Anda di halaman 1dari 14

1.

Jelaskan:
A. Apa yang dimaksud dengan “demand terhadap yankes” dan apa saja faktor yang
mempengaruhinya (sebutkan rujukan anda)?
Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merpakan modal
untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang bersumber
dari untuk menjadi sehat tidak sama antara manusia. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa
kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanna kesehatan termasuk rumah sakit
merupakan salah satu input dalam proses menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada
konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan pada gambar di bawah. Dengan konsep
ini maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu input ynag digunkana untuk proses produksi
yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung pada
demand akan kesehatan sendiri.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas permintaan dalam pelayanan kesehatan yaitu
pendekatan permintaan menurut model Grossman. Grossman mengemukakan penelitian
pentingnya mengenai pelayanan kesehatan di mana dalam penelitiannya itu diungkapkan bahwa
demand tdaerhadap layanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu
sendiri. Kesehatan menurut Becker (1965) merupakan komoditi yang penting sehingga
berdasarkan hal tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital
approach di mana arena pemilihannya diperluas hingga menyangkup pemilihan atas status
kesehatan.
Menurut Grossman, para konsumen memiliki permintaan terhadap pelayanan kesehatan
karena dua alasan yaitu:
1. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi
Pelayanan kesehatan sebagai sebuah komoditi konsumsi membuat konsumen sebagai
pengguna layanan kesehatan merasa lebih baik.
2. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi investasi
Investasi dalam kesehatan merupakan nilai moneter sebab kesehatan dapat menurunkan
jumlah hari sakit. Dengan menurunnya waktu sakit maka akan meningkatkan waktu yang
tersedia untuk bekerja maupun adanya waktu luang untuk melakukan aktifitas lainnya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi :
1. Kebutuhan berbasis fisiologis.
Menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang
mendapat pelayanan medis.
2. Penilaian pribadi akan status kesehatan
Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan,
budaya, norma-norma sosial di masyarakat.
3. Variabel-variabel ekonomi tarif
Hubungan antara tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin
tinggi tarif maka demand akan semakin rendah. Hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada
keadaan pasien yang memunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien
sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter memengaruhi length of stay
(lama rawatan), jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medis
lainnya.
3. Penghasilan masyarakat
Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan yang
sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi ada pula sebagian pelayanan kesehatan
yang bersifat sebagai barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masyarakat justru
menyebabkan penurunan konsumsi.
4. Asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan
Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka
demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan
demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi
kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya.
5. Variabel-Variabel Demografis dan Umur
Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keuntungan dari
pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil dibandingkan dengan saat masih muda.
Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi
masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.
6. Jenis Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan oleh
wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan.
Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki.
Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk
pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang
bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.
7. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi.
Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan
konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
8. Faktor-faktor lain
Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu pengiklanan,
tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi.

B. Apa Manfaat Mempelajarinya


Ekonomi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari suplay dan demand sumber daya
pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Ekonomi
kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan
mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Dalam
pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja
dan hidup untuk mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari
kebutuhan hidup manusia.
Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama antar manusia. Seseorang yang
kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang
lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang atlet profesional akan lebih
memperhatikan status kesehatannya dibanding seseorang yang menganggur. Pendekatan
ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses
produksi yang menghasilkan kesehatan.
1. Mengukur kemampuan masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan.
2. Mengukur kemauan masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan.

C. Apa Beda Demand Terhadap Yankes Dan Demand Komoditas Lainnya


Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh
pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain
seperti pendapatan dan harga obat. Demand pelayanan kesehatan, dengan mengetahui tentang hal
– hal yang terkait dengan demand pelayanan kesehatan, kita dapat menentukan pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan. Karena pada saat ini banyak pelayanan kesehatan yang tidak
sesuai atau belum sesuai dengan permintaan/demand yang ada dimasyarakat.
Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap sifat dan
ciri khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut menyebabkan asumsi-asumsi
tertentu dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan
untuk sektor kesehatan.
Ciri khusus tersebut antara lain:
1. Kejadian penyakit tidak terduga
Adalah tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa yang akan menimpa kita dimasa
yang akan datang, oleh karena itu adalah tidak mungkin mengetahui secara pasti pelayanan
kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Ketidakpastian (uncertainty) ini
berarti adalah seseorang akan menghadapi suatu risiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga
risiko untuk mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut.
2. Consumer Ignorance
Konsumer sangat tergantung kepada penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Oleh
karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan
jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Providerlah yang menentukan jenis dan
volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer.
3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak
Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia
yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk
membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi pelayanan kesehatan sering sekali dilakukan atas
dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar kemampuan membayar (demand).
4. Ekstemalitas
Terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Efek eksternal adalah
dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat perbuatan seseorang.
Misalnya imunisasi dari penyakit menular akan memberikan manfaat kepada masyarakat banyak.
Oleh karena itu imunisasi tersebut dikatakan mempunyai social marginal benefit yang jauh lebih
besar dari private marginal benefit bagi individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus
dapat menjamin bahwa program imunisasi harus benar-benar dapat terlaksana.
Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai ekstemalitas yang
besar, sehingga dapat digolongkan sebagai “komodity masyarakat”, atau public goods. Oleh
karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan oleh pemerintah
secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif akan mempunyai
ekstemalitas yang rendah dan disering disebut dengan private good, hendaknya dibayar atau
dibiayai sendiri oleh penggunanya atau pihak swasta.
5. Non Profit Motive
Secara ideal memperoleh keuntungan yang maksimal (profit maximization) bukanlah
tujuan utama dalam pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut adalah “Orang tidak layak
memeperoleh keuntungan dari penyakit orang lain”.
6. Padat Karya
Kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen tenaga dalam
pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai 40%-60% dari
keseluruhan biaya.
7. Mixed Outputs
Yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu sejumlah pemeriksaan
diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut bervariasi antara individu dan
sangat tergantung kepada jenis penyakit.
8. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi
Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat konsumtif,
tidak memberikan return on investment secara jelas. Oleh sebab itu sering sekali sektor
kesehatan ada pada urutan bawah dalam skala prioritas pembangunan terutama kalau titik berat
pembangunan adalah pembangunan ekonomi. Akan tetapi orientasi pembangunan pada akhirnya
adalah pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah
suatu investasi paling tidak untuk jangka panjang.
9. Restriksi berkompetisi
Terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini menyebabkan mekanisme pasar
dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa sempurna seperti mekanisme pasar untuk komodity lain.
Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan dan
sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan tidak pernah terdengar adanya promosi discount
atau bonus atau banting harga dalam pelayanan kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu
sering juga terjadi dalam pelayanan kesehatan.
Demand terhadap pelayanan kesehatan berbeda dengan demand bidang ekonomi disebabkan
oleh:
a. Pada dasarnya orang tidak menyukai pelayanan kesehatan berbeda dengan pakaian,
rumah, mobil. Yang diharapkan konsumen dalam pelayanan kesehatan adalah cepat
sehat.
b. Konsumer pelayanan kesehatan berada dalam posisi lemah dan sangat ditentukan oleh
pemberi yankes.
c. Demand yang terjadi bukan keputusan konsumer walaupun memutuskan dimana mau
berobat tapi tidak bisa memutuskan jenis perawatan atau pengobatan
untuknya.

D. Pemodelan Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan, Arti Dan Metodenya


Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan
modal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang
bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama
antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu
akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang
atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya dibanding seseorang yang
menganggur.
Menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan; (2) lingkungan hidup,
(3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk
menerangkan hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap pelayanan
kesehatan. Untuk menerangkan hubungan tersebut digunakan konsep yang berasal dari prinsip
ekonomi. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk
bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input dalam proses
menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat
dilukiskan pada Gambar. Dengan konsep ini, maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu
input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demand
terhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri.
Serupa dengan model ekonomi di atas, Grossman (1972) dalam penelitian yang sangat
berpengaruh dalam khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal manusia (human
capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan kesehatan.
Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan
menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Grossman menguraikan bahwa
demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan
tradisional demand dalam sektor lain:
Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan
kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada umumnya berbeda
dengan demand untuk pelayanan hotel.
Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat
menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha- usaha peningkatan kesehatan, di samping
menggunakan pelayanan kesehatan.
Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak
terdepresiasi dengan segera. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus
sebagai bahan investasi. Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat
dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan
(needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan
suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain.

Keinginan seseorang untuk menjadilebih


sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada
penilaian diri terhadap status kesehatannya. Keinginan (wants)

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam


perilaku mencari pertolongan tenaga
Permintaan (demand)
kedokteran.

Kebutuhan (needs)
Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran
dinyatakan harus mendapatkan penanganan
medis.

Gambar: Konsep keinginan (wants), permintaan (demand),dan kebutuhan (needs).

Demand terhadap pelayanan kesehatan akan dilakukan lebih mendalam dengan


pendekatan-pendekatan sosial ekonomi. Dalam membahas pengertian ini, model dari Cooper
(Posnett, 1988) merupakan kajian untuk dibahas. Dalam model ini dapat dilihat pula hubungan
antara demand for health dan demand for health care. Berdasarkan model Grossman, keinginan
seseorang bekerja menghasilkan pendapatan membutuhkan modal, antara lain kesehatan. Dalam
istilah sosial disebut dengan keinginan untuk sehat. Dengan konsep keinginan ini seseorang
dapat menilai dirinya sendiri. Kasus di bawah ini dapat dipergunakan untukmenerangkan
demand for health dan demand for health care.
E. Seberapa jauh anda memahami perhitungan premi untuk jkn menggunakan model
demand terhadap pelayanan kesehatan?
Keberhasilan dari upaya Pemerintah dalam menerapkan konsep SJSN khususnya pada
jaminan kesehatan nasional diantaranya bergantung pada kondisi supply dan demand dari
pelayanan kesehatan. Dalam ekonomi kesehatan, secara umum demand terhadap pelayanan
kesehatan diartikan sebagai barang atau jasa yang benar-benar dibeli (realisasi penggunaan) oleh
pasien. Istilah demand dibedakan dengan istilah need dan want. Need adalah barang atau jasa
yang dipandang terbaik oleh pemberi jasa layanan kesehatan (dhi. dokter) untuk digunakan
dalam rangka memperbaiki kesehatan pasien, sedangkan want adalah barang atau jasa yang
diinginkan (diminta) oleh pasien, misalnya obat yang murah, obat yang bekerja cepat, dsb.
Pembedaan dimaksud dianggap penting khususnya dalam 3 ilmu ekonomi kesehatan dan
kesehatan masyarakat dengan tujuan untuk memperkecil gap (perbedaan) antara need dan want.
Dengan peraturan perundang-undangan, Pemerintah dapat memengaruhi keputusan
dokter agar mengakomodasi keinginan pasien. Selanjutnya dengan pendidikan kesehatan,
Pemerintah dapat memengaruhi pasien untuk mempertimbangkan keputusan dokter. Secara
umum, demand diukur dengan tingkat keterpakaian tempat tidur (bed occupancy), jumlah
kunjungan, jumlah tes diagnostik, dan sebagainya. Demand terhadap pelayanan kesehatan secara
dominan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu tarif (harga), penghasilan pasien, preferensi
pasien, dan barang alternatif (ketersediaan dan harga). Hubungan faktor-faktor dimaksud dengan
permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat variatif. Harga pelayanan kesehatan
mempunyai hubungan negatif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan, semakin tinggi
harga maka demand terhadap pelayanan kesehatan semakin menurun. Hubungan serupa juga
terjadi antara ketersediaan barang alternatif dan demand terhadap pelayanan kesehatan.
Sedangkan penghasilan dan preferensi pasien serta harga barang alternatif memiliki hubungan
yang positif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan.
Demand terhadap pelayanan kesehatan pada masyarakat Indonesia dipenuhi melalui tiga
cara yaitu pengobatan sendiri di rumah, pengobatan tradisional, dan pengobatan dengan tenaga
medis profesional. Pengobatan dengan tenaga medis profesional adalah pengobatan dengan
petunjuk dari tenaga kesehatan yang dilakukan di poliklinik, puskesmas dan rumah sakit.
Sedangkan yang diartikan dengan pengobatan sendiri di rumah adalah pengobatan tanpa
petunjuk tenaga kesehatan (dokter/perawat/tenaga ahli kesehatan lainnya). Ada pun pengobatan
tradisional merupakan bentuk pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak
termasuk dalam standar pengobatan medis modern baik yang dilakukan sendiri atau dengan
petunjuk tenaga kesehatan tradisional. Demand (realisasi penggunaan) terhadap pelayanan
kesehatan pada masyarakat Indonesia dengan menggunakan tenaga medis profesional saat ini
masih sangat rendah.
Sebagian besar penduduk Indonesia cenderung untuk memilih pengobatan sendiri di
rumah baik menggunakan obat medis atau obat tradisional. Penggunaan metode pengobatan ini
umumnya dilakukan untuk menanggulangi sakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis
setelah sebelumnya mendapat perawatan dari tenaga kesehatan. Pada umumnya, motivasi dari
pengobatan cara ini adalah lebih praktis (tidak perlu mengantri di rumah sakit), biaya lebih
murah (harga jasa layanan kesehatan dari tenaga medis profesional yang tinggi), jarak yang jauh
ke lokasi tersedianya pelayanan kesehatan tenaga medis profesional dan rasa kecewa terhadap
pelayanan kesehatan dimaksud. Pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan Universal
Health Coverage dengan konsep SJSN. Pada dasarnya konsep SJSN dan BPJS ini akan berperan
dalam meningkatkan demand (realisasi penggunaan) terhadap pelayanan kesehatan khususnya
pemakaian tenaga medis profesional. Dengan demikian, secara umum akan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga dapat mewujudkan Visi Indonesia 2025.

2. Apakah beda demand terkait komoditas yang bersifat public goods dan bukan public goods?
Berikan ilustrasinya

A. PUBLIC GOODS
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang
publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam
jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Satu terminologi lain yang
agak mirip adalah barang kolektif. Bedanya, barang publik adalah untuk masyarakat secara
umum (keseluruhan), sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu
komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut.

B. BARANG PRIVAT
           Barang privat mudahnya adalah barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan dengan
barang publik. Barang privat secara tipikal adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme
pasar, dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh karena
itu, kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentifikasi dengan baik.
           Sebagian besar barang yang kita konsumsi adalah barang privat, yaitu barang yang hanya
dapat digunakan oleh satu konsumen pada satu waktu. Misalnya, ketika seseorang sedang
memakan kue miliknya, orang lain tidak dapat melakukan hal serupa. Eksklusivitas kepemilikan
menjadi faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik.

           Sifat-sifat utama barang privat tentunya berkebalikan sama sekali dengan barang publik.
Sifat-sifat barang privat tersebut adalah :

1)      Rivalrous consumption, dimana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau
menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa. Terjadi rivalitas antar
calon konsumen dalam mengkonsumsi barang ini.

2)      Excludable consumption, dimana konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka
yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga), dan mereka yang tidak membayar
atau tidak memenuhi syarat dapat dikecualikan dari akses untuk mendapatkan barang
tersebut (excludable). Contohnya, pakaian di toko hanya dapat dinikmati oleh mereka yang
membeli atau membayar, sementara mereka yang tidak membayar tidak dapat menikmati
pakaian tersebut.

3)      Scarcity/depletability/finite, yaitu kelangkaan atau keterbatasan dalam jumlah. Kelangkaan


dan ketersediaan dalam jumlah yang diskrit atau terbatas inilah yang menimbulkan kedua
sifat sebelumnya.

            Barang privat biasanya memang diadakan untuk mencari profit atau laba. Karena sifat-
sifatnya tadi, barang privat dapat menjaga efisiensi pasar dalam pengadaannya. Efisiensi inilah
yang menarik minat sektor swasta dan menimbulkan pemahaman bahwa barang privat adalah
barang yang diproduksi oleh sektor swasta. Meskipun begitu, pemerintah pun sebenarnya dapat
berlaku sebagai sektor swasta dan menjadi bagian dari pasar dalam penyediaan barang privat
untuk tujuan-tujuan tertentu.

C. Macam Barang Publik


Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya,
yaitu :
1)      Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan
satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain
untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari
barang tersebut tanpa mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain. Sebagai
contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinar matahari,
orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama, atau apabila
kita sedang mendengar adzan dari sebuah mesjid misalnya, tidak akan mengurangi
kesempatan orang lain untuk ikut mendengarnya.

2)      Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu
barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak
membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebagai contoh, masyarakat membayar
pajak yang kemudian diantaranya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan jasa
kepolisian misalnya, akan tetapi yang kemudian dapat menggunakan jasa kepolisian
tersebut tidak hanya terbatas pada yang membayar pajak saja. Mereka yang tidak
membayar pun dapat mengambil menfaat atas jasa tersebut. Singkatnya, tidak ada yang
dapat dikecualikan (excludable) dalam mengambil manfaat atas barang publik.

      Sebuah barang publik disebut sebagai pure public goods atau barang publik
sempurna/murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut.

D. Free Riders dalam penyediaan barang public


Free riders adalah permasalah yang muncul dalam penyediaan barang public terkait
dengan kedua sifatnya, yaitu Non-rivalry dan Non-excludable. Free riders ini adalah mereka
yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara
sebenarnya ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut.
Contohnya adalah mereka yang tidak membayar pajak tadi, tapi ikut menikmati jasa-jasa atau
barang-barang yang diadakan atas biaya pajak. Contoh lain, sebuah jalan desa dibangun dengan
kerja bakti. Free rider adalah mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian ikut
menggunakan jalan desa tersebut.

E.  Sektor Swasta dalam menyediakan barang publik


  Dilihat dari sifatnya yang non-excludable, bahwa apabila suatu barang publik tersedia,
tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau
dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke barang tersebut,sektor swasta tentu akan
menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan barang publik karena terlalu tidak efisien bagi
mereka. Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa konteks publiks goods adalah barang
yang harus disediakan oleh pemerintah. Hal ini tidak selamanya benar. Karena penggunaannya
yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya.

Sektor swasta biasanya kemudian mengembankan cara-caranya sendiri untuk mengatasi


efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut. Contohnya, siaran
televisi sebenarnya dapat digolongkan sebagai public goods bagi seluruh pemilik televisi. Akan
tetapi, sektor swasta misalnya kemudian mengembangkan sistem periklanan atau sistem TV-
kabel yang mengacak transmisi siaran sehingga hanya dapat ditangkap dengan dekoder tertentu
agar hanya mereka yang membeli dekoder itu yang dapat menikmati siarannya. Contoh lain
adalah sistem jalan toll, sehingga hanya mereka yang membayar yang dapat menggunakan jalan
tersebut.

3. Berikan contoh nyata mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan, bisa diambil dari hasil
studi, jurnal, tesis. Jelaskan intisarinya mengenai
a. Teori yang digunakan

b. Metodologinya
Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekataan kualitatif. Dengan
medode In depth interview kepada sumber informan dengan pertanyaan seputar
harapan dan kebutuhan remaja terhadap PKPR di Puskesmas Tanah
Kalikedinding.
c. Hasilnya
Informan penelitian sejumlah 6 orang, yang sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 84 % memeliki rentang usia 16-21 tahun. Kader menjadi
informan b dikarenakan kader memeliki peranan penting diantara teman-
temannya yang lain yaitu sebagai peer yang dilatih untuk menangani masalah-
masalah kesehatan perseorangan maupun kelompok (WHO, 1995).
d. Rekomendasi apa yang diberikan dan mengapa rekomendasi tsb diberikan
e. Komentar/ kritik terhadap studi tsb

Anda mungkin juga menyukai