Nim : 1805011
1. Antidiare
Antidiare adalah obat-obat yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati
penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman ,virus,cacing atau keracunan
makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan
kadang-kadang disertai mulas kadang-kadang disertai darah atau lendir. Diare terjadi
karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom didinding usus sehingga menimbulkan
reflex mempercepat peristaltik usus. Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare
adalah
Kaolinpektat
Obat ini dikenal dapat memadatkan tinja. Tinja yang padat kadang membuat orang
tua senang karena dianggap bahwa diare sudah perbaikan. Memadatnya tinja akibat
penggunaan obat dapat menutupi keadaan yang sebenarnya. Diare yang masih
berlangsung dan memerlukan terapi rehidrasi sering tidak tertolong karena tinja yang
memadat ini. Penggunaan obat-obatan ini tidak dianjurkan lagi pada anak. Orang tua
dianjurkan memantau diare anak, jika anak masih mengalami diare cair, pemberian
oralitpun harus dilanjutkan.
Antimotilitas (contoh loperamide).
Antimotilitas adalah obat-obatan yang dapat menghambat gerakan usus, sehingga
usus dilumpuhkan dan frekuensi diare berkurang. Penggunaan antimotilitas pada
anak dapat menyebabkan tertahannya racun-racun dalam saluran cerna yang
seharusnya dikeluarkan melalui diare.
Antikolinergik (Dicyclomine, hyoscyamine)
Antikolinergik juga bekerja dengan cara mengurangi gerakan usus. Antikolinergik
digunakan untuk mengatasi kram perut. Pada anak, antikolinergik tidak terbukti
efektif bahkan meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas.
Absorben (Attapulgite)
Seperti kaolinpectat, absorben menyerap air dan meningkatkan kekentalan tinja.
Absorben dianggap dapat menyerap racun dan mengeluarkannya melalui tinja tetapi
absorben juga dapat menyerap mikronutrien dan elektrolit yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh.
Bismuth subsalisilat
Bismuth telah lama digunakan untuk pada diare yang disebabkan oleh Norwalk virus
atau pada traveler’s diarrhea. Penggunaan bismuth pada anak dinilai tidak efektif
dan meningkatkan risiko toksistas otak. Kandungan salisilat dapat menyebabkan
gangguan hati.
Sejak tahun 1996, AAP mengeluarkan pernyataan untuk tidak menggunakan
berbagai jenis antidiare untuk anak. Saat ini, pedoman tatalaksana diare di seluruh
dunia meliputi pemberian oralit, pemberian zinc, dan melanjutkan ASI (early
feeding). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Departemen Kesehatan RI
mengadopsi pedoman WHO yang dikenal dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) yang terdiri dari pemberian oralit, pemberian zinc, lanjutkan ASI,
antibiotik selektif, dan nasihat untuk ibu.
(sumber : The management of acute gastroenteritis in young children, American
Academy of Pediatrics.)
2. Antiemetik
Golongan obat untuk mengatasi mual secara umum disebut dengan
antiemetik. Obat antiemetik bekerja mengganggu reseptor saraf di otak
agar berhenti memicu respon mual dan muntah. Masing-masing jenis obat
antiemetik dirancang khusus untuk bekerja dalam kondisi yang berbeda.
Meclizine dan scopolamine termasuk efektif untuk mencegah dan