Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN

PAPER
disusun guna melengkapi tugas mata Ekonomi dan Pembiayaan
Kesehatan program Pasca Sarjana (S-2) Ilmu Kesehatan
Masyarakat

Oleh :
1. Ayu Wulandari, S.KM (172520102046)
2. Frida Ayu Karisma, S.ST (172520102055)
3. dr.Syaiful Nur Hamzah (172520102059)

PASCA SARJANA UNIVERSITAS JEMBER


MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,


taufik dan hidayahnya sehingga Paper Aplikasi Teori Permintaan dan Penawaran
dalam Pelayanan Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan penyususnan
paper ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait Ekonomi dan
Pembiayaan Kesehatan dan eleman-elemen pendukungnya sehingga diharapkan
mampu dalam langkah implementasi di masyarakat sesuai dengan kaidah ilmiah.
Kami sudah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan, namun jika
dalam penyusunan masih terdapat kekurangan kami menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah teori manajemen ini dapat bermanfaat sebagai acuan untuk bahan
literature dimasa yang akan datang serta memberikan inspirasi dalam upaya
pemecahan masalah dalam manajemen kesehatan guna megoptimalkan derajat
kesehatan masyarakat.

Jember, 30 Oktober 2018


Tim Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang
dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan
derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan. Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan
secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu; pelayanan kesehatan
perseorangan (medical service) merupakan pelayanan kesehatan yang banyak
diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family
care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan
perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut
rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri. Pelayanan kesehatan masyarakat (public
health service) Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan
masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut
dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Sebagai penyelenggara layanan kesehatan Puskesmas atau Rumah Sakit harus
memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah
kesehatannya. Instansi penyelenggara layanan kesehatan dituntut dapat memberikan
pelayanan kesehatan sebagai upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan atas
rasa sakit yang diderita masyarakat, untuk itu instansi tersebut pada umumnya harus
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pada perspektif ekonomi, kesehatan merupakan faktor penentu tinggi
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Teori ekonomi mikro tentang permintaan

2
(demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik
dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa
jika jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good, makin tinggi income keluarga
maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya
jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good, meningkatnya
pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa pelayanan
kesehatan tersebut (Folland et al., 2001).
Maka dari uraian di atas, tim penyususn akan mengulas lebih dalam aplikasi
teori permintaan dan penawaran dalam pelayanan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut :
“ Bagaimanakah aplikasi teori permintaan dan penawaran dalam pelayanan
kesehatan ? “
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui aplikasi teori permintaan dan penawaran dalam pelayanan
kesehatan
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui peranan tenaga kesehatan dalam aplikasi teori permintaan dan
penawaran pada penyelenggaraan layanan kesehatan

1.4 Manfaat
Paper ini diharapkan berguna bagi :
1.4.1. Bagi penulis
Paper ini disamping sebagai salah satu tugas, tetapi juga dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang aplikasi teori permintaan dan penawaran
dalam pelayanan kesehatan
1.4.2 Bagi Masyarakat Umum

3
Paper ini dapat menjadi wacana dan informasi aplikasi teori permintaan dan
penawaran dalam pelayanan kesehatan dan diharapkan menjadi solusi permasalahan
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat.
1.5 Metodologi

1.5.1 Metode dan Teknik


1.5.1.1 Pengumpulan Data
Metode dan teknik yang penulis gunakan adalah metode studi
pustaka dengan teknik catat
1.5.1.2 Analisis Data
Metode dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif.
1.5.1.3 Penyajian Hasil Analisis
penyajian hasil analisis, penulis menggunakan metode informal atau
bacaan.
1.5.2 Landasan Teori
Paper ini disusun berdasarkan teori keperawatan yang berlandaskan
spiritual (keagamaan)
1.6 Sumber Data
Data – data yang diperoleh dalam penyusunan paper ini diperoleh dari jurnal online.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Permintaan


Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu
komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang
diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2005). Permintaan/
demand adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen pada beberapa
tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat atau pasar tertentu (Palutturi,
2005). Menurut Lipsey (1990), demand adalah jumlah yang diminta merupakan
jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh
rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditas, harga komoditas lain, pendapatan,
selera, dan lain-lain.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen pada
berbagai tingkatan harga, waktu dan tempat yang mampu dibeli oleh rumah tangga
sehingga membentuk kurva permintaan yang menjelaskan semakin rendah harga
suatu barang atau jasa maka semakin banyak jumlah barang atau jasa yang diminta,
sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang atau jasa semakin sedikit barang atau
jasa tersebut diminta (ceteris paribus).
Permintaan pada sektor kesehatan berhubungan dengan permintaan
masyarakat akan jasa layanan kesehatan yang bermutu. Secara umum keadaan
demand dan need jasa pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang
disebut fenomena gunung es atau ice-berg phenomenon. Konsep ini mengacu pada
pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need.
Secara konseptual, need akan jasa pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung
es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand (Palutturi: 2005).
Setiap orang mengingkan status kesehatan yang optimal, dimana kesehatan
merupakan langkah pertama untuk mengembangkan keturunan dan mengupayakan
kesejahteraan dari berbagai sektor. Kesehtaan sebagai sebuah keinginan dan

5
kebutuhan hidup menjadikan definisi sehat antar manusia berbeda. Seseorang yang
memiliki keinginan dan kebutuhan tinggi akan kesehatan tentu akan memiliki usaha
atau upaya yang tinggi pula dalam mencapainya. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan Palutturi (2005) bahwa . Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat
tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan
status kesehatannya
Menurut teori Blum dalam Palutturi (2005), kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan hidup, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Akan tetapi konsep
ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap kesehatan
dengan demand terhadap jasa pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungan
tersebut, dipergunakan suatu konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan
ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Jasa
pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit merupakan salah satu input dalam proses
untuk menghasilkan hari hari sehat. Dengan konsep ini, maka jasa pelayanan
kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang
akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap jasa pelayanan pada rumah sakit
tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri (Palutturi: 2005).
Guna menerangkan hubungan tersebut digunakan konsep yang berasal dari
prinsip ekonomi. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan
suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan
salah satu input dalam proses menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada
konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan pada Gambar 2.1. Dengan
konsep ini, maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan
untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap
pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri

6
Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat dilakukan
melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan
(needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan
merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk
komoditi atau pelayanan lain. Pada Bagian II telah dibahas secara singkat mengenai
demand and supply. Pada bab ini pembahasan mengenai demand terhadap pelayanan
kesehatan akan dilakukan lebih mendalam dengan pendekatan-pendekatan sosial
ekonomi.

2.2 Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan

Prinsip dasar teori ekonomi menyatakan bahwa suatu barang atau jasa
sebagai faktor produksi mempunyai harga dapat ditukar dengan barang lain atau
mempunyai kegunaan dan bersifat langka (jumlah yang tersedia sangat sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan). Debreu dalam Palutturi (2005)
mengemukakan bahwa sesuatu dapat dikategorikan sebagai komoditas bila memiliki
sifat temporary (mempunyai jangka waktu penggunaan), spatially (membutuhkan
tempat untuk memakainya), dan physically (mempunyai ukuran, jam kerja tertentu

7
dalam pemakaiannya). Kriteria tersebut dimiliki oleh jasa pelayanan kesehatan dan
karenanya dapat dikatakan sebagai komoditas ekonomi yang dikonsumsi individu
atau rumah tangga.

Adanya demand terhadap jasa pelayanan kesehatan menurut Grossman (1972)


karena kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli (consumption commodity)
sebab dapat membuat pembelinya merasa dirinya lebih baik dan nyaman. Kesehatan
dianggap sebagai suatu investasi (investment commodity) artinya bila keadaan sehat
maka semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara produktif sehinga secara
tidak langsung merupakan investasi. Meskipun jasa pelayanan kesehatan merupakan
komoditas ekonomi, namun memiliki perbedaan dengan komoditas ekonomi pada
umumnya karena adanya karakteristik tersendiri berupa demand terhadap jasa
pelayanan kesehatan timbul akibat adanya permintaan kesehatan yang baik, dimana
meningkatnya umur seseorang bisa merupakan mulai menurunnya kondisi kesehatan
yang lebih baik; demand terhadap jasa pelayanan kesehatan mempunyai faktor-faktor
eksogen antara lain ketidaktahuan pasien-pasien sehingga penderita mendelegasikan
keputusannya kepada petugas kesehatan (dokter/ paramedic), faktor penghasilan
pemakai jasa pelayanan kesehatan dan sebagainya; dan demand terhadap jasa
pelayanan kesehatan melibatkan banyak hal, antara lain penyediaan dan tingkat
keterampilan petugas kesehatan yang ada, dimana peran ganda yang dimilikinya
(penyedia jasa pelayanan medis dan wakil pasien) dapat menciptakan motif ekonomi
berupa jasa pelayanan kesehatan yang berlebih-lebihan (unnecessary procedure)
(Haeruddin: 2007).

2.3 Kasus Permintaan Dalam Pelayanan Kesehatan

Dra. Sartika, wanita berumur 45 tahun merasa sakit di bawah perut. Sebagai
seorang sekretaris direktur perusahaan, dia merasakan bahwa sakit perutnya
mengganggu pekerjaannya sehari-hari. Dia mempunyai keinginan (wants) untuk
sehat, bebas dari rasa sakitnya. Pada titik ini, konsep human capital dari Grossman
(1972) sangat relevan. Tanpa mempunyai kesehatan yang baik, Dra. Sartika tidak

8
dapat bekerja dengan baik. Untuk mencoba mengatasi sakit yang dirasakannya, Dra.
Sartika minum obat pengurang sakit perut yang dijual bebas. Informasi mengenai
obat tersebut di perolehnya dari iklan sebuah acara televisi swasta. Akan tetapi setelah
dua hari minum obat, ternyata rasa sakit perut belum berkurang. Sesuai anjuran iklan
televisi, Dra. Sartika kemudian mendatangi dokter perusahaannya untuk
berkonsultasi. Dengan demikian, dari keinginannya menjadi sehat (dalam model
Grossman disebut sebagai demand untuk kesehatan), Dra. Sartika telah merubah
demand akan kesehatan menjadi demand (permintaan) akan pelayanan tenaga medis,
khususnya dokter umum. Pada keadaan ini sudah terjadi demand for health care. Oleh
dokter perusahaan kemudian ia diberi obat, tetapi ternyata rasa sakitnya tidak
berkurang. Selanjutnya, dokter perusahaan merujuk Dra. Sartika ke dokter spesialis
penyakit dalam karena diduga ada kelainan di bagian perutnya. Dengan dikirimnya ke
dokter spesialis penyakit dalam, demand Dra. Sartika telah "meningkat" menjadi
demand terhadap pelayanan kedokteran spesialis.
Pada pemeriksaan di tingkat dokter spesialis ini maka ada berbagai
kemungkinan yang berkaitan dengan pemakaian teknologi tinggi, misalnya
penggunaan USG atau CT Scan sebagai alat bantu diagnosis. Berbeda dengan
pembelian dan penggunaan barang-barang ekonomi lain, Dra. Sartika tidak dapat
menggunakan USG sesuai dengan keinginannya. Demand terhadap pemeriksaan USG
akan ditentukan berdasarkan needs yang ditetapkan oleh dokter. Pada titik ini terjadi
berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama, berbasis pada need, Dra. Sartika tidak
perlu mempunyai demand terhadap pemakaian USG. Sakit perut yang ada pada Dra.
Sartika mungkin merupakan gejala penyakit psikosomatis akibat stress pekerjaan.
Kemungkinan kedua, berbasis pada need, Dra. Sartika perlu mempunyai demand
terhadap pemakaian USG. Sakit perut yang ada pada Dra. Sartika mungkin
merupakan suatu gejala penyakit yang serius (misalnya tumor kandungan). Pada
kemungkinan pertama, terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai Supplier Induced
Demand. Istilah ini menggambarkan suatu keadaan seorang dokter menetapkan
demand pasiennya dengan cara tidak berbasis pada need. Patut ditekankan bahwa
keadaan ini bukan suatu "over-treatment". Supplier Induced Demand terjadi akibat

9
tidak seimbangnya informasi yang ada pada dokter dengan pasiennya (Rice 1998).
Dokter meningkatkan demand pasiennya berbasis pada motivasi ekonomi untuk
meningkatkan pendapatannya. Folland dkk (2001), memberikan suatu pernyataan
bahwa supplier induced demand adalah penyalahgunaan hubungan dokter-pasien oleh
dokter dalam usaha memperoleh keuntungan pribadi dokter.

2.4 Teori Penawaran

Menurut Mankiw (2003) Jumlah penawaran (quantity supplied) dari suatu


barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada banyak
hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita mengalisis
bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang itu.
Hukum penawaran dalam pengertian ekonomi menyatakan bahwa terdapat
suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang
atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal-hal lainnya tetap sama atau tidak tidak
terjadi perubahan (ceteris paribus). Adapun alasan di belakang hukum ini adalah
bahwa jika harga dari suatu barang atau jasa naik, sedangkan harga-harga lainnya
tetap sama maka para produsen cenderung untuk menghasilkan barang dan jasa dalam
jumlah (quantity) jauh lebih besar dari barang atau jasa itu. Dari sudut pandang
supply produksi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan dan
sekaligus akan menghasilkan output lainnya.

2.4 Penawaran Jasa Pelayanan Kesehatan


Menurut Depkes RI (2009), pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Sedangkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) poin A.3.a tentang
Upaya Kesehatan nomor 137 dijelaskan:

10
“Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan
selalu mengutamakan keamanan, kualitas, dan bermanfaat”
Inti dari pelayanan kesehatan adalah upaya komprehensif yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan untuk meningkatkan maupun menjaga status kesehatan.
Penawaran (supply) untuk pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan
kesehatan yang ditawarkan kepada perorangan oleh tenaga pelayanan kesehatan
(seperti dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti
puskesmas, rumah sakit, klinik rawat jalan, laboratorium klinis, dan lainnya) pada
periode tertentu. Fungsi supply (produksi) menggambarkan hubungan antara output
yang berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sumber daya (resources)
yang digunakan untuk memproduksinya.
Menurut Muninjaya (2004) , Man sebagai faktor dominan dalam supply
pelayanan kesehatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman penyedia jasa tentang jenis pelayanan yang akan diberikan. Dalam
hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan kesehatan
adalah high personnel contact.
b. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan
menyentuh emosi pasien, faktor tesebut juga berpengaruh pada tingkat kepatuhan
pasien (compliance).
c. Penampilan fisik (kerapian) petugas
d. Keandalan dan ketrampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan.
e. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsivenness)
f. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).
Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor
ini.

11
2.5 Supply Maksimal di Pelayanan Kesehatan
Pada pelayanan rawat inap Puskesmas X terdapat 2 dokter umum dan 8
perawat. Bahan yang tersedia di Puskesmas X antara lain: obat, infus, selimut, sprei,
oksigen, dan lainnya. Jumlah tempat tidur yang dimilki oleh pelayanan rawat inap
Puskesmas X yaitu 30 tempat tidur. Jam operasional rawat inap Puskesmas X adalah
24 jam per hari dalam satu bulan. Rata-rata lama perawatan seorang pasien di rawat
inap adalah 5 hari. Maka perhitungan supply maksimum sebagai berikut:

a. Identifikasi sumber daya


Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan rawat inap puskesmas
antara lain:
1) Man : 2 dokter umum dan 8 perawat
2) Material : obat, infus, selimut, seprei, oksigen, dan lainnya
3) Machine : tempat tidur (10)
4) Market : Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
5) Time : 24 jam per hari dalam 1 bulan
6) Information : Poster berisi informasi jam besuk
b. Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian
pelayanan
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan rawat
inap untuk pasien adalah jumlah tempat tidur. Sedangkan sumber daya
lain diasumsikan telah tersedia atau terpenuhi.
c. Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 tahun
24 jam x 365 hari = 8760 jam
d. Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
Rata-rata lama perawatan seorang pasien (ALOS) yang ideal menurut
Depkes RI (2005) adalah 6-9 hari. Rata-rata lama perawatan seorang
pasien di puskesmas X adalah 6 hari.
e. Menghitung Supply maksimal
Berapakah supply maksimum berdasarkan:
a. Jumlah hari rawat
b. Jumlah pasien yang dirawat

12
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan rawat inap
untuk pasien adalah jumlah tempat tidur. Sedangkan sumber daya lain
diasumsikan telah tersedia atau terpenuhi.

a. Supply maksimum berdasarkan jumlah hari rawat

Jadi, jumlah maksimum hari rawat yang dapat dihasilkan oleh 30 tempat tidur,
dengan asumsi setiap hari tempat tidur tersebut tidak pernah kosong adalah
10.950 hari.
b. Supply maksimum berdasarkan jumlah pasien yang dirawat

Jadi, jumlah maksimum pasien yang dapat dirawat dengan ketersediaan


tempat tidur sebanyak 30 buah dan rata-rata perawatan seorang pasien 5 hari
adalah 2.190 pasien per tahun.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pasar pelayanan kesehatan agak berbeda dengan pasar-pasar lain dan
pasar pelayanan kesehatan akan cenderung gagal untuk beroperasi dengan

13
baik karena terjadinya beberapa alasan. Kenyataan menunjukkan bahwa
sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia tidak terbatas yang akan
membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan penawaran.
Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan
jasa yang dikonsumsinya. Penawaran berkaitan dengan sisi produksi yaitu
bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk berpengaruh
terhadap barang yangditawarkan.
Sifat komoditi pelayanan kesehatan dapat dipandang dari dua sisi yaitu
permintaan dan penawaran yang mencerminkan antara apa yang diminta
(kesehatan)dan apa yang disediakan (pelayanan kesehatan). Sudut permintaan
dan penawaran dapat benar-benar berbeda tapi keduanya mempunyai
kecenderungan muncul secara bersamaan yang dimanifestasikan melalui
permintaan menurut versi agency relationship. Intinya pendekatan permintaan
menyadari adanya ketimpangan informasi berarti pengetahuan antara pasien
dan dokter. Pasien menerima kenyataan akan ketidaktahuannya, kelebihan
pengetahuan dokter serta kemungkinan manfaat yang akan diterima oleh
pasien dengan membiarkan dokter mempengaruhi fungsi utilitynya
3.2 Saran
Informasi yang diberikan dokter kepada pasien tentang status
kesehatan pasien, jenis pelayanan serta efektifitasnya akan menempatkan
posisi dokter sebagai supplier sekaligus sebagai pihak yang pengaruhnya akan
lansung masuk ke dalam fungsi utility konsumen. Sehingga memungkinkan
adanya fenomena supplier-induced demand yang perlu mendapat perhatian
sehingga pasien sebagai konsumen memperoleh pelayanan kesehatan bermutu
sesuai dengan kemampuannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Gde Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC: 220-234

Folland Sherman, Allen C. Goodman and Miron Stano. 2001. The Economics of
Health and Health Care. Third Edition. New Jersey: Prentis Hall Inc

Lipsey, Richard, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis, Paul N. Courant. 1990.


Microeconomics. Ninth edition. New York: Harper Collins Publishers

Mankiw, N. Gregory. 2003. Makro Ekonomi. Edisi ke- 6. Jakarta: Erlangga

Pallutturi, Sukri. 2005. Ekonomi Kesehatan. Penerbit : Bagian Administrasi dan


Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS.

Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai