Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN

KELUHAN MUAL

Oleh
NI KADEK YULI DAMAYANTI
NIM 183212885

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
2019
1. DEFINISI

Mual dan muntah adalah gejala-gejala dari penyakit yang mendasarinya dan
bukan penyakit spesifik. Mual adalah perasaan bahwa lambung ingin mengosongkan
dirinya, sementara muntah (emensis) adalah aksi dari mengosongan lambung secara
paksa.

Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepala
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi
lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
(Sukandar, 2008).

Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala ini
berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa atau dengan
kekuatan. Muntah adalah refleksprotektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin
yang tidak sengaja tertela. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan
racundari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran
organ yang menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan.

Muntah merupakan suatu cara saluran pencrnaan membersihkan dirinya sendiri


dari isinya ketika hamper semua bagian atas saluran pencernaan teriritasi secara luas,
sanagt mengembung, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi berlebihan
dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk muntah.

2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi yang tinggi dan mempengaruhi
kehidupan sehari-hari pasien, khususnya mual muntah pada fase lambat (Ballatori et
al, 2007). Rhodes dan Mc. Daniel (2001), menyebutkan bahwa mual dan muntah masih
terus menjadi hal yang paling menimbulkan stressdiantara efek samping kemoterapi,
meskipun perkembangan agen antiematik saat ini lebih efektif.
Selain adanya toleransi mual muntah, waktu timbulnya atau pola mual muntah
juga bervariasi. Waktu timbulnya mual muntahdapat terjadi sebelum kemoterapi
(antisiparator), saat kemoterapi (akut/24 jam pertama ) dan setelah kemoterapi
(lambat/24-120 jam), serta ada pula mual mutah berlanjut (Garret et al, 2003).

3. ETIOLOGI
1. Penyakit psikogenik
2. Proses – prose sentral ( misal : tumor otak )
3. Proses sentral yang tak langsung
misal :
 obat – obatan seperti obat kemoterapi kanker, opioid, antibiotik,
estrogen.
 Kehamilan : hiperemesis, morning sickness.
4. Penyakit perifer ( misal : peritonitis, akut abdomen )
5. Iritasi lambung atau usus
6. Gastritis akut
7. Infeksi virus dan gastroenteritis akut
Misal : infeksi rotavirus yang paling sering menyebabkan diare pada anak
yang sering diistilahkan muntaber atau muntah berak
8. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Misal : penyakit gastroesophageal refluks ( PRGE / GERD )
9. Keracunan makanan
10. Iritan – iritan lambung lainnya : alkohol, merokok dan -obat anti –
peradangan nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen.
11. Obstruksi usus, ileus
12. Kolesistitis, pancreatitis, apendiksitis, hepatitis.
13. Terlalu banyak makan
14. Pasca operasi
15. Rasa sakit yang sangat / ekstrim nyeri (seperti sakit kepala pada serangan
jantung)

Mual muntah biasanya merupakan gejala yang tidak bisa disebabkan oleh banyak
hal. Kondisi ini adalah cara tubuh untuk membuang materi yang mungkin berbahaya
dari dalm tubuh. Obat-obatan tertentu seperti kemoterapi untuk kanker dan agen anesti
sering menyebakan mual muntah. (Porter et al, 2010).

4. PATOFISIOLOGI

Stimulus psikologis, naurologi, reflex, endokrin, dan kimiawi dapatmenyebabkan


muntah, sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring,
esophagus, perut dan bagian atas usus halus. Dam impuls saraf yang
ditransmisikanoleh serbut sarafeferan fagal dan saraf simpatis ke berbagai nuclei yang
tersebar di batang otak yang semuanya bersama-sama disebut “pusat muntah”. Dari
sini impuls motoric yang menyebabkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari pusat
muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran pencernaan bagian
atas, melalui saraf fagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, dan melalui sarf
spinalis ke diafragma dan otot perut.

Antiperistalis.

Pada tahap awal dari iritasi atau distensi berlebihan gastrointestinal, antiperistalis
mulai terjadi, sering beberapa menit sebelum muntah terjadi. Antiperistalis berarti
gerakan peristaltic kea rah atas saluran pencernaan bukannya kea rah bawah. Hal ini
dapat dimulai sampai sejauh ileum di saluran pencernaan, dan gelombang antiperistalik
bergerak mundur naik ke usus halus dengan kecepatan 2 sampai 3 cm/detik, proses ini
benar-benar dapat mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah kembali ke
duodenum dan lambung dalam waktu 3 sampai 5 meni, menjadi sangat meregang,
peregangan ini menjadi factor pencetus yang menimbulkan tindakan muntah yang
sebenarnya.
Aksi Muntah.

Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku, efek yang pertama
adalah :

1. Nafas dalam.
2. Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esophagus
bagian atas supaya terbuka.
3. Penutupan glottis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru.
4. Pengangkatan palatum mole untuk menutup nares posterior.

kemudian datang kontraksi diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi
semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara diafragma dan otot
- otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragastrik sampai ke batas yang tinggi.
Akhirnya, sfingter esophageal bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esophagus

5. GEJALA KLINIS

Gejala mual biasanya digambarkan secara holistic. Beberapa tanda dan gejala mual
adalah:

1. Demam
2. Sakit kepala
3. Muntah
4. Pusing
5. Mulut kering
6. Sakit perut
7. Merasa tidak enak di bagian perut pada umumnya.

6. PROGNOSIS
Mual dan muntah dapat berlangsung dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek mual dan muntah biasanya tidak membahayakan bagi pasien.
Tetapi apabila sudah masuk jangka panjang biasanya mual dan muntah dapat
menyebabkan dehidrasi sehinggakeseimbangan elektrolit terganggu. Hal ini dapat
membahayakan bagi pasien. Pengeluaran muntah paling banyak adalah melalui
mulut, sehimgga asam lambung yang terkandung di dalam muntah dapat merusak
enamel gigi. Efek negative dari enzim pencernaan juga dapat merusak gigi.

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan Terapi :
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetika adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek
samping atau efek yang tidak dikehendaki secara klinis.( Sukandar, 2008 ).

1) Terapi Non Farmakologi ( Sukandar, 2008 ).


1. Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan
konsumsi makanan dan minuman, dianjurkan menghindari
masuknya makanan
2. Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi
perilaku termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis,
distraksi kognitif dan desensitisasi siseimatik
3. Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi
psikologik.

2) Terapi Farmakologi ( Sukandar. 2008 )


1. Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum
direkomendasikan untuk mengobati mual muntah. Untuk pasien
yang bisa mematuhi pemberian dosis oral, obat yang sesuai dan
efektif dapat dipilih tetapi karena beberapa pasien tidak dapat
menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasien
tersebut disarankan penggunaan obat secara rectal atau
parenteral.
2. Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal;
tetapi bila pasien tidak memberikan respon dan pada pasien
yang mendapat kemoterapiemetonik kuat, biasanya dibutuhkan
regimen multi obat.
3. Terapi mual-muntah simpel biasanya membutuhkan terapi
minimal. Obat bebas atau resep berguna pada terapi ini pada
dosis lazim efektif yang rendah
4. Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terapi obat
yang bekerja kuat, mungkin lebih dari 1 obat emetic.

3) Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan terapi:


1. Seringkali mual dan muntah berkaitan dengan suatu infeksi usus
yang dapat sembuh sendiri atau kebanyakan makan atau minum
alkohol. Keadaan-keadaan ini tidak memerlukan pengobatan
spesifik.
2. Mual dan muntah yang menetap dihubungkan dengan stasis
lambung. Stasis lambung menyebabkan perlambatan absorpsi
dari emetik-emetik atau obat-obat lainyang diberikan secara
per-oral, ini merupakan salah satu sebab mengapa anti-emetik
diberikan per-injeksi.
3. Bila muntah menetap, maka obat-obatan yang diberikan melalui
oral akan hilang percuma jika pasien muntah.
4. Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa
harus diobati secaratepat. Cairan intravena harus diberikan
pada kasus-kasus yang mengalamidehidrasi, yaitu cairan garam
isotonik dengan tambahan kalium.
5. Kasus-kasus mual dan muntah akibat pemberian obat dapat
diatasi denganmemberikan obat tersebut bersama makanan
atau dengan pemberian anti-emetik seperti metoklopramid
secara teratur.
6. Retching yaitu muntah tanpa isi yang dikeluarkan, lebih
mengganggu daripada itusendiri. Keadaan ini dapat diatasi
dengan memberikan sedikit cairan, air garam,atau susu, dalam
interval yang teratur
7. Antasid efektif pada mual menetap yang diinduksi oleh obat,
karena dapatmeningkatkan laju pengosongan lambung.
8. Semua pasien yang mendapat anti-emetik harus diperingatkan
akan kemungkinanterjadinya sedasi. Pasien-pasien ini harus
diingatkan untuk berhati-hati jika mengemudi, menjalankan
peralatan yang berbahaya dan lain-lain.
9. Pada kasus-kasus mual dan muntah yang berat dan menetap,
pengalaman klinismenunjukkan bahwa pemberian kombinasi
anti-emetik cukup efektif. Hal iniagaknya disebabkan oleh
fakta bahwa anti-emetik tersebut bekerja pada reseptor yang
berbeda.
10. Pasien-pasien dengan penyebab muntah yang bersifat mekanik,
seringkali tidak berespons terhadap anti-emetik. Fenotiazin
tidak berguna dalam mengobati mabuk mperjalanan, sementara
obat-obatan antikolinergik dan antihistamin tampaknyadapat
berefek ( Walsh, 1997 )
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29669/4/Chapter%20II.pdf

Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn

Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo

Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai