat
78
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Keberadaan
puskesmas juga sangat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya dari
keluarga yang kurang mampu. Dengan keberadaan puskesmas, kebutuhan
pelayanan masyarakat yang memadai yaitu pelayanan kesehatan yang strategis
dan mudah dijangkau oleh masyarakat dapat tersedia.
Secara struktural, puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis kesehatan
yang bekerja dibawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Puskesmas berperan sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat (UKM)
dan upaya kesehatan perorangan (UKP) yang berintegritas dan
berkesinambungan. Kedudukan puskesmas sebagai penyelenggara tersebut,
memberi arti bahwa puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis tingkat pertama
dari Dinas Kesehatan. Untuk dapat melaksanakan fungsinya secara optimal,
puskesmas juga harus didirikan pada setiap kecamatan. Artinya dalam 1
kecamatan harus terdapat minimal 1 unit puskesmas agar mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Selain itu, puskesmas juga
memiliki kewajiban khususnya dalam melaksanakan kebijakan kesehatan agar
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dapat tercapai serta
terwujudnya kecamatan sehat.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya, Puskesmas dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu puskesmas rawat inap dan puskesmas non-rawat
inap. Puskesmas rawat inap merupakan puskesmas yang diberikan sumber daya
tambahan guna menyelenggarakan pelayanan rawat inap sesuai dengan
pertimbangan kebutuhan pelayanan. Sedangkan puskesmas non rawat inap
merupakan puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal. Selain itu, sumber daya manusia di
Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Tenaga
kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri dari dokter atau dokter layanan
primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga
kefarmasian. Sedangkan tenaga non kesehatan merupakan tenaga yang dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
seluruh kegiatan operasional lain yang diselenggarakan di Puskesmas (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2014).
79
7.1.2 Fungsi Puskesmas
80
penyakit lain dalam masyarakat, memperbaiki kesehatan lingkungan seperti
pengawasan tempat-tempat umum. Hal tersebut juga termasuk dalam
pengawasan dan pemantauan seluruh kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat
yang dapat berdampak langsung maupun tidak langsung dengan kesehatan
penduduk, mengidentifikasi determinan masalah kesehatan, menggerakkan
peran masyarakat dalam peningkatan upaya kesehatan serta melakukan
koordinasi dan pembinaan semua fasilitas kesehatan (termasuk fasilitas
kesehatan swasta).
81
Oleh karena itu, seluruh puskesmas tanpa melihat kriterianya wajib
menyelenggarakan lima jenis pelayanan kesehatan tersebut.
82
masyarakat. Pelayanan UKP atau sering juga disebut pelayanan kuratif,
sasarannya adalah perorangan dan atau rumah tangga dima pelayanan UKP
lebih memfokuskan pada upaya penyembuhan dan rehabilitasi seseorang yang
jatuh sakit. Pelayanan UKP tingkat pertama yang diselenggarakan oleh
Puskesmas dilaksanakan oleh dokter, dokter gigi, dokter layanan primer, dan
Tenaga Kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensi maupun kewenangannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam PMK No.75/2014 ditetapkan 8 jenis UKP yang perlu
diselenggarakan oleh puskesmas, yaitu:
a) Pelayanan pemeriksaan umum.
b) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
c) Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP.
d) Pelayanan gawat darurat.
e) Pelayanan gizi yang bersifat UKP.
f) Pelayanan persalinan.
g) Pelayanan rawat inap (di Puskesmas perawatan berdasarkan kebutuhan
pelayanan kesehatan).
h) Pelayanan kefarmasian dan pelayanan laboratorium.
83
b) Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja bagi pegawai dan
puskesmas
c) Menciptakan keteraturan, kesinambungan, serta kelangsungan berbagai
program dan kegiatan yang dilakukan di puskesmas
d) Meningkatkan ketercapaian mutu dan kepuasan pelayanan kesehatan di
puskesmas
e) Menciptakan kepuasan kerja bagi para pegawai, pemimpin dan
berbagai stakeholder lainnya di puskesmas
i. Perencanaan
Perencanaan puskesmas dapat menjadi landasan dalam melaksanakan
fungsi manajemen puskesmas lainnya mengingat fungsi lainnya akan
didasarkan atau disesuaikan dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Perencanaan di puskesmas bertujuan untuk memberikan gambaran
sistematis mengenai seluruh tugas, fungsi dan peran yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan puskesmas sehingga pencapaian
tujuan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Selain itu,
perencanaan juga dapat membuat para pengambil keputusan dan
pemimpin di puskesmas memanfaatkan sumber daya puskesmas
semaksimal mungkin. Perencanaan puskesmas umumnya disebut
micro planning atau rencana lima tahun yang akan dilakukan oleh
puskesmas.
ii. Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas juga menyusun berbagai jenis laporan seperti laporan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), Sistem
Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA), laporan mengenai Aplikasi
Primary Care (P-care), yang merupakan aplikasi sistem informasi
pelayanan pasien berbasis web yang dikembangkan oleh BPJS serta
Laporan keuangan puskesmas.
iii. Peningkatan mutu puskesmas
Puskesmas akan selalu melakukan manajemen mutu secara rutin dalam
bentuk diskusi dalam kegiatan “mini-lokakarya” dan melakukan proses
untuk mendapat akreditasi puskesmas.
84
7.1.3 Program Puskesmas
Puskesmas Gang Sehat memiliki 5 program pokok UKM esensial, yaitu upaya
promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak
termasuk KB, upaya perbaikan gizi masyarakat, serta program upaya pencegahan dan
pemberantasan. Selain itu, Puskesmas Gang Sehat memiliki 10 program UKM
pengembangan, yaitu pelayanan kesehatan gigi dan mulut, UKS dan UKGS, program
kesehatan peduli remaja/PKPR, program kesehatan lansia, pelayanan kesehatan jiwa,
kesehatan olahraga/KESORGA, upaya kesehatan kerja/UKK, kesehatan
tradisional/HATTRA, Saka Bakti Husada/SBH, dan upaya kesehatan mata.
Selain program UKM, Puskesmas Gang Sehat juga memiliki program UKP
seperti poli-poli dan klinik-klinik yang ditambah dengan klinik bersalin/PONED gang
sehat; Konseling dokter spesialis anak disediakan 1 bulan sekali dan konseling dokter
spesialis kandungan; serta PONED yang menyediakan 10 tenaga bidan terlatih APN,
dokter spesialis kandungan, pelayanan USG, 5 tempat tidur perawatan nifas, 1 tempat
tidur isolasi, 3 tempat tidur persalinan/VK, 4 inkubator bayi, ruang sterilisasi, dan
ambulan rujukan.
Visi:
85
“Terwujudnya Puskesmas dengan pelayanan prima menuju kecamatan
Pontianak Selatan sehat, mandiri dan berkeadilan”
Misi:
drg. Nuzulisa Zulkifli atau yang lebih akrab dipanggil dengan drg. Lisa merupakan
seorang dokter gigi berlokasi praktek di Pontianak, Kalimantan Barat. Beliau
menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
pada tahun 2001. Selain bekerja sebagai dokter gigi, sejak tahun 2009 Drg. Lisa juga
beberapa kali menjabat sebagai Kepala Puskesmas. Beliau pernah menjabat sebagai
Kepala Puskesmas Pal 3 pada tahun 2009 hingga 2011, Kepala Puskesmas Alianyang
pada tahun 2011 hingga 2012, Kepala Puskesmas Kampung Bali pada tahun 2012
hingga 2018, dan Kepala Puskesmas Gang Sehat Pontianak, Kalimantan Barat pada
tahun 2018 hingga 2021.
86
1. PKP (Penilaian Pekerja Puskesmas), yaitu penilaian dari program-program
UKM maupun UKP yang akan dilaporkan setiap bulan.
2. Survei PIS PK (Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga), yaitu salah
satu program puskesmas yang menggunakan pendekatan keluarga untuk
meningkatkan jangkauan sasaran. Pihak puskesmas melakukan survei 12
indikator PIS PK di lapangan.
3. SMD (Survei Mawas Diri), merupakan suatu upaya bersama yang dilakukan
oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-
sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masyarakat.
4. IKM (Indikator Kepuasan Masyarakat), yaitu indikator yang digunakan dalam
mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
berdasarkan dimensi daya tanggap (responsiveness). Pihak puskesmas Gang
Sehat melakukan survei dalam waktu 6 bulan sekali.
5. Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), diadakan 1 tahun
sekali yang melibatkan perangkat daerah, seperti RT, RW, Lurah, dan Camat.
6. Lokakarya Mini Lintas Sektor, dilakukan 3 bulan sekali dengan menghadirkan
forum pimpinan tingkat kecamatan.
7. Masukan/Keluhan Masyarakat.
Dari hasil-hasil tersebut dibuatlah suatu matriks, salah satunya matriks sarang
laba-laba, sehingga menjadi lebih mudah dalam mengidentifikasikan indikator-
indikator yang sudah mencapai target maupun indikator yang masih jauh dari target.
Kemudian matriks tersebut dapat dibandingkan dari tahun ke tahun agar dapat
dievaluasi hal-hal yang masih kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
87
Gambar 7.2 Matriks Laba-Laba Puskesmas Gang Sehat Tahun 2016
1. RSB (Rencana Strategi Bisnis), yaitu suatu dokumen perencanaan yang harus
dibuat oleh setiap organisasi yang mencari laba maupun yang nirlaba. Pada
puskesmas Gang Sehat juga diperlukan RSB sebagai syarat agar bisa
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
2. RBA (Rencana Bisnis Anggaran), yaitu dokumen perencanaan bisnis dan
penganggaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan
anggaran Puskesmas.
3. RUK (Rencana Usulan Kegiatan), yaitu rencana kegiatan puskesmas
mendatang yang akan dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah
atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Pada
umumnya RUK ditujukan untuk UKM.
4. RKA (Rencana Kegiatan Anggaran), yaitu dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan
kegiatan SKPD, serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
5. RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan), yaitu sebagai pedoman dalam
pelaksanaan suatu kegiatan sehingga nantinya kegiatan yang dilaksanakan
dapat efektif dan efisien.
6. KAK (Kerangka Acuan Kegiatan), yang merupakan turunan dari RPK yaitu
gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan tugas dan fungsi
88
Dalam pengorganisasian erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya
manusia dan pemanfaatan fasilitas. Sumber daya manusia di Puskesmas Gang sehat
tergolong jumlahnya dan beberapa dari mereka kualitasnya tidak sesuai dengan
standar dan teknis yang ada. Maka disini, pengelolaan sumber daya menjadi kunci
utama untuk dapat menggerakan program/kegiatan di puskesmas. Kepala Puskesmas
disini melakukan pendekatan secara langsung dengan tenaga kesehatan untuk dapat
menempatkan SDM sesuai dengan kualitas dan kemampuannya. Pemanfaatan fasilitas
di Gang Sehat sudah dilaksanakan secara maksimal, namun kendalanya dalam
penjagaan (maintenance) sarana dan prasarana yang masih kurang baik. Maka disini,
penerapan SOP yang perlu ditingkatkan dan pendisiplinan SDM untuk menjaga
sarana dan prasarana tersebut.
89
menciptakan koneksi dengan mitra dan jejaring yang dapat mendukung keberhasilan
pelaksanaan program Puskesmas Gang Sehat.
Pada tahap pelaksanaan, di Puskesmas Gang Sehat terdapat PIS-PK dengan
tiga strategi yang dilakukan, yaitu memanfaatkan fresh graduate tenaga kesehatan
sebagai supervisor hanya untuk pendataan, melibatkan lintas sektor untuk sosialisasi
dan pendampingan survei, serta melakukan pendataan sekaligus intervensi oleh
petugas.
Dalam implementasi tahap penggerakan dan pelaksanaan di Puskesmas Gang
Sehat, terdapat beberapa hambatan, seperti SDM kesehatan puskesmas yang
mengalami demotivasi dalam bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut, pimpinan
Puskesmas dapat melakukan berbagai tindakan dalam mengatasi SDM kesehatan
yang mengalami demotivasi, seperti melakukan penguatan (reinforcement) pada SDM
kesehatan puskesmas. Selain itu, dapat juga memberikan punishment bila demotivasi
yang terjadi sudah terlalu banyak memberikan dampak negatif bagi kinerjanya.
Kemudian, bila SDM kesehatan yang mengalami demotivasi tersebut mulai
mengubah sikapnya menjadi lebih baik, maka dapat diberikan award. Intinya, dalam
mengatasi SDM kesehatan yang mengalami demotivasi dapat dilakukan upaya-upaya
penggerakan yang sesuai dengan porsinya.
Selain demotivasi, terkadang terjadi juga masalah dalam proses komunikasi
antar SDM kesehatan, tetapi tergantung dari setiap SDM kesehatan yang ada karena
masing-masing SDM kesehatan memiliki kepribadian dan karakteristik yang berbeda.
Cara mengatasi masalah dalam komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan cara komunikasi yang sesuai, seperti komunikasi secara langsung dengan
yang bersangkutan maupun komunikasi secara tidak langsung. Cara komunikasi
tersebut disesuaikan dengan kepribadian dan karakteristik dari SDM kesehatan yang
ada. Dengan cara komunikasi yang tepat, maka dapat tercapai komunikasi yang
efektif dan tepat sasaran.
90
Di Puskesmas Gang Sehat, pengawasan dilakukan pada kualitas pelayanan.
Hal-hal yang diawasi dari kualitas pelayanan berupa kepuasan pasien, Kapitasi
Berbasis Komitmen (KBK), dan pelayanan publik. Kepuasan pasien diawasi melalui
IKM, pengaduan masyarakat, dan smile cards; hasil Kapitasi Berbasis Komitmen
(KBK) diawasi dari aplikasi PCare BPJS Kesehatan yang melihat angka kontak,
Rujukan Non Spesialistik (RNS), dan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis); dan pelayanan publik akan diawasi serta dinilai oleh Ombudsman dan
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP).
Berdasarkan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) tahun 2019, rata-rata hasil
cakupan dari berbagai komponen kegiatan di Puskesmas Gang Sehat sebesar 66,85%.
Hal ini meliputi upaya promosi kesehatan dengan hasil cakupan 87,83%, upaya
kesehatan lingkungan 75%, upaya kesehatan ibu dan anak termasuk KB 69,58%,
upaya perbaikan gizi masyarakat 45,88%, upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular 87,18%, upaya pengobatan 48,29%, dan upaya pengembangan
54,17%. Ibarat sebuah siklus, hasil dari pengawasan, pengendalian, dan penilaian
kinerja ini akan digunakan kembali untuk perencanaan.
91
standar serta teknis yang ada. Berikut adalah hambatan-hambatan terkait resource di
Puskesmas Gang Sehat, yaitu:
a) Jumlah dan kompetensi/kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tersedia,
masih kurang.
b) Penggunaan anggaran yang belum maksimal.
c) Proses maintenance sarana dan prasarana yang masih kurang baik.
d) Tidak sesuainya metode pendekatan yang digunakan dengan kondisi lapangan
walaupun sebelumnya telah memprediksikan kondisi lapangan.
e) Petugas kesehatan yang masih kurang disiplin dalam pembuatan laporan.
Selain itu, hambatan yang seringkali terjadi di Puskesmas Gang Sehat adalah
strength/kekuatan yang dimiliki puskesmas juga dapat menjadi hambatan ketika
pelaksanaan P1-P3 jika terdapat ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan. Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut,
Puskesmas Gang Sehat melakukan pendekatan secara langsung kepada SDM
Kesehatan, penerapan SOP dengan maksimal, serta melakukan perencanaan yang
lebih matang.
92
DAFTAR PUSTAKA
American Public Health Association. 2016. What is Public Health?. [online] Available at:
<https://www.apha.org/what-is-public-health> [Accessed 27 September 2021].
Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A. and Yulia, V. 2016. Buku Ajar Dasar-Dasar
Manajemen Kesehatan. in. Banjarmasin: Pustaka Banua. Available at:
http://eprints.ulm.ac.id/1149/1/Buku_Ajar_DD_Mankes_fix.pdf.
Awaluddin and Hendra. 2018. Fungsi Manajemen Dalam Pengadaan Infrastruktur Pertanian
Masyarakat Di Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Jurnal
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia, 2(1), pp. 1–12.
Wanadiana. 2010. Pengaruh dan Fungsi Pengarahan. Bandung: Institute Teknologi bandung
Budio, Sesra. 2018. Komunikasi Organisasi: Konsep Dasar Organisasi. [online] Available
at: https://jurnal.stai-yaptip.ac.id/index.php/menata/article/view/69 [Accessed 16
October 2021].
CDC. 2014. The 10 Essential Public Health Service: An Overview. [online] Available at:
https://www.cdc.gov/publichealthgateway/publichealthservices/pdf/essential-phs.pdf
[Accessed 16 October 2021].
Darmawan, E. dan Sjaaf, A., 2016. Administrasi Kesehatan Masyarakat: Teori dan Praktik.
Jakarta: Rajawali Pers.
93
Daswati (2016) ‘Implementasi peran kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan menuju
kesuksesan organisasi’, Academica Fisip Untad, 04(01), pp. 783–798.
Haryana, Ade. 2020. Organisasi dan Teori Organisasi. Tangerang: Aheryana Institute.
Julita, nel arianty (2018) ‘Pengaruh Komunikasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Pt. Jasa Marga (Persero) Tbkcabang Belmera Medan’,
Ekonomi, pp. 195–205. Available at: http://repository.una.ac.id/50/2/Julita.pdf.
94
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Apa yang dimaksud dengan
SEHAT ? http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/10/apa-yang-
dimaksud-dengan-sehat
Litman, T. 2020. Planning Principles and Practices 12’, (June). Available at:
https://www.vtpi.org/planning.pdf.
Luthans, F. (2011). Perilaku Organisasi. 4th Ed. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Malayu SP. Hasibuan. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mesiono, 2017. Dalam Tinjauan Evaluasi Program. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Kependidikan, 4(2), pp.1-21.
95
Muyana, S, 2017. Context Input Process Product (CIPP): Model Evaluasi Layanan
Informasi. [online] Available at: <https://core.ac.uk/download/pdf/267023644.pdf>
[Accessed 2 November 2021].
Oktavia, F. (2016). Upaya Komunikasi Interpersonal Kepala Desa Borneo Sejahtera Dengan
Masyarakat Desa Long Lunuk. Ilmu Komunikasi. https://ejournal.ilkom.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/03/Jurnal Fenn Oktavian (03-02-16-08-53-
37).pdf
Pramesti, M. W. (2017) ‘Motivasi : Pengertian, Proses dan Arti Penting dalam Organisasi’,
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak, pp. 19–38.
Siriyei, I. and Dwi Wulandari, R. 2013. Faktor Determinan Rendahnya Pencapaian Cakupan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Mojo Kota Surabaya.
[online] Journal.unair.ac.id. Available at:
<http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JAKI6773-f92c11f1aafullabstract.pdf>
[Accessed 5 October 2021].
96
Sulaeman, E. S. (2011) ‘Teori dan Praktik di Puskesmas’, in. Surakarta, p. 286.
Available at: perpustakaan.uns.ac.id.
WFPHA. 2020. Charter Components Scheme of the Charter’s core services and enabler
functions. Available at: www.wfpha.org
Winslow, C., 1920. The Untilled Fields of Public Health. [online] Science. Available at:
<https://www.science.org/lookup/doi/10.1126/science.51.1306.23> [Accessed 27
September 2021].
Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Metode, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta:
Rajawali Pers
Yousif, N. et al. (2018), Journal of Physical Therapy Science, 9(1), pp. 1–11.
Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.2015.07.010%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.visres.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.humov.2018.08.006%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
24582474%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gaitpost.2018.12.007%0Ahttps://doi.org/.
97
LAMPIRAN
98
DAFTAR INDEKS
Akuntabilitas, 100
Assessment, 5, 100
Assurance, 7, 100
99
Clarity, 43, 100
Credibility, 100
Demokratif, 101
Efisiensi, 101
Evaluasi, 3, 61, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 91, 93, 94, 95, 97, 98, 101
100
Faktor risiko, 5, 71
Feedback, 70
Feedback control, 64
Feedforward control, 63
Filariasis, 10
Finansial, 28
Fleksibel, 21, 65
Formal, 27, 38
Framework, 5
Frekuensi, 21
Fresh graduate, 93
Gap, 63
Genital, 13
Goal, 29
Grafik, 20
Healthy behavior, 12
Healthy living, 7
Hierarchy, 31
Historikal, 75
HIV/AIDS, 10
101
Holistik, 81
Identifikasi, 6, 24, 61
Implicit bargaining, 38
Imunisasi, 10, 84
Individualized consideration, 49
Infeksi, 10
Informal, 54
Informal situation, 54
Informatif, 20
Inisiatif, 48
Inklusif, 20
Inkubator, 89
Inovasi, 9
Input, 73
Insentif, 38
Inspeksi, 61
Instrumen, 77, 78
Intelegensia, 48
Intelektual, 48
102
Intellectual stimulation, 49
Intensifikasi, 85
Interest, 45
Internal, 37
Internalization process, 39
Interpretasi, 21
Intervensi, 63, 93
Intrinsik, 39, 40
Intuisi, 47
Investasi, 12
Investigasi, 6, 8
Isolasi, 89
Jaminan, 5
Jangkauan, 21
Jejaring, 93
Jenjang, 81
Jentik, 12
Job description, 29
Kader, 83, 10
Kapabilitas, 73
Kapitasi, 94
103
Karakteristik, 47, 48, 52, 94
Karbohidrat, 13
Kebijakan, 5, 6, 7, 8, 9, 17, 49, 50, 60, 64, 69, 73, 74, 75, 82, 83
Kecacingan, 10
Kharismatik, 51
Klinis, 8
Kolaborasi, 6, 17
Korelasional, 75
Komprehensif, 19, 42
Konsekuensi, 74, 76
Konseling, 10, 88
Konstruktif, 40
Konsultasi, 55
Konteks, 44
Kontrol, 3, 76
Korektif, 56, 60
Kredibilitas, 44
104
Kristalisasi, 17
Kualitas, 3, 8, 9, 10, 22, 42, 47, 61, 71, 77, 89, 90, 92, 94, 95
Kumulatif, 12
Laboratorium, 6, 82, 86
Laissez Faire, 50
Leaflet, 43
Limbah, 11
Lisensi, 9
Maintenance, 93, 96
Matriks, 91, 95
Militeristik, 52
Mitigasi, 6
Mobilisasi, 7
105
Moralis, 51
Morbiditas, 95
Mortalitas, 95
Musyawarah, 56, 91
Obesitas, 12
Observasi, 61, 69
Ombudsman, 95
Otokratis, 56, 57
Otonomi, 38, 66
Otoritas, 83, 84
Otoriter, 50, 52
Outcome, 74
Output, 74, 91
Periodik, 5
Personal, 13, 23
Pilar, 31
PIS-PK, 93
106
Policy, 5, 6
PONED, 88
Posbindu, 84
Poskestren, 84
Posyandu, 84
Preventif, 4, 81, 84
Prioritas, 24, 85
Promotif, 4, 81, 84
Protection, 4
Punishment, 38, 94
Q
Quasi Experimental, 77
RBA, 91
Rehabilitatif, 81
Reinforcement, 94
Reliabilitas, 77
Resource, 95
RKA, 92
RNS, 95
RPK, 92
RSB, 91
107
RUK, 92
Sasaran, 8, 23, 43, 44, 45, 46, 50, 74, 84, 86, 90, 94
SBH, 88
SIKDA, 88
SMD, 90
SP2TP, 88
Spesifikasi, 21, 69
Stakeholder, 19, 87
Supervisor, 93
Surveilans, 6, 10, 84
Team building, 93
Tenaga pelaksana, 23
Transparan, 20
Trial, 46
True experimental, 76
UKBM, 83
108
UKGS, 88
UKK, 88
UKS, 85, 88
Umpan balik, 44
USG, 88
Vaksinasi, 4
Validitas, 77
Wawasan, 9, 19
Winslow, 3
Zoonosis, 10
109
110