Anda di halaman 1dari 1

Nama : Denny Wulandari, KJ NIM: 20180301222

1. Dalam ekonomi kesehatan, secara umum demand terhadap pelayanan kesehatan diartikan sebagai barang atau jasa
yang benar-benar dibeli (realisasi penggunaan) oleh pasien. Istilah demand dibedakan dengan istilah need dan
want. Need adalah barang atau jasa yang dipandang terbaik oleh pemberi jasa layanan kesehatan (dhi. dokter)
untuk digunakan dalam rangka memperbaiki kesehatan pasien, sedangkan want adalah barang atau jasa yang
diinginkan (diminta) oleh pasien, misalnya obat yang murah, obat yang bekerja cepat, dsb. Demand terhadap
pelayanan kesehatan secara dominan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu tarif (harga), penghasilan pasien,
preferensi pasien, dan barang alternatif (ketersediaan dan harga). Sudibyo Supardi dalam sebuah karya ilmiah di
bidang kesehatan mengutip pernyataan Nico S. Kalangie yang menjelaskan bahwa demand terhadap pelayanan
kesehatan pada masyarakat Indonesia dipenuhi melalui tiga cara yaitu pengobatan sendiri di rumah, pengobatan
tradisional, dan pengobatan dengan tenaga medis profesional. Pengobatan dengan tenaga medis profesional adalah
pengobatan dengan petunjuk dari tenaga kesehatan yang dilakukan di poliklinik, puskesmas dan rumah sakit.
Sedangkan yang diartikan dengan pengobatan sendiri di rumah adalah pengobatan tanpa petunjuk tenaga
kesehatan (dokter/perawat/tenaga ahli kesehatan lainnya). Ada pun pengobatan tradisional merupakan bentuk
pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan medis
modern baik yang dilakukan sendiri atau dengan petunjuk tenaga kesehatan tradisional. Demand (realisasi
penggunaan) terhadap pelayanan kesehatan pada masyarakat Indonesia dengan menggunakan tenaga medis
profesional saat ini masih sangat rendah. Hal ini tergambar dari Sebagian besar penduduk Indonesia cenderung
untuk memilih pengobatan sendiri di rumah baik menggunakan obat medis atau obat tradisional. Penggunaan
metode pengobatan ini umumnya dilakukan untuk menanggulangi sakit ringan dan pengobatan rutin penyakit
kronis setelah sebelumnya mendapat perawatan dari tenaga kesehatan. Pada umumnya, motivasi dari pengobatan
cara ini adalah lebih praktis (tidak perlu mengantri di rumah sakit), biaya lebih murah (harga jasa layanan
kesehatan dari tenaga medis profesional yang tinggi), jarak yang jauh ke lokasi 4 tersedianya pelayanan kesehatan
tenaga medis profesional dan rasa kecewa terhadap pelayanan kesehatan dimaksud.
Namun demikian, masyarakat sebenarnya cenderung untuk menggunakan tenaga medis profesional
dalam memenuhi kebutuhan atas pelayanan kesehatan. Selain itu, preferensi masyarakat dimaksud menunjukkan
bahwa harga dari jasa tenaga medis kesehatan profesional masih belum terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena
itu, dengan asumsi ”bila harga pelayanan kesehatan dari tenaga medis profesional dapat terjangkau maka
masyarakat akan memilih menggunakan tenaga medis dimaksud dalam memenuhi kebutuhan akan pengobatan
(layanan kesehatan) daripada pengobatan sendiri”, Pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan
Universal Health Coverage dengan konsep SJSN. Pada dasarnya konsep SJSN dan BPJS ini akan berperan dalam
meningkatkan demand (realisasi penggunaan) terhadap pelayanan kesehatan khususnya pemakaian tenaga medis
profesional.
Dalam rangka meningkatkan demand terhadap pemakaian tenaga medis profesional, maka Pemerintah
akan menanggung iuran asuransi kesehatan bagi masyarakat tidak mampu dan mewajibkan pemberi kerja untuk
turut menanggung iuran asuransi kesehatan sehingga para pekerja akan memiliki kemampuan untuk menjangkau
harga pelayanan kesehatan dimaksud. Dalam ilmu ekonomi kesehatan dijelaskan bahwa kesehatan masyarakat
akan berdampak kepada kondisi ekonomi secara makro. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kesehatan
seseorang yang buruk akan berdampak kepada menurunnya produktifitas orang tersebut dan dapat menularkan
kesehatan buruknya kepada orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan konsep SJSN harus
dilihat dari faktor jumlah fiskal pada layanan kesehatan dan produktifitas masyarakat. Di sinilah peran BPJS
Kesehatan untuk mengendalikan biaya layanan kesehatan pada tingkat yang wajar.
2. Determinan demand thd pelayanan kesehatan (Mills & Lucy, 1990):
a. Pendapatan
b. Harga (naiknya harga akan mengurangi demand dari sisi kelompok pendapatan rendah dibanding yang
tinggi)
c. Akses ke pelayanan kesehatan ( terlalu banyak mengorbankan waktu akan mengurangi demand)
d. Efficacy & kualitas pelayanan kesehatan
e. Kepercayaan
Determinan of demand dalam pelayanan kesehatan
a. Harga, cth: kemoterapi
b. Pendapatan -> pelkes as necessity or luxury?
c. Price of other goods -> subtitusi di pelkes?
d. Taste and trends, cth: persalinan SC
e. Population Size and Compositon -> morbiditas mempengaruhi demand pelkes.

Daftar Pustaka:
Modul Ekokes Demand dalam Pelayanan Kesehatan oleh Ibu Anggun Nabila, Universitas Esa Unggul
https://kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_bpjs.pdf

Anda mungkin juga menyukai