Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASNGANAN BARU MENIKAH

DISUSUN OLEH :

ASMIDA SARI HASIBUAN ( 1914201032 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN FLORA

2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASNGANAN BARU MENIKAH

Kasus:
Tn.B 28 tahun dan Ny.B 26 tahun adalah pasangan suami istri. Usia pernikahan mereka 1,5
tahun. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Bayi C yang berusia 3 bulan.
Persalinan terakhir adalah 3 bulan yang lalu pada tanggal 07 Agustus 2021. Ia melahirkan
normal di puskesmas ditolong bidan. Berat lahir bayi 2800 gram. Ny.B menyatakan
persalinan Ny.B lancar dan cepat. Tn.B tinggal satu rumah dengan istri, anak, dan ibu mertua.
Tn.B bertempat tinggal di Sleman. Tn.B dan Ny.B pendidikan terakhirnya adalah SMP. Tn.B
bekerja sebagai buruh dan Ny.B adalah seorang karyawan. Pada keluarga Tn.B terdapat
beberapa masalah kesehatan yang terjadi, yaitu menurut Ny.B, Bayi C baru diberi imunisasi
satu kali saat ia lahir. Setelahnya bayi belum dibawa ke puskesmas untuk imunisasi. Menurut
catatan imunisasi bayi C baru diberi imunisasi satu kali. Status gizi bayi kurang. Berat badan
bayi saat ini 4700 gram, bayi dalam keadaan sehat, gerak aktif. Bayi C belum diberi
tambahan vitamin A. Bayi hanya diberikan susu SGM, karena ASI Ny.B keluar hanya
sedikit. Ny.B tidak rutin membawa bayi nya ke posyandu karena menyesuaikan waktu
kerjanya

A. PENGKAJIAN
1. Struktur dan Sifat Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.B
Umur : 28 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sleman
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Jumlah anggota keluarga : 3
b. Daftar Anggota Keluarga
No Nama L/ Umur Agama Hub. Dg Pendidikan Pekerjaan
P KK
1 Ny.B P 26 th Islam Istri SMP Karyawan
Laundry
2 By.C P 3 bln Islam Anak Belum -
sekolah
3 Ny.M P 60 th Islam Mertua SD -

a. Genogram

Ny.M Keterangan:
(60 th)
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
Ny.B
Tn.B (26 th) : Tinggal satu rumah
(28 th)
By.C : Meninggal
(3 bln)

c. Struktur Keluarga
Keluarga Tn.B menganut struktur keluarga matrilokal. Tipe keluarga Tn.B
termasuk keluarga ekstended family, merupakan beberapa keluarga yang tinggal
bersama, karena keluarga Tn.B tinggal dengan mertua.
d. Tahap perkembangan keluarga
Keluarga Tn.B berada pada tahap II yakni keluarga Child Bearing, karena
memiliki anak pertama usia 3 bulan.
e. Tugas Perkembangan Yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu belum
mengimunisasikan bayinya dan tidak memberikan ASI serta berat badan bayi
kurang.
f. Hobby Masing-masing Anggota Keluarga
g. Ny.B menyatakan ia dan keluarga tidak memiliki hobi tertentu. Tetapi kalau ada
waktu senggang ia menyempatkan untuk jalan-jalan. Hubungan antar anggota
keluarga
1) Hubungan suami-istri:
Suami menyatakan hubungan dengan istri harmonis. Bila ada masalah
diselesaikan bersama. Suami menyatakan sering menghabiskan waktu bersama
istri dan anaknya. Saat kunjungan dilakukan, suami tampak sering
membimbing istrinya menjawab pertanyaan perawat.
2) Hubungan orang tua-anak:
Saat kunjungan rumah dilakukan, suami sedang istirahat siang. Ia bermain-
main dengan anaknya dan membuatkan susu untuk anaknya. Tn.B menyatakan
bila istirahat siang, ia selalu pulang untuk menemui anaknya.
3) Hubungan antar anggota, baik dengan anggota keluarga dan keluarga lain:
Tn.B menyatakan hubungan dengan anggota keluarga dan dengan tetangga
baik, tidak pernah ada masalah berarti. Tn.B mengatakan jika ada masalah
dengan tetangga akan diselesaikan bersama. Tn.B jarang ikut kegiatan di
masyarakat seperti kerja bakti dan pengajian. Hubungan anggota keluarga
dengan keluarga yang lain juga baik. Adik-adik Ny.B tinggal di dekat rumah
Ny.B sehingga bisa saling membatu jika ada kesulitan. Anggota keluarga Tn.B
selalu berinteraksi dengan tetangga dan saling membantu apabila ada
kesulitan. Adik Ny.B menyatakan tetangga dan saudara sering mengingatkan
Ny.B untuk mengimunisasikan bayinya, tetapi Ny.B menolak.
h. Anggota keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
Tn.B menyatakan, ia yang mengambil keputusan dalam keluarga karena ia adalah
kepala keluarga. Segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga harus dengan
persetujuannya.
i. Kebiasaan anggota keluarga sehari-hari
1) Nutrisi
a) Frekuwensi makan : Tn.B menyatakan makan tidak teratur, karena ia
bekerja di pabrik. Sedangkan istri dan mertua makan 3x sehari. By.C
minum tidak tentu, rata-rata 6-7 x sehari, tergantung kebutuhan bayi. Jika
menangis, diberikan susu. sekali memberikan 100 cc
b) Porsi makan : Tn.B menyatakan ia makan sa1tu piring penuh, sedangkan
istri dan mertua satu piring rata dan kadang sedikit. By.C minum susu
banyaknya tergantung tangisan. Tn.B menyatakan bayinya habis satu
kotak susu sehari (satu kotak susu=150 gr).
c) Jenis Makanan :
- Makanan pokok : nasi
- Porsi : cukup
- Lauk pauk : tahu tempe
- Sayuran : berbagai macam sayuran
- Porsi sayuran : cukup
- Buah-buahan : jarang
- Makanan Selingan : ada , mi instan
d) Cara Pengolahan dan penyajian makanan
Ny.B menyatakan ia memasak menu yang bervariasi tiap harinya. Setiap
hari menu ganti. Apabila makanan bersisa akan dibuang. Makanan akan
disajikan langsung setelah memasak. Keluarga makan sendiri-sendiri,
jarang bersama, karena jadwal kerja yang berbeda antar anggota keluarga.
Alat makan menggunakan piring dan sendok.
e) Makanan pantang keluarga
Tn.B menyatakan ia memiliki makanan pantangan ikan laut, karena akan
menyebabkan alergi gatal-gatal. Tetapi Ny.B dan mertuanya tidak
memiliki makanan pantangan.
f) Makanan kesukaan keluarga
Ny.B menyatakan tidak ada makanan tertentu yang menjadi kesukaan
keluarga, keluarga makan apa adanya.
j. Kebiasaan Minum Keluarga
Tn.B menyatakan ia minum 6 gelas/hari. Ia lebih sering minum kopi. Sedangkan,
Ny.B minum 3 gelas/hari. Ny.M minum 4 gelas/hari, lebih sering minum teh
manis.
k. Pola Istirahat
Tn.B menyatakan keluarga jarang istirahat siang. Tn.B menyatakan sering
mengkonsumsi kopi dan sering begadang. Ia sering susah tidur. Ny.B tidur di
malam hari setelah Bayi C tidur. Dan bangun di pagi hari jam 05.00. Ny.B
menyatakan tidurnya cukup. Ny.B menyatakan bayinya jarang rewel, kalau siang
jarang tidur, tapi kalau malam dapat tidur nyenyak. Di malam hari bayi rewel
kalau mau tidur saja. Bayi C hanya sesekali saja rewel. Ny.M tidur jam 22.00 dan
bangun pukul 03.00.

l. Rekreasi
Ny.B mengatakan keluarga jarang berekreasi, karena ia dan suami sibuk kerja,
tetapi jika ada waktu luang, ia menyempatkan untuk jalan-jalan. Adanya waktu
senggang tidak tentu, tetapi jarang. Setiap hari keluarga Tn.B memenuhi
kebutuhan rekreasi dengan menonton TV, berkumpul keluarga, melepas lelah dan
bermain-main bersama bayi C.
m. Pemanfaatan waktu senggang
Ny.B dan Tn.B menyatakan kesibukannya selain bekerja adalah mengasuh
anaknya. Tn.B tidak pernah berolah raga. Keluarga Tn.B juga sering menonton
TV bila waktu senggang..
n. Pola eliminasi
1) Miksi
Tn.B menyatakan keluarganya buang air kecil teratur dengan frekuensi 5 kali
sehari. Tetapi saat keadaan dingin frekuensi meningkat hingga 6-7 kali sehari.
Mereka Buang air kecil di kamar mandi yang berada di samping rumah. Ny.B
menyatakan tidak tahu frekuensi buang air kecil By.C.
2) Defekasi
Tn.B menyatakan keluarganya buang air besar sehari sekali saat pagi hari di
WC samping rumah. Ny.B menyatakan frekuensi buang air besar anaknya
tidak tentu. Kadang sekali, kadang dua kali sehari.
o. Hygiene perorangan
Keluarga Tn.B mandi 2 kali sehari menggunakan sabun. Keluarga Tn.B
menggosok gigi 2 kali sehari ketika mandi pagi dan sore. Keluarga Tn.B keramas
2 kali seminggu menggunakan shampoo. Keluarga Tn.B ganti baju dua kali sehari.
Terkadang baju dipakai dua kali, sehingga digantung di kamar masing- masing.
Kebiasaan memotong kuku jika kuku sudah panjang. Keluarga Tn.B jarang
mencuci tangan sebelum makan dan mencuci kaki sebelum tidur. Keluarga Tn.B
menggunakan WC samping rumah untuk keperluan eliminasi.
Ny.B menyatakan By.C mandi dua kali sehari menggunakan air hangat. Yang
memandikan Ny.B, tetapi jika Ny.B tidak dirumah, bayi C dimandikan neneknya.
Setelah mandi bayi ganti baju dan diberi bedak.
p. Kebiasaan keluarga yang merugikan
Tn.B menyatakan memiliki kebiasaan merokok habis 1 bungkus perhari dan
menyatakan lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Ny.B menyatakan
suaminya selalu merokok dan tidak bisa menghentikan suaminya merokok. Tn.B
kadang merokok disamping bayi C.

2. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya


a. Penghasilan
1) Pekerjaan dan penghasilan utama
Tn.B menyatakan kerja di pabrik sebagai buruh dengan penghasilan sekitar
600.000 sebulan atau 20.000 perhari. Sedangkan Ny.B mengatakan bekerja
sebagai keryawan laundry dengan penghasilan 500.000 perbulan. Tn.B
bekerja dari pagi sampai sore dan istirahat saat jam 12 siang, sedangkan Ny.B
bekerja dengan 2 shift yaitu kadang pagi ( jam 09.00-16.00 WIB) kadang
siang (13.00-21.00 WIB).
2) Penghasilan sampingan/tambahan : tidak ada
b. Penggunaan dan Pemanfaatan dana keluarga per bulan:
Selain untuk biaya kebutuhan pokok dan makan sehari-hari , penghasilan Tn.B
dihabiskan untuk membeli rokok serta susu untuk bayinya. Tn.B tidak ada
pengeluaran untuk pendidikan anak namun kadang pengeluaran untuk biaya
perbaikan rumah. Pengeluaran untuk biaya kesehatan jarang, karena jarang
berobat. Keluarga Tn.B jarang menabung.
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga, dan harta benda yang
dimiliki, keluarga masuk dalam status sosial ekonomi menengah ke bawah.
c. Pengelolaan keuangan dikelola oleh istri.
d. Hubungan anggota keluarga dalam masyarakat:
Ny.B menyatakan mengikuti arisan ibu-ibu yang diadakan di kampungnya.
Namun sering tidak hadir karena bartabrakan dengan jadwal kerjanya sedangkan
Tn.B menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan di kampungnya.
Ny.B menyatakan sering ngobrol dengan tetangganya dan sering saling
membantu. Ny.M menyatakan juga jarang ikut PKK dan arisan. Ny M juga jarang
ke pengajian.
e. Fasilitas untuk pertemuan masyarakat:
Pertemuan biasa dilakukan di masjid (untuk pengajian). Kumpulan PKK
dilakukan di rumah kepala dusun. Arisan dilakukan di rumah salah seorang warga
secara bergilir.

3. Faktor Rumah Dan Lingkungan


a. Rumah
1) Denah rumah
Halaman

Teras

R.Tamu K.Tidur

R.Keluarga K.Tidur

Dapur
KM

K.Tidur

2) Status kepemilikan : Milik sendiri


3) Dinding rumah : Permanen
4) Lantai : semen
5) Langit-langit : tanpa eternit
6) Atap rumah : genting
7) Ventilasi ruangan : kurang dari 10% kali luas lantai
8) Jenis ventilasi : Melalui jendela, pintu,
9) Pemanfaatan jendela : kadang-kadang dibuka
10) Penenerangan : malam hari dengan listrik, pada siang hari masih bisa
membaca meskipun tidak ada lampu.
11) Ukuran rumah : 68m2
12) Pembagian ruang:
ada 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang dapur, tidak ada
ruang makan, dan 1 kamar mandi. Rumah tersebut dihuni oleh 4 orang .
13) Kebersihan rumah: disapu tiap hari sekali
b. Sarana Memasak:
1) Bahan bakar untuk memasak menggunakan kayu bakar karena karburator
bocor dan belum membeli yang baru. Ny.B memasak di luar rumah yaitu
berada di samping rumah
2) Tempat menyimpan peralatan dapur berada di rak piring
3) Kebersihan dapur : tidak ada sampah berserakan di dapur
c. Sampah
1) Sarana pembuangan sampah : ada di dapur berupa tempat sampah tertutup.
2) Tempat pembuangan sampah : bak sampah
3) Letak pembuangan sampah : halaman depan rumah berjarak 5 meter
4) Jarak tempat sampah dengan sumber air minum : 8 meter
5) Pengelolaan sampah : dibakar
d. Sumber air
1) Sumber air minum : sumur gali
2) Jarak sumber air dengan WC : kurang dari 10 meter
3) Pencemaran air : tidak ada
4) Kualitas air :
a) Warna : tidak berwarna
b) Bau : tidak berbau
c) Rasa : tidak berasa
d) Kebersihan sumber air : cukup bersih, area sekitar sumur disemen
e. Pembuangan air limbah
1) Jenis limbah : rumah tangga
2) Bak limbah : tidak ada
3) Saluran limbah : dibuang ke samping rumah
4) Jarak limbah dengan sumur : kurang dari 10 m
5) Letak : samping rumah
6) Vektor : tikus, nyamuk
7) Bau limbah : tidak tercium bau limbah
8) Kebersihan : cukup
f. Jamban keluarga
1) Pemilikan jamban : punya
2) Jenis jamban : jongkok
3) Letak jamban : luar rumah
4) Jarak jamban-sumur : kurang dari 10 m
5) Vektor : adanya tikus dan nyamuk
6) Kebersihan jamban : baik
g. Kandang ternak : tidak ada
h. Halaman
1) Pemilikan : punya, luas 10 m 2
2) Pemanfaatan : tidak dimanfaatkan
3) Letak : depan rumah
4) Kebersihan :tidak banyak daun dan sampah berserakan
i. Kamar mandi
1) Pemilikan : ada
2) Letak : luar rumah
3) Bak mandi : Ada
4) Kebersihan : lantai kamar mandi disikat seminggu sekali, bak mandi
tidak ada jentik.
j. Lingkungan
1) Geografi rumah : desa
2) Jarak dengan tetangga : berdekatan
3) Suasana : ramai
4) Lokasi : dekat rumah
k. Fasilitas perdagangan : warung ± 200 m, toko ± 300 m
l. Fasilitas peribadatan : masjid 500 m
m. Fasilitas kesehatan : Puskesmas Mlati 2 ± 1 km, Puskesmas Gamping
2 ± 4 km.
n. Sarana hiburan : ada, berupa TV, radio
o. Fasilitas transportasi : ada, 1 buah sepeda motor
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, menurun.
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga:
Tn. B menyatakan ia tak pernah menderita sakit serius, selama ini ia merasa sehat-
sehat saja, demikian pula dg Ny.B. Ny.M juga menyatakan Ia tak memiliki
keluhan kesehatan. Ia juga tidak memiliki penyakit serius meskipun sudah tua.
Ny.B menyatakan ayahnya meninggal karena penyakit tua. Ayahnya meninggal
11 bulan yang lalu. Ny.M menyatakan suaminya meninggal karena penyakut yang
parah, dan ia tak tahu penyakit apa. Ia menyatakan sudah memeriksakan suaminya
ke berbagai tempat tetapi tak kunjung membaik dan akhirnya meninggal.
Ny.B juga menyatakan bayinya jarang sakit. Selama ini sehat-sehat saja. Ny. M
menyatakan bayi C pernah sekali pilek.
b. Kebiasaan Memeriksakan Diri
1) Waktu : bila sakit dan ada waktu
2) Tempat : Puskesmas Mlati 2. Tn.B menyatakan rumahnya merupakan wilayah
puskesmas Gamping 2, tetapi karena jauh, ia memilih ke puskesmas Mlati 2 saja
c. Kebiasaan Minum Obat
1) Waktu : bila sakit
2) Asal obat yang diminum : dokter puskesmas, warung
d. Kesehatan Ibu dan Anak
1) Riwayat kehamilan yang lalu:
Ny.B menyatakan ia baru hamil sekali. Ia melahirkan pada usia 9 bulan di
puskesmas Mlati 2. Ny.B menyatakan tidak ada keluhan selama hamil. Ny.B
menyatakan lebih sering tidur dan malas ketika hamil. Ny.B menyatakan tidak
pernah periksa selama hamil. Buku KIA Ny.B menunjukkan ia pernah ANC
1x. Selama hamil ia merasa biasa-biasa saja. Ny.B menyatakan walaupun
selama hamil tidak kontol, ia tetap sehat. Pola makan dan kegiatan sama saja
ketika hamil dan tidak hamil. Tidak ada makanan pantangan ketika hamil.
2) Ibu hamil: tidak ada
3) Persalinan
Persalinan terakhir adalah 3 bulan yang lalu pada tanggal 22 juli 2016. Ia
melahirkan normal di puskesmas ditolong bidan. Berat lahir bayi 2800 gram.
Ny. M menyatakan persalinan Ny.B lancar dan cepat.
4) Masa nifas
Ny.B menyatakan ia nifas normal, tetapi lamanya ia sudah lupa. Tidak ada
keluhan pada masa nifas. Nafsu makan tidak berubah selama nifas.
Ny.B menyatakan ASI hanya keluar sedikit di awal kelahiran bayi. Ia
memberikan ASI hanya 2 hari saja, selanjutnya ASI masih keluar sedikit-
sedikit tetapi bayi tidak mau menyusu, bayi sering rewel sehingga ia
memberikan susu formula SGM pada bayinya. hingga sekarang, ASI sudah
tidak keluar. Saat pengkajian, ibu memberi susu formula dengan botol pada
bayi.
Selama ini bayi C diirawat oleh Tn.B dan Ny.B sendiri, tetapi ketika Tn.B dan
Ny.B bekerja, bayi C dirawat oleh neneknya. Ny.B menyatakan anaknya
selama ini sehat dan tidak pernah sakit.

5) Keluarga Berencana
Pasangan Usia Subur : ada
Umur pasangan usia subur : 28 dan 36 tahun
Pernah mendengar KB : pernah
Kalau pernah mendengarkan dari: bidan, tetangga, TV
Telah ikut KB : belum
Ny. B menyatakan saat ini belum mengikuti KB. Saat ditanya apakah ingin
KB, Ny.B menjawab ingin KB, tetapi ia tak tahu kapan akan mulai KB dan
belum memilih KB yang akan digunakan.
6) Pemeriksaan Bayi
Keluarga Tn.B mempunyai seorang bayi. Bayi C diikutkan di posyandu, akan
tetapi Ny.B tidak rutin membawa bayi ke posyandu karena menyesuaikan
waktu kerjanya. Kalau ibu kerjanya masuk pagi, anak tidak diantar ke
posyandu. KMS diisi oleh kader posyandu.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi saat ini ia dapat bergerak aktif, dapat
mengoceh dan sudah berusaha miring untuk tengkurap.
Ny.B menyatakan bayi baru diberi imunisasi saat ia lahir. Setelahnya, bayi
belum dibawa ke puskesmas untuk imunisasi. Catatan imunisasi bayi C
menunjukkan ia baru diimunisasi saat lahir.
Status gizi bayi kurang. Berat badan bayi saat ini 4,7 kg. Bayi C dalam keadaan
sehat, gerak aktif. Bayi belum diberi tambahan vitamin A. Bayi belum
diberikan makanan tambahan. Ia hanya diberikan susu SGM.
e. Riwayat Kesehatan-Mental-Psikososial-Spiritual
1) Memenuhi kebutuhan jiwa:
a) Pemenuhan rasa aman: Tn.B mengatakan keluarganya merasa aman
tinggal di lingkungan rumahnya
b) Perasaan bangga atau senang: keluarga Tn.B merasa senang bila bisa
berkumpul bersama dan tidak ada masalah.
c) Semangat untuk maju : Tn.B mengatakan selama ini ia biasa saja.
Tidak terlalu bersemangat.
2) Pemenuhan status sosial:
a) Perasaan dilayani: Tn.B mengatakan selalu mendapatkan pelayanan yang
baik jika sedang membutuhkan untuk mengurus surat-surat, dll baik dari
lingkungan tempat tinggal seperti : RT, RW, Dukuh, Kelurahan, dan
instansi pemerintahan lainya .
b) Perasaan dibenci: Tn.B mengatakan selalu akrab dengan tetangga sekitar,
hubungan dengan keluarga yang lain baik, tidak merasa dibenci dan tidak
ada permasalahan dengan orang lain.
c) Perasaan diasingkan: Tn.B mengatakan walaupun hidupnya pas-pasan
tetangga sekitar menghargai keluarganya dan tidak mengucilkanya.
3) Riwayat kesehatan mental keluarga
Keluarga klien menyatakan tidak ada yang pernah dirawat di RS Jiwa. Ny.M
menyatakan dulu suaminya sering mengamuk di rumah sehingga diperiksakan
ke RS Grhasia, tetapi tidak sampai dirawat disana, hanya kontol rutin tiap kali
obat habis. Ny.M menyatakan kata dokter disana, Tn.M tidak ada gangguan
jiwa, sehingga tidak perlu dirawat di RS.
4) Gangguan mental pada anggota keluarga: Tn.B mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang merasa bersalah, gagal, kecewa, tertekan dan dalam keluarga
tidak sering bertengkar.
5) Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol:
Tn.B menyatakan dirinya tegas, Bayi C ceria, Ny.B taat kepadanya.
Sedangkan Ny.M terbuka untuk membantu permasalahan keluarganya.
f. Riwayat Spiritual Anggota Keluarga
Tn.B dan Ny.B menyatakan solat tetapi tidak 5 waktu. Ny.M solat rutin 5 waktu.
Keluarga jarang mengikuti pengajian rutin di masjid. Tn.B rutin solat jumat.
Keluarga rutin solat di hari raya.
g. Tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan :
Tn.B menyatakan tidak pernah periksa ke puskesmas. Ny.B juga jarang periksa ke
puskesmas. Keluarga menyatakan jika ada sedikit keluhan dibiarkan akan sembuh
sendiri. Mertua yang sudah lansia juga tidak pernah datang ke posyandu lansia. Ia
tidak pernah diukur tekanan darahnya. Tn.B menyatakan tidak pernah diukur
tekanan darahnya juga sehat-sehat saja. Tn.B menyatakan khawatir akan
kesehatan anaknya , karena berat badannya yang rendah. Ny.B menyatakan perlu
untuk membawa anaknya ditimbang rutin di posyandu, tetapi ia sering sibuk
bekerja. Ny.B menyatakan kadang takut pergi ke puskesmas karena takut dimarahi
bidan, karena ia pernah mengalaminya.

h. Keadaan Kesehatan keluarga saat kunjungan


No Nama Umur L/P Kesehatan
1 Tn.B 28 L N : 72 x/menit, RR : 16x/menit, TD : 120/70 mmHg
BB : 50 Kg, TB : 160 cm , IMT: 20,32
Keluhan: Tn.B mengeluh nyeri pada pinggang
kanan belakang sejak beberapa bulan yang lalu,
tetapi ia tidak pernah memeriksakan kesehatannya.
2 Ny B 26 P BB : 47 Kg, TB : 163 cm, IMT: 17,7
N : 80x/menit, RR : 17x/menit, TD : 120/80 mmHg
Keluhan: tidak ada keluhan
3 Ny.M 60 P N : 88x/menit
RR : 18x/menit
TD : 140/90 mmHg
BB : 56 kg
TB : 159 cm
IMT: 22,22
Keluhan: tidak ada keluhan
APGAR lansia: 9
Index katz: 6
Skor short portable mental questioner: 7
5. PERSEPSI DAN TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP MASALAH
a. Persepsi keluarga terhadap masalah yang dihadapi:
Tn.B menyatakan khawatir karena berat badan anaknya kurang. Saat pengkajian,
Tn.B beberapa kali menanyakan berapa berat badan anaknya tadi saat di
posyandu. Saat dilakukan pengkajian, keluarga tampak heran dan khawatir, ada
apa dengan anaknya kok sampai didatangi dan dilakukan pendataan.
b. Tanggapan/mekanisme koping keluarga terhadap masalah:
Jika ada masalah keluarga Tn.B selalu mencari solusi bersama, keputusan ada di
Tn.B.
c. Tugas kesehatan keluarga
1) Keluarga mampu mengenal masalah
Keluarga Tn.B mengetahui mengenai berat badan anaknya yang kurang,
karena kader posyandu selalu memberitahukannya. Tn.B menyatakan khawatir
karena berat badan anaknya kurang. Saat pengkajian, Tn.B beberapa kali
menanyakan berapa berat badan anaknya tadi saat di posyandu. Keluarga Tn.B
menyatakan tidak mengetahui takaran susu formula yang benar.
Keluarga Tn.B menyatakan tidak tahu kalau penyebab berat badan kurang
pada bayi adalah asupan susu yang kurang.
Ny.M menyatakan dulu Ny.B juga tidak mau minum ASI, tetapi ia biarkan
saja. Ia menyatakan Ny.B tetap sehat walau tidak minum ASI.
Tn.B menjawab dengan santai saat ditanya tentang imunisasi anaknya. Ia
menyatakan belum diimunisasikan karena tidak sempat. Ny.B menyatakan ia
tahu kalau anak tidak diimunisasi akan beresiko terkena penyakit..
Tn.B menyatakan ia, istri dan mertua mengetahui jika ada rasa tidak nyaman
di tubuh adalah masalah kesehatan.
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
Ny.B menyatakan ia tidak memberikan ASI sejak anaknya usia 2 hari. Ia
menyatakan tidak memberikan ASI karena ASI hanya keluar sedikit, tetapi
pada hari ke-2 anak tidak mau menyusu sehingga ia menghentikan pemberian
ASI. Hingga sekarang ASI tidak keluar lagi. Sejak usia 2 hari itu, Ny.B
memberi bayi susu formula.
Tn.B menyatakan pernah mencampuri susu formula dengan sedikit bubur
susu, tetapi Bayi C diam dan tidak menangis. keluarga ingin menghemat susu,
karena susu mahal.
Keluarga Tn.B jarang periksa jika sakit, jika ada sedikit keluhan, Tn.B
menyatakan dibiarkan saja akan sembuh sendiri.
Ny.B menyatakan belum membawa anaknya ke puskesmas karena sibuk kerja.
Ny.B menyadari sebenarnya penting untuk mengimunisasikan anaknya. Ia
sudah diberikan penjelasan oleh bidan bahwa ia harus membawa anaknya
datang ke puskesmas saat usia bayinya 40 hari, namun hingga kini belum
mengimunisasikan bayinya. Ny.B juga mengetahui jadwal imunisasi
puskesmas yaitu hari selasa. Ny.B menyatakan malas membawa anak
imunisasi karena takut dimarahi bidan dan malas antri di puskesmas. Selain
itu, ia tidak tega melihat anaknya kesakitan kalau disuntik.
3) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
Tn.B menyatakan ia ada keluhan di pinggang tetapi ia biarkan saja. Ny.B tidak
memberikan ASI bagi bayinya. Ny.B memberi susu formula dengan botol buat
bayinya. Ny.B tidak menyendawakan anak setelah diberi susu. Ny.B
membawa anak ke posyandu untuk ditimbang tetapi tidak rutin. Ny.B belum
membawa anaknya untuk imunisasi. Catatan imunisasi Bayi C menunjukkan
ia baru diimunisasi saat lahir. Nenek dan saudara yang sering membuatkan
By.C susu menyatakan memberikan susu 1 sendok takar dalam 100 cc. Ny.M
menyatakan dalam memberikan susu, botol kadang direbus. Ny.M
menyatakan jika susu tidak habis,bisa didiamkan lebih dari 2 jam, lalu
diberikan lagi
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Anggota keluarga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota keluarga dan
mengerti tentang sumber keluarga yang dimiliki.
Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran penyakit.
Anggota keluarga Tn.B yang lain membiarkan Ny.B tidak menyusui bayinya.
Adik Ny.B menyatakan keluarga dan tetangga berulang kali menasehati agar
Ny.B KB dan membawa anaknya imunisasi tetapi Ny.B ngeyel.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di
lingkungan
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas kesehatan yang ada
di sekitar
Keluarga memahami dan mengerti keuntungan yang diperoleh jika
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga percaya terhadap fasilitas kesehatan, terbukti Ny.B membawa bayi
ke posyandu, meskipun tidak rutin
Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
Keluarga memiliki jaminan kesehatan jamkesmas dan dapat memanfaatkan
jamkesmas tersebut.
Keluarga Tn.B jarang periksa ke puskesmas jika sakit.
Ny.M tidak pernah memeriksakan kesehatan ke posyandu lansia
Ny.B dulu tidak mengkonsultasikan mengenai ASI untuk bayinya.
Ny.B tidak kontrol selama nifas. Buku KIA Ny.B menunjukkan ia tak pernah
kontrol selama nifas.

6. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
DS: Ketidakcukupan air
Ny.B menyatakan ASI hanya keluar susu ibu pada Ny.B di
sedikit di awal kelahiran bayi. keluarga Tn.B
DO:
a. Saat pengkajian, ibu memberi
susu formula dengan botol pada
bayi.
b. Status gizi bayi kurang
DS: Ketidakmampuan
a. Ny.M menyatakan dulu Ny.B juga Keluarga Tn.B
tidak mau minum ASI, tetapi ia mengenal
biarkan saja. Ia menyatakan Ny.B masalah
tetap sehat walau tidak minum pemberian ASI
ASI pada bayi C
b. Keluarga Tn.B menyatakan tidak
mengetahui takaran susu formula
yang benar
c. Keluarga Tn.B menyatakan tidak
tahu kalau penyebab berat badan
kurang pada bayi adalah asupan
susu yang kurang.
DO:-
DS: Ketidakmampuan
a. Ny.B menyatakan ia tidak keluarga Tn.B
memberikan ASI sejak anaknya mengambil
usia 2 hari. Ia menyatakan tidak keputusan dengan
memberikan ASI karena ASI tepat untuk
hanya keluar sedikit, tetapi pada memberikan ASI
hari ke-2 anak tidak mau bagi bayi C
menyusu sehingga ia
menghentikan pemberian ASI.
Hingga sekarang ASI tidak keluar
lagi. Sejak usia 2 hari itu, Ny.B
memberi bayi susu formula.
b. Tn.B menyatakan pernah
mencampuri susu formula dengan
sedikit bubur susu, tetapi bayi C
diam dan tidak menangis. Tn.B
ingin menghemat susu karena
susu mahal
DO:-
DS: Ketidakmampuan
a. Ny.B menyatakan membawa anak keluarga Tn.B
ke posyandu untuk ditimbang merawat bayi C
tetapi tidak rutin.
b. Bayi C minum tidak tentu, rata-
rata 6-7 x sehari, tergantung
kebutuhan bayi. Jika menangis,
diberikan susu. sekali
memberikan 100 cc.
c. Nenek dan saudara yang sering
membuatkan By.N susu
menyatakan memberikan susu 1
sendok takar dalam 100 cc.
d. Ny.M menyatakan jika susu tidak
habis,bisa didiamkan lebih dari 2
jam, lalu diberikan lagi.
DO:
a. Ny.B tidak memberikan ASI bagi
bayinya
b. Ny.B tidak menyendawakan anak
setelah diberi susu.
c. Berat badan bayi saat ini 4,7 kg

DS: Ketidakmampuan
Anggota keluarga Tn.B yang lain keluarga Tn.B
membiarkan Ny.B tidak menyusui memelihara
bayinya. lingkungan yang
DO:- mendukung
kesehatan bayi C
DS: Ketidakmampuan
a. Ny.B dulu tidak keluarga Tn.B
mengkonsultasikan mengenai ASI memanfaatkan
untuk bayinya. pelayanan
b. Ny.B tidak kontrol selama nifas kesehatan bagi
DO: pemberian nutrisi
Buku KIA Ny.B menunjukkan ia tak bayi C.
pernah kontrol selama nifas
7. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA PRIORITAS
a. Ketidakcukupan ASI
Skal Bobo
No Kriteria Skoring Pembenaran
a t
1. a. Sifat Masalah: 3 1 3/3 x 1 = Sifat masalah ini termasuk
Ancaman 1 masalah kesehatan aktual,
Kesehatan karena status gizi pada
(Resiko) bayi C yang kurang yaitu
berat badan bayi saat ini
4,7 kg dan ASI Ny.B
hanya keluar sedikit pada
awal kelahiran bayi
a. Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = Sarana yankes terjangkau,
masalah dapat 1 perhatian keluarga
terhadap bayi ada tetapi
di ubah : ASI sudah tidak lagi
Sebagian keluar dan keluarga tidak
menyadari pentingnya
pemberian ASI serta status
ekonomi keluarga
tergolong rendah yang
menyebabkan pemberian
takaran susu formula
rendah
a. Potensi 3 1 3/3 x 1 = Bayi masih berusia 3
masalah 1 bulan, keluarga sudah
untuk berusaha memberikan
dicegah: nutrisi bagi bayi tetapi
Tinggi kurang tepat. Jika keluarga
memberikan susu formula
dengan takaran yang pas
dapat meningkatkan berat
badan bayi.
b. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = Tn.B menyadari kalau
masalah: 1 berat badan anaknya yang
Masalah kurang harus segera
berat, harus diatasi. Tn.B khawatir
segera dengan berat badan
ditangani anaknya

Total 4

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakcukupan ASI
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi
Keperawatan hasil
1. Ketidakcukupan Setelah diberi asuhan 1. Beri pendidikan kesehatan kepada
ASI (00216) keperawatan keluarga keluarga tentang nutrisi yang baik
mampu mengenal bagi bayi
masalah pemberian 2. Anjurkan keluarga untuk
nutrisi pada bayi C, membuang sisa susu formula dan
dengan kriteria hasil: membersihkan botol setiap selesai
a. Keluarga mampu memberikan makan
menyebutkan 3. Jelaskan kepada keluarga
kembali nutrisi yang kemungkinan penyebab berat
tepat bagi bayi badan bayi kurang
b. Keluarga dapat 4. Evaluasi pemahaman keluarga
menyebutkan
kembali
kemungkinan
penyebab BB
kurang pada bayi
Setelah diberi asuhan 1. Berikan pendidikan kesehatan
keperawatan keluarga tentang cara menyiapkan susu
mampu mengambil formula, yaitu takaran yang benar
keputusan yang tepat dalam memberikan susu dan
untuk memberikan pentingnya takaran susu bayi
nutrisi bagi bayi C, yang benar terhadap kebutuhan
dengan kriteria hasil: nutrisi bayi
a. Keluarga 2. Jelaskan kepada keluarga untuk
menyatakan akan tidak mencampur makanan
memberikan susu seperti bubur, sereal kedalam
sesuai takaran yang botol, yaitu hanya susu
benar formula/ASI saja
b. Keluarga 3. Dampingi keluarga sampai
menyatakan akan mengambil keputusan dengan
memberikan susu tepat
saja sampai bayi
usia 6 bulan
Setelah diberi asuhan 1. Ajarkan cara memberikan takaran
keperawatan keluarga susu yang tepat
mampu merawat bayi 2. Jelaskan mengenai pentingnya
C, dengan kriteria hasil: menimbang anak rutin ke
a. Ny.B rutin posyandu
membawa bayi ke 3. Anjurkan menyendawakan bayi
posyandu setelah minum susu
b. Takaran susu untuk 4. Demonstrasikan cara
bayi C 3 1/3 takar menyendawakan bayi
sendok makan/100 5. Observasi cara pembuatan susu
cc air bayi
c. Keluarga
menyendawakan
bayi setelah diberi
susu
Setelah diberi asuhan 1. Berikan pengertian bagi keluarga
keperawatan keluarga tentang masalah yang dialami
mampu memelihara bayi C
lingkungan yang 2. Berikan pengertian kepada Ny.M
mendukung kesehatan dan adik Ny.B pentingnya
dukungan keluarga bagi Ny.B
bayi C, dengan kriteria
3. Anjurkan keluarga membantu
hasil:
pemberian nutrisi yang tepat bagi
a. Keluarga
bayi.
mendukung Ny.B
memberikan nutrisi
yang tepat bagi bayi
b. Keluarga
memotivasi Ny.B
untuk merawat bayi
dengan baik
Setelah diberi asuhan 1. Beri pengertian pada Ny.B
keperawatan keluarga tentang peran pelayanan
mampu memanfaatkan kesehatan bagi pemenuhan
pelayanan kesehatan kenbutuhan nutrisi bayi
bagi pemberian nutrisi 2. Motivasi Ny.B mendeteksi dini
bayi C ,dengan kriteria masalah kesehatan bayi dan
hasil: segera mengkoinsultasikan
a. Ny.B menyebutkan kepada petugas kesehatan
kembali peran
pelayanan
kesehatan untuk
pemenuhan nutrisi
bayi
b. Ny.B
mengkonsultasikan
kesehatan bayi
secara rutin (1 bulan
sekali ke posyandu)
D. IMPELEMENTASI KEPERAWATAN

N Hari,Tanggal,Jam Keperawatan Impelementasi TTD


O Diagnosa
Seni,16 Agustus Ketidakcukupan 1. Mnjelaskan pendidikan
2022
14:00 wib ASI kesehatan kepada
keluarga tentang nutrisi
yang baik bagi bayi

2. Menjelaskan pada keluarga


untuk membuang sisa susu
formula dan membersihkan
botol setiap selesai
memberikan makan

3. Menjelaskan kepada
keluarga kemungkinan
penyebab berat badan bayi
kurang

4. Evaluasi pemahaman
keluarga
E. EVALUASI

NO Diagnosa Catatan TTD


Hari,Tanggal Keperawatan Perkembangan

Senin,16 Agustus Ketidak cukupan ASI S : Ny.B dapat menjelaskan


2022
kembali apa yang sudah di
jelaskanoeleh perawat

O : Ny.B terlihat dapat menjawab


yang di ajukan perawat seperti
mennjawab penertian ketidak
cukupan ASI.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pemafasan akut bagian
bawah. Kolostrum pun mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang
(matur). World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya
disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan (WHO, 2003), Pada tahun 2003,
pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 3 bulan
menjadi 6 bulan.

Data dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012
mengenai situasi dan analisis ASI Eksklusif di Indonesia menunjukkan data bahwa di
Provinsi Jawa Tengah, kecenderungan menyusui ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kelahiran baru tercapai sebesar 58,4%. Begitu pula dengan kondisi yang masih kami temukan
di Bangsal Angreng RSUD pada Ibu post-partum yang masih belum banyak yang belum
mengetahui bahwa ASI Eksklusif 6 bulan itu memang hanya ASI saja, tidak ada makanan
tambahan lain. Dari beberapa Ibu yang kami wawancara, banyak diantara mereka merasa
kasihan kalau anak hanya diberi ASI saja.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian


Air Susu Ibu Eksklusif. Pada pasal 6 berbunyi "Setiap Ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya". Dukungan Keluarga pada Ibu
yang sedang menyusui juga diatur dalam undang-undang Nomor 36/2009 Pasal 128 yang
menyebutkan bahwa "selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan
masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus".

Pemberian ASI yang tidak ekslusif, perawatan bayi baru lahir yang tidak maksimal
dan berbagai faktor lainnya seperti sosial budaya dan ekonomi juga berpengaruh besar
terhadap kesehatan anak. Menurut WHO pada tahun 2015, angka kematian pada bayi di
wilayah yaitu sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi diluar
kandungan adalah asfiksia, sepsis, diare, pneumonia, dan jaundice (hiperbilirubin).
Pengetahuan Orang Tua dalam mencegah dan mengenali kegawatan pada bayi baru lahir juga
memegang peranan penting dalamn mengurangi jumlah kematian bayi baru lahir di
Indonesia.

Oleh karena itu, kelompok kami tertarik untuk mengangkat tema penyuluhan
mengenai nutrisi pada bayi baru lahir dan bagaimana mengenali kegawatan yang terjadi pada
bayi baru lahir.

1.2. Tujuan

1.2 1.Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, peserta penyuluhan mampu mengetahui tentang bagaimana


menjaga pemberian nutrisi yang baik bagi bayi baru lahir dan mengenali kegawatan pada
bayi.

1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, peserta mampu:

a. Menjelas kan nutrisi yang baik bagi bayi baru lahir

b. Menjelaskan tanda dan gejala kegawatan pada bayi baru lahir


A. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang Dilakukan
Tahapan Kegiatan
Penyuluhan Peserta Waktu
Memberikan Menjawab salam
Salam salam

1.Pembukaan

Observasi Memperkenalkan
diri. menjelaskan Mengetahui
kegiatan yang jenis,tujuan serta
akan dilakukan, lama kegiatan
maksud, tujuan,
dan lamanya
kegiatan
berlangsung
Memberi Menerima
Apersepsi apersepsi apersepsi

Ceramah a. Menjelaskan Mendengarkan


nutrisi bagi bayi materi yang
baru lahir disampaiakn
b. Menjelaskan
tanda kegawatan
pada bayi baru
lahir
Penyampaian Tanya jawab Memberi Mengajukan
materi kesempatan pertanyan
kepada peserta mengenai hal
penyuluhan hal yang belum
untuk bertanya dipahami
mengenai hal –
hal yang belum
di pahami
Evaluasi Memberi Menjawab
pertanyaan pertanyaan yang
terkait dengan diberikan
3.Penutup materi yang telah
diberikan
Kesimpulan Menyampaikan Mendengarkan
kesimpulan dari kesimpulan

materi yang telah


diberikan

Salam Memberi salam Menjawab salam

B.Evaluasi

Kriteria Evaluasi:

1. Acara berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah direncanakan


2. Peserta mendengarkan materi yang disampaikan dengan antusias dan muncul
pertanyaan sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
3. Setelah materi selesai disampaikan, peserta dapat menjawab pertanyaan antara lain:
a. Menjelaskan nutrisi bagi bayi baru lahir
b. Menjelaskan tanda kegawatan pada bayi baru lahir
Lampiran 1. Materi

C. ASI EKSLUSIF

ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan. ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai
gizi tinggi, terjangkau dan dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun
dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal (Prasetyono,
2008-35)

Kejadian diare dapat terjadi 3 -14 kali lebih tinggi pada anak-anak yang diberi susu
formula dibandingkan dengan anak yang hanya diberi ASI. Komposisi ASI berubah-ubah
setiap saat dan menurut periode laktasi, sementara komposisi susu formula tetap sama.

1. Kolostrum, merupakan susu pertama yang dikeluarkan oleh ibu bersalin untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. ASI mengandung anti virus, anti bakteri,
memperkuat daya tahan bayi dan merupakan sumber vitamin A: dengan demikian
bayi anak yang mendapat ASI memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi. Oleh karena itu
ASI sekaligus berfungsi sebagai immunisasi pertama bagi anak-anak.
2. Bayi yang mendapat ASI memiliki risiko terkena infeksi lebih rendah.
3. Meneteki dapat mencegah penyakit atopik, termasuk atopik eksim, alergi terhadap
makanan, dan alergi pernafasan pada anakanak.
4. Bayi prematur yang mendapat ASI mempunyai skor 10 lebih tinggi pada usia 7-8
tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapat makanan buatan.

D. MANFAAT ASI BAGI IBU

Meneteki bayi memberi kenikmatan kepada kedua belah pihak yakni bagi bayi dan
bagi Ibu.

Beberapa keuntungan bagi Ibu yang meneteki yaitu:


- Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan rahim, anemia & osteoporosis.
- Meneteki berarti memelihara hubungan emosional Ibu dan bayi Menghemat waktu
dan biaya penyiapan makanan bagi bayi.
- Meneteki/menyusui eksklusif dapat menjarangkan kelahiran, mempercepat
penyembuhan setelah persalinan, bayi baru lahir lebih terawat dan berpengaruh
terhadap ketahanan pangan keluarga dan masyarakat.

Praktis, tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai dengan kemampuan bayi.

E. MANFAAT ASI BAGI KELUARGA

Dengan meneteki, pengeluaran untuk makanan bayi relatif sangat kecil, sementara
jika memberi makanan buatan kepada bayi dapat menghabiskan sekitar 20-90% dari
pendapatan keluarga. Biaya untuk membeli 1 kaleng susu formula (saat ini berharga sekitar
Rp. 100.000/400 gr yang akan habis dalam waktu 3 hari, dalam 1 bulan seorang bayi
memerlukan sekitar 8 kaleng x Rp. 100.000 Rp. 800.000-Rp 1.000.000,- bila tidak mendapat
ASI dari ibunya. Hal ini jelas sangat mempengaruhi jatah makan keluarga sehari-hari.

F. MEMENUHI KEBUTUHAN IBU MENETEKI

Sebagai produsen makanan istimewa bagi bayi, para ibu meneteki memerlukan
lingkungan yang mendukung, termasuk memenuhi kebutuhan gizi para ibu meneteki tersebut.
Ibu meneteki memerlukan tambahan enersi karena mereka merupakan sumber pangan untuk
bayi anak mereka. Laktasi tidak dipengaruhi oleh status gizi ibu. Laktasi hanya berpengaruh
jika ada kelaparan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, dalam situasi darurat pun ibu
harus tetap meneteki memberi ASI kepada bayi mereka. Meskipun demikian, makanan ibu
yang meneteki tetap harus diperhatikan

G. MEMPERKENALKAN MAKANAN PADAT

Pada umur sekitar 6 bulan, produksi dan komposisi ASI mulai menurun, sementara
kebutuhan gizi bayi meningkat. Untuk mengisi kekurangan ini, selain ASI, bayi memerlukan
makanan padat (MP-ASI) untuk melengkapi ASI. Makanan padat tersebut tidak harus yang
mahal harganya. Kombinasi ASI dan makanan keluarga dengan harga yang terjangkau dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Penit bayi yang kecil membutuhkan makanan yang lebih
bervariasi dan lebih sering.

Kekerapan dan lama pemberian ASI tidak dibatasi, yaitu sesering yang bayi mau.
Sebelum menyusui, cuci putting ibu dan buat ibu dalam kondisi nyaman. Punggung ibu
sebaiknya diberi sandaran selama menyusui.

Tanda bayi mendapat ASI cukup:

 BAK sebanyak 6x/ 24 jam


 BAB berwarna kekuningan
 Bayi tampak puas setelah minum ASI
 Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusi
 BB bayi bertambah

Untuk meningkatkan produksi ASI, anjurkan ibu untuk melakukan hal-hal berikut ini:

 Menyusui dengan cara-cara yang benar


 Menyusui setiap 2 jam
 Bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik, terdapat suara menelan aktif
 Menyusui di tempat yang tenang dan nyaman

Untuk perawatan payudara, anjurkan ibu untuk melakukan hal-hal berikut:

 Menjaga payudara tetap kering dan bersih


 Memakai bra yang menyokong payudara
 Mengolocskan kolustrum atau ASI pada putting susu yang lecet
 Apabila sangat lecet, keluarkan ASI dan tamping menggunakan sendok

Jika payudara bengkak akibat pembendungan ASI:


Kompres payudara dengan menggunakan kain hangat selama 5 menit

 Urut payudara dari pangkal menuju putting


 Susukan setiap 2-3 jam
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

H. CARA MEMPERTAHANKAN KELUARAN ASI

Pijat punggung merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidakcukupnya ASI.
Pijat punggung adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. Pijatan punggung ini berfungsi untuk meningkatkan hormon
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar Pijat punggung dapat
mempengaruhi faktor psikologis sehingga meningkatkan relaksasi dan tingkat kenyaman
pada ibu, sehingga memicu produksi hormon oksitosin dan mempengaruhi produksi ASI.
Efek pijat punggung adalah Sel kelenjar dipayudara mensekresikan ASI sehingga bayi
mendapatkan ASI sesuai dengan kebutuhan yaitu berat badan bayi bertambah, urine bayi
per24 jam 30-50 mg (6-8 kali), BAB bayi 2-5 kali, bayi tertidur selama 2-3 jam.

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan
melakukan perawatan payudara atau breast care yang bertujuan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran
ASI. Selain itu, ada cara lain untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI yaitu pijat
oksitosin. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada tulang belakang yang di mulai pada tulang
belakang servikal (cervical vertebrae) sampai tulang belakang torakalis dua belas dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.
Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya. Pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI
dengan cara mengurangi tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar
pengeluaran ASI
I. MENGENALI KEGAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Enterokolitis

Enterokolitis nekrotikan (EKN) dapat terjadi pada BBER, terutama sesudah


pemberian minum enteral dimulai. Hal ini lebih sering terjadi pada BBLR yang diberi susu
formula, tetapi dapat terjadi pada bayi yang diberi ASI.

Tanda umum EKN:

a. Distensi perut atau nyeri tekan

b. Toleransi minum buruk

c. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui pipa lambung

d. Darah pada feses.

Tanda umum gangguan sistemik mencakup

a. Apnu

b. Terus mengantuk atau tidak sadar

c. Demam atau hipotermia

2. Ikterik

Lebih dari 50% bayi baru lahir normal dan 80% bayi kurang bulan mengalami ikterus. Ikterus
dibagi menjadi Ikterus abnormal dan normal Ikterus abnormal (non fisiologis):

a. Ikterus dimulai pada hari pertama kehidupan

b. Ikterus berlangsung tidak lebih dari 14 hari pada bayi cukup bulan, 21 hari pada bayi
kurang bulan

c. Ikterus disertai demam

d. Ikterus berat telapak tangan dan kaki bayi kuning


Ikterus Normal (fisiologis):

a. Kulit dan mata kuning tetapi bukan seperti tersebut di atas.

Ikterus abnormal dapat disebabkan oleh:

a. Infeksi bakteri berat

b. Penyakit hemolitik yang disebabkan oleh ketidakcocokan golongan darah atau defisiensi
G6PD

c. Sifilis kongenital atau infeksi intrauterin lainnya

d. Penyakit hati misalnya hepatitis atau atresia bilier

e. Hipotiroidisme

3. Infeksi Bakteri yang berat

Faktor risiko infeksi bakteri berat adalah:

a. Ibu demam (suhu>37.9°C sebelum atau selama persalinan)

b. Ketuban pecah >18 jam sebelum persalinan

e. Cairan amnion berbau busuk.

Semun TANDABAHAYA di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, tanda-tanda
lainnya adalah:

a. Ikterus berat

b. Distensi perut berat

Tanda infeksi lokal adalah:

a. Nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh.

b. Pustula kulit banyak dan berat


c. Pusar kemerahan, meluas ke kulit sekitarnya atau terdapat nanah

d. Ubun-ubun membonjol

4. Konjungtivitis

Mata lengket dan konjungtivitis ringan

a. Perlakukan sebagai pasien rawat jalan.

b. Tunjukkan kepada ibu cara mencuci mata dengan air atau ASI dan cara memberi salep
mata. Thu harus mencuci tangan sebelum dan sesudahnya.

e. Katakan kepada ibu untuk mencuci mata bayi dan memakai salep mata 4 kali sehari selama
5 hari. Ben ibu satu tube salep mata tetrasiklin ATAU salep mata kloramfenikol. Evaluasi
setelah 48 jam pengobatanKonjungtivitis berat (bernanah banyak dan/atau kelopak mata
bengkak) sering disebabkan oleh infeksi gonokokus. Rawat bayi di rumah sakit karena
terdapat risiko kebutaan dan perlu evaluasi dua kali sehari.

a. Cucilah mata untuk membersihkan nanah

b. sebanyak mungkin.

c. Berikan dosis tunggal sefotaksim

d. 100 mg/kgBB, IV atau IM

JUGA gunakan seperti telah diuraikan diatas: Salep mata tetrasiklin ATAU kloramfenikol

4. Meningitis
Tanda-tanda klinik Suspek jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri yang berat,
atau salah satu dari tanda meningitis berikut ini.
Tanda-tanda umum
a. Terus mengantuk, letargi atau tidak sadar
b. Minum berkurang
e. Rewel
d. Tangisan melengking
e. Episode apnu
Tanda-tanda yang lebih spesifik

a. Kejang
b. Ubun-ubun membonjol

Lampiran 2. Evaluasi dan Notulensi


EVALUASI HASIL PENYULUHAN

"PERAWATAN BAYI BARU LAHIR: NUTRISI TERBAIK UNTUK BAYI"

Waktu Pelaksanaan : Selasat, 23 Agustus 2022

Tempat pelaksanaan : Ruang leb STIKes Flora

Peserta : Pasien dan Keluarga

Evaluasi Kegiatan :

Kegiatan dilaksanakan pada pukul 13.30-14.00. Penyampaian materi diberikan oleh


petugas promkes Mahasiswa STIKes Flora terkait nutrisi bagi ibu menyusui dan hal-hal yang
memengaruhi produksi ASI. Pihak promkes Mahasiswa STIKes Flora lebih menyoroti terkait
kandungan ASI yang sangat baik untuk bayi, hal-hal yang memengaruhi produksi ASI ibu
dimana kunci yang paling utama agar produksi ASI lancar adalah ibu harus rileks. Selain itu
pihak promkes juga menyampaikan tahapan pemberian MPASI untuk bayi yang sudah lulus
ASI eksklusif 6 bulan pertama.

Penyampaian materi dari pihak PSIK lebih menyoroti tentang tindakan yang
dilakukan untuk ibu saat ASI belum keluar atau belum lancar di masa-masa awal menyusui,
yakni dengan menggunakan teknik masase payudara dan pijat oksitosin. Namun dalam
penyampaian materi tidak dilakukan praktik secara langsung karena keterbatasan sumber
daya.

Penyampaian materi dari pihak promkes Mahasiswa STIKes Flora dan PSIK
menekankan akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan juga menyinggung tentang teknik
pemberian ASI yang benar (perlekatan, durasi pemberian ASI, dll).

Peserta penyuluhan nampak aktif mendengarkan dan tertarik untuk menanyakan hal-
hal yang masih dipertanyakan mengenai pemberian ASI. Peserta beragam dari ibu yang
masih hamil trimester 3, ibu post partum, keluarga dan suami. Penyuluhan kali ini berjalan
cukup lancar, akan tetapi masih kurang dalam hal mengajarkan praktik langsung kepada ibu
terkait teknik menyusui maupun masase payudara untuk menyokong produksi ASI.
Diharapkan penyuluhan yang akan datang dapat lebih menjelaskan sekaligus mengajari
secara praktik

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. A., Adimayanti, E. 2016. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Pemberian Asi
Eksklusif Yang Baik Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Disa Gogodalem Barat Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Anak, vol 3 No 1.

Pardede, L, V. 2009. Air Susu Ibu Dan Ketahanan Pangan. Di akses dari
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ASI-dan-Ketahanan-Pangan12.pdf

Purwanti, Y., Hanum, S. M. F. 2017. Efektifitas Pijat Punggung Terhadap Produksi ASI. D3
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Situasi dan Analisis ASI Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai