Anda di halaman 1dari 10

KERJASAMA

Interdisiplin dan
multidisiplin
Kelompok 1 :
Adelia Arira 1914201001
Hufaira Wardani 1914201012
Irma Khairani 1914201014
Lasmaria Pakpahan 1914201018
Nabilah Putri Andriani 1914201020
Sari Yanti 1914201042
Siti Khodijah Hasibuan 1914201033
Yandimas Pamungkas 1914201038
Yauma Tuah Lahara 1914201040
Konsep Kerjasama Tim Inter dan Multidisiplin

1. Kerjasama Tim Interdisplin dalam Keperawatan Bencana


Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas, namun dalam
pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling berkaitan.

 Ciri-ciri inter disiplin


 Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai dengan perkembangan.
 Menyadari adanya tumpang tindi kompetensi dan menerapkan dalam praktek sehari-hari
 Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang tidak bias diabaikan dan merupakan
modal bersama
 Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan merupakan yang paling
komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul beban berat bersama, hasrat untuk saling berbagi
pengalaman dan pengetahuan.
 Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan seputar disiplin
tersebut
 Anggota Tim Inter disiplin
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
menyelenggarakan fungsi:
• Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
• Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
• Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan
iklim;
• Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
• Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
2. Kerjasama Multidisiplin dalam Keperawatan Bencana

Multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari
berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing-masing individu bekerja secara
mandiri. Setiap individu dalam tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda
namun saling melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu
memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.

 Ciri- Ciri Multidisiplin


 Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan pengelolaan bersama.
 Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
 Konseptual dan operasional: terpisah-pisah.
 Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya mengintegrasikan pelayanan untuk
kepentingan pasien. Namun setiap disiplin membatasi diri secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah
ilmu lain.
 Anggota Tim Multi Disiplin
a. Dokter
1). Peran dokter dalam keadaan bencana.
Dokter merupakan salah satu praktis kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana
peran dokter tersebu diantaranya:
 Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun non trauma seperti PPGD-GELS,
ATLS, ACLS)
 Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.
 Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban triase.
 Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan mencegah terjadinya kecatatan pada
pasien.
 Memberikan pelayanan pengobatan darurat
 Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana.
 Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih lanjut
 Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
2). Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis

Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan, diantarnya dokter, yang
tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis yang meliput tim gerak cepat, tim penilaian cepat
kesehatan (Tim RHA), dab tim bantuan kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk
masing-masing tim tersebut:

● Dokter umum 1 orang


Tim gerak cepat ● Dokter Sp bedah 1 orang
(0-24 jam) ● Dokter Sp anastesi 1 Orang
Dokter Krtitis

Tim RHA ● Dokter umum minimal 1


- 24 jam orang

Tim bencana Kesehatan


Setelah tim gerak cepat dan tim RHA kembali
b. Perawat

 Fase Pra Bencana


 Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman
bencana untuk setiap fasenya.
 Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional,
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
 Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana (latihan pertolongan pertama)

 Fase Bencana
 Bertindak cepat
 Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan takut memberikan harapan yang besar
pada para korban selamat.
 Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
 Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
 Fase pasca bencana
Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya
melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa – peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan
menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi,
perasaan bersalahm dan gangguan memori.

C. Ahli gizi
 Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.
 Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.
 Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban bencana alam.
 Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil).

D. Fisioterapi
Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan instansi yang diakui secara
internasional / LSM untuk memastikan bahwa layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan
sebagai bagian dari program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam kerangka
manajemen bencana.
E. Pekerja Sosial
kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko bencana, antara lain melalui
kegiatan , peningkatan kesiap siagaan masyarakat dan mitigasi dalam menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana, pemetaan kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai pihak
terkait kebijakan penanggulangan bencana

F. Polri
Memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan hukum yang professional
dengan menjunjung tinggi HAM

G. Tim SAR (Search and Rescue)


Peranan SAR adalah yang paling mengemuka karena harus bertindak paling awal pada setiap
bencana alam yang terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa
musibah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai