Anda di halaman 1dari 40

1

Assalamualaikum Waramatullahi wabarakatuh,


Salam Sehat untuk kita semua.

Buletin Penyakit Zoonosa ini merupakan edisi ke


35 dan terbit triwulan di Tahun 2022. Pada tema
buletin kali ini kami menanyakan dimana para
epidemiolog berada. Hal ini dilakukan karena
banyak aktivitas yang mengangkat peran dan
keberadaan para epidemiolog kesehatan dalam
mengatasi permasalah rabies, leptospirosis dan
penyakit zoonosa lainnya, mulai dari kegiatan
penyelidikan epidemiologi KLB Rabies, assess-
ment rabies center, lokakarya stepwise approach
toward rabies elimination, artikel peringatan hari
rabies sedunia di Bali dan pemantauan kasus
leptospirosis melalui kegiatan surveilans pasif
dengan aplikasi GIS Mapp Lepto di Kota Sema-
rang. Pada edisi kali ini, Redaksi mengambil Tema
“Melawan Lupa…..Dimana para Epidemio-
log?”.
Redaksi mengucapkan terima kasih yang sebe-
sar-besarnya kepada seluruh kontributor artikel
pada Edisi 35 kali ini. Kami mengharapkan kritik
dan saran untuk meningkatkan kualitas Buletin
ini. Semoga bermanfaat.
Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan
salam sehat selalu.

Wassalamualaikum,
Tim Redaksi

Wassalamualaikum,
Tim Redaksi

dr. Suhesti Dumbela


M. Arsyam
gambar cover : pngwing.com

2
Melawan Lupa Outbtreak
Dalam Epidemiologi
August Munar, SKM, MSI

Salam Otak Sehat dan Produktif! Kita sudah sering mendengar adanya OUTBREAK, dimana
Outbreak atau Kejadian luar biasa merupakan salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Dari dulu hingga sekarang
wabah penyakit silih berganti menyerang masyarakat dan ngga jarang menyebabkan OUTBREAK.
Semisalnya wabah difteri, Demam Berdarah Dengue, gagal ginjal, dll yang kini menjadi OUTBREAK
dibeberapa wilayah Indonesia.

Mengenal Singkat Epidemiologi diartikan sebagai studi tentang penyebaran


penyakit pada manusia di dalam konteks
Epidemiologi pada mulanya diartikan
sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti lingkungannya. Mencakup juga studi
bahwa epidemiologi hanya mempelajari tentang pola-pola penyakit serta pencarian
penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam determinan-determinan penyakit tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah
perkembangan selanjutnya epidemiologi
juga mempelajari penyakit-penyakit non ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat penyakit serta determinan-determinan yang
mempengaruhi penyakit tersebut.
3
Adanya Konsep epidemiologi modern sejak Istilah endemik, wabah, epidemi, dan pandemi
1839 yang masih berlaku hingga saat ini sering digunakan untuk menggambarkan
membuat para epidemilog mempunyai arahan infeksi, walaupun sebenarnya, kondisi seperti
dalam menganalisa data informasi setiap hipertensi, kanker, kekerasan, atau bahkan
penyakit. Konsep-konsep tersebut antara lain: perilaku positif yang bermanfaat juga dapat
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian digambarkan dengan cara yang sama.
suatu penyakit Kategori-kategori ini terutama didasarkan
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik pada berapa banyak kasus dari suatu kondisi
yang ada dibandingkan dengan jumlah kasus
3. Penularan penyakit
yang diharapkan selama waktu tertentu dan
4. Eksprimen pada manusia.
seberapa jauh kasus telah menyebar secara
Konsep ini juga dipakai oleh WHO sebagai geografis.
organisasi Kesehatan dunia dalam menilai dan
Dari berbagai perkembangan, tersebut
memutuskan apakah suatu negara itu outbreak
maka para ahli epidemiologi mulai
atau belum outbreak bahkan tidak outbreak.
mengembangkan apa yang sekarang dikenal
Wabah adalah ketika ada peningkatan dengan epidemiologi, yakni suatu sistem
mendadak dalam jumlah orang dengan kondisi pendekatan ilmiah yang diarahkan pada
lebih besar dari yang diharapkan. Entah ada analisi faktor penyebab serta hubungan
lebih banyak kasus dengan kondisi endemik sebab akibat di samping dikemabangkannya
dari yang diharapkan atau kondisi ditemukan epidemiologi sebagai bagian dari ilmu
di suatu tempat yang belum pernah terjadi kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, sifat
sebelumnya, sehingga satu kasus dapat dasar Epidemiologi lebih mengarahkan diri
menjadi wabah. Wabah terbatas pada daerah pada kelompok penduduk atau masyarakat
yang relatif kecil. Contohnya misalnya di negara tertentu dan menilai peristiwa dalam
kita pernah mengalami Kejadian Luar Biasa masyarakat secara kuantitatif. (Menggunakan
atau biasa disebut OUTBREAK yaitu Demam nilai rate, ratio, proporsi dan semacamnya).
Berdarah Dengue, Flu Burung, Flu Babi, Dipteri,
Metode Epidemiologi merupakan cara
Muntaber, Rabies, Hepatitis A dan Gizi Buruk.
pendekatan ilmiah dalam mncari faktor
Istilah endemic, penyebab serta hubungan sebab akibat
terjadinya peristiwa pada suatu kelompok
outbreak, epidemic penduduk tertentu. Dalam hal ini istilah
penduduk dapat berarti sekelompok objek

dan pandemic tertentu, baik bersifat organisme hidup seperti


manusia, binatang dan tumbuhan, maupun
yang bersifat benda/material seperti hasil
menunjukkan produk industri serta benda lainnya. Dengan
demikian, tidak mengherankan bila metode
seberapa umum suatu Epidemiologi tidak terbatas pada bidang
kesehatan saja, tetapi juga pada bidang lainnya
kondisi pada suatu termaksud bidang manajemen. Oleh sebab itu,
dalam penggunaannya Epidemiologi sangat
waktu relatif terhadap erat hubungannya dengan berbagai disiplin
ilmu diluar kesehatan, baik disiplin ilmu eksakta
seberapa umum maupun ilmu sosial.
Metode Epidemiologi berkembang
kejadian tersebut pada dari masa lampau dengan pengamatan
dan analisis masalah kesehatan
waktu sebelumnya. pada penduduk tertentu, telah

4
mengembangkan suatu konsep yang kecacatan, dan kematian untuk
dikenal dengan “Epidemiologi Deskriptif”. menetapkan prioritas tindakan dan riset.
Hal ini mencoba mengembangkan c. mengidentifikasi kelompok penduduk
berbagai nilai atau variabel yang dapat risiko tinggi dari suatu penyakit, sehingga
diukur berdasarkan berbagai kejadian tindakan dapat segera diprioritaskan.
yang ada dalam masyarakat dengan
d. mengevaluasi efektifitas program-program
berbagai ukuran standar yang telah
disepakati, seperti insiden, prevalensi kesehatan dan upaya pelayanan dalam
serta nilai rate dan ratio. rangka peningkatan kesehatan penduduk.

Adapun bidang kajian epidemiologi antara lain: Penerapan epidemiologi, khususnya dalam
1. Epidemiologi Penyakit Menular. konteks program kesehatan dan keluarga
Epidemiologi penyakit menular merupakan berencana adalah sebagai alat dan sebagai
epidemiologi yang berusaha untuk metode atau pedekatan. Epidemiologi sebagai
mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang alat diartikan bahwa dalam melihat suatu
mempengaruhi terjadi penyakit menular masalah, dimana dan bagaimana penyebaran
dimasyarakat. masalah, serta kapan peyebaran masalah
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. tersebut terjadi?
Epidemiologi penyakit tidak menular berusaha 2. Manfaat Epidemiologi
untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor a. Untuk mengenali dan memahami penyakit
yang mempengaruhi terjadinya penyakit tidak dan masalah kesehatan lainnya. Sesuai
menular pada masyarakat. dengan batasannya, maka epidemiologi
3. Epidemiologi Klinis. Epidemiologi klinis bermanfaat untuk dapat menguraikan
berkembang oleh para klinis. Dalam dan memahami proses terjadinya dan
penggunaan epidemiologi klinis, para penyebarannya penyakit dan masalah
klinisi atau dokter menggunakan prinsip kesehatan, serta faktor-faktor yang
epidemiologi dalam menangani kasus secara mempengaruhinya.
individual, lebih berorientasi pada penyebab b. Untuk melengkapi ‘body of knowledge’
penyakit serta cara menangani kasus. dan ‘riwayat ilmiah penyakit’. Suatu
4. Epidemiologi Sosial. Epidemiologi sosial pengamatan epidemiologis hendaknya
mempelajari pengaruh distribusi sosial dan selalu merupakan upaya ‘penelitian’ yang
determianan-determinan sosial terhadap hasilnya diharapkan akan dapat lebih
terjadinya penyakit pada populasi. melengkapi ‘ riwayat alamiah penyakit’
5. Epidemiologi Perilaku. Epidemiologi yang sekaligus juga merupakan ‘body of
perilaku mempelajari perilaku-perilaku knowledge’ dari penyakit atau masalah
yang mempunyai hubungan kausal dengan kesehatan yang bersangkutan.
penyakit, seperti hubungan kebiasaan c. Untuk dapat diaplikasikan dalam upaya
merokok dengan kanker paru, perilaku seksual pengendalian dan penanggulangan
dan infeksi harpes, diet rendah dan kanker penyakit atau maslah kesehatan. Segala
kolorektal, dan sebagiannya. upaya untuk selalu lebih melengkapi
Peranan, Manfaat dan Penggunaan pemahaman kita tentang ‘riwayat alamiah
Epidemiologi penyakit’ tidak lain maksudnya adalah
agar kita dapat menemukan jalan keluar
1. Penggunaan Epidemiologi dalam upaya menanggulangi masalah
a. menemukan faktor- faktor yang penyakit tadi.
mempengaruhi ksehatan (agent, host, dan
lingkungan) sebagai dasar (ilmiah) untuk 3. Peranannya
tindakan penyakit, kecelakaan (injury) Dalam Pemecahan Masalah Kesehatan Di
dan promosi kesehatan. Masyarakat
b. menentukan penyebab utama kesakitan, a. Mencari /mengidentifikasi faktor yang

5
mempengaruhi timbulnya gangguan 1) Timbulnya suatu penyakit menular
kesehatan atau penyakit dalam suatu tertentu yang sebelumnya tidak ada
masyarakat tertentu dalam usaha mencari atau tidak dikenal pada suatu daerah.
data untuk penanggulangan serta cara 2) Peningkatan kejadian kesakitan terus
pencegahannya. menerus selama tiga kurun waktu (jam,
b. Menyiapkan data/informasi untuk keperluan hari, atau minggu) berturut-turut.
program kesehatan dengan menilai status 3) Peningkatan kejadian kesakitan dua
kesehatan dalam masyarakat serta kali atau lebih dibandingkan dengan
memberikan gambaran tentang kelompok periode sebelumnya.
penduduk yang terancam.
4) Jumlah penderita baru dalam satu
c. Membantu menilai beberapa hasil program
bulan meningkat dua kali atau lebih
kesehatan. dibandingkan tahun sebelumnya.
d. Mengembangkan metodologi dalam
menganalisis penyakit serta cara 5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
mengatasinya, baik penyakit perorangan bulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih
tetapi dianalisis dalam kelompok maupun
dibandingkan tahun sebelumnya.
kejadian luar biasa (KLB)/outbreak dalam
masyarakat. 6) Angka kasus kematian dalam satu
periode naik 50 persen atau lebih
Outbreak Atau kejadian Luar Biasa dibandingkan periode sebelumnya
Istilah Kejadian Luar Biasa (KLB) terdengar akrab dalam kurun waktu yang sama.
di telinga menyusul ditetapkannya status KLB 7) Angka proporsi penyakit penderita
di beberapa daerah. Penetapan status KLB tidak baru pada satu periode naik dua kali
dapat dilakukan secara sembarangan karena atau lebih dibanding satu periode
harus mengacu pada Undang-Undang. Selain sebelumnya dalam kurun waktu yang
itu, penetapan juga harus didahului dengan sama.
penelitian sehingga dapat menjadi landasan Penetapan KLB memiliki tujuan khusus, yaitu
yang tepat. menanggulangi dan mengendalikan supaya
tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan status yang
Berikut adalah sejumlah tujuan penetapan
digunakan oleh pemerintah pusat maupun
Kejadian Luar Biasa pada suatu daerah.
daerah untuk mengklasifikasikan penyakit yang
menjangkiti masyarakat sehingga berpotensi 1) Sebagai upaya untuk mencegah
berkembang menjadi wabah. Dengan kata meluasnya suatu penyakit.
lain, KLB merupakan peringatan sebelum 2) Sebagai upaya pengendalian agar
munculnya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa tidak terjadi lagi di
masa yang akan datang.
Kejadian Luar Biasa adalah status yang 3) Untuk memperoleh gambaran
ditetapkan Kepala Dinkes atau Menteri Kesehatan mengenai Kejadian Luar Biasa yang
saat keadaan suatu wilayah memenuhi salah berlangsung.
satu kriteria yang ditetapkan dalam Permenkes.
4) Untuk memastikan bahwa keadaan
Penetapan KLB juga memiliki tujuan tertentu dan tersebut merupakan Kejadian Luar
penanggulannya telah diatur oleh Permenkes. Biasa.
Penetapan status KLB diatur oleh UU No.36
Tahun 2009 dan diatur lebih lanjut dalam 5) Untuk mengidentifikasi sumber atau
keadaan penyebab KLB dan cara
Permenkes No.949/MENKES/SK/VII/2004.
penularannya.
Dalam peraturan tersebut, tercantum bahwa
KLB merupakan peningkatan kejadian atau 6) Untuk mengidentifikasi populasi yang
kematian secara epidemiologi pada suatu rentan atau daerah yang berisiko
daerah. Kriteria penetapan KLB, sebagai berikut; mengalami KLB.

6
Berdasarkan Permenkes Nomor 1501 Tahun 2. Permenkes Nomor 949 Tahun
2010, penanggulangan KLB atau wabah atau 2004 tentang Pedoman
outbreak dilakukan secara terpadu, mulai dari Penyelenggaraan Sistem
pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga Kewaspadaan Dini Kejadian
masyarakat. Tindakan penanggulangan ini Luar Biasa
meliputi: 3. Permenkes Nomor 1501 Tahun
1) Penyelidikan secara epidemologis 2010 tentang penanggulangan
KLB atau wabah
2) Penatalaksanaan penderita yang
mencakup pemeriksaan, pengobatan,
Profil Singkat Penulis
perawatan, dan isolasi, termasuk juga
karantina
3) Pencegahan dan pengebalan
4) Pemusnahan penyebab penyakit
5) Penanganan jenazah akibat wabah
6) Penyuluhan kepada masyarakat.
Melawan Lupa
Penulis membuat judul dengan kata “melawan
lupa” mempunyai maksud dan tujuan. Makna
atau Pengertian atau Definisi dari kata “lupa”
menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
dan menurut para ahli bahasa.
Pria berkacamata, yang hobi membaca, menulis
Arti kata Lupa - lu-pa v 1 lepas dr ingatan; dilahirkan sejak Agustus 1974 dengan nama
tidak dl pikiran (ingatan) lagi: krn sudah August Munar atau boleh dipanggil Gusmun.
lama, ia -- akan peristiwa itu; 2 tidak teringat: Penulis PNS sejak 1998 dengan SK Itjen Irjen
dia -- membawa buku tulis; 3 tidak sadar Depdagri dengan formasi Auditor terampil, dan
(tahu akan keadaan dirinya atau keadaan saat ini bekerja dengan formasi Administrator
sekelilingnya, dsb): semenjak jatuh dia sering Kesehatan di Direktoran Surveilans
-- akan keadaan sekelilingnya; 4 lalai; tidak Kekarantinaan Kesehatan Pada Ditjen P2P.
acuh: jangan -- akan kewajibanmu;
Hobi Menulis dimulai sejak menjadi WIdyaiswara
Penulis disimpulkan bahwa; Sebagai tahun 2013, dan sudah mempunyai karya lebih
seorang yang peduli terhadap Kesehatan
dari 50 judul buku. Hobi menulis bukan Cuma
masyarakat, apalagi yang memahami
pengendalian pencegahan penyakit maka membuat buku bacaan namun sering menulis
penerapan outbreak atau kejadian luar artikel baik majalah, bulletin, maupun mass
biasa merupakan kemustahilan untuk media online (kompasiana, dll).
melawan lupa.
Tujuan Menulis artikel ini adalah untuk
Demikian, semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita semua agar senantiasa
bermanfaat. Salam Otak Sehat dan jangan melupakan tahapan outbreak/ Kejadian
Produktif Luar Biasa apalagi di teori epidemiologi sudah
dijelaskan.
Sumber Bacaan
Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat.
1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Penulis,
Kesehatan
August Munar, SKM, MSi

7
Penyelidikan Epidemiologi
Rabies di Kecamatan Tinada,
Kabupaten Pakpak Bharat,
Provinsi Sumatera Utara 18 – 21 Oktpober 2022
Johanes Eko Kristiyadi dan Ikke Yuniherlina (Tim Kerja Zoonosis)

Noer Syafiiah Tiarma dan Andini Hendrawati (Tim Kerja Surveilans)


Pendahuluan
Public Health Emergency Operation Center (PHEOC) Indonesia mendapat Laporan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Rabies di Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara tanggal 11 Oktober 2022.
Berdasarkan Laporan tersebut maka dilakukan verifikasi laporan dengan melakukan monitoring
kewaspadaan dini dan penangulangan KLB Zoonosis (Rabies) Terpadu Lintas Sektor di Kecamatan
Tinada Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara tanggal 18 – 21 Oktober 2022.
Kabupaten Pakpak Bharat beribukota di Salak, memiliki luas 1.218 Km2 dengan 8 kecamatan.
Masyarakat disana dilayani oleh 8 puskesmas dan 1 RSUD Salak.
Kasus kematian karena rabies terakhir terjadi di Tahun 2019 namun pada bulan Agustus dan
September 2022 terjadi kembali kasus kematian karena rabies.
Oleh karena itu, kami melakukan kegiatan ini untuk mencari informasi lebih dalam terjadi kejadian
luar biasa ini.

8
Tujuan Dusun II Desa
Rainaldo Berasa Kakak
2 Tinada (serumah
1. Tujuan Umum (18 Th/L) Kasus
dengan kasus)

Mengetahui gambaran epidemiologi kejadian Dusun II Desa


Muliadi Berasa Kakak
3 Tinada (serumah
KLB Rabies di Kabupaten Pakpak Bharat – (15 Th/L) Kasus
dengan kasus)
Sumatera Utara.
2. Tujuan Khusus Keterangan : Ibu dan Kakak Kedua Kasus
a) Mendapatkan gambaran epidemiologi telah mendapat VAR tanggal 18 Oktober 2022
Rabies pada manusia, sedangan Kakak Pertama Kasus (Rainaldo
Berasa, 18 Th/L) saat ini merantau ke Kabupaten
b) Mengidentifikasi sumber dan cara Rokan Hulu – Riau. Kami telah mengontak
penularan Pengelola Program Zoonosis Provinsi Riau agar
c) Mengidentifikasi faktor risiko Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu segera
mencarinya untuk mendapatkan VAR
d) Memberikan saran dan rekomendasi
3. Daftar Kontak Erat dengan Kasus LIB (9
Metodologi Th/L) :
Metodologi yang digunakan dalam penyelidikan
epidemiologi ini adalah dengan wawancara dan No Nama Alamat Keterangan
observasi dengan menggunakan instrumen PE Dusun II Desa Memeluk
1 Martua Berasa
KLB Rabies. Tinada Kasus
Dusun II Desa Mengantar
2 Utti Cibro
Hasil Penyelidikan Epidemiologi Tinada Kasus
Berliana Bidan Desa Mengantar
1. Riwayat Perjalanan Penyakit 3
Situmorang Tinada Kasus
Petugas
Mengantar
4 Aman Solin Puskesmas
Kasus
Tinada
Dokter IGD Merawat
5 dr. Merry Natalia
RSUD Salak Kasus
Dr. Natalina Dokter IGD Merawat
6
Ginting RSUD Salak Kasus
Perawat IGD Merawat
7 Oktriwati Berutu
RSUD Salak Kasus
Perawat IGD Merawat
8 Teti Berutu
RSUD Salak Kasus
Perawat IGD Merawat
9 Kastrono
RSUD Salak Kasus
Keamanan IGD Merawat
10 Dosmi
RSUD Salak Kasus
Keamanan IGD Merawat
11 Lavix
2. Daftar Kasus Tambahan (Digigit oleh RSUD Salak Kasus
Anjing yang sama dengan kasus) Keterangan : Kondisi semua kontak erat
sampai tanggal 20 Oktober 2022 dalam keadaan
No Nama Alamat sehat.dr. Merry telah mendapatkan Vaksin Anti
Ket Rabies Dosis 3Ayah Kasus (Martua Berasa)
Dusun II Desa
1
Mesti Berutu
Tinada (serumah Ibu Kasus
sudah bersedia mendapatkan VAR. Kontak erat
(44 Th/P) lainnya merasa tidak terkontaminasi karena
dengan kasus)
menggunakan APD
9
Temuan Epidemiologi : Grafik 2. Situasi Hewan Penular Rabies Yang
1. Hewan Penular Rabies Menggigit Manusia di Kabupaten Pakpak
Bharat, Periode Januari – September 2022
• Anjing pertama yang menggigit kasus
sudah dibunuh ayah dan kakak kasus lalu
dimasak serta dimakan keluarga kecuali ibu
kasus tanpa sempat menyerahkan kepala
anjing untuk diperiksa sampelnya.
• Anjing tersebut menggigit 3 anggota
keluarga lainnya yaitu Ibu dan 2 Kakak kasus.
• Anjing tersebut dilepas liarkan dan tidak
divaksin anti rabies.
• Keluarga memiliki 3 ekor anjing lain
selain yang mengigit kasus dan semua tidak
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat
divaksinasi anti rabies.
Grafik 3. Tren Vaksinasi pada
• Kasus digigit lagi oleh anjing tetangga pada
bagian belakang telinga kanan. Anjing kedua HPR di Kabupaten Pakpak Bharat.
yang mengigit ini sudah divaksinasi anti rabies Periode Januari – Agustus 2022
dan saat penyelidikan epidemiologi dilakukan
tanggal 19 – 20 Oktober 2022 dalam kondisi
sehat tanpa memiliki gejala rabies pada hewan.
• Populasi Hewan Penular Rabies di
Kabupaten Pakpak Bharat sebanyak 3500 ekor
(yang telah divaksinasi anti rabies sebanyak
2293 ekor setara 65,51 %).
• Hewan Penular Rabies di Kecamatan Tinada
yang telah divaksinasi anti rabies sebanyak 515
ekor.
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten
• Situasi Hewan Penular Rabies di Provinsi
Pakpak Bharat
Sumatera Utara dan Kabupaten Pakpak Bharat
seperti grafik dibawah ini : 2. Manusia
Grafik 1. Situasi Hewan Penular Rabies Yang • Kasus gigitan terjadi kepada kasus
Menggigit Manusia di Sumatera Utara, dan 3 anggota keluarga kasus saja lalu anjing
Periode Januari – September 2022
dibunuh ayah dan kakak kasus di Dusun II Desa
Tinada Kecamatan Tinada tanggal 16 Agustus
2022. Kasus dicuci luka oleh Ibu kasus dan
tidak berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
manapun.
• Kasus mengalami gejala pertama kali
tanggal 25 September 2022 (demam) dan
meninggal 29 September 2022 di RSUD Salak
sekitar pukul 04.00.

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

10
• Dilaporkan 11 kasus kontak erat dengan Grafik Karateristik Kasus GHPR di Kab. Pakpak
kasus baik dalam rangka merawat kasus. Salah Bharat Periode Januari – September 2022
seorang dokter jaga IGD RSUD Salak telah
mendapatkan VAR dosis ketiga dan Ayah kasus
sudah bersedia mendapatkan VAR dan segera
ditindaklanjuti oleh petugas puskesmas.
• Situasi Kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies di Provinsi Sumatera Utara dan
Kabupaten Pakpak Bharat seperti grafik
dibawah ini :
Grafik Situasi Kasus Gigitan Hewan
Penular Rabies di Provinsi Sumatera Utara
Periode Januari – September 2022

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat

Analisa
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
1. Hewan Penular Rabies yang mengigit
Grafik Situasi Kasus Gigitan Hewan Penular
manusia di Provinsi Sumatera Utara Pada
Rabies di Kabupaten Pakpak Bharat
Periode Januari – September 2022 sebagian
Periode Januari – September 2022
besar oleh Anjing sebanyak 4.318 ekor (92,5%)
diikuti oleh Kucing sebanyak 256 ekor (5,5%),
Monyet/Kera sebanyak 63 ekor (1,3%) dan lain-
lain sebanyak 32 ekor (0,7%).
2. Hewan Penular Rabies yang mengigit
manusia di Kabupaten Pakpak Bharat Pada
Periode Januari – Oktober 2022 seluruhnya
disebabkan oleh Anjing sebanyak 151 ekor
(100%)
3. Situasi Kasus GHPR di Provinsi Sumatera
Utara Periode Januari – September 2022
sebanyak 4.037 kasus (Rata-rata sebanyak
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat 489 kasus per bulan) dan yang mendapat VAR
sebanyak 3.855 kasus (82.9%).
4. Situasi Kasus GHPR di Kabupaten
Pakpak Bharat Periode Januari – September

11
2022 sebanyak 151 kasus (Rata-rata sebanyak 11. Kasus berobat ke tenaga kesehatan
17 kasus per bulan) dan yang mendapat VAR setelah timbul gejala klinis seperti demam,
sebanyak 149 kasus (98.6%). Namun ini belum hidrophobia, photophobia, hipersaliva,
termasuk kasus di bulan Oktober dimana 1 dan kejang. Diduga kasus telah mengalami
kasus meninggal tidak mendapatkan VAR. keterlambatan akibat tidak diberikan VAR.
5. Vaksinasi pada HPR telah dilakukan Kegiatan yang telah dilakukan :
diseluruh kecamatan di Kabupaten Pakpak
a. Kegiatan yang telah dilakukan :
Bharat, dan puncaknya terjadi saat vaksinasi
masal di bulan April 2022. Kecamatan dengan  Penyelidikan Epidemiologi ke
cakupan vaksinasi tertinggi di Kecamatan STUU Puskesmas Tinada, Rabies Center, RSUD Salak,
Julu, STUU Jehe, dan Salak. Rumah Kasus oleh tim Pusat, Provinsi Sumatera
Utara, dan Kabupaten Pakpak Bharat
6. Di Kabupaten Pakpak Bharat tidak ada
laporan spesimen hewan penular rabies yang  Dilakukan koordinasi bersama dengan
diperiksa. instansi terkait dalam penanggulangan
Rabies bersama Dinas Tanaman Pangan dan
7. Karateristik kasus terkena GHPR di
Holtikultura Kabupaten dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Pakpak Bharat paling banyak
Kabupaten Pakpak Bharat
terkena pada profesi Petani, dikarenakan
banyak Petani menggunakan anjing untuk  Sosialisasi Rabies dan Penatalaksanaan
membajak dan menjaga ladang. Kasus GHPR luka gigitan oleh anjing pada manusia kepada
terbanyak kedua adalah anak-anak usia sekolah petugas puskesmas dan dinas kesehatan
yang belum bekerja, karena sering mengajak
 Promosi kesehatan kepada masyarakat
main HPR seperti kasus kematian LIB/9th/Lk
oleh petugas puskesmas.
8. Karateristik usia yang terkena GHPR
 Petugas puskesmas telah tatalaksana
paling banyak di usia dewasa dan produktif,
kasus dan VAR pada keluarga LIB/9th/Lk yang
dimana semakin banyak aktifitas yang dilakukan
terkena GHPR. Pada keluarga kasus yang telah
di luar maka makin besar potensi untuk terkena
berpindah domisili ke Kab. Rokan Hulu, pusat
GHPR. Begitu pula dengan jenis kelamin laki-
akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
laki yang sering berada di luar untuk mencari
Provinsi Riau agar kasus tersebut bisa ke
nafkah.
puskesmas terdekat untuk mendapatkan VAR.
9. Kasus LIB/9th/Lk diduga terkena
 Petugas puskesmas akan melakukan
lyssa rabies akibat gigitan anjing pertama,
tatalaksana kasus pada kontak erat tambahan
dikarenakan kasus tidak melakukan cuci luka
yang membunuh dan memasak HPR karena
dan merahasiakan ini dari orang tua karena
diduga terkena cipratan ludah dari HPR
khawatir akan terjadi perselisihan.
b. Kesimpulan.
10. Ketika kasus LIB/9th/Lk digigit kedua kali
oleh anjing tetangga, anjing tetap hidup dan  Hasil penelusuran secara epidemiologi
sehat selama diobservasi selama 1 bulan. Hal dan faktor risiko bahwa kasus kematian yang
ini menunjukkan bahwa kemungkinan anjing terjadi memiliki gejala klinis khas rabies
kedua tidak tertular virus rabies, tetapi tetap sehingga dapat dikatakan telah terjadi Kejadian
perlu untuk diambil pemeriksaan spesimen Luar Biasa (KLB) kasus rabies di Kecamatan
karena anjing tersebut telah mengigit tiga Tinada Kab. Pakpak Bharat Provinsi Sumatera
anggota keluarga lainnya. Utara

12
 Penularan kasus dari HPR pertama yang  Perlu adanya pelatihan bagi petugas
telah dibunuh oleh keluarga. Kemungkinan surveilans epidemiologi rabies di tingkat
bukan oleh gigitan HPR kedua karena setelah Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas dalam
diobservasi selama 1 bulan HPR kedua tetap rangka SKD rabies
sehat.
 Perlu adanya pelatihan bagi pengelola
 Kontak erat keluarga masih dalam program zoonosis dan petugas surveilans
pemantauan dan belum bisa dikatakan bebas epidemiologi rabies di tingkat Provinsi,
dari rabies. Kabupaten dan Puskesmas dalam rangka SKD
rabies
c. Saran.
 Petugas Puskesmas perlu
 Perlu dilakukan surveilans ketat rabies
menyampaikan informasi tentang rabies dalam
karena adanya faktor risiko untuk terjadinya
semua kegiatan yang melibatkan masyarakat
kasus rabies pada manusia.
termasuk ke Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat
 Dinas Kesehatan harus memantau dan Tenaga Pendidik
tiap minggu alert yang muncul dalam SKDR,
 Aparat desa dalam segala kegiatan untuk
sehingga jika
terjadi alert
GHPR segera
verifikasi ke
puskesmas
setempat dan
memasukkan
kronologi
sesuai dengan
k e j a d i a n
yang terjadi
di lapangan,
b u k a n
berdasarkan hal
yang ‘biasanya’
terjadi.
 P e r l u
dilakukan
sosialisasi
oleh Promosi kesehatan, Dinas Kesehatan mewajibkan kepada masyarakat melaporkan
dan Puskesmas serta Dinas Tanaman Pangan jika ada kasus gigitan kepada aparat desa
dan Holtikultura Kabupaten setempat kepada maupun petugas kesehatan terdekat.
masyarakat sekitar secara berkala dan terus
 Dinas Kesehatan setempat harus selalu
menerus tentang tanggap dan waspada
pantau kondisi stok VAR disetiap puskesmas,
terhadap bahaya rabies sehingga masyarakat
dan jika puskesmas kekurangan stok harus
memiliki pengetahuan dan kepedulian untuk
segera melapor untuk dapat didistribusikan
melaporakan jika terjadi kasus gigitan hewan
oleh Dinas Kesehatan.
penular rabies.

13
LOKAKARYA
STEPWISE APPROACH TOWARD
RABIES ELIMINATION (SARE)
Badung, 10-13 Oktober 2022

14
daya untuk pengendalian rabies.

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi


dengan kasus rabies tinggi. Terdapat
banyak aspek dan faktor pendorong yang
mempengaruhi peningkatan kasus rabies
di Bali antara lain faktor budaya masyarakat,
perilaku manusia dan faktor lingkungan, serta
populasi hewan penular rabies yang didominasi
oleh anjing yang tinggi. Pemerintah menilai
Provinsi Bali akan memperoleh manfaat dari
SARE untuk menuju eliminasi rabies 2030.
Untuk itu pada tanggal 10-13 Oktober 2022,
Kementerian Kesehatan dengan dukungan WHO
telah menyelenggarakan Lokakarya Stepwise
Approach Towards Rabies Elimination (SARE) di
Hotel Swissbel Tuban, Bali.

Peserta lokakarya ini berasal dari lintas sektor,


antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pertanian, Kementerian dalam Negeri, Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Pertanian Provinsi
Bali, KKP Bali, BBVet Bali, BKSDA Bali, OHCC Bali,
Perwakilan Universitas Udaya, Perwakilan Rumah
Sakit Sanglah, Dinas Kesehatan dan Perternakan
Kabupaten (Badung, Buleleng, Jembrana, dan
Karang Asem), LSM Dharma, LSM BAWA, AIHSP,
WHO, FAO dan GARC.

Sambutan lokakarya disampaikan oleh Kabid P2


Dinkes Provinsi Bali (Wayan Widia, SKM, M.Kes)
dan dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Kerja
Zoonosis dan Penyakit Akibat Gigitan Hewan
The Global Alliance for Rabies Control (GARC) Berbisa dan Tumbuhan Beracun Kementerian
telah mengembangkan Stepwise Approach Kesehatan (drh. Sitti Ganefa Pakki, M.Epid).
Toward Rabies Elimination (SARE). SARE

DS merupakan sebuah alat yang dapat digunakan Terdapat tujuh komponen yang dinilai, yaitu (1)
untuk: 1) menilai situasi rabies saat ini, kekuatan Pengumpulan dan Analisa Data; (2) Pencegahan
dan kelemahan dalam tujuh komponen dan Pengendalian; (3) Diagnosa Laboratorium;
inti yang sangat penting untuk strategi (4) Manajemen Populasi Anjing; (5) Komunikasi,
pengendalian dan eliminasi rabies yang efektif; Informasi, Edukasi; (6) Cross-cutting issues; (7)
2) mengembangkan rencana kerja bersama Peraturan. Hasil dari lokakarya ini menunjukkan
untuk tindakan korektif dan investasi strategis secara keseluruhan skor Bali memperoleh
untuk meningkatkan kerja pada antarmuka nilai 1,5 dan diperkirakan dapat mencapai
hewan-manusia dalam pencegahan, deteksi eliminasi dalam waktu 13 tahun bila workplan
dan pengendalian rabies; 3) melakukan dilaksanakan (Gambar 1).
pemetaan pemangku kepentingan dan sumber

15
Gambar 1. Ringkasan Workplan Bali
Tabel 1. Hasil Asesmen SARE: Ringkasan
Kegiatan dan Tahapan

Gambar 2. Hasil Asesmen SARE: Perkembangan


Bali

Nilai-nilai tiap komponen dan tahapan-tahapan yang telah diselesaikan oleh Bali dapat dilihat
pada tabel 1. Provinsi Bali dapat melihat secara ringkas bahwa masih banyak tahapan kegiatan
yang perlu dilaksanakan, meskipun tidak sedikit pula upaya-upaya yang telah dikerjakan oleh Bali.

Menindaklajuti hasil lokakarya ini, provinsi Bali perlu secara bersama-sama melanjutkan adaptasi
workplan dengan situasi dan kondisi Bali sehingga menjadi workplan yang dapat digunakan oleh
provinsi Bali untuk mencapai eliminasi rabies 2030, termasuk didalamnya menyepakati timeline
dan penanggung jawab kegiatan workplan.

16
Assesment Rabies Center
di Puskesmas Indralaya
Kab Ogan Ilir Prov Sumatera Selatan
Khadijah Qurrata Ayun dan Johanes Eko Kristiyadi

Pendahuluan
Rabies adalah penyakit zoonosis yang ditemukan pada hewan karnivora, hewan berdarah panas
dan manusia yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini mengakibatkan kematian setelah
tanda dan gejala klinis muncul. Secara global, lebih dari 3,3 miliar orang yang tinggal di daerah
dimana rabies dianggap enzootic.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun sekitar 35.000 – 50.000 orang
meninggal dan sekitar 40% dari mereka adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Diperkirakan
setiap tahun 10 juta orang menerima vaksin rabies di seluruh dunia.
Di Indonesia rabies masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dalam 5 tahun terakhir rata-
rata dilaporkan 79.218 kasus gigitan hewan penular rabies dengan rata-rata kematian setiap
tahunnya sebanyak 86 kasus. Hingga saat ini, 26 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis,
sementara hanya 8 provinsi yang dinyatakan sebagai wilayah bebas rabies. Provinsi-provinsi bebas
rabies tersebut adalah Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.
Yogjakarta, Papua dan Papua Barat.
17
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah Center serta Program Pengendalian Zoonosis
satu provinsi endemis rabies. Tahun 2022 lainnya.
sampai Agustus 2022 dilaporkan 1.666 kasus
Hasil Kegiatan
gigitan hewan penular rabies, kasus yang
mendapatkan tatalaksana kasus sebanyak A. Kegiatan Pertama
1.600 kasus dengan kematian karena rabies Pada kegiatan koordinasi dengan Seksi P2PM
sebanyak 1 kematian. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh didapatkan beberapa informasi. Rabies tersebar
pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi di 14 kabupaten kota di Sumatera Selatan.
masalah rabies seperti pembentukkan tim Diketahui bahwa sampai bulan Agustus 2022
koordinasi rabies, pendirian rabies center, dilaporkan terdapat 1.666 kasus gigitan hewan
pelatihan dan sosialisasi kepada pengelola penular rabies dan sebanyak 1.600 kasus
program rabies dan petugas layanan mendapatkan tatalaksana. Sementara itu
kesehatan, melakukan promosi kesehatan terdapat 1 kematian karena rabies yang terjadi
terpadu, melakukan investigasi dan respon KLB pada tanggal 5 Januari 2022 di Kabuapaten
terintegrasi, serta vaksinasi anjing. Musi Banyuasin. Provinsi Sumatera Selatan pada
bulan Juni 2022 telah mendapatkan Vaksin
Salah satu upaya yang perlu mendapatkan
Anti Rabies (VAR) sebanyak 1000 vial dan pada
perhatian adalah implementasi Rabies Center
bulan Agustus 2022 kembali mendapatkan
di daerah-daerah endemis karena Rabies Center
VAR sebanyak 6.000 vial serta Serum Anti
merupakan tempat tatalaksana kasus gigitan
Rabies (SAR) sebanyak 50 vial. Penyediaan
hewan penular rabies dan pusat penyebarluasan
Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
informasi rabies kepada masyarakat. Untuk itu
yang berupa rollbanner rabies, lembar balik
perlu dilakukan assessment rabies center guna
rabies,komik rabies, buku saku rabies center
menilai apakah rabies center tersebut telah
dan buku saku tatalaksana kasus gigitan hewan
layak dari segi teknis dan aspek legal untuk
penulaar rabies masih didistribusi dari Tim Kerja
berfungsi sebagai rabies center. Berdasarkan
Zoonosis. Kegiatan Program Pengendalian
informasi tersebut, maka kami melakukan
Zoonosis yang ada hanya berupa monitoring
assessment rabies center di Kabupaten Ogan Iir
dan evaluasi program rabies ke 14 kabupaten
Provinsi Sumatera Selatan untuk mendukung
kota yang dialokasikan dari APBD Provinsi.
eliminasi rabies 2030.
Sedangkan kegiatan sosialisasi program
pengendalian rabies tidak dialokasikan setiap
Pelaksanaan Kegiatan tahun dananya namun kegiatan terakhir
dilakukan tahun 2021.
Kegiatan ini Assesment Rabies Center di
Kabupaten Ogan Ilir – Sumatera Selatan B. Kegiatan Kedua
dilakukan di Puskesmas Indralaya tanggal 12 – 14 Pada kegiatan koordinasi dengan Bidang
September 2022. Koordinasi dengan Seksi P2PM P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan didapatkan beberapa informasi. Pada tahun
Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan 2021 dilaporkan sebanyak 69 kasus gigitan
Ilir terkait Program Pengendalian Rabies pada hewan penular rabies dan sebanyak 60 kasus
umumnya dan Assesmen Rabies Center pada mendapatkan tatalaksana. Hewan penular
khususnya, serta Melakukan Assesmen Rabies rabies di Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari 22
Center ke Puskesmas Indralaya untuk menilai anjing, 42 kucing dan 5 kera. Diketahui bahwa
aspek teknis, sumber daya manusia, sarana sampai dengan Agustus 2022 dilaporkan 57
prasarana dan aspek regulasi terkait Rabies kasus gigitan hewan penular rabies dan yang

18
mendapatkan tatalaksana sebanyak 57 kasus lainnya di Seksi P2PM.
dengan hewan penular rabiesnya sebanyak
Wilayah kerja Puskesmas Indralaya terdiri
17 anjing, 34 kucing dan 6 kera. Dari segi
dari 7 Puskesmas yaitu Puskesmas Indralaya,
sumber daya manusianya, Dinas Kesehatan
Puskesmas Talang Alur, Puskesmas Tebing
Kabupaten Ogan Ilir memiliki tenaga pengelola
Grinting, Puskesmas Sp. Timbangan, Puskesmas
program Rabies yang merangkap dengan
Payakabung, Puskesmas Palemraya, dan
pengelola program DBD. Tenaga tersebut telah
Puskesmas KTM. Wilayah kerja Puskesmas
mendapatkan sosialisasi program pengendalian
Pemulutan terdiri dari 3 Puskesmas yaitu
rabies pada tahun 2021.
Puskesmas Pemulutan, Puskesmas Talang
Dari segi logistiknya, ketersediaan VAR masih Pangeran, dan Puskesmas Pengayut. Wilayah
bergantung pada kiriman dari Dinkes Provinsi kerja Puskesmas Tanjung Raja terdiri dari 9
yang berasal dari pusat. Setelah dilakukan Puskesmas yaitu Puskesmas Tanjung Raja,
wawancara dan pengecekkan diketahui Puskesmas Rantau Panjang, Puskesmas Kandis,
bahwa berdasarkan pemberian terakhir yaitu Puskesmas Kerinjing Puskesmas Sungai
sebanyak 200 vial, saat ini masih tersisa 169 vial
Pinang, Puskesmas Mekarsari, Puskesmas
yang tersimpan didalam refrigerator program Sungai Lebung, Puskesmas Lebung Bandung,
imunisasi. Suhu penyimpanan saat peninjauan dan Puskesmas Sungai Keli. Wilayah kerja
(suhu luar refrigerator sebesar 4,9°C dan suhu Puskesmas Muara Kuang hanya terdiri dari
dalam refrigerator sebesar 4,7°C). Suhu masih 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Muara Kuang
dalam batas aman penyimpanan VAR (2- itu sendir karena letaknya yang lebih jauh.
8°C). Selain itu diketahui juga bahwa di Dinas Wilayah kerja Puskesmas Payaraman terdiri
Kesehatan Kabupaten tidak tersedia stok dari 5 Puskesmas yaitu Puskesmas Payaraman,
Serum Anti Rabies (SAR) dikarenakan jarang Puskesmas Betung, Puskesmas Tb. Rambang,
sekali kasus GHPR risiko tinggi. VAR yang ada Puskesmas Tanjung Batu, dan Puskesmas Sri
juga dicatat data keluar masuknya. Bahan Tanjung.
edukasi yang berupa media KIE yang ada, masih
Terdapat beberapa masalah yang disampaikan
bergantung kepada pengiriman dari Dinkes
oleh pengelola program saat kegiatan
Provinsi yang asalnya dari pusat.
assessment rabies center. Permasalahan
Kabupaten Ogan Ilir memiliki 5 puskesmas yang pertama yaitu adanya penolakan penggunaan
menjadi Rabies Center dari total 25 puskesmas refrigerator secara bersama-sama dengan
di Kabupaten Ogan Ilir. Hal tersebut berarti penyimpanan vaksin program imunisasi
Kabupaten Ogan Ilir telah memiliki minimal lainya. Penyebab dari penolakan tersebut
20% puskesmas menjadi Rabies Center dan yaitu mereka khawatir bahwa refrigerator akan
telah memiliki SK Rabies Center. Puskesmas sering dibuka tutup jika ada kasus ghpr karena
yang telah menjadi Puskesmas Rabies Center menggunakan refrigerator yang sama. Pada
saat ini yaitu Puskesmas Indralaya, Puskesmas kesempatan tersebut tim dari Kemenkes telah
Pemulutan, Puskesmas Tanjung Raja, Puskesmas menyampaikan usulan pemecahan masalah.
Muara Kuang, dan Puskesmas Payaraman. Solusinya yaitu bahwa kasus GHPR yang
Rencananya Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan dilayani di Kabupaten Ogan Ilir tidak banyak
Ilir akan menambah 2 Puskesmas Rabies Center sehingga proses buka tutup refrigerator
lagi yaitu di Puskesmas Sungai Pinang dan juga relatif jarang terlebih refrigerator yang
Puskesmas Tb. Rambang. Alokasi dana APBD digunakan dengan pintu buka menuju keatas
Kabupaten untuk program pengendalian rabies sehingga relative tidak terlalu cepat perubahan
yang ada berupa monev/koordinasi lintas suhu didalam refrigerator. Selain itu tidak ada
program yang dilaksanakan bersama program regulasi yang mewajibkan VAR dipisah dengan

19
vaksin program imunisasi lainnya. Gawat Darurat. Puskesmas Indralaya memiliki
Masalah lainnya yang ditemukan yaitu masih pengelola program yang telah bertugas sejak
adanya klinisi di RSUD yang menerapkan tahun 2019 dan mendapatkan informasi rabies
metode essen untuk pemberian VAR paska melalui petugas kabupaten.
gigitan hewan penular rabies. Solusinya yaitu Pada tahun 2022 sampai dengan bulan Agustus
perlu adanya sosialisasi kepada para klinisi Puskesmas Indralaya telah melayani sekitar 9
dengan memberikan bukku saku rabies center/ kasus GHPR. Pada kasus GHPR tersebut, hewan
tatalaksana kasus ghpr sehingga para klinisi penular rabies yang mengigit sebagian besarnya
dapat mengikuti kebijakan pusat dengan yaitu kucing yang berjumlah 6 ekor dan sisanya
pemberian metode Zagreb (2 – 1 – 1). Selain anjing sebanyak 3 ekor. Dari aspek teknis,
itu juga terdapat masalah terkait petugas sumber daya manusia, sarana prasarana dan
yang belum mengetahui bagaimana cara aspek regulasi terkait Rabies Center diketahui
menggunakan SAR. Solusinya yaitu dari pihak bahwa Puskesmas Indralaya layak menjadi
Kemenkes akan berusaha meminta penyedia Rabies Center. Namun, petugas kurang begitu
SAR untuk membuatkan video penggunaan paham terkait Program Pengendalian Zoonosis
SAR sehinga dapat disebarluaskan kepada lainnya seperti Flu Burung, Leptospirosis dan
tenaga kesehatan diseluruh tanah air. Masalah Antraks.
berikutnya yaitu petugas kabupaten belum
Kesimpulan
mengetahui Program Pengendalian Zoonosis
lainnya seperti Flu Burung, Leptospirosis dan Kabupaten Ogan Ilir telah memiliki Rabies
Antraks. Solusi yang telah diberikan yaitu dari Center yang jumlahnya cukup (minimal 20%
Kemenkes telah menjelaskan secara singkat puskesmasnya menjadi Rabies Center) dan telah
tanda dan gejala penyait-penyakit tersebut dilengkapi dengan SK Rabies Center. Namun
serta faktor risikonya sehingga kedepan dapat Dinas Kesehatan Kabupaten akan menambah
diantisipasi jika dilaporkan ada kasus-kasus 2 Rabies Center agar dapat pelayanan pada
tersebut. masyarakat maksimal. Selain itu, Puskesmas
Indralaya layak menjadi Rabies Center.
C. Kegiatan Ketiga
Saran
Kemenkes melakukan kegiatan Assesment
Rabies Center ke Puskesmas Indralaya untuk Promosi Kesehatan terkait pengendaian rabies
menilai aspek teknis, sumber daya manusia, kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan
sarana prasarana dan aspek regulasi terkait dengan memanfaatkan kegiatan UKS/SBH,
Rabies Center serta Program Pengendalian posyandu, pertemuan para tokoh masyarakat/
Zoonosis lainnya. Pada kesempatan tersebut agama. Selain itu diperlukan komunikasi
diperoleh beberapa informasi. Informasi yang baik dengan para klinisi di RSUD agar
tersebut diantaranya yaitu Puskesmas Indralaya bisa menerapkan metode zagreb sehingga
sudah memiliki SK Rabies Center dan melayani penggunaanVAR dapat lebih efisien. Komunikasi
6 puskesmas lain disekitarnya. yang intensif dengan sektor kesehatan hewan
Dari segi logistiknya, Puskesmas Indralaya juga diperlukan mengingat rabies sumbernya
tersedia stok VAR minimal sebanyak 4 vial yang dari hewan sehingga pengendaliannya dapat
tersimpan di refrigerator program imunisasi terpadu. Selain itu penambahan wawasan
dengan suhu penyimpanan sebesar 4,3°C. Selain terkait program pengendalian zoonosis lain
itu tersedia media KIE berupa leaflet yang dibuat juga diperlukan.
oleh pengelola program rabies puskesmas.
Tersedia tempat pelayanan cuci luka di Instalasi

20
Peringatan Hari Rabies Sedunia
di Provinsi Bali Tahun 2022
Khadijah Qurrata Ayun, Sitti Ganefa Pakki, Yullita Evarini Yuzwar, dan Romadona Triada

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosa yang masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular
rabies. Rabies itu sendiri merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyakit yang ditakuti
oleh beberapa orang karena dapat berakhir dengan kematian. Berdasarkan laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun sekitar 35.000 – 50.000 orang meninggal dan sekitar 40%
dari mereka adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Diperkirakan setiap tahun 10 juta orang
menerima vaksin rabies di seluruh dunia.

21
Di Indonesia rabies masih menjadi Masyarakat Indonesia (IAKMI) Bali, serta Australia
masalah kesehatan masyarakat. Dalam 5 tahun Indonesia Health Security Partnership (AIHSP)
terakhir, dilaporkan rata-rata terdapat 79.218 mengadakan seminar dengan sasaran para
kasus gigitan hewan penular rabies dengan 86 akademisi. Kegiatan seminar “Peran Akademisi
kasus kematian setiap tahunnya. Hingga saat dalam Penanggulangan Rabies di Bali” ini
ini, terdapat 26 provinsi di Indonesia yang masih membahas terkait langkah-langkah yang dapat
merupakan daerah endemis. Sementara hanya 8 dilakukan para akademisi untuk berkontribusi
provinsi yang dinyatakan sebagai wilayah bebas dalam upaya penanggulangan rabies di Bali
rabies. Provinsi-provinsi yang bebas rabies dengan pendekatan lintas sektoral.
tersebut adalah Bangka Belitung, Kepulauan
Kegiatan seminar tersebut dilaksanakan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.
pada hari Jumat, 30 September 2022 secara
Yogjakarta, Papua dan Papua Barat.
hybrid dengan bertempat di Ruang Dr. A A
Provinsi Bali merupakan salah satu Made Djlantik Fakultas Kedokteran, Universitas
provinsi yang menjadi perhatian dalam Udayana secara luring dan melalui aplikasi zoom
penanganan kasus rabies di Indonesia. Sejak secara daring. Terdapat sejumlah 100 peserta,
kasus pertama sekitar September 2008 hingga 30 pembicara dan undangan, serta 23 panitia
pertengahan September 2022 jumlah kasus dari berbagai instansi yang hadir secara luring.
gigitan hewan penular rabies dan kematian Mahasiswa yang hadir secara luring pada acara
akibat rabies yang terjadi di provinsi ini masih tersebut berasal dari berbagai instansi yang
sangat tinggi. Hal tersebut tentunya sangat ada di Provinsi Bali seperti Universitas Udayana,
mengkhawatirkan karena pada tahun-tahun Universitas Dhyana Pura, Stikes Bina Usada Bali,
sebelumnya kasus rabies di Provinsi Bali sudah Universitas Warmadewa, Ikatan Senat Mahasiswa
dapat ditekan hingga pernah tidak ada kematian Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)
akibat rabies di provinsi ini. Bali, ATRO Bali, Universitas Mahasaraswati,
STIKes Kesdam IX/UDY, Pergerakan Anggota
Terdapat beberapa tantangan yang
Muda IAKMI (PAMI) Bali, Institut Teknologi dan
dihadapi dalam upaya pencegahan dan
Kesehatan Bali, Universitas Bali Internasional,
pengendalian penyakit rabies di Indonesia
dan Universitas Triatma Mulya.
khususnya di Provinsi Bali. Tantangan tersebut
yaitu masih rendahnya cakupan vaksinasi anti Acara tersebut diawali dengan sambutan
rabies pada hewan dan pengawasan lalu lintasyang diberikan oleh Dr. dr. Ni Nyoman Sri
hewan penular rabies. Selain itu wawasan, Budayanti, Sp.MK (K) selaku ketua panitia.
kesadsaran, dan peran serta masyarakat dalamKemudian sambutan dilanjutkan oleh Dr. dr.
pelaporan kasus kepada petugas kesehatan danNyoman Gede Anom, M.Kes selaku Kepala
kesehatan hewan juga masih terbatas. Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang mewakili
Bali juga dikenal memiliki adat atau tradisi yang
Gubernur Bali, serta dilanjutkan oleh Wakil
masih kental terkait hubungannya dengan salah
Dekan I FKH Universitas Udayana yang mewakili
satu hewan penular rabies yaitu anjing. Rektor Universitas Udayana. Setelah sambutan
acara dibuka dengan simbolis pemukulan gong
Oleh karena itu, dalam salah satu
sebanyak 3 kali yang dilakukan oleh Wakil Dekan
rangkaian peringatan hari rabies sedunia
I FKH Universitas Udayana dan di damping
pada tahun 2022 Kementerian Kesehatan
oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan
bekerja sama dengan Pusat Kajian One Health
Republik Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan
Universitas Udayana, Ikatan Ahli Kesehatan
22
Provinsi Bali, Dekan FKH, Ketua Udayana One mendorong akselerasi pengendalian rabies,
Health Colaborating Center (OHCC), Ketua meningkatkan komitmen pemerintah daerah
IAKMI Bali, dan AIHSP. dalam merevitalisasi fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai rabies center dan
Setelah acara dibuka, kemudian
menguatkan jejaring kerja antara pemegang
ditayangkan keynote speech yang disampaikan
kebijakan.
oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Pada keynote speech tersebut disampaikan Setelah penyampaian keynote speech
bahwa rabies masih menjadi salah satu masalah dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Diskusi
kesehatan di Indonesia. Saat ini dari 34 provinsi pada seminar ini dibagi dalam 2 panel. Pada
di Indonesia, baru terdapat 8 provinsi yang panel pertama yaitu pemaparan materi yang
terbebas dari rabies. Oleh karena itu diperlukan dilanjutkan oleh diskusi dengan peserta oleh 3
kerja keras untuk membebaskan provinsi lainnya pembicara yang dimoderatori oleh dr. Putu Ayu
dari rabies. Dalam uapaya penanggulangan Swandewi Astuti, MPH., Ph.D. (FK Universitas
rabies serta penyakit zoonosis lainnya harus Udayana). Pembicara pertama yaitu Prof.
menerapkan pendekatan One Health. Seluruh Tjandra Yoga Aditama yang menyampaikan
jajaran pemerintah bersama masyarakat harus materi dengan topik“Yuk Mengenal One Health”.
bekerja keras melaksanakan penanggulangan Dalam kesempatan tersebut Prof. Tjandra
rabies untuk mencapai eliminasi global tahun menyampaikan beberapa hal diantaranya
2030. yaitu 60% dari penyakit menular yang ada
pada manusia adalah zoonosis, setidaknya
Pada keynote speech tersebut juga
75% penyakit menular yang muncul pada
disampaikan bahwa diseluruh dunia termasuk
manusia (termasuk ebola, hiv, dan influenza)
Indonesia sekitar 98% kasus rabies adalah
berasal dari hewan, 3 dari 5 penyakit baru
dampak gigitan anjing yang tertular rabies. Oleh
pada manusia yang muncul setiap tahunnya
karena itu, pemeliharaan anjing domestik dan
berasal dari hewan, serta 80% agen dengan
penanganan anjing liar secara tepat dan benar
potensi penggunaan bioteroris adalah patogen
sangat menentukan keberhasilan pencegahan
zoonosis. Berdasarkan hal tersebut maka kita
rabies. Sedangkan pencegahan kematian
harus melindungi keanekaragaman hayati,
akibat rabies pada manusia ditentukan oleh
kesehatan manusia, dan kesehatan hewan di
penanganan luka gigitan secara tepat, vaksinasi
seluruh dunia untuk mencegah munculnya
anti rabies, dan pemberian serum anti rabies.
penyakit baru.
Oleh karena itu, Menteri Kesehatan
Kedekatan manusia dengan hewan
mengatakan bahwa hal tersebut merupakan
dan lingkungan yang telah berjalan selama ini
pekerjaan bersama lintas kementerian
membuat muncullah suatu konsep one health.
baik Kementerian Kesehatan, Kementerian
One Health mencakup kesehatan manusia,
Pertanian, maupun Kementerian Lingkungan
kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan.
Hidup. Dukungan dari seluruh komponen
Dalam kesempatan tersebut Prof Tjandra
bangsa sangat diperlukan agar eliminasi
juga menyarankan agar setelah kegiatan ini
rabies global 2030 dapat tercapai. Peringatan
dapat dibentuk kesepakatan kolaborasi antar
hari rabies sedunia ini dimaksudkan untuk
perwakilan dari mahasiswa dari kesehatan

23
manusia, mahasiswa dari kesehatan hewan, perlu diperkuat untuk proses perkembangan
dan mahasiswa dari kesehatan lingkungan untuk menuju eliminasi rabies yaitu Socio-
untuk membuat semacam quadripartite di Bali. cultural, Technical, Organizational, dan Political.
Prof Tjandra juga menyampaikan sebuah quote Kemudian Dr. Ronello juga menyampaikan
yang menarik yaitu “There is no health without bahwa tantangan pengendalian rabies
One Health”. Rabies ini unik karena termasuk kedepannya dapat dilihat dari segi Policy,
permasalahan zoonosis maupun neglected Resources, Technical, dan Community Support.
tropical disease. Oleh karena itu, penting Kemudian diakhir Ia mengatakan bahwa
untuk menciptakan Kolaborasi, Koordinasi, dan vaksinasi pada hewan jauh lebih murah daripada
Komunikasi yang baik dalam pelaksanaan One vaksinasi pada manusia, namun dibutuhkan
Health. setidaknya 70% populasi anjing yang
tervaksinasi. Tidak lupa juga pada kesempatan
Pembicara kedua yaitu DR. Dr. Ni Nyoman
tersebut Dr. Ronello menyampaikan bahwa
Sri Budayanti, Sp.MK(K) yang menyampaikan
diperlukan adanya implementasi One Health
materi dengan topik “Bagaimana menangani
untuk mengatasi rabies ini.
rabies kita?”. Dalam kesempatan tersebut Ibu Sri
Budayanti menyampaikan bahwa penetapan Pada panel kedua, tema yang diangkat
KLB Rabies di Bali sejak tahun 2008 sampai yaitu Best Practies Rabies Dari Berbagai Aspek.
sekarang masih berlaku karena kasusnya Panel kedua ini dimoderatori oleh Ns. Nyoman
masih mengalami peningkatan. Beberapa Agus Jagat Raya, MNS. Narasumber yang
permasalahan yang dihadapi diantaranya yaitu dihadirkan untuk panel kedua diantaranya
Peningkatan kasus kematian karena rebies adalah Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg selaku
pada manusia, Peningkatan kasus rabies pada Ketua Tim Program Dharma, I Made Abdi
hewan penular rabies, Kurangnya pemahaman Negara selaku Patajuh Panyarikan Agung
dan kesadaran masyarakat untuk memelihara Majelis Desa Adat Provinsi. Bali, Anak Agung
anjing dengan baik dan benar, serta Kurangnya Istri Inten Wiradewi, S.Pt, M.Si selaku Kepala
kerjasama lintas sektoral. Ibu Sri juga Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan,
menambahkan rekomendasi hal-hal apa saja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi
yang dapat kita lakukan untuk menanggulainya. Bali, Cipto Adi Gunawan selaku Kelompok
Rekomendasi tersebut yaitu Pemberian vaksin Ahli Gubernur Bidang Pariwisata, dan Kadek
pada manusia dan vaksin pada anjing, Kontrol Puja Astawa, S.E, M.H selaku content creator.
populasi anjing, Pembentukan tim kader siaga Pada panel kedua ini, narasumber hanya
rabies, Sosialisasi edukasi dan peningkatan memaparkan sedikit materinya kemudian
kesadaran masyarakat, serta Penguatan dilanjutnya dengan banyak sesi diskusi.
penerapan konsep One Health. Kemudian sebelum acara ditutup, peserta
bermain kuis dan mendapatkan beberapa
Pembicara ketiga yaitu Dr. Ronello
hadiah berupa media KIE dan doorprize.
Abila (Sub-regional Representative World
Diharapkan dengan adanya acara ini dapat lebih
Organization for Animal Health) yang
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
menyampaikan materi dengan topik “Rabies
dari masyarakat di Bali terutama dari kalangan
Control: lesson learned from South East Asia
akademisi untuk turut serta dalam pencegahan
Region”. Dalam kesempatan tersebut Dr.
dan pengendalian rabies.
Ronello menyampaikan bahwa 4 area yang

24
sumber gambar : https://www.pngwing.com/

Assesment Rabies Center


di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
Novie Ariani dan Tety Setiawati

Pendahuluan Berdasarkan SK Kepala Badan Karantina


Pertanian Nomor 87 Tahun 2016, Provinsi Jawa
Rabies adalah penyakit menular akut yang
Barat dinyatakan sebagai wilayah tertular
menyerang saraf pusat (otak) yang disebabkan
rabies. Berdasarkan data di Kementerian
oleh rabies virus dari genus Lyssa virus, dapat
Kesehatan tahun 2021, jumlah kasus gigitan
menyerang semua hewan berdarah panas
hewan penular rabies (GHPR) di Provinsi Jawa
termasuk manusia dengan tingkat kematian
Barat sebanyak 982 namun tidak dilaporkan
yang tinggi. Sumber penularan rabies ke
adanya kasus rabies pada manusia.
manusia 99% adalah anjing, selain itu bisa
Pada tahun 2015 dilaporkan adanya 1
ditularkan oleh hewan lainnya seperti kucing
(satu) kasus rabies pada manusia di Kabupaten
dan monyet. Menurut World Health Organization
Cianjur dimana wilayah tersebut berbatasan
(WHO), rata-rata jumlah kematian akibat rabies
dengan Kabupaten Sukabumi yang
di dunia sebesar 59.000 orang setiap tahun,
merupakan daerah endemis rabies. Meskipun
dimana sebanyak 60% terjadi di wilayah
sampai saat ini tidak dilaporkan adanya kasus
Asia. Negara-negara di Asia yang merupakan
rabies di wilayah Kabupaten Cianjur namun
endemis rabies adalah India, Bangladesh,
kewaspadaan terhadap rabies tetap harus
Pakistan, Kamboja, Butan, Thailand, Cina, dan
dilakukan, mengingat faktor risiko rabies yang
Indonesia.
ada di wilayah tersebut cukup tinggi yaitu

25
mobilitas manusia dan hewan dari dan ke - Belum ada anggaran khusus
wilayah endemis rabies cukup tinggi, budaya untuk pengendalian rabies baik
memelihara anjing sebagai penjaga kebun di Dinkes Provinsi Jawa Barat dan
dan berburu babi, serta kesadaran untuk Dinkes kabupaten Cianjur, hanya
memvaksinasi anjing peliharaan masih rendah. ada anggaran untuk pengendalian
Rabies Center merupakan bertujuan Penyakit Menular sehingga sampai
sebagai sumber informasi, komunikasi, edukasi saat ini logistik VAR dan SAR masih
& pusat layanan kesehatan kasus GHPR. bergantung dari pengadaan Pusat
Diharapkan dengan adanya Rabies Center di melalui Dinas Kesehatan Provinsi
daerah daerah endemis dapat mempercepat Jawa Barat.
dilakukannya tatalaksana pada kasus gigitan.
- Stok VAR dan SAR dari Kemenkes
Maka perlu dilakukan assessment terhadap
Tahun 2020 tersimpan di Gudang
Puskesmas Rabies Center yang ada dengan
Farmasi Dinkes Kabupaten Cianjur.
tujuan menilai apakah rabies center tersebut
Cold chain untuk penyimpanan
telah layak dari segi teknis dan aspek legal
VAR dan SAR dalam kondisi
untuk berfungsi sebagai rabies center. Juga
baik, sudah terpasang stabilizer
untuk melakukan koordinasi dan bimbingan
sehingga suhunya terkontrol dan
teknis terhadap pengelola program Rabies
saat dilakukan assessment suhu
di Puskesmas Sukanagara yang merupakan
terpantau di 40C (suhu untuk
Rabies Center di wilayah Kabupaten Cianjur.,
penyimpanan VAR dan SAR 40 – 80C).
Sudah tersedia genset yang dapat
Pelaksanaan Kegiatan digunakan apabila terjadi listrik
padam.
Kegiatan ini Assesment Rabies Center di Kab.
Cianjur – Jawa Barat dilakukan di Puskesmas - Dinkes Kabupaten Cianjur belum
Sukanagara tanggal 18 – 19 Agustus 2022. memiliki program KIE khusus
Koordinasi dengan Seksi P2PM Dinas Kesehatan rabies namun kegiatan KIE rabies
Provinsi Jawa Barat dan Bidang P2P Dinas tergabung dengan KIE penyakit
Kesehatan Kabupaten Cianjur terkait Program menular lainnya, demikian juga
Pengendalian Rabies pada umumnya dan untuk sosialisasi rabies kepada
Assesmen Rabies Center pada khususnya, petugas kesehatan Puskesmas
serta Melakukan Assesmen Rabies Center ke dilakukan hanya saat kegiatan
Puskesmas Sukanagara untuk menilai aspek Lokbul karena tidak ada anggaran
teknis, sumber daya manusia, sarana prasarana untuk pelatihan/orientasi rabies
dan aspek regulasi terkait Rabies Center serta kepada petugas Puskesmas.
Program Pengendalian Zoonosis lainnya - Tanggal 24 Agustus 2022, Kabupaten
Hasil Kegiatan Cianjur akan melakukan launching
9 rabies center dan menjadi satu-
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur satunya wilayah kabupaten di
- Belum ada perda untuk pengendalian Provinsi Jawa Barat yang telah
rabies di Kabupaten Cianjur jadi memenuhi 20% faskes yang menjadi
untuk kegiatan pengendalian rabies center yang merupakan
rabies di wilayah Cianjur mengacu indicator kinerja rabies.
kepada Pedoman Pencegahan dan - Untuk penanggulangan kasus
Pengendalian rabies dari Pusat. GHPR/rabies sudah dilakukan secara

26
terpadu melalui jaringan komunikasi
Whatsap Group Rabies. Jumlah
2. UPTD Puskesmas Rawat Inap
Puskeswan di Kabupaten Cianjur
Sukanagara
ini hanya ada 3 sedangkan jumlah
kecamatan di Kabupaten Cianjur a. UPTD Puskesmas Rawat Inap
ada 32, hal tersebut menjadi salah Sukanagara sudah ditetapkan
satu hambatan dalam koordinasi sebagai Rabies Center melalui
penanggulangan rabies. SK Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur Nomor 443.25/
- Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
P2P/2758/2020.
(GHPR) Tahun 2021 sebanyak 31
kasus dan tidak ada kematian akibat b. Sebagai rabies center, UPTD
rabies. Januari – Juli tahun 2022 Puskesmas Rawat Inap Sukanagara
dilaporkan sebanyak 35 kasus dan juga menerima kasus GHPR dari
tidak ada kematian akibat rabies. Kecamatan Takokak, Kecamatan
Campakamulya dan Kecamatan
Pagelaran.

Gambar 1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Cianjur dan Dinas


Kesehatan Provinsi Jawa Barat

27
c. Ketersediaan Sumber Daya area terbuka dan posisi keran
terlalu rendah ( ± 30 cm dari
­ Pengelola rabies di UPTD
permukaan tanah).
Puskesmas Sukanagara hanya 1
orang. d. Tatalaksana Kasus GHPR
­ Tersedia vaccine refrigerator - Alur penanganan GHPR di
untuk penyimpanan Vaksin Puskesmas Sukanagara yaitu
Anti Rabies (VAR) dan Serum pasien GHPR daftar di ruang
Anti Rabies (SAR) walaupun registrasi à dilakukan anamnesis
penyimpanannya tergabung dan pemeriksaan fisik di Poliklinik
dengan vaksin lainnya. Vaksin Umum à tatalaksana luka gigitan
refrigerator dalam kondisi baik di ruang UGD yaitu cuci luka,
dengan suhu 40C yang sesuai jahit situasi dan pemberian VAR.
untuk penyimpanan VAR dan
- Pada hari libur, pasien GHPR
SAR dan sudah terpasang
daftar di ruang registrasi
stabilizer untuk menjaga
kemudian langsung ke ruang
kestabilan suhu penyimpanan
UGD untuk mendapatkan
vaksin. Tersedia genset yang
tatalaksana.
siap digunakan apabila listrik
padam. - Cuci luka gigitan dilakukan
di depan ruang UGD dengan
­ Tersedia vaccine carrier namun
menggunakan deterjen/sabun
alat pengukur suhu untuk
cair dan air mengalir. Saat
Vaccine carrier tidak ada.
melakukan cuci luka petugas
­ Stock VAR di UPTD Puskesmas menggunakan sarung tangan
Rawat Inap Sukanagara dan masker namun bila luka
sebanyak 3 kuur (12 vial) dan gigitan lebar dan dalam maka
stock SAR 1 vial. Saat ini VAR petugas menggunakan sarung
yang tersedia adalah Rabivax tangan panjang dan sepatu
dimana vaksin kering, pelarut boot.
dan spuit tidak berada dalam
- Setelah dilakukan pencucian
satu kemasan sehingga
luka baru dilakukan penjahitan
terkadang spuit nya tercecer
situasi bila luka lebar dan dalam
dan menggunakan spuit 0,5 ml
dan pemberian VAR I.
yang ada di Puskesmas.
- Pemberian VAR pada umumnya
­ Tersedia obat-obatan analgesik,
cukup diberikan 2 kali karena
antibiotik, antiseptik (povidone
dari hasil pengamatan sebagian
iodine), alat jahit luka dan alat
besar kondisi HPR baik kecuali
pelindung diri (APD) yaitu
bila HPR tidak dapat diobservasi
sarung tangan dan masker.
maka diberikan 3 kali pemberian.
­ Tersedia sarana untuk cuci
- Pasien tidak mendapatkan
luka yaitu kran didepan ruang
kartu vaksinasi dan untuk
UGD, namun kurang layak
mengingatkan pemberian VAR
untuk kenyamanan petugas
selanjutnya dilakukan melalui
dan pasien karena berada di

28
telepon, jika kasus GHPR tidak - Dalam tatalaksana kasus GHPR/
memiliki telepon maka akan rabies terutama pemberian VAR
diingatkan melalui saudara/RT sudah berkoordinasi dengan
setempat. dokter hewan di Puskeswan
Kecamatan Sukanagara yang
- Pengelola masih menggunakan
terletak tidak jauh dari Puskesmas
cairan pelarut sebanyak 0,5 ml
Sukanagara atau bisa melalui
untuk melarutkan vaksin kering
Whatsap grup rabies. Petugas
Rabivax dimana seharusnya
dari Puskeswan akan melakukan
menggunakan 1 ml sesuai
observasi pada hewan penggigit
dengan jumlah pelarut yang
selama 14 hari.
tersedia karena sebelumnya
terbiasa menggunakan e. Promosi Kesehatan
VAR Verorab dimana cairan
­ Kegiatan KIE rabies hanya
pelarutnya 0,5 ml.
dilakukan pada Bidan dan
- Metode pemberian VAR yang Perawat Desa, belum pernah
dilakukan adalah metode dilakukan KIE rabies kepada
Zagreb dimana VAR diberikan masyarakat desa namun hanya
secara intramuskular di area pada penderita GHPR yang
pangkal lengan, namun untuk datang ke Puskesmas.
jadwal pemberiannya masih ada
­ Ketersediaan Media KIE tentang
kesalahan pada pemberian VAR
rabies di UPTD Puskesmas Rawat
ke 3 yang diberikan pada hari ke
Inap Sukanagara masih minim.
14 yang seharusnya diberikan
pada hari ke 21. f. Surveilans Rabies
- Jika memerlukan SAR maka - Pencatatan kasus GHPR
pasien GHPR akan dirujuk ke menggunakan buku register
RSUD Cianjur. SAR jumlahnya namun tidak sesuai dengan
sangat terbatas sehingga format pencatatan dan pelaporan
pemberiannya hanya diberikan kasus GHPR/Rabies yang ada di
pada luka lebar dan dalam serta buku Pedoman Penanggulangan
lokasi luka di area bahu, leher, Rabies. Menurut pengelola
muka dan kepala. rabies Puskesmas, yang
melakukan rekap kasus GHPR
- Kasus GHPR yang parah
adalah pengelola zoonosis
dengan perdarahan hebat tidak
Dinkes Kabupaten Cianjur,
ditangani di Puskesmas tapi
dimana pengelola rabies
akan langsung dirujuk ke RSUD
Puskesmas akan langsung
Cianjur. Untuk luka gigitan yang
melaporkan setiap kasus GHPR
lebar dan dalam, yang bisa
yang ditangani melalui whatsap
ditatalaksana di Puskesmas maka
(identitas pasien, no HP pasien/
akan dilakukan observasi selama
pengantar, kronologi kejadi dan
20 menit setelah penjahitan bila
penanganan di Puskesmas).
masih ada rembesan darah maka
akan dirujuk ke RSUD Cianjur. - Sharing data dengan lintas
sektor dilakukan melalui media

29
Whatsap grup rabies. menyebabkan anjing mereka
menjadi lemah sehingga tidak
- Pengelola rabies Puskesmas
dapat digunakan untuk menjaga
belum melakukan analisis data
ladang /berburu lagi.
kasus GHPR /rabies namun
biasanya kasus GHPR berasal - Berdasarkan catatan dalam buku
dari Desa Sukajembar, Desa register Puskesmas Sukanagara
Sindangsari dan Desa Jayagiri diperoleh informasi bahwa Kasus
yang berbatasan dengan Gigitan Hewan Penular Rabies
Kecamatan Takokak dimana (GHPR) Tahun 2021 sebanyak
pernah melaporkan adanya 6, dimana 3 kasus mendapat
kasus rabies pada manusia. VAR lengkap dan 3 kasus hanya
Masyarakat yang berada di sampai VAR II, tidak ada kematian.
ketiga desa tersebut memiliki Kasus GHPR Januari sampai Juli
kebiasaan memelihara anjing 2022 sebanyak 4 orang, 2 kasus
untuk menjaga ladang dan mendapat VAR lengkap dan 2
berburu babi. Masyarakat tidak kasus sampai VAR II, dan belum
mau anjing peliharaannya ada kematian akibat rabies.
di vaksin karena takut akan

Gambar 2. Pemeriksaan stock VAR dan SARdi UPTD Puskesmas Rawat Inap Sukanagara

30
- D i h a r a p k a n
menerbitkan Perda
Pengendalian
Rabies guna
m e n u n j a n g
pelaksanaan
pengendalian
rabies yang
terintegrasi.

- G u n a
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat maka diharapkan
Gambar 3. Pencatatan dan Pelaporan Kasus
dilakukan sosialisasi rabies bagi
GHPR di UPTD Puskesmas Sukanagara
kader, tokoh agama, tokoh
Simpulan dan Rekomendasi masyarakat dan tenaga pendidik.

1. Simpulan - Koordinasi dengan sector kesehatan


hewan/karantina kesehatan hewan
- Kabupaten Cianjur telah
untuk memantau lalu lintas hewan
menetapkan 9 Fasitas Kesehatan
yang masuk dan keluar di Kabupaten
menjadi Rabies Center dan telah
Cianjur.
memenuhi indikator kinerja yaitu
jumlah Kab/Kota yang memiliki ≥ - Perlu dilakukan orientasi/pelatihan
20% puskesmas yang menjadi rabies khususnya terkait tatalaksana,
center. pencacatan dan pelaporan kasus
GHPR/rabies bagi pengelola rabies
- Belum ada regulasi (perda gubernur
di Puskesmas dan RS serta sosialisasi
atau bupati) yang mendukung
VAR dengan pabrikan berbeda yang
pengendalian rabies di wilayah
baru digunakan.
Provinsi Jawa Barat.
- Perlunya peningkatan
- Belum ada anggaran khusus untuk
kewaspadaaan masyarakat tentang
pengendalian rabies di wilayah
bahaya rabies dan cara pencegahan
Kabupaten Cianjur.
serta pengendalianya melalui
- Sarana cuci luka masih kurang sosialisasi terpadu dengan sector
memadai untuk kenyamanan kesehatan hewan terutama di Desa
petugas dan penderita GHPR. Sukajembar, Desa Sindangsari dan
Desa Jayagiri.
- Cara pemberian VAR masih ada
kesalahan. - Untuk memenuhi ketersediaan
Media KIE diharapkan jika ada
- Belum dilakukan sosialisasi rabies ke petugas yang sedang melakukan
masyarakat. perjalanan dinas ke Jakarta agar
singgah ke Tim Kerja Zoonosis untuk
2. Rekomendasi
mengambil Media KIE tersebut.

31
gambar : ahmed-hasan-wiafzE4U-FM-unsplash
Pengaruh Curah Hujan Dengan
Kejadian Leptospirosis
di Kota Semarang Tahun 2022
Wiwik Dwi Lestari, SKM
Pendahuluan masalah kesehatan masyarakat, terutama di
daerah beriklim tropis dan subtropics, dengan
Leptospirosis adalah penyakit infeksi curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya
akut yang dapat menyerang manusia maupun di Negara berkembang, dimana kesehatan
hewan yang disebabkan kuman leptospira lingkungannya kurang diperhatikan terutama
pathogen dan digolongkan sebagai zoonosis. pembuangan sampah.
Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit
infeksi lainnya, seperti influenza, meningitis, Internasional Leptospirosis Society
hepatitis, demam dengue, demam berdarah menyatakan Indonesia sebagai Negara insiden
dengue, dan demam virus lainnya, sehingga leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia
seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan – keluhan untuk mortalitas. Berbagai binatang baik yang
khas yang dapat ditemukan yaitu demam liar maupun yang jinak bisa menghidap kuman
mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, leptospira. Yang paling biasa adalah jenis tikus
mual, mutah, nafsu makan menurun, dan mata (rodent).Binatang yang terkena mungkin sama
kuning serta sakit otot hebat terutama daerah sekali tidak mendapat gejalanya atau sehat
betis dan paha. Penyakit ini masih menjadi walafiat.

32
Organisasi Kesehatan dunia (WHO) Gambar Situasi
mengkategorikan penyaskit ini sebagai
penyakit terkait air atau water related diseases. Kasus Leptospirosis di Kota
Kondisi iklim di Indonesia beberapa bulan Semarang 2007 – 2022 mengalami penurunan,
terakhir yang memperlihatkan intensitas hujan kasus tertinggi pada tahun 2009 sebanyak 235
yang cukup tinggi memiliki potensi terjadinya kasus ,sedangkan angka kematian mengalami
penularan leptospirosis. Banjir sebagai dampak kenaikan, tertinggi pada tahun 2011 ( CFR
intensitas hujan yang tinggi, leptospirosis , 36 % ) hal ini kemungkinan disebabkan
dan tikus mempunyai hubungan yang sangat karena ketidaktahuan penderita atau
erat satu dengan yang lain. Tikus yang kita pengetahuan masyarakat tentang penyakit
kenal adalah tikus yang tinggal diselokan – Leptospirosis sehingga terjadi keterlambatan
selokan dan dibawah tanah. Tempat – tempat dalam membawa penderita ke sarana
tersebutb selanjutnya akan dipenuhi oleh air kesehatan.
dan hal ini tentu saja membuat tikus – tikus
berlarian kepermukaan dan menyebar ke
pemukiman penduduk. Melalui urinnya, tikus –
tikus tersebut mencemari banyak tempat yang
dilaluinya seperti air banjir, peralatan makanan,
makanan ataupun kontak langsung dengan
anggota tubuh manusia. Di daerah endemis
puncak jumlah kasus leptospirosis terjadi pada
musim hujan dan dapat memicu Kejadian Luar
Biasa (KLB) jika terjadi banjir

Hujan merupakan satu bentuk Tahun 2022 sampai dengan Tri wulan
presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi ke 3 terdapat 22 kasus Leptospirosis ( IR
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju 1.32/100.000 penduduk) dengan 6 kematian (
dan hujan es) atau aerosol (berbentuk CFR 27,27 % ). Hampir setiap bulan terlaporkan
embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila adanya kasus leptospirosis, sedangkan kasus
titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. tertinggi ada di bulan Januari dengan 7 kasus
Tidak semua hujan sampai ke permukaan bumi dan 2 kematian. Kasus leptospirosis menyebar
karena sebagian menguap ketika jatuh melalui di 11 Puskesmas dari 37 Puskesma di Kota
udara kering. Curah hujan merupakan salah Semarang
satu bentuk dari endapan, yaitu titik – titik air
yang terdapat di awan dan kemudian jatuh ke
permikaan bumi. Curah hujan terjadi karena
masa udara yang membumbung naik dan
suhunya menurun.

Peningkatan curah hujan biasanya


diikuti dengan peningkatan kejadian penyakit
Demam Berdarah Dengue dan Leptospirosis,
untuk itu perlu dilakukan pengamatan /
surveilans olleh pengelola program serta
kewaspadaan di masyarakat.

33
IV/11448/2020 tentang
kesiapsiagaan mengantisipasi
peningkatan kasus DBD dan
Leptospirosis di tengah pandemic
covid 19, perlu dilakukakan
langkah – langkah kesiap siagaan
dalam mengantisipasi terjadinya
peningkatan kasus leptospirosis
dengan tetap memperhatikan upaya
pencegahan dan pengendalian
covid 19 oleh segenap jajaran
Upaya Yang Dilakukan pemerintah bersama masyarakat
Pencegahan dan pengendalian
Upaya pengendalian penyakit
leptospirosis juga dilakukan dengan
leptospirosis di Kota Semarang telah dilakukan
memperkuat pemberdayaan masyarakat
sebagaimana Kebijakan dan kegiatan pokok
dengan membudayakan perilaku hidup bersih
pengendalian Leptospirosis dari Kementrian
dan sehat di seluruh lapisan masyarakat dan
Kesehatan yaitu : Peningkatan surveilans (Pasif /
menghimbau masyarakat untuk memberantas
Aktif ) , Penyelidikan Epidemiologi, Peningkatan
tikus di sekitar rumah dan tempat – tempat
tatalaksana kasus melalui ceramah klinis dan
umum melalui kegiatan PTP (Pengenalian
pengobatan penderita di Puskesmas / Rumah
Tikus di Pemukiman) yang terintegrasi dengan
Sakit, Peningkatan peran serta masyarakat,
kegiatan PSN setiap hari Jumat di masyarakat
Advokasi pada penentu kebijakan, keterpaduan
dan dilaporkan melalui aplikasi Tunggal dara.
Lintas Sektor /Lintas Program, Peningkatan
Untuk mendapatkan data Suhu ,
cakupan kualitas program, membuat surat
kelembaban dan curah hujan, Kota Semarang
edaran kewaspadaan leptospirosis tiap tahun,
melalui Dinas Kesehatan melakukan Nota
pengadaan Rapid Diagnostic Test (RDT),
Kesepakatan dengan Stasiun Klimatologi
mendistribusikan media Komunikasi Informasi
Kelas 1 Semarang tentang Kewaspadaan Dini
Edukasi (KIE) seperti buku pedoman dan leaflet
Penyakit menular dan perubahan iklin Nomor
, bahkan Kota Semarang telah bekerjasama
B/19804/0196/IX/2021 dan HK.08.00/005/
dengan badan Litbang Kementerian Kesehatan
KSMG/IX/2021.
melalui Balai Besar Penelitian Pengembangan
Vektor dan Reservoar Penyakit (B2P2VRP) Nota kesepakatan ini merupakan bagian
Salatiga tentang Penanggulangan Leptospirosis dari upaya kewaspadaan dini penyakit menular
di Kota Semarang dan perubahan iklim di Kota Semarang.
Beberapa masalah dalam kegiatan
penanggulangan leptospirosis di Kota Kejadian Leptospirosis dan Curah Hujan di
Semarang antara lain : sebagian besar penderita Kota Semarang 2022
leptospirosis datang ke Fasilitas Pelayanan
Data terkait curah hujan yang diberikan
Kesehatan dalam keadaan terlambat, sehingga
tiap bulan oleh Stasiun Klimatologi Kelas 1
perlu peningkatan pengetahuan kepada
Semarang digunakan untuk melihat keterkaitan
masyarakat mengenai penyakit leptospirosis
angka kejadian leptospirosis di Kota Semarang.
dan pengendalian tikus di pemukiman.
Berdasarkan surat edaran dari Berikut gambaran data kejadian
kementerian kesehatan Republik Indonesia leptospirosis dan curah hujan di Kota Semarang
Direktorat jenderal pencegahan dan tahun 2022
pengendalian penyakit Nomor HK. 02.02/

34
2.http://www.who.int/zoonosis/diseases/
leptospirosis/en

Kejadian leptospirosis bulan Januari 3.http://www.bmkg.go.id


sampai dengan September 2022 dengan curah
hujan,terlihat ada keterkaitan di beberapa bulan 4.Geografi Informasi Sistem ( GIS ) Mapping
seperti pada grafik line double aksis, dimana Leptospirosis Kota Semarang
kondisi curah hujan diikuti denagn kejadian 5.Ansis Zoonosis ,Leptospirosis Sepember 2022
leptospirosis terlihat pada bulan Maret sampai
dengan Oktober. 6. Nota Kesepakatan Pemerintah Kota Semarang
dengan Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Referensi : 2022
1.http://www.cdc.gov/ncz ved/divisions/ Kegiatan Surveilans Pasif GIS Mapp Leptospirosis
dfbmd/diseases/leptospirosis/technical.html

Kegiatan
Surveilans
Pasif GIS Mapp
Leptospirosis

35
Assesmen Rabies Center
Di Puskesmas Singkawang Timur I,
Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat
Johanes Eko Kristiyadi, SKM., MKM. dan drh. Ikke Yuniherlina, M.Epid.
Pendahuluan kasus yang mendapatkan tatalaksana kasus
sebanyak 2.376 kasus dengan kematian karena
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program rabies sebanyak 10 kematian yang tersebar di
Zoonosis tahun 2022-2024 adalah Kabupaten/ Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sambas
Kota Eliminasi Rabies. Untuk mendukung masing-masing 1 kematian, Kabupaten Sintang,
eliminasi rabies diperlukan fasilitas kesehatan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau dan
yang dapat menangani kasus gigitan hewan Kota Singkawang masing-masing 2 kematian,
penular rabies dan memberikan informasi Pada Tahun 2022 juga terjadi peningkatan
program pengendalian rabies atau disebut kasus gigitan hewan penular rabies di Kota
Rabies Center (RC). Indikator ini ditetapkan Singkawang.
selaras dengan Roadmap penanggulangan
rabies yang telah disusun bersama lintas Salah satu upaya yang perlu mendapatkan
sektor terkait dan kesepakatan global dimana perhatian adalah implementasi Rabies Center di
pada tahun 2030 kematian rabies menjadi nol. daerah-daerah endemis karena Rabies Center
Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan merupakan tempat tatalaksana kasus gigitan
Assesment Rabies Center (ARC) pada puskesmas hewan penular rabies dan pusat penyebarluasan
yang memberikan pelayanan tersebut. informasi rabies kepada masyarakat. Untuk itu
perlu dilakukan assessment rabies center guna
Berdasarkan informasi situasi rabies menilai apakah rabies center tersebut telah
di Indonesia dalam 5 tahun terakhir rata- layak dari segi teknis dan aspek legal untuk
rata dilaporkan 79.218 kasus gigitan hewan berfungsi sebagai rabies center.
penular rabies dengan rata-rata kematian
setiap tahunnya sebanyak 86 kasus. Hingga Berdasarkan informasi di atas, maka
saat ini, 26 provinsi di Indonesia merupakan kami melakukan assessment rabies center
daerah endemis, sementara hanya 8 provinsi di Puskesmas Singkawang Timur I Kota
yang dinyatakan sebagai wilayah bebas rabies. Singkawang Provinsi Kalimantan Barat untuk
Provinsi-provinsi bebas rabies tersebut adalah mendukung eliminasi rabies 2030.
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogjakarta, Papua Tujuan
dan Papua Barat. Melakukan Assesment Rabies Center di
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.
salah satu provinsi endemis rabies. Tahun Ruang Lingkup
2022 sampai September 2022 dilaporkan
2.478 kasus gigitan hewan penular rabies, Assesment Rabies Center dilakukan
36
di Puskesmas Singkawang Timur I Kota pengendalian rabies tidak setiap tahun
Singkawang Provinsi Kalimantan Barat tanggal dialokasikan dananya namun kegiatan
27 – 28 Oktober 2022. terakhir dilakukan tahun 2021.
Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan
Kegiatan yang dilaksanakan Barat Periode Januari – September 2022
a. Koordinasi dengan Bidang P2P Dinas sebagai berikut :
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Grafik Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan
terkait Program Pengendalian Rabies pada Barat Januari – September 2022
umumnya dan Assesmen Rabies Center
pada khususnya.
b. Koordinasi dengan Bidang P2P Dinas
Kesehatan Kota Singkawang terkait
Program Pengendalian Zoonosis pada
umumnya dan Program Pengendalian
Rabies serta Assesmen Rabies Center pada
khususnya.
c. Melakukan Assesmen Rabies Center ke
Puskesmas Singkawang Timur I untuk
menilai aspek teknis, sumber daya manusia,
sarana prasarana dan aspek regulasi terkait Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun
Rabies Center serta Program Pengendalian 2022
Zoonosis lainnya.
Grafik Hewan Penular Rabies Yang Mengigit
Hasil yang dicapai Manusia di Provinsi Kalimantan Barat Periode
Januari – September 2022
a. Koordinasi dengan Bidang P2P Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
terkait Program Pengendalian Rabies pada
umumnya dan Assesment Rabies Center
pada khususnya. Adapun informasi yang
didapatkan sebagai berikut :
Bahwa Rabies tersebar di 14
kabupaten kota di Kalimantan Barat. Pada
Bulan Juni 2022 telah mendapatkan Vaksin
Anti Rabies (VAR) sebanyak 2000 vial dan
pada Agustus 2022 kembali mendapatkan
VAR sebanyak 10.000 vial. Sedangkan
Serum Anti Rabies (SAR) dikirim sebanyak Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun
60 vial. 2022
Penyediaan Media Komunikasi, b. Koordinasi dengan Bidang P2P Dinas
Informasidan Edukasi (KIE) berupa Kesehatan Kota Singkawang terkait
rollbanner rabies, lembar balik rabies,komik Program Pengendalian Zoonosis pada
rabies, buku saku rabies center dan buku umumnya dan Program Pengendalian
saku tatalaksana kasus gigitan hewan Rabies serta Assesmen Rabies Center pada
penulaar rabies juga masih didistribusi dari khususnya. Adapun informasi yang didapat
Tim Kerja Zoonosis. sebagai berikut :
Kegiatan Program Pengendalian Data Rabies Tahun 2021 dilaporkan
Zoonosis hanya berupa monitoring dan sebanyak 241 kasus gigitan hewan penular
evaluasi program rabies ke 14 kabupaten rabies dan yang mendapatkan tatalaksana
kota yang dialokasikan dari APBD Provinsi. sebanyak 237 kasus dengan sampel hewan
Sedangkan kegiatan sosialisasi program

37
penular rabies yang diperiksa sebanyak 3 maka TNI dan Polri siap mendukung dalam
sampel dan semuanya positif rabies. penegakkan regulasi.
Sedangkan sampai dengan Alokasi dana APBD Kota untuk program
September 2022 dilaporkan 139 kasus pengendalian rabies hanya berupa monitoring
gigitan hewan penular rabies dan yang dan evaluasi/koordinasi lintas program yang
mendapatkan tatalaksana sebanyak 135 dilaksanakan Bersama program lainnya di Seksi
kasus dengan hewan penular rabiesnya P2PM.
sebanyak 139 ekor anjing.
Adapun permasalahan dan pemecahan
Grafik Situasi Rabies di Kota Singkawang masalahnya :
Januari – September 2022
 Belum mengetahui bagaimana cara
menggunakan SAR.
Pemecahannya :
Kami akan berusaha meminta penyedia SAR
untuk membuatkan video penggunaan
SAR sehinga dapat disebarluaskan kepada
tenaga kesehatan diseluruh tanah air.
 Petugas Kota belum mengetahui Program
Pengendalian Zoonosis lainnya seperti Flu
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Singkawang Tahun 2022 Burung, Leptospirosis dan Antraks.
Memiliki tenaga pengelola yang Pemecahannya :
merangkap dengan pengelola program DBD.
Namun telah mendapatkan sosialisasi program Telah dijelaskan secara singkat tanda dan
pengendalian rabies tahun 2019. gejala penyait-penyakit tersebut serta
faktor risikonya sehingga kedepan dapat
Ketersediaan VAR masih mengandalkan diantisipasi jika dilaporkan ada kasus-kasus
kiriman dari Dinkes Provinsi yang asalnya tersebut.
dari pusat. Kiriman terakhir sebanyak 150
vial dan kondisi saat ini masih 101 vial yang  Masih terjadinya kasus kematian karena
tersimpan didalam refrigerator program rabies pada manusia karena masyarakat
imunisasi. Suhu penyimpanan saat peninjauan yang tergigit tidak melaporkan ke petugas
(suhu luar refrigerator sebesar 6,4°C dan suhu kesehatan terdekat.
dalam refrigerator sebesar 6,4°C). Suhu masih
dalambatas aman untuk penyimpanan VAR (2 - Pemecahannya :
8°C). Tidak tersedia stok Serum Anti Rabies (SAR) Perlu meningkatkan peran petugas promosi
dikarenakan jarang sekali kasus GHPR risiko kesehatan untuk menyebarluaskan
tinggi. Tersedia buku catatan keluar masuk VAR. informasi akan bahaya rabies dan cara
Media KIE masih mengandalkan pencegahannya kepada masyarakat luas
pengiriman dari Dinkes Provinsi yang asalnya dengan memanfaatkan tokoh agama,
dari pusat. tokoh masyarakat maupun tenaga pendidik
melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
Memiliki 10 puskesmas yang menjadi atau Saka Bhakti Husada.
Rabies Center dari 10 puskesmas di Kota
Singkawang (100% puskesmas menjadi Rabies c. Melakukan Assesmen Rabies Center ke
Center) dan namun belum memiliki SK Rabies Puskesmas Singkawang Timur I untuk
Center. Kesepuluh puskesmas tersebut melayani menilai aspek teknis, sumber daya manusia,
26 kelurahan yang ada di Kota Singkawang. sarana prasarana dan aspek regulasi terkait
Rabies Center serta Program Pengendalian
Rencana akan membuat SK Rabies Zoonosis lainnya. Adapun informasi yang
Center, Perwako tentang Pengendalian Rabies. diperoleh sebagai berikut :
dan jika telah diterbitkan Perwako tersebuut
38
Puskesmas Singkawang Timur I matinya hewan peliharaannya paska
merupakan puskesmas rawat inap dan divaksin.
tersedia tempat pelayanan cuci luka di
Instalasi Gawat Darurat namun belum Simpulan dan Saran
memiliki SK Rabies Center. Puskesmas ini 1. Simpulan
melayani 3 kelurahan sebagai wilayah
kerjanya yaitu Kelurahan Pajintan, a. Kota Singkawang memiliki 10
Nyarungkop dan Sanggau Kulon. Namun Puskesmas dimana semuanya telah
juga melayani masyarakat yang tinggal melakkanfungsi-fungsi Rabies Center
diperbatasan dengan wilayah kerjannya namun belum dilengkapi dengan SK
seperti dari Kabupaten Bengkayang. Rabies Center.
Tersedia stok VAR minimal sebanyak 7 b. Dinas Kesehatan Kota Singkawang
vial yang tersimpan di refrigerator program berencana membuat SK Rabies
imunisasi dengan suhu penyimpanan Center bagi semua puskesmas di
sebesar 5°C dan tersedia Media KIE berupa wilayah kerjanya dan berencana
lembar balik yang berasal dari pusat. membuat Peraturan Walikota tentang
Pengendalian Rabies.
Data Tahun 2022 hingga September
2022 telah melayani sekitar 82 kasus GHPR, c. Puskesmas Singkawang Timur I layak
dimana HPR yang mengigit tercatat sebagian menjadi Rabies Center.
besar anjing yakni 79 ekor sisanya kucing
sebanyak 2 ekor dan kera sebanyak 1 ekor. d. Puskesmas Singkawang Timur I melayani
warga diluar wilayah kerjanya.
Dari aspek teknis, sumber daya
manusia, sarana prasarana dan aspek regulasi e. Kasus gigitan hewan penular rabies
terkait Rabies Center bahwa Puskesmas tahun 2022 mengalami peningkatan
Singkawang Timur I layak menjadi Rabies dibandingkan tahun 2021.
Center hanya perlu dilengkapi dengan aspek
legalnya saja.. 2. Saran

Kendala yang sering ditemukan oleh a. Promosi Kesehatan terkait pengendaian


petugas puskesmas adalah : rabies kepada masyarakat terus
ditingkatkan dengan memanfaatkan
 Kadang stok VAR habis mengingat kegiatan Usaha Kesehata Sekolah/Saka
banyaknya kasus gigitan hewan penular Bakti Husada, posyandu, pertemuan
rabies yang berkunjung ke puskesmas ini. para tokoh masyarakat/agama.
Hal ini dapat mudah diatasi karena jarak b. Perlu komunikasi yang intensif dengan
Puskesmas ini dengan Dinas Kesehatan sektor kesehatan hewan mengingat
Kota Singkawang tidaklah jauh sehingga rabies sumbernya dari hewan sehingga
keterbatasan tersebut dapat segera pengendaliannya dapat terpadu.
diatasi.
c. Perlu mencari informasi lebih lanjut
 Masyarakat yang enggan divaksin terkait program pengendalian zoonosis
karena takut. Hal ini perlu adanya upaya lainnya.
penyebarluasan informasi tentang
bahaya rabies yang dapat menyebabkan Penutup
kematian sehingga masyaraka mengerti
Assesmen Rabies Center di Puskesmas
dan tidak takut untuk divaksin.
Singkawang Timur I, Kota Singkawang pada
 Adanya infomarsi masyarakat enggan khusunya dan di fasilitas kesehatan lainnya
memvaksin hewan peliharaannya merupakan kegiatan yang sangat penting
karena takut mati setelah divaksin. Hal untuk menjamin setiap kasus gigitan hewan
ini sudah terus menerus diupayakan penular rabies yang terjadi dimasyarakat dan
dalam penyebarluasan informasinya terlaporkan akan ditatalaksana sedini mungkin
oleh petugas kesehatan hewan namun sehingga kasus kematian karena rabies pada
menjadi sulit karena adanya masyarakat manusia dapat dicegah dan pada akhirnya akan
yang memiliki pengalam pribadi terkait menunjang eliminasi rabies.
39
40

Anda mungkin juga menyukai