besar atau jarang buang air besar. Konstipasi akut dimulai secara tiba-tiba dan tampak dengan
jelas. Konstipasi menahun (kronik), kapan mulainya tidak jelas dan menetap selama beberapa
bulan atau tahun.
Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati. Jika tidak
ditemukan penyakit lain sebagai penyebabnya, pencegahan dan pengobatan terbaik untuk
konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat dan penggunaan obat-obatan
yang sesuai untuk sementara waktu. Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan
sumber serat yang baik. Agar serat bekerja lebih optimal, jaga tubuh agar tetap terhidrasi.
Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Beberapa
obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, sedangkan obat lainnya hanya boleh digunakan
sesekali saja. Beberapa obat digunakan untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan
untuk mengobati konstipasi.
Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak
dan lebih mudah dikeluarkan.
Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang
air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara
bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Jika menggunakan bahan-bahan ini
harus banyak minum air.
2. Pelunak Tinja Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja,
sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak.
Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu
melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
3. Minyak Mineral : Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkan tinja keluar dari
tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Jika
seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa
terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes
dari rektum.
4. Bahan Osmotik : Bahan-bahan osmotik mendorong air dalam jumlah besar ke dalam usus
besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga
meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-
garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
Beberapa bahan osmotik yang mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan
pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar.
Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah
dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal.
Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan
daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum
pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
5. Pencahar Perangsang : Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar
untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat
mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor.
Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan
kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan
bekerja setelah 15-60 menit.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa
menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel
Syndromes).
Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan
untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat
kontraksi usus besar (misalnya narkotik).
Untuk pemilihan golongan obat pencernaan yang tepat ada baiknya anda periksakan diri dan
konsultasikan ke dokter terlebih dahulu
Konstipasi
Emolien
Laksativ emolien yang juga dikenal sebagai pelunak feses biasanya mengandung kalsium
atau natrium dokusat. Emolien merupakan surfaktan anionik yang fungsinya sebagai deterjen,
yaitu ketika diberikan secara oral, emolien akan memfasilitasi campuran dari air dan lemak pada
saluran pencernaan dengan melunakkan massa feses. Meskipun diklasifikasikan sebagai laksativ,
emolien bisanya utamanya digunakan untuk mencegah konstipasi.
Efek onsetnya biasanya terjadi satu atau dua hari namun bisa berlangsung lebih lama yaitu
tiga sampai lima hari pada beberapa penderita. Laksativ emolien sangat berguna untuk pasien
yang menderita susah buang air besar yang terutama bagi penderita yang harus menghindari
mengejan pada saat buang air seperti pada pasien yang baru mengalami operasi abdominal,
pasien yang menderita gangguan kardiovaskuler, atau pada wanita yang baru melahirkan.
Lubrikan
Liquid petrolatum (minyak mineral) adalah satu-satunya pencahar nonpreskripsi dalam
bentuk pelumas. Ketika diberikan secara oral dengan dosis 15 sampai 45 mL, minyak mineral
akan melapisi tinja dan mencegah kolon menyerap air pada tinja. Onsetnya terjadi dalam waktu 6
sampai 8 jam. Preparasi minyak mineral lebih mudah dan dapat melunakkan lebih efektif.
Indikasi untuk penggunaan minyak mineral adalah sama dengan pengunaanlaksativ emolien.
Namun, emolien umumnya dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dan lebih efektif. Minyak
mineral tidak boleh diberikan untuk anak-anak yang usianya kurangdari 6 tahun atau untuk
wanita hamil. Kebanyakan efek samping terjadi apabila digunakan sering dan dalam jangka
waktu yang lama. Terutama pada dosis tinggi, minyak mineral dapat menyebabkan iritasi
analdan pruritus serta mengotori kulitdan pakaian.
Salin
Laksativ salin biasanya mengandung kation dan anion yang tidak terabsorbsi seperti
magnesium sitrat, magnesium hidroksi, magnesium sulfat, monobasic atau dibasic natrium fosfat
atau natrium bifosfat. Mekanisme aksinya dipercaya untuk menjaga kadar osmotik. Suspensi
magnesia (8% suspensi magnesium hidroksida) dianggap aman digunakan untuk penggunaan
yang jarang (setiap beberapa minggu) pada pasien konstipasi ringan. Onsetnya terjadi dalam 30
menit sampai 3 jam pada dosis oral dan 2 sampai 5 menit pada dosis rektal. Dosis yang
berlebihan dari garam magnesium dapat menyebabkan hipermagnesemia. Produk ini harus
digunakan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, anak-anak dan pasien
lanjut usia.
Agen stimulan
Laksativ stimulan dibagi menjadi dua utama kelompok atas dasar struktur kimia yakni
turunan antrakuinon dan turunan difenilmetana. Kedua kelompok diperkirakan meningkat
aktivitas peristaltik usus melalui iritasi mukosa lokal atau dapat diartikan adanya interaksi
dengan intramural saraf pleksus dari otot halus usus. Senna adalah satu-satunya turunan
antrakuinon yang saat ini dipasarkan dan bisakodil adalah turunan difenilmetana yang
dipasarkan.
Walaupun senna dan bisakodil dianggap sesuai untuk pasien dengan konstipasi sederhana,
mereka dianggap sebagai laksativ pilihan kedua setelah PEG 3350.Baik senna maupun bisakodil
digunakan secara luas dalam pengobatan sembelit kronis yang disebabkan oleh analgesik opium.
Dosis senna sangat bervariasi antar produk. Bisakodil tersedia dalam tablet 5 mg, kisaran dosis
harian untuk orang dewasa adalah 10 sampai 30 mg.
Minyak jarak
Minyak jarak biasanya dianggap sebagai pencahar stimulan, tapi kadang-kadang
diklasifikasikan sebagai laksativ surfaktan anionik (emolien). Minyak jarak dimetabolisme di
lambung sebagai suatu senyawa aktif. Asam risinoleat yang menstimulasi proses sekresi akan
mengurangi penyerapan glukosa dan memperbaiki motilitas usus, terutama di usus halus.
Minyak jarak memberikan efek pencahar yang kuat pada dosis terapi dan biasanya memberikan
efek satu atau tiga jam setelah pemberian. Dikarenakan efeknya yang kuat, agen ini tidak boleh
digunakan secara rutin. Efek iritan minyak jarak dapat menginduksi persalinan prematur pada
ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
American Pharmacist Association. 2010. OTC Advisor, Self-Care for Gastrointestinal Disoders.
American Pharmacist Association
R. Rosemary Berardi, et al. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs 16th Edition. Washington
DC:American Pharmacists Association
T. Joseph Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 7th Edition. USA:
McGraw-Hill Companies