Anda di halaman 1dari 2

Mabuk Perjalanan

Mabuk perjalanan atau sering disebut motion sickness merupakan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang terjadi ketika seseorang dihadapkan kepada suatu gerakan atau persepsi
gerakan. Ketidaknyamanan tersebut menyebabkan nausea, pusing, dan malaise. Hal ini dianggap
sebagai faktor dari psikologis akibat dari rasa tidak nyaman akibat kelebihan stimulus gerak atau
persepsi gerak. Hampir semua orang akan mengalami mabuk perjalanan apabila mengalami
stimulus yang cukup.

Patofisiologi

Secara fisiologis, otak mempersepsikan suatu gerakan dari organ vestibular, visual dan reseptor
propioreseptif dari otot. Mabuk perjalanan terjadi ketika stimulus dari ketiga organ tersebut
mengalami konflik. Misalnya organ visual mengalami merasa bahwa terjadinya gerakan namun,
organ vestibular dan sensor propioreseptif merasa tidak bergerak. Konflik stimulus ini
mengakibatkan gejala seperti nausea, malaise, dan muntah.

Gejala mabuk perjalanan akan muncul akibat dari stimulus gerakan horizontal, vertkal atau
putaran. Gejala akan muncul ketika stimulus terus menerus muncul dalam frekuensi 0,2 Hz.
Gejala dapat muncul ketika melihat gerakan dalam video, kapal laut, mobil atau kendaraan
lainnya akibat dari 3 dari organ yang memperlihatkan gerakan mengalami konflik.

Manifestasi klinis

Nausea merupakan tanda utama dari mabuk perjalanan disertai dengan rasa tidak nyaman lainnya
yang biasanya mengikuti misalnya muntah. Setalah itu disertai dengan rasa pusing sehingga
pasien tidak dapat bergerak atau terus merasakan gerakan padahal dalam keadaan diam. Gejala
mabuk perjalanan biasanya dapat lebih parah apabila pasien memiliki riwayat migrain, atau
kelainan vestibular lainnya. perlu adanya pemeriksaan lanjutan apabila gejala terus-menerus
terjadi selama berhari-hari (lebih dari 3 hari)

Tata laksana

Tata laksana dibagi atas tatalaksana secara terapi farmakologis atau dengan pencegahan gejala.
Mencegah gejala memiliki hasil yang lebih baik daripada penggunaan obat karena obat hanya
mengatasi gejala secara sementara dan obat masih dapat menghasilkan efek samping.
Terapi farmakologis

1. Antihistamin
Antihistamin dapat mengurangi asam lambung akibat dari aktifitas penghambatan
dari reseptor histamin di lambung. Contoh obat antihistamin yang dipakai adalah
dimenhidramide.
2. Simpatomietik
Obat simpatomietik dapat digunakan sebagai terapi pencegah rasa kantuk akibat dari
penggunaan obat antihistamin. Contoh obat yang dapat dipakai adalah efedrin
3. Antimuntah
Obat yang dapat dipakai dan aman adalah domperidon.

Pencegahan

1. Makanan
menghindari makanan pedas berlemak, atau makanan yang dapat meingkatkan asam
lambung misalnya alkohol pada penderita gastritis atau maag. Makan makanan yang
sifatnya ringan dan tidak membebani pencernaan perut. Bila gejala terjadi minum jahe
mungkin dapat meringankan gejala
2. Membiasakan dengan gerakan.
Pasien yang telah mengalami membiasakan diri dengan gerakan akan mengalami gejala
yang lebih ringan. Misal jikaa ingin naik kapal laut, pasien harus naik ke kapal terlebih
dahulu untuk membiasakan gerakan kapal

3. Memposisikan diri dalam kendaraan.

Posisikan diri di tengah kendaraan agar mengalami sedikit goncangan. Usahakan selalu
melihat horizon dengan stabil. Hindari melihat bagian lantai kendaraan. Gejala juga dapat
dikurangi dengan posisi rebah atau menutup mata.

4. Menghindari baca buku atau menatap layar

5. Membuat keadaan senyaman mungkin

Memberikan sandaran pada kepala leher setinggi 300 dapat mengurangi stimulus
vestibular. Usahakan kepala dan leher tidak banyak bergerak untuk menghindari
overstimulus. Usahakan tubuh merasa nyaman, tidak dehidrasi, tidak merasa kedinginan
atau kepenasan untuk mencegah stress dalam kendaraan

6. Usahakan selalu melihat horizon

7. Kendarai sendiri kendaraannya

Anda mungkin juga menyukai