Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INVESTIGASI WABAH

“TUBERCULOSIS”

Makalah ini di ajukkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Investigasi Wabah yang diampu oleh
Dian Nastiti, S.KM., M.Epid

Disusun Oleh :

Lusy Verawati

Irgi Fahrezi

Syifa Fadilatul Ummah

Prodi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Sains Farmasi Dan Kesehatan

Universitas Matla’ul Anwar Banten

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Investigasi Wabah tentang Tuberculosis ini dapat
kami selesaikan.

Makalah Manajemen Bencana ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen
atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai hasil
rangkuman materi yang kami lakukan mengenai Tuberculosis.

Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman di masa yang
akan datang.

Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Definisi KLB 6
2.2 Kriteria Kerja KLB 6
2.3 Klasifikasi KLB 6
2.4 Macam-macam penyakit yang dapat menimbulkan KLB 7
2.5 Etiologi, Riwayat Ilmiah dan Epidemiologi Tuberculosis 7
2.6 Cara Penularan Penyakit Tuberculosis 10
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB 11
2.8 Penanggulangan KLB 11
2.9 Penyelidikan KLB 12
3.1 Pengertian Tuberculosis 12
3.2 Penyebab Tuberculosis 13
3.3 Mekanisme Penularan Tuberculosis 13
3.4 Penanganan Penderita Tuberculosis 13
3.5 Klasifikasi Tuberculosis 14
BAB III PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan
penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Tuberkulosis
menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau
menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan
laten.
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah
penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam
milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Laporan WHO pada tahun
2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC
sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009
adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis
Control 2010).
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB
tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616
adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB
Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl
relaps).
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam
%), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).
1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu Tuberkulosis?


 Bagaimana cara Tuberkulosis meginfeksi manusia?
 Bagaimana cara penularan penyakit tuberkulosis dari penderita ke masyarakat sehat?
 Bagaimana cara penanangan terhadap penderita tuberkulosis?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau memperluas
pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC, sehingga masyarakat mengetahui tanda-
tanda awal timbulnya penyakit TBC dan mengetahui cara penanggulangan penyakit tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah
penyakit. Istilah "KLB" dengan "wabah" sering tertukar dipakai oleh masyarakat, tetapi istilah
"wabah" digunakan untuk kondisi yang lebih parah dan luas. Istilah KLB dapat dikatakan
sebagai peringatan sebelum terjadinya wabah.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.

2.2 Kriteria Kerja KLB

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91,
tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu,
suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

2.3 Klasifikasi KLB

`1. MENURUT PENYEBABNYA

a. Toxin

 Enterotoxin

misal yang dihasilkan Steptococcus aerus, Vibrio cholerae, Eschorichia, Shigella.

 Exotoxin

misal yang dihasilkan oleh Costridium botullnum, Clostridium pefringens


b. Infeksi

 Virus
 Bakteria
 Protozoa
 Cacing

c. Toxin Biologis

 Racun Jamur
 Afla toxin
 Plankton
 Racun ikan
 Racun Tumbuh-tumbuhan

d. Toxin Kimia

 Zat kimia organik : logam berat ( mis : air raksa , timah ), logam-logam lain sianida
dll
 Zat kimia organik : nitrit, pestisida
 Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN dsb.

2.4 Macam-Macam Penyakit yang dapat menimbulkan KLB

 Kolera
 Pes
 Demam Berdarah Dengue (DBD)
 Campak
 Polio
 Difteri
 Pertusis

2.5 Etiologi, Riwayat Ilmiah dan Epidemiologi Tuberculosis

 Etiologi
Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan basil tahan asam dan alkohol. M. tuberculosis adalah
bakteri yang bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan intraseluler. Kandungan lipid yang
tinggi pada dinding sel M. tuberculosis menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik dan sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan
lainnya.
tuberculosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem, kondisi rendah
oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya menginfeksi paru-paru tetapi
dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak, hati, ginjal, dan saluran
pencernaan. Manusia merupakan satu-satunya host Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini menyebar dari orang ke orang melalui partikel droplet aerosol. Ukuran
droplet infeksius dari pasien tuberkulosis paru bervariasi dari 0,65 µm hingga >7,0 µm.
Partikel aerosol yang berukuran kecil dapat melewati nasofaring hingga trakea dan
bronkus, lalu terkumpul di saluran napas distal. Sementara itu, partikel aerosol yang lebih
besar dapat terkumpul di saluran napas atas atau orofaring dan mengakibatkan
tuberkulosis orofaring atau tuberkulosis nodus limfatik servikal.

Faktor Risiko

Beberapa faktor seperti jumlah bakteri yang dikeluarkan melalui droplet, lamanya
paparan dengan udara yang terkontaminasi, serta kondisi imun tubuh individu yang
terpapar dapat memengaruhi tingkat penularan TB.

Seluruh kelompok usia memiliki risiko untuk terinfeksi TB paru. Individu dengan
HIV dilaporkan 18 kali lebih berisiko untuk terinfeksi TB aktif. Risiko infeksi TB lebih
tinggi pada individu-individu dengan gangguan sistem imun tubuh atau individu dengan
pengobatan imunosupresi jangka panjang.

Selain itu, individu yang memiliki malnutrisi, kebiasaan merokok, diabetes


mellitus, kebiasaan mengonsumsi alkohol, gangguan ginjal, dan keganasan hematologi
juga berisiko tinggi terkena TB paru. Tuberkulosis paru umum terjadi di negara
berkembang karena faktor sosioekonomi seperti kemiskinan dan malnutrisi
 Riwayat Alamiah Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA
positif, pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh


konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Kurth et al,
2012; Raviglione et al, 2011).
Risiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih
besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko menjadi sakit TB hanya
sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Faktor yang mempengaruhi
kemungkinan seseorang terinfeksi TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya
karena infeksi HIV-AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan
faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV
mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler, sehingga jika terjadi
infeksi penyerta, seperti TB. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat pula (Coninx et al, 2008; Laniado, 2011).
 Epidemiologi
Menurut data epidemiologi, tuberkulosis paru atau TBC paru terjadi secara global
di seluruh belahan dunia. Akan tetapi, epidemiologi tuberkulosis lebih umum berkaitan
dengan negara berkembang karena faktor sosioekonomi yang kurang baik.

Global Pada tahun 2020, sekitar 10 juta orang diestimasikan terinfeksi TB di


seluruh dunia, dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta kasus perempuan. Pada tahun
yang sama, jumlah kasus baru TB paling banyak terjadi di Asia Tenggara dengan 43%
kasus baru, lalu Afrika sebanyak 25%, dan Pasifik Barat sebanyak 18%.

Sebanyak 86% kasus baru TB terjadi di 30 negara dengan beban TB yang tinggi.
Delapan negara yang menyumbangkan dua pertiga dari keseluruhan kasus TB baru
adalah India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika
Selatan. Di negara industrial, kasus TB lebih umum terjadi pada individu yang datang
dari area endemik tuberkulosis, tenaga kesehatan, dan individu dengan HIV.

Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara yang berada dalam daftar
WHO untuk negara yang memiliki beban insidensi TB tinggi. Menurut data Profil
Kesehatan Indonesia, insidensi tuberkulosis di Indonesia mencapai 316 per 100.000
penduduk di tahun 2018. Namun, ada penurunan jumlah kasus TB dari 568.987 di tahun
2019 menjadi 351.936 di tahun 2020.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan ada di provinsi dengan jumlah penduduk besar,
yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2020, jumlah kasus TB di
tiga provinsi tersebut mencapai 46% dari total seluruh kasus TB di Indonesia.

Menurut data nasional maupun data setiap provinsi, jumlah kasus laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan. Bahkan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara kasus
pria hampir mencapai dua kali lipat kasus wanita. Kasus TB terbanyak ditemukan pada
kelompok usia 45–54 tahun (17,3%), lalu diikuti kelompok usia 25–34 tahun (16,8%) dan
kelompok usia 15–24 tahun (16,7%).

Mortalitas, Kesulitan akses terhadap fasilitas diagnosis dan terapi TB


menyebabkan peningkatan mortalitas TB. Pada tahun 2020, diestimasikan terdapat 1,3
juta kematian akibat TB secara global pada kelompok individu HIV negatif dan 214.000
pada kelompok individu HIV positif. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan
angka tahun 2019, yaitu 1,2 juta pada kelompok HIV negatif dan 209.000 pada
kelompok HIV positif. Hal ini diduga berkaitan dengan COVID-19.

2.6 Cara Penularan Penyakit Tuberculosis

 Cara Penularan TBC

Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak
ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak.
Bakteri TB yang berada di udara bisa bertahan berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan
lembab, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain. Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan
di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama Orang-orang yang berisiko tinggi
terkena penularan TBC adalah mereka yang sering bertemu atau berdiam di tempat yang sama
dengan penderita TBC, seperti keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas.

Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang dibayangkan. Tidak
semua orang yang menghirup udara yang mengandung bakteri TB akan langsung menderita
TBC. Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru tanpa
menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di dalam tubuh sambil
menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh sedang lemah.

Beberapa Fase Infeksi TBC

Ada dua kondisi yang mungkin terjadi ketika seseorang menghirup udara yang mengandung
bakteri TB, yaitu TBC laten dan TBC aktif. Berikut ini penjelasannya :

 TBC laten

Fase laten terjadi ketika tubuh sudah didiami bakteri TB namun sistem kekebalan tubuh
sedang baik, sehingga sel darah putih dapat melawan bakteri.

Dengan demikian, bakteri tidak menyerang dan tubuh tidak terinfeksi TBC. Anda pun tidak
mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak berpotensi menulari orang lain. Meski begitu,
bakteri dapat aktif dan menyerang Anda kembali sewaktu-waktu, terutama saat sistem kekebalan
tubuh sedang melemah. Meskipun dalam kondisi laten, Anda sebaiknya tetap memeriksakan diri
ke dokter guna mendapatkan pengobatan tuberkulosis. Apabila seseorang yang sedang berada
pada fase TBC laten tidak mendapatkan pengobatan, maka ia berisiko lebih tinggi untuk
mengalami infeksi TB aktif. Begitu pula jika penderita TB laten memiliki kondisi medis lain,
seperti kekurangan gizi (malnutrisi), aktif merokok, diabetes, atau infeksi HIV.

 TBC aktif

TBC aktif adalah kondisi ketika seseorang sudah menderita penyakit TBC. Pada tahap ini,
bakteri TBC dalam tubuh telah aktif sehingga penderitanya mengalami gejala-gejala penyakit
tuberkulosis. Penderita TBC aktif inilah yang bisa menularkan penyakit TBC pada orang lain.

Oleh karena itu, penderita TBC aktif disarankan untuk mengenakan masker, menutup mulut
ketika batuk atau bersin, dan tidak meludah sembarangan. Penderita TBC aktif juga perlu
mendapatkan pengobatan TBC. Pengobatan ini perlu dilakukan secara rutin selama minimal 6
bulan. Pengobatan yang tidak selesai atau berhenti di tengah jalan dapat mengakibatkan
kekebalan bakteri terhadap obat TB, atau disebut juga TB MDR.

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB

Faktor lingkungan yang secara signifikan mempengaruhi potensi terjadinya KLB di suatu
kelurahan adalah 1) aspek keterpaparan khususnya kondisi sanitasi rumah tangga serta kepadatan
penduduk; 2) faktor alami yang terdiri dari kondisi iklim dan cuaca serta kejadian bencana alam;
3) aspek kapasitas adaptasi yang dapat diukur dengan modal sosial, akses layanan kesehatan dan
cakupan imunisasi. Hasil survey kesiapan komunitas dalam penanggulangan potensi KLB di
lingkungannya menunjukkan bahwa secara umum masyarakat cukup mampu melaksanakan
pemeliharaan infrastruktur kesehatan lingkungan, namun masih belum memiliki kemampuan
untuk mengelola suprastruktur (penyelenggaraan rutin, keterlibatan masyarakat, rasa gotong
royong). Penelitian ini menghasilkan setidaknya empat rekomendasi utama: 1) Perbaikan
infrastruktur sistem informasi epidemiologi, 2) Penataan kawasan padat penduduk dan kumuh, 3)
Mitigasi dan adaptasi terhadap risiko bencana alam, 4) Meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan, terutama sanitasi dan sampah.

2.8 Penanggulangan KLB

Pasal 13

(1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat.

(2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

 penyelidikan epidemiologis;
 penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
 pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
 pencegahan dan pengebalan;
 pemusnahan penyebab penyakit;
 penanganan jenazah akibat wabah;
 penyuluhan kepada masyarakat; dan
 upaya penanggulangan lainnya.

(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g antara lain
berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara
waktu, melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB serta
melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan.

(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai
dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

2.9 Penyelidikan KLB

Penyelidikan KLB = “prototipe” epidemiologi,

• Metode penyelidikan KLB :

• Epidemiologi deskriptif,

• Epidemiologi analitik,

• Penerapan hasil studi untuk mengendalikan dan mencegahm penyakit.

3.1 Tuberkulosis

TB adalah singkatan dari “Tubercle Bacillus” atau tuberculosis , dulu disingkat TBC.
Penyakit TB disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacteria, pada manusia terutama oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru (sebagai TB
paru) tetapi TB bisa juga menyerang system syaraf pusat. Penyakit TB adalah penyakit yang
umum dan sering kali mematikan. TB menular melalui udara, ketika orang-orang yang memiliki
penyakit TB batuk, bersin, atau meludah.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak,
demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit
"konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.)
Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis
dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung
pada tes tuberkulin kulit/tuberculin.
3.2   Penyebab Tuberkulosis

Penyebab utama penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis, yaitu sejenis basil


aerobik kecil yang non-motil. Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh
tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya membelah setiap 16 –20 jam.
Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang
umumnya membelah setiap kurang dari satu jam. Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran
luar lipid.
3.3 Mekanisme Penularan Tuberculosis

Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau
meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga
5 µm. Bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa
menularkan penyakit Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang
yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi).
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau
selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka
infeksi sekitar 22%.Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan
dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun. Biasanya, hanya mereka yang
menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini. Orang-orang dengan infeksi laten
diyakini tidak menularkan penyakitnya.
Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung pada
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang disemprotkan oleh
pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka waktu paparan, tingkat
virulensistrain M. tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi. Untuk
mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan orang-orang dengan
TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat anti-TB.
3.4 Penanganan Penderita Tuberkulosis
Pengobatan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh bakterinya. Pengobatan TB
yang efektif ternyata sulit karena struktur dan komposisi kimia dinding sel mikobakteri yang
tidak biasa. Dinding sel menahan obat masuk sehingga menyebabkan antibiotik tidak efektif.
Dua jenis antibiotik yang umum digunakan adalah isoniazid danrifampicin, dan pengbatan dapat
berlangsung berbulan-bulan. Pengobatan TB laten biasanya menggunakan antibiotik tunggal.
Penyakit TB aktif sebaiknya diobati dengan kombinasi beberapa antibiotik untuk menurunkan
resiko berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Pasien dengan infeksi laten juga
diobati untuk mencegah munculnya TB aktif di kehidupan selanjutnya. WHO
merekomendasikan directly observed therapy atau terapi pengawasan langsung, dimana seorang
pengawas kesehatan mengawasi penderita meminum obatnya. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah penderita yang tidak meminum obat antibiotiknya dengan benar. Bukti yang
mendukung terapi pengawasan langsung secara independen kurang baik. Namun, metode dengan
cara mengingatkan penderita bahwa pengobatan itu penting ternyata efektif.
3.5 Klasifikasi Tuberculosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu
“definisi kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
 Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
 Beberapa istilah dalam definisi kasus :
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk:
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. Mengurangi efek samping
A. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
B. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB Paru :
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru
BTA negatif harus meliputi :
a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
C. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1) TB paru BTA negatif foto toraks positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses
“far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Catatan:
• Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
• Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB
ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
D. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien,
yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
3) Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4) Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
6) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Saran penulis kepada masyarakat dalam mengenai penyakit tuberkulosis yaitu,  Selalu
berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif.  Selalu menjaga standar hidup
yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga
lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga
kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah
raga.  Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang
lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita.

DAFTAR PUSTAKA

Green MS, Swartz T, Mayshar E, Lev B, Leventhal A, Slater PE, Shemer J (2002). "When is an
epidemic an epidemic?" (PDF). Israel Medical Association Journal. 4 (1): 3–6. PMID 11802306.
Tarigan, Mitra (2017-12-12). "Bedanya Kejadian Luar Biasa dan Wabah Difteri". Tempo (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-06-23.
1. Adigun R, Singh R. Tuberculosis. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
4. World Health Organization (WHO). Tuberculosis. 2021 October. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/tuberculosis
5. World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2021. 2021 October.
https://www.who.int/publications/i/item/9789240037021
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.
Kemenkes RI. 2021. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pd
https://www.rijalhabibulloh.com/2015/03/makalah-tuberculosis-tbc.html

Anda mungkin juga menyukai