UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU TAHUN 2022 UAS PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN
1. Jelaskan pembiayaan pembangunan kesehatan yang ada di Indonesia :
Indonesia termasuk salah satu negara dari sedikit negara-negara di dunia yang belum memiliki system pembiayaan yang cukup bagus, padahal kita telah merdeka lebih dari 50 tahun, banyak negara yang berusia lebih muda yang merdeka setelah Indonesia justru telah memiliki system pembiayaan kesehatan yang lebih bagus serta menjadi roll model dan berlaku secara Nasional. Dampaknya jelas terkait dengan kemampuan menyediakan dana kesehatan bagi seluruh rakyat, ini terlepas status kesehatan rakyat tidak semata-mata tergantung besarnya biaya yang dikeluarkan. Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, berbagai hal bisa dianggap sebagai pemicunya, seperti rendahnya kesadaran pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sektor prioritas, juga karena kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di negeri yang sedang mengalami transisi demokrasi ini. Banyaknya kegagalan dalam berbagai kebijakan ekonomi yang terjadi pada masa ini juga diperparah karena pemerintah tidak mampu melakukan penghematan dalam belanja negara, banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah. Pengaruh politik sangat kentara sekali karena pada masa ini pemerintah Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat. Hal ini merupakan imbas dari sistem demokrasi terpimpin yang digunakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno yang lebih berkiblat kearah sosialis baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Pada masa sekarang, pemerintah Indonesia telah mengatakan system pembiayaan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam memperkuat system kesehatan, system pembiayaan ini harus mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat tanpa harus membebani mereka. Jadi harusnya di Indonesia ini tujuan system pembiayaan kesehatan yang baik itu harus mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat terlepas dari kemampuan bayar masyarakat itu sendiri, dan mampu melindungi masyarakat dari pengeluaran katastrofik akibat sakit. Pembiayaan kesehatan harus bisa efektif dan efisien, serta memenuhi prinsip keadilan (ekuiti). Salah satu bentuk dari sistem pembiayaan kesehatan, pemerintah Indonesia telah mengembangkan sistem asuransi kesehatan sosial. Bahkan sejak tahun 2014, pemerintah telah menyatukan sistem asuransi pemerintah menjadi “single payer”, yakni BPJS. Meskipun dalam praktiknya Jamkesda masih diperkenankan sebagai pendamping atau pelengkap BPJS. Selain itu, dalam upaya melakukan efisiensi dan efektivitas pembiayaan kesehatan, banyak negara termasuk Indonesia menerapkan sistem DRGs dengan tarif INA CBGs. Sistem tersebut berupa pembayaran menurut kelompok penyakit pada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL) dan sistem kapitasi untuk pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Sayangnya, pada pelayanan kesehatan di FKRTL, semisal rumah sakit, banyak manajemen rumah sakit mengeluhkan sistem DRGs dengan tarif INA CBGs. Sistem tersebut dianggap tidak sesuai dengan biaya riil. Tentu isu ini harus dibuktikan dengan hasil penelitian. Sementara itu, pemerintah telah mendorong rumah sakit pemerintah untuk mandiri dalam pembiayaan operasional dengan mengenalkan model Badan Layanan Umum (BLU). Diharapkan rumah sakit dapat menjadi lebih inovatif dalam mengelola semua aset rumah sakit untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit. Secara prinsip, BLU adalah mewirausahakan institusi pelayanan milik pemerintah, sehingga lebih mandiri secara finansial. Untuk itu, hasil kajian keuangan rumah sakit menjadi penting dalam rangka melihat potret kemandirian keuangan rumah sakit BLU.
2. Jelaskan bagaimana pembiayaan untuk program pengawasan penyakit menular
di Indoneisa : Pembiayaan Untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Di Indonesia → Dalam reancana pembangunan Lima Tahun V ( Revelita V) yang dimulai bulan april 1989 akan diberikan penekanan yang khusus kepada IMR yang tinggi, dan MMR ( Maternal Mortality Rate ). Penyakit diare termasuk 24 % dari kematian bayi. Diikuti oleh radang pernapasan yang akut (23 %) dan tetanus neonatal (22%). Bagian ini merupakan contoh pembiayaan program pemberantasan penyakit menular di Indonesia yang merupakan bagian dari program pembelanjaan perawatan kesehatan secara keseluruhan. 1. Pembiayaan Pengawasan Penyakit Menular Perluasan program pengawasan penyakit diare, malaria dan imunisasi diberikan prioritas utama. Hampir seluruh pengeluaran program pengawasan penyakit memperoleh sumber dana dari pemerintah pusat yang dialokasikan melalalui saluran yang berbeda dan beberapa dari sulmbangan pemerintah provinsi dan kabupaten. 2. Pembiayaan Program Pemberantasan Penyakit Diare (CDD) Tren penurunan anggaran program pemberantasan penyakit menular dalam lima tahun terakhir mengharuskan menyusun prioritas yang lebih baik dalam program pengawasan penyakit menular untuk menvapai satu tujuan program kesehatan nasional yaitu menurunkan Infant Mortality Rate (IMR) 3. Efisiensi Biaya Pengobatan Penyakit Diare Melalui Penggunaan Obat-Obatan Secara Rasional Studi yang dilakukan oleh departemen kesehatan dengan sponsor dari USAID yang berkenan dengan obat-obatan untuk kelangsungan hidup anak dalam system kesehatan masyarakat Indonesia menyatakan bahwa sebagian besar perawatan yang dilakun dalam menyediakan fasilitas umum masih tidak rasional termasuk pengobatan penyakit diare. Pengeluaran untuk pembelian antibiotic sekitar 40 % dari seluruh anggatan obat-obatan sedangkan penggunaannya tidak rasional. Di Jawa Barat kampanye tentang Oral Rehidration Therapy (ORT) sekaranag sedang berlangsung. Membantu penggunaan secara rasional obat-obatan dari garam oralit terutama cairan untuk pengobatan diare di rumah. 4. Masalah Dalam Pembiayaan Pengawasan Penyakit Diare (CDD) Masalah – masalah dalam pembiayaan pengawasan penyakit diare diantaranya : a. Pendidikan Masyarakat Pendidikan masyarakat memberikan peranan yang sangat penting. Pengetahuan serta perilaku yang lebih baik sangat diperlukan jika masyarakat meminta untuk meningkatkan sumbangan pembiayaan pengawasan penyakit diare. b. Peran Sektor Swasta Peranan swasta adalah kemauannya untuk berpartisipasi dalam penyebarluasan garam oralit sampai ke level paling bawah untuk memenuhi permintaan . jika ini dapat dicapai makan beban pemerintah akan menjadi ringan dan yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan permintaan masyrakat terhadap oralit secara tepat. c. Training profesi medis dan paramedis Kasus manajemen yang tidak rasional hanya dapat berkurang dengan reorientasi medis seperti pendidikan paramedic. Usaha menambah penggunaan oralit dari 15,5 % menjadi 68,1 % sesudah kampanye dimulai. Jika semua pasien dirawat ideal dimana hanya 20 % yang mendapat antibiotik dan 100 % oralit maka biaya akan menurun 51 %. Hal itu mengubah perhitungan dalam skala besar bila penduduk yang dilayani oleh pusat kesehatan adalah 80000 orang. Dimana penduduk dibawah lima tahun adalah 14 % atau sekitar 4.200 jelas merupakan penghematan obat-obatan yang lebih rasional. d. Pembelian Obat-obatan untuk Pusat Kesehatan dan Rumah Sakit Dalam kasus ini berdasarkan perjanjian yang bertanggung jawab secara resmi terutama dalam usaha memperolehj obat-obatan sesuai dengan pola penyakit dan juga aspek kasus menajemen yang rasional. 5. Integrasi pengawasan penyakit diare dan radang tenggorokan akut Mengingat kesamaan dalam perawatan penyakit diare dan radang tenggorokan akut khususnya dalam manajemennya. Usaha yang dalam aspek ini di beberapa lembaga menunjukan hasil yang dapat diharapkan.
Kebijakan Pembiayaan/Penganggaran Untuk Pencegahan & Pemberantasan
Penyakit Menular Menurut Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 pasal 30 tentang Pembiayaan Penanggulangan Wabah : 1. Semua biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan wabah dibebankan pada anggaran instansi masing-masing yang terkait. 2. Biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan sepertinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dibebankan pada anggaran Pemerintah Daerah.
Akibat Otonomi daerah, sumber dana bagi penanggulangan penyakit menular
yang berasal dari PAD tidak/belum mencukupi kebutuhan alokasi dana lebih banyak dipergunakan untuk pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan. Setelah adanya desentralisasi, daerah (Kabupaten/kota) mendapat dana dari beberapa sumber, yaitu dari pusat (DAU, DAK) dan dana dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Dari sumber-sumber tersebut hanya DAU yang sudah diserahkan kepada daerah untuk mengalokasikan penggunaannya sedangkan demikian maka dana untuk pelaksanaan program PPM otomatis bersumber dari PAD dan ditambah sebagian DAU.
6. Bagaimana menurut anda pembiayaan kesehatan di Indonesia dibandingkan
dengan luar negeri? Jelaskan :
Pembiayaan kesehatan di Indonesia dibandingkan dengan luar negeri sangatlah
jauh berbeda, di luar negeri rata-rata pembiayaan kesehatan nya sudah sangat bagus dibandingkan dengan negara Indonesia, diluar negeri seperti di Amerika Serikat setiap keluarga memiliki asuransi kesehatan dengan penjaminan yang sangat bagus serta diluar negeri pelayanan kesehatan memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta tenaga kesehatan yang juga sangat kompeten, menurut saya khusus untuk di negara kita peningkatan anggaran kesehatan masih sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, karena selama ini alasan yang sering kita dengar dari pemerintah justru adanya keterbatasan anggaran dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Seandainya peningkatan anggaran kesehatan dilakukan dan digunakan tepat pada sasaran semisalnya untuk pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para tenaga kesehatan kita yang sudah ada, subsidi pendidikan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang baru, pengadaan sarana dan prasarana kesehatan, subsidi pembiayaan kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu dll, maka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia seperti yang diharapkan oleh kita semua tentu dapat terwujud. Namun tentu saja peningkatan anggaran kesehatan tersebut perlu didukung dengan alokasi anggaran yang tepat dan harus terbebas dari segala bentuk penyalahgunaan dan korupsi, tapi justru itulah yang tampaknya sulit diwujudkan. Namun tetap saja tak ada salahnya kita berharap semoga saja impian kita bersama ini dapat terwujud. Walau mungkin tidak dalam kehidupan kita yang sekarang.