Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ADVOKASI KESEHATAN

Disusun oleh:
Kelompok 6
Azkia Nur Zahrah (1906397254)
Dini Putri K. (1906292332)
Fadia Shafa Angelika (1906292345)
Fia Azzhara (1906292351)
Hana Zahidah (1906350010)
Nailina Farah (1906292521)
Silma Farhana (1906292660)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Depok
2021
Daftar Pertanyaan Pemicu

1. Jelaskan pengertian kebijakan publik dan berikan satu teori terkait kebijakan publik.

Jawaban:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep


dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana di pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak (pada pemerintahan, organisasi, dan sebagainya). Dapat pula diartikan
pengaturan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sementara itu, publik adalah menyangkut
orang banyak atau umum (Pratomo, 2015). Maka, kebijakan publik pada dasarnya
meliputi seluruh keputusan politik yang secara tertulis berwujud sebagai
undang-undang, peraturan-peraturan, dan keputusan-keputusan negara yang
menyangkut kehidupan rakyat. Keputusan-keputusan ini dapat berupa keputusan
pemerintah pada aras terbawah, yaitu desa, sampai ke aras yang lebih tinggi seperti
kabupaten, nasional, bahkan internasional (Topatimasang dkk., 2005).

William Dunn (1994) mengemukakan teori kebijakan publik yang membahas


mengenai analisis dan prosesnya. Ia menggambarkan penggunaan komponen prosedur
metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam suatu sistem.
Komponen yang dimaksud adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi,
pemantauan, dan evaluasi. Dengan melakukan analisis kebijakan, maka berarti
menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut dalam proses kajiannya. untuk
lebih rincinya dapat dilihat pada bagan berikut (Dunn, 1994 dalam Pratomo, 2015):

(Gambar 1.1 Analisis Kebijakan Publik menurut William Dunn tahun 1994)
Menurut Dunn proses kebijakan publik dibagi menjadi empat tahap, yaitu
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan.
Berikut matriks proses kebijakan publik (Dunn, 2003 dalam Pratomo, 2015):

(Gambar 1.2 Proses Kebijakan Publik menurut William Dunn tahun 2003)

2. Carilah dokumen terkait APBD di wilayah domisili Anda (pilih yang dapat diakses
internet), lakukan kajian terkait porsi kesehatan dibandingkan dengan sektor lain!

Jawaban:

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan berbagai negara lainnya sejak
2020 membuat pemerintah Indonesia memprioritaskan penanganan kesehatan sebagai
langkah untuk menekan laju kenaikan kasus Covid-19. Oleh karena itu, pada tahun
2021 pemerintah Indonesia memutuskan untuk menambah anggaran kesehatan yang
digunakan untuk berbagai langkah dalam penanganan pandemi Covid-19 seperti
penyelenggaraan vaksinasi, biaya diagnostik untuk testing dan tracing, therapeutic
untuk biaya perawatan pasien, insentif tenaga kesehatan, santunan kematian,
pembelian berbagai obat serta alat pelindung diri (APD). Selain itu, sejak awal tahun
2021 pemerintah juga sudah berkomitmen untuk memfokuskan realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor kesehatan khususnya
penanganan pandemi Covid-19 serta sektor ekonomi yang semakin terpuruk akibat
pandemi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sendiri merupakan bagian


dari proses perencanaan dan penganggaran di suatu daerah selama satu tahun yang
masih berkaitan dengan APBN dari pemerintah pusat. APBD juga merupakan
instrumen yang penting bagi pemerintah agar dapat mewujudkan pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. APBD terdiri dari tiga komponen
utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Komponen
belanja daerah inilah yang merupakan bentuk perwujudan pemerintah daerah dalam
mengeluarkan uang untuk kepentingan pelayanan publik. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah daerah wajib
mengalokasikan minimal 10% dari belanja APBD di daerahnya untuk anggaran
kesehatan. Kondisi pandemi yang melanda seluruh wilayah Indonesia membuat
pemerintah sangat berupaya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif
dan efisien. Dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan yang baik, maka
diperlukan unsur pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah dimana
salah satunya dapat diperoleh dari dana APBD tersebut. Di era desentralisasi saat ini,
komitmen suatu daerah dalam penyelenggaraan biaya kesehatan sangat diperlukan
guna tersedianya pelayanan kesehatan yang baik.

Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang besar dengan wilayah
yang luas serta jumlah penduduk yang banyak. Dilansir dari laman resmi Provinsi
Jawa Barat, Jawa Barat memiliki jumlah APBD sebesar Rp 43.308.160.408.503 pada
tahun 2020. Dana tersebut diprioritaskan guna memenuhi kebutuhan pelayanan dasar
bagi masyarakat terutama dalam penanganan kesehatan serta meningkatkan sektor
ekonomi dan sosial yang terdampak akibat pandemi Covid-19.
(Gambar 1.1 Lampiran APBD Jawa Barat Tahun 2020)

(Gambar 1.3 Lampiran APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2020)

Data diatas menunjukkan ringkasan jumlah APBD Provinsi Jawa Barat Tahun
2020 di berbagai bidang esensial bagi masyarakat seperti pendidikan, kesehatan,
penataan ruang, kawasan permukiman, perlindungan masyarakat, sosial, tenaga kerja,
perlindungan anak dan perempuan, pangan hingga pertanahan. Berdasarkan data
tersebut pula, dapat disimpulkan jika pada tahun 2020, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat benar-benar berfokus kepada sektor kesehatan khususnya penanganan
Covid-19. Dalam struktur belanja daerah di APBD, belanja dapat dibagi menjadi 2
yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Apabila suatu daerah memiliki
jumlah belanja langsung yang tinggi, maka daerah tersebut menunjukkan besarnya
pengeluaran belanja untuk pembangunan dan layanan pada masyarakat yang semakin
besar. Sebaliknya, apabila jumlah belanja tidak langsungnya yang semakin besar,
maka daerah tersebut menunjukkan besarnya anggaran yang digunakan untuk
pembiayaan aktivitas rutinnya. Berdasarkan data diatas, provinsi Jawa Barat memiliki
jumlah pendapatan sebesar Rp 351.615.397.547 pada bidang kesehatan yang
bersumber dari dinas kesehatan dimana sebanyak Rp. 265.510.571.041 dari
pendapatan tersebut digunakan untuk belanja tidak langsung. Artinya provinsi Jawa
Barat lebih banyak menggunakan anggaran untuk biaya pembangunan dan pelayanan
bagi masyarakat terutama dalam langkah penanganan Covid-19. Selain itu, dapat
disimpulkan jika pada tahun 2020, Pemerintah Provinsi Jawa Barat benar-benar
berfokus kepada sektor kesehatan khususnya penanganan Covid-19. Hal tersebut
dibuktikan dengan jumlah anggaran kesehatan yang jauh lebih banyak dibandingkan
sektor lain. Perkembangan pandemi Covid-19 dari hari ke hari juga membuat setiap
daerah di Indonesia termasuk Provinsi Jawa Barat memerlukan tindakan pencegahan
dan penanganan secara cepat dengan anggaran yang memadai. Oleh karena itu,
anggaran APBD sebagian besar dialokasikan kepada sektor kesehatan terutama dalam
memaksimalkan belanja kebutuhan strategis penanganan Covid-19 seperti pemenuhan
fasilitas rumah sakit, insentif tenaga kesehatan dan bantuan sosial bagi masyarakat.

3. Dari sektor kesehatan lakukan telaah dimana penggunaan dana terbesar, apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan (terkait masalah kesehatan).

Jawaban:

Berdasarkan laman resmi Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2020 total anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat sebesar
Rp343.080.481.749,00. APBD ini dialokasikan untuk berbagai urusan, organisasi,
program, dan segala keperluan pemerintah provinsi. Untuk kebutuhan kesehatan,
pemerintah provinsi Jawa Barat mengalokasikan dana sebesar Rp1.638.458.038.725
Dalam kebutuhan kesehatan, dana ini APBD juga dialokasikan pada berbagai
program terkait penyelesaian masalah kesehatan. Mengutip dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Indonesia saat ini sedang
memfokuskan pada 5 masalah terkait kesehatan. Fokus masalah tersebut antara lain
adalah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB), pengendalian
Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Gerakan mayarakat sehat, serta
Tata Kelola Sistem Kesehatan. Apabila kita telaah, pemerintah Provinsi Jawa Barat
menganggarkan APBD yang difokuskan pada upaya penyelesaian program masalah
kesehatan, seperti pada program kesehatan masyarakat, program pengendalian dan
pencegahan penyakit, serta program pelayanan kesehatan.

Pada program kesehatan masyarakat, pemerintah mengalokasikan


Rp6.482.450.766 untuk upaya menangani berbagai fokus masalah kesehatan di Jawa
Barat. Seperti peningkatan gizi masyarakat, pembangunan sanitasi, penyelamatan ibu
dan bayi yang baru lahir, peningkatan program kesehatan keluarga, dan peningkatan
penyehatan lingkungan hidup.

Pada program pencegahan dan pengendalian penyakit, pemerintah


mengalokasikan Rp4.405.113.740 untuk upaya menangani berbagai fokus isu
pencegahan dan pengendalian penyakit. Fokus masalah pencegahan dan pengendalian
penyakit seperti DBD, HIV AIDS, kesehatan jiwa, malaria, kusta, kecacingan, ISPA
dan sebagainya.

Pada program pelayanan kesehatan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar


Rp19.033.537.987 untuk upaya meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan di
daerah Jawa Barat. Fokus program masalah pelayanan kesehatan adalah
pendampingan pelayanan kesehatan RS Regional, peningkatan pelayanan kesehatan
rujukan, pengelolaan fasilitas kesehatan, pengingkatan mutu pelayanan kesehatan
sarana peayanan kesehatan lain, dan lain sebagainya.

Apabila kita telaah lebih lanjut, dana tersebar pada APBD kesehatan Provinsi
Jawa Barat dikeluarkan untuk peningkatan mutu dan kualitas pelayanan RSUD Al-
Ihsan. Untuk program ini sendiri, pemerintah Jawa Barat mengalokasikan hingga
Rp271.733.999.319. Hal ini mencakup kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan
RSUD Al-Ihsan, kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat Jawa Barat RSUD
Al-Ihsan, serta pelayanan kesehatan rujukan RSUD Al-Ihsan.
Referensi

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Jawa Barat (no date) ‘02. Lampiran II
PERDA APBD JAWA BARAT TA 2020.pdf’. Available at:
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1442.
Handayani, T. and Nadjib, M. (2017) ‘Analisis Pembiayaan Kesehatan Daerah Bersumber
Publik: Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2012, 2013 dan
2014’, Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 1(2). doi: 10.7454/eki.v1i2.1774.
Merdeka.com (2020) Pemprov Jabar Fokuskan APBD Untuk Penanganan Corona &
Pemulihan Ekonomi. Available at:
https://www.merdeka.com/peristiwa/pemprov-jabar-fokuskan-apbd-untuk-penanganan-
corona-amp-pemulihan-ekonomi.html.
Pamungkas, W. W. (2020) APBD 2020, Jawa Barat Anggarkan Rp705 Miliar untuk
Pemulihan Ekonomi, bisnis.com. Available at:
https://bandung.bisnis.com/read/20200927/550/1297137/apbdp-2020-jawa-barat-angga
rkan-rp705-miliar-untuk-pemulihan-ekonomi.
Pratomo, H. (2015). Advokasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi di Bidang Kesehatan di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Topatimasang, R., dkk. (2005). Sehat itu Hak: Panduan Advokasi Kebijakan Kesehatan.
Jakarta: Koalisi Indonesia Sehat (KUIS) dan Indonesian Society for Social
Transformation (INSIST).

Anda mungkin juga menyukai