Anda di halaman 1dari 10

TOPIK 5

“Konsep dan Jenis Asuransi Kesehatan Nasional dan Internasional”

1. Sebutkan dan jelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi UHC! Dipta,oyas


Tambahan :
Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan setiap
warga dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, bermutu dengan biaya terjangkau.
UHC mengandung dua elemen inti yakni :
- Akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan
- Perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan.

.Berikut adalah faktor-faktorl yang berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan program UHC
(Universal Health Coverage).
1. Adanya komitmen pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan dan berusaha
menyelesaikan permasalahan kesehatan akan berpengaruh kepada masyarakat yang
memang belum memiliki kepesertaan jaminan kesehatan,
2. Adanya regulasi yang sesuai kebutuhan sebagai landasan pelaksanaan kebijakan
memang bisa membaca persoalan yang terjadi mengenai jaminan kesehatan.
Peraturan Walikota No.43 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan yang menjadi lanjutan pelaksanaan dari amanat Undang-Undang Sistem
Jaminan Sosial No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial dimana
kepesertaan bersifat wajib, serta berpedoman dari Peraturan Menteri Kesehatan
No.28 Tahun 2014 tentang regulasi dari pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
Untuk menciptakan kesehatan masyarakat yang prima maka dibutuhkan berbagai
peraturan yang menjadi pedoman bagi pelaksana.
3. Adanya sosialisasi yang diinformasikan mengenai keuntungan mengikuti program
UHC (Universal Health Coverage) diharapkan menarik minat warga apalagi dengan
bekerjasama dengan organisasi masyarakat paling kecil dihimbau bisa ikut
mengedukasi masyarakat pentingnya memiliki jaminan kesehatan. Karena
masyarakat akan lebih memahami informasi jika disampaikan oleh pihak-pihak
yang paling dekat dengan mereka. Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah
pendaftar tiap tahun ini menunjukan sosialisasi yang Dinas Kesehatan lakukan
melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait telah dikatakan baik dan mampu
melakukan komunikasi atau sosialisasi ke masyarakat.
4. kondisi masyarakat itu sendiri dimana masih adanya warga tidak mampu dan belum
memiliki jaminan kesehatan menjadi faktor yang mendukung berjalannya kebijakan
ini dalam membaca situasi kondisi ekonomi warganya.
2. Berikan contoh pembiayaan kesehatan di negara lain (selain Indonesia, Inggris,
Thailand, AS, dan Taiwan) dengan menggunakan metode revenue collection,
pooling, dan purchasing & payment! Riris , sisco
3. Jelaskan pengaruh indikator kesehatan suatu negara dengan kemiskinan! Samba,
adel
Jawab : Samba
Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah Human Development Index
(HDI)/ Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari indeks ekonomi
(pendapatan riil per kapita), indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama
sekolah), dan indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Untuk
menentukan peringkat kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan di susunlah
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu indikator komposit
yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan dari data
kesehatan berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Potensi Desa (Podes). Ada 24
indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM dengan nilai korelasi UHH yang
tertinggi. Indikator kesehatan tersebut adalah prevalensi balita gizi buruk dan
kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus
dan kurus, prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pneumonia,
prevalensi hipertensi, prevalensi gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi
penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas, prevalensi cedera, prevalensi
penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan, proporsi merokok
tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes, cakupan
pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita,
ratio Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa.
Sumber : 24 INDIKATOR KESEHATAN DALAM IPKM Dipublikasikan Pada :
Rabu, 01 Desember 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tambahan: adel
Dalam melakukan analisis kemiskinan terdapat 2 konsep yaitu kemiskinan absolut dan
relatif. Kemiskinan absolut merupakan situasi dimana keperluan dasar suatu individu
tidak dapat dipenuhi, dengan kata lain rendahnya pelayanan dan kebutuhan dasar
(berhubungan dengan makanan, rumah dan baju). Sedangkan kemiskinan relatif
terletak pada sebuah fenomena dalam masyarakat, dalam perspektif ini seseorang
dikatakan miskin ketika dengan jelas situasi tidak menguntungkan baik secara
finansial maupun sosial dengan orang lain dalam lingkungan mereka. Konsep
kemiskinan relatif ini berhubungan dengan ketimpangan. Selain itu, dalam melakukan
pengukuran kemiskinan terdapat 2 indikator yaitu indikator yang berhubungan dengan
ekonomi dan non ekonomi. Indikator kemiskinan yang berhubungan dengan ekonomi
merupakan pengukuran kemiskinan dimana menggunakan data pendapatan.
Kemudian pengukuran dengan indikator ekonomi ini tidak hanya berhubungan
dengan data pendapatan tetapi dengan indikator lain seperti kesehatan, nutrisi, dan
pendidikan. Sedangkan, indikator non ekonomi ini berhubungan dengan garis
kemiskinan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh
negatif dengan kesehatan masyarakat yang berarti bahwa peningkatan kemiskinan
dapat menurunkan pencapaian angka kesehatan masyarakat terutama angka harapan
hidup suatu individu. Indikator kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
kesehatan dan status gizi yang menunjang angka harapan hidup. Status gizi ini
menjadi permasalahan yang serius dan menjadi isu utama di dunia terutama stunting
pada balita maupun kekurangan gizi kronis pada ibu hamil.

Sumber:

4. Apa saja faktor yang membuat pelayanan kesehatan di Indonesia lebih mahal
dibandingkan di negara lain? Dan apa upaya dari pemerintah Indonesia terkait
hal tersebut ? aldy, rio,marcel

 Faktor yang membuat pelayanan/ biaya kesehatan di Indonesia lebih mahal


dibandingkan negara lain:
1. The Role of The Hospital (Peran Rumah Sakit)
- Marketing fees (Biaya Pemasaran)
Di Indonesia, obat merupakan high-cost component di rumah sakit, terutama obat paten.
Biaya pemasaran (marketing) merupakan faktor eksternal yang membuat obat paten menjadi
sangat mahal. “Biaya obat meliputi obat telan dan bahan medis suntik, seperti infus, dan
bahan sekali pakai lainnya, seperti sarung tangan, dll. Obat paten sangat mahal karena biaya
pemasaran (promosi) dan biaya research and development yang tinggi. Jika paten telah habis
masa berlakunya, suatu obat berubah menjadi produk generik dan harganya akan lebih
murah. Produsen harus efisien dalam proses bisnis internal dan dalam hubungan bisnis
mereka dengan dokter. Biaya produksi untuk produsen sekitar 30%, sedangkan 70% sisanya
untuk biaya promosi. Sedangkan diskon untuk rumah sakit hanya sekitar 20%."
- Excessive Inventory (Persediaan yang Berlebihan)
Di Indonesia, penyediaan stok itu mahal, dan persediaan stok yang berlebihan bahkan dapat
membuat cost lebih mahal. Pada akhirnya, biaya inventory ini akan dibebankan kepada
pasien. Persediaan yang berlebihan biasanya dikaitkan dengan preferensi dokter terhadap
merek obat tertentu, yang disebabkan oleh arogansi mereka, kepercayaan mereka terhadap
merek tertentu, serta hubungan dekat mereka dengan produsen.

Jadi, Dokter memiliki kewenangan penuh untuk memberikan obat tertentu kepada pasiennya.
Secara berkala, produsen mengirim dokter untuk menghadiri lokakarya di dalam atau luar
negeri secara gratis. Padahal, dokter menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa
fasilitas ini tidak akan mempengaruhi resep mereka, tetapi pada kenyataannya, ini tidak selalu
terjadi. Jadi, ada kecenderungan bahkan pasien dengan penyakit yang sama akan diberi resep
obat yang berbeda dengan yang diresepkan oleh dokter sebelumnya, meskipun kandungannya
sama. Dalam simposium yang diselenggarakan oleh produsen, dokter akan diinformasikan
tentang pengetahuan produk, termasuk kandungan, manfaat, dll. Inilah sebabnya mengapa
dokter akan memiliki kepercayaan diri untuk meresepkan obat itu kepada pasien.
Kepercayaan dokter ini mahal. Ini menjelaskan mengapa dokter yang berbeda memberikan
obat yang berbeda untuk penyakit yang sama.”

Keputusan pembelian terkait obat-obatan, alat kesehatan, dan penunjang medis lainnya untuk
rumah sakit sebagian besar ditentukan oleh dokter. Seringkali, mereka tidak memahami atau
mempertimbangkan skala ekonomi, yang mengakibatkan persediaan yang berlebihan atau
peralatan medis atau persediaan obat yang kurang dimanfaatkan. Tentu saja ketidakefisienan
ini kemudian dibebankan kepada pasien.

- Out of Stock at the Manufacturers (Kehabisan Stok di Pabrikan)


Sebagai sebuah bisnis, produsen obat selalu berorientasi pada keuntungan dan mengikuti
prinsip-prinsip ekonomi. Ada produk yang bergerak cepat dan bergerak lambat. Produk juga
memiliki tanggal kedaluwarsa. Untuk mengelola risiko mereka sendiri, produsen akan sering
mengurangi produksi atau bahkan berhenti memproduksi produk yang bergerak lambat
untuk mengurangi kerugian. Pada saat yang sama, dari perspektif manajemen rumah sakit,
obat harus tersedia ketika rumah sakit menghadapi penyakit tertentu yang membutuhkan
obat itu, apa pun yang terjadi.

Produk yang bergerak cepat juga bisa kehabisan stok. Produk yang bergerak cepat
membuat produsen panik karena ketidakseimbangan antara permintaan yang tinggi dan
pasokan yang terbatas. Diperlukan komitmen dan ketegasan pemerintah yang kuat untuk
memaksa produsen tetap memproduksi produk slow moving meski margin keuntungannya
tipis. Konsep pengaturan harga menggunakan ecatalog harus ditinjau ulang dan Pemerintah
Indonesia didorong untuk tidak memotong harga dengan cara membuat produsen
membatasi jumlah obat tertentu yang mereka produksi karena tidak menguntungkan secara
ekonomi

- Peran TIK dalam resep


Kedokteran memiliki atribut yang sangat kompleks. Menggunakan teknologi komunikasi
informasi (TIK) di rumah sakit akan memberikan manfaat dari segi mediskeamanan dan
akurasi saat meresepkan. TIK akan mendorong efisiensi di rumah sakit. Seorang
informan
menyatakan bahwa:

"Infrastruktur TIK juga mempengaruhi rumah sakit produktifitas. Dalam hal resep,rumah
sakit yang memiliki TIK yang baik akan menghasilkan pemberitahuan bahwa obat ini
telah
diresepkan oleh dokter lain sebelumnya. Secara tidak langsung iCT di rumah sakit yang
baik pasti membutuhkan biaya layanan yang lebih mahal apalagi tidak dicakup
pembiayaan kesehatan

2. The Role Played by Doctors (Peran Dimainkan ole Dokter)


Sebagai aktor utama dalam sebuah rumah sakit, seorang dokter berkontribusi terhadap
biaya kesehatan. Kontribusi dokter terhadap biaya perawatan kesehatan yang tinggi dapat
ditelusuri ke tingkat pendidikan atau gelar atau kompetensi mereka, keputusan resep
mereka, keputusan peralatan medis, keputusan perawatan medis, dan biaya medis yang
tidak jelas. menggugat:
Rumah sakit mengklasifikasikan biaya pelayanan dokter berdasarkan kriteria [tertentu]:
apakah dokter itu dokter umum, spesialis, dan/atau konsultan. Pendidikan atau pangkat
yang lebih tinggi, seperti Ph.D. atau "profesor" penting. Biaya dokter dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan [mereka] selama masa rawat pasien. Seringkali, lama rawat pasien lebih
lama hanya karena dokter belum menyelesaikan diagnosisnya.”
3. Role of Non-Doctor Medical Personnel (Peran Tenaga Medis Non-
Dokter)
Kapasitas rumah sakit juga berkontribusi terhadap biaya kesehatan. Peraturan pemerintah
mengatur syarat pelayanan, sumber daya manusia, peralatan dan bangunan rumah sakit,
serta prasarana rumah sakit. Untuk memenuhi standar tersebut, rumah sakit harus
mengeluarkan biaya operasional yang relatif besar, terutama yang dikeluarkan oleh tenaga
medis non dokter.

Misalnya Standar minimal perawat mengikuti jumlah tempat tidur. Belum lagi unit
hemodialisa juga ada standarnya. Kemudian ada standar apotek dan standar minimal
apoteker. Namun standar ini terkadang tidak diterapkan sepenuhnya oleh rumah sakit untuk
menghemat biaya SDM. kompetensi keperawatan. Rumah sakit harus menyediakan dana
pelatihan sekitar 15-20 juta rupiah, dengan masa pelatihan enam bulan. Rumah Sakit juga
harus mempersiapkan dana pensiun, biaya akreditasi, dll

Upaya dari pemerintah Indonesia terkait hal tersebut


Selain diperlukan regulasi mengenai supply and demand dari obat, Reformasi kebijakan
pembangunan kesehatan di Indonesia telah dilakukan melalui Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). Salah satunya adalah perubahan subsistem upaya kesehatan dan pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan sangat
berpengaruh terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan guna mencapai, yakni
pemerataan dalam pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) serta
pelayanan yang berkualitas

Sebagai bentuk reformasi kesehatan dan untuk mewujudkan jaminan kesehatan bagi
seluruh penduduk (UHC) sesuai amanat UUD 1945, dibentuklah Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan UndangUndang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS).
Berdasarkan UU tersebut, pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada awal 2014 dengan target UHC tercapai dalam waktu lima tahun.
Perubahan tersebut juga memengaruhi program asurasi sosial bagi keluarga miskin dalam
program Jaminan Sosial Masyarakat (Jamkesmas) karena harus diintegrasikan ke dalam
sistem JKN.
Pada program JKN, kenaikan biaya pelayanan juga perlu diimbangi dengan kenaikan jumlah
pendapatan iuran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa, pendapatan iuran yang diterima oleh
BPJS Kesehatan lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan sehingga terjadi defisit
pembiayaan mencapai 15,5 T pada 2019. Salah satunya dengan menciptakan ruang fiskal
dengan melibatkan peran swasta perlu terus dilakukan (public private partnership).
Misalnya, salah satu sumber ruang fiskal yang spesifik untuk kesehatan adalah pinjaman
dan hibah dari organisasi internasional, seperti The Global Fund for AIDS, Tuberculosis, and
Malaria (GFATM) dan Aliansi GAVI. Perpajakan alkohol dan konsumsi rokok bisa
dialokasikan menjadi pendapatan langsung untuk anggaran Kesehatan.

Sumber : Soewarno, N. and Tjahjadi, B. (2018) ‘Factors Affecting Healthcare Costs in


Indonesia: What the Hospitals and Doctors Said’, (January), pp. 768–775.
Spices), pp. 1–12.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2022) Pembiayaan Kesehatan : Konsep Dan


Best Practices di Indonesia

5. Menurut anda apakah Indonesia sudah mencapai UHC? Jelaskan alasan anda !
icha, dipta
TOPIK 6
“Risiko Sakit dan Manajemen Risiko pada Wisata Medis”

1. Sebutkan risiko sakit yang biasa ditemui oleh wisatawan ketika berwisata medis
ke negara berkembang? Oyas, samba, aldy
Jawab :
Menurut WHO, Wisatawan sering mengalami perubahan mendadak dan dramatis
dalam kondisi lingkungan, yang mungkin memiliki efek merugikan pada
kesehatan dan kesejahteraan. Perjalanan mungkin melibatkan perubahan besar
dalam ketinggian, suhu dan kelembaban, dan paparan mikroba, hewan, dan
serangga. Dampak negatif dari perubahan lingkungan yang tiba-tiba dapat
diminimalkan dengan mengambil tindakan pencegahan sederhana. Beberapa
resiko yang mungkin ditemui wisatawan asing meliputi:
ketinggian
panas dan kelembaban
radiasi ultraviolet dari matahari
risiko kesehatan yang ditularkan melalui makanan dan air
diare wisatawan
perairan rekreasi
hewan dan serangga
parasit usus.
Sumber : WHO, Health Risk While Traveling, 28 April 2020

Tambahan : samba
● Masalah yang paling umum adalah frekuensi kecelakaan yang relatif tinggi. Paparan
kondisi lingkungan yang tidak diketahui, kurangnya konsentrasi dan informasi yang
tidak memadai, mengklasifikasikan kecelakaan di antara peringkat pertama masalah
kesehatan pelancong yang umum (1). Banyak penyakit menular yang berhubungan
dengan konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi. Penyakit seperti Brucellosis,
Kolera, Listeriosis, Leptospirosis, Demam Tifoid dan Hepatitis A dan E berhubungan
langsung dengan konsumsi makanan dan air. Diperkirakan lebih dari 40% pelancong
akan menderita diare yang dikenal sebagai “diare perjalanan”. Ini adalah penyakit
self-limiting ringan dengan durasi kurang dari lima hari dan disebabkan oleh infeksi
bakteri dan parasit dengan alasan paling sering adalah E.Coli. Malaria adalah penyakit
parasit yang serius dan penyebab penting kematian di seluruh dunia. Satu dari 300
juta orang yang didiagnosis dengan malaria di seluruh dunia meninggal setiap tahun.
Tingkat kejadian malaria di kalangan pelancong diperkirakan 30.000 per tahun. Pada
kebanyakan kasus malaria, penularan terjadi melalui gigitan nyamuk dan infeksi oleh
Plasmodium Malaria. Gejala klinisnya antara lain demam tinggi, sakit kepala, diare,
sakit perut atau batuk (5). Selain itu, penyakit menular seksual seperti AIDS, Hepatitis
B dan C dapat ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan alat yang tidak steril,
tato, akupunktur, anting-anting dll. Juga, penyakit seperti Sifilis, Gonore, Human
Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Genital dapat menular. ditularkan secara seksual
Inii bebb Roupa Z, Zikos D, Vasilopoulos A, Diomidous M. Common Health Risks,
Required Precautions of Travelers and their Customs Towards the Use of Travel
Medicine Services. Mater Sociomed. 2012;24(2):131-4. doi:
10.5455/msm.2012.24.131-134. PMID: 23922520; PMCID: PMC3732362.

TAMBAHAN ALDY
Wisatawan adalah salah satu populasi yang berisiko untuk terpapar penyakit di daerah
wisata atau kecelakaan akibat aktivitas wisata yang dilakukan karena mereka memiliki
mobilitas yang tinggi dan berpindah-pindah dari satu destinasi ke destinasi lainnya.
risiko sakit yang biasa ditemui oleh wisatawan ketika berwisata medis ke negara
berkembang. Menurut jurnal yang saya dapatkan tentang Infectious disease risk and
international tourism demand risiko sakit yang biasa ditemui oleh wisatawan ketika
berwisata medis ke negara berkembang biasanya juga penyakit gastrointestinal, demam
dan gangguan kulit dan telah ditemukan bahwa 30% wisatawan harus mencari
perawatan medis untuk pilek, mual, gangguan perut dan diare saat mengunjungi pulau
tropis ataupun negara berkembang Hal ini biasanya disebabkan karena minum air atau
makan makanan yang mengandung bakteri Enterotoksigenik Escherichia coli, virus,
atau parasit.

Mungkin tadi samba sudah jelaskan, Malaria dan Dengue adalah patogen yang paling
umum di antara travellers; penyakit yang mungkin dapat diperangi melalui kebijakan
kesehatan khusus untuk memberantasnya, Malaria telah diidentifikasi sebagai diagnosis
spesifik yang paling umum pada pasien yang kembali sakit dengan demam sistemik,
dan pulau-pulau di Afrika dan Samudra Hindia Sub-Sahara telah disorot sebagai
sumber utama Malaria di antara pasien Eropa yang kembali sakit
Dengue sekarang juga dianggap sebagai salah satu penyebab utama demam pada
travellers. Virus Dengue adalah patogen kedua yang paling sering diidentifikasi
bertanggung jawab untuk demam, terutama pada pasien yang kembali dari Asia
Tenggara. Insiden Dengue telah dianggap lebih tinggi daripada apa yang disebut
penyakit terkait perjalanan lainnya, seperti hepatitis A yang dapat dicegah dengan
vaksin dan demam tifoid.

Penyakit lain yang paling penting yang dibahas dalam makalah ini, dalam hal risiko
bagi para travellers, adalah Demam Kuning. Risiko seorang pelancong terkena Demam
Kuning ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk status imunisasi, lokasi perjalanan,
musim, lama paparan, aktivitas pekerjaan dan rekreasi saat bepergian, dan tingkat
penularan virus lokal pada saat perjalanan.

Meskipun kasus penyakit manusia yang dilaporkan merupakan indikator utama risiko
penyakit, laporan kasus mungkin dapat hilang atau rancuh karena tingkat penularan
yang rendah, tingkat kekebalan yang tinggi dalam populasi (karena vaksinasi,
misalnya), atau kegagalan sistem surveilans lokal. untuk mendeteksi kasus

Sumber : Jaume Rosselló, Maria Santana-Gallego, Waqas Awan, Infectious disease risk
and international tourism demand, Health Policy and Planning, Volume 32, Issue 4,
May 2017, Pages 538–548, https://doi.org/10.1093/heapol/czw177

2. Jelaskan terkait asesmen risiko yang perlu dilakukan sebelum berwisata medis!
Sisco,riris, icha,
Icha

3. Sebutkan dan jelaskan tahapan manajemen risiko terkait wisata medis dengan
skenario kondisi “new normal” pandemik Covid-19 adel, rio,marcel

Anda mungkin juga menyukai