A. Sejarah Perusahaan
PT. Three Pharm Industri berdiri pada tanggal 31 Juli 1989, yang bergerak dalam bidang
perdagangan dalam negeri. Semula namanya adalah “Byak Trans”. Kemudian seiring
berjalannya waktu industry perdagangan Three Pharm meluaskan cakupan perusahaan hingga ke
luar negeri. Dengan melihat peluang pasar dalam bidang kesehatan sangatlah besar, pada tahun
2000 ThreePharm Industri memperluas bidang usahanya selain perdagangan dalam dan luar
negeri, juga sebagai industry manufaktur farmasi, barulah saat itu nama “Byak Trans” digantikan
menjadi “Three Pharm”. Saat ini perusahaan dipimpin oleh anak pertama dari pemilik
2. Warna hijau di luar menggambarkan perdagangan cakupan luar negeri. Jika digabung arti kedua
warna hijau tersebut, menggambarkan salah satu visi kami yaitu, “Melindungi alam melalui
alam”. Artinya kami berusaha menjaga alam, dengan meperkecil volume limbah yang dihasilkan,
meskipun kami bukannlah Industri obat bahan alam. Hijau, ramah lingkungan, modern.
3. Warna biru ditengah merupakan hubungan kerja sama diantara keduanya kami yang kami dasari
dengan kepercayaan dan kenyamanan. Kepercayaan antara kami dan pelanggan (pelanggan).
Kenyamanan yang timbul sehingga terjalinnya kerjasama secara kontinyu. Kami mengutamakan
6. Disamping angka 3 (tiga) terdapat gambar yang bisa diartikan dalam 2 hal:
a. sebagai tangan yang sedang menangkap : perusahaan kami berusaha menarik perhatian
pelanggan dengan terus berinovasi dalam pengembangan produk. Juga budaya berpikir out of the
Three Pharm (awalnya “Byak Trans”) didirikan dihadapan notaris berdasarkan akta
tertanggal 3 April 1989 dan baru disahkan pada tanggal 31 Juli 1989. Adapun surat-surat yang
2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Kota Biak No. 5/8-
11/PP/X/1989.
3) Tanda Terdaftar Perusahaan dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia dengan No.
4) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia dengan
Three Pharm Industrie, juga telah terdaftar di BPEN (Badan Pengembangan Ekspor
Nasional) sebagai salah satu perusahaan pengekspor Sediaan Obat Jadi sejak tahun 2003. Setiap
tiga bulan pihak BPEN melakukan pengawasan dan pengambilan data kegiatan ekspor PT. Three
Pharm Industri. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Singapura, Brunei Darussalam,
1. Lokasi
Three Pharm Industries terletak di kota Biak, Papua. Terletak strategis di dekat pelabuhan.
Menempati area seluas 60.000m2 dengan kawasan produksi seluas 40.000 m2.
2. Fasilitas Pabrik
Dengan standar pabrik CPOB ( Standard pabrik Farmasi ), maka fasilitas yang ada di
a. Laboratorium meliputi :
- Laboratorium Instrumentasi
- Laboratorium Farmakologi
- Laboratorium Formulasi
- Laboratorium Farmakognosi
- Laboratorium Stabilitas
- Laboratorium Kimia,
d. Klinik Holistik
C. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Three Pharm Industries oleh Direktur utama yang
membawahi Manajer Marketing, Manajer Keuangan, Manajer HRD, Manajer QA, dan Manajer
2. Manajer Product Planning Inventory Control (PPIC), bertanggung jawab untuk merencanakan,
3. Manajer Quality Assurance (QA), bertanggung jawab dalam menjamin mutu produk. Tugas dari
Manajer QA :
a) Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemeriksaan yang berlangsung dibagian produksi
mikrobiologi.
4. Manajer Research and Development (R & D), bertanggung jawab dalam hal penelitian dan
a) Sebagai koordinator dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatanpenelitian dan
b) Memeriksa semua laporan-laporan yang diterima dari laboratorium untuk dibuat dan
c) Mengadakan hubungan dengan konsultan, instansi pemerintahan, institusi dan pihak luar yang
mengendalikan lingkungan dan pengolahan limbah. Tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai
berikut :
a) Mengatur dan bertanggung jawab penuh terhadap masalah proses limbah produksi baik limbah
b) Melakukan evaluasi dan estimasi terhadap proses yang berlangsung dan melakukan langkah-
c) Melakukan pengoperasian pendistribusian sistem utilitas yang menjadi sarana pendukung proses
limbah seperti pengaturan air, steam, tekanan udara, coolingtower dan lain sebagainya.
6. Manajer Teknik, bertanggung jawab untuk memimpin departemen teknik yang berkaitan
obat selain itu juga bertanggung jawab untuk melakukan berbagai macam penelitian dan
percobaan tanaman.
8. Manajer Umum, bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang mendukung produksi seperti
penyediaan tenaga kerja, menyediakan sarana dan prasarana, juga bertanggung jawab untuk
9. Manajer Keuangan, bertanggung jawab dalam merinci dan memberikan laporan keuangan yang
sifatnya khusus.
10. Manajer Akuntansi, bertanggung jawab untuk perician dan pemberian laporan keuangan yang
sifatnya umum.
11. Manajer Pembelian, bertanggung jawab terhadap pembelian barang-barang untuk kepentingan
produksi.
II. FORMULA
A. Rancangan Formula
- Talk 5% (Glidan)
B. Master Formula
Rifafil® Tablet
Jumlah
Tablet Batch
C. Perhitungan Bahan
- Amylum manihot =
- Talk =
- Polivinil pirolidon =
- Mg Stearat =
- Rifampisin
- Amylum manihot
- Talk
- Polivinil pirolidon
- Mg Stearat
- Laktosa
D. Kemasan
1 strip = 10 tablet
1 dos = 2 strip
Tujuan pembuatan tablet salut film pada sediaan rifampisin untuk menutupi rasa dan
disintegrants dan super disintegrants pengikat polivinil pirolidon-(PVP K-90) Campuran bahan
memiliki sifat alir yang baik, efek lubrikan yang baik, kompresibilitas yang baik
A. Flow Material
Salah satu kegiatan yang berperan penting dan harus diperhatikan dalam suatu industri
farmasi yaitu flow material yang merupakan semua pergerakan bahan baku atau alur yang
dilewati sampai menjadi produk jadi atau jalannya produksi mulai dari pengadaan bahan baku,
pembelian, perencanaan produksi, produksi, pengemasan, penyimpanan hingga obat jadi yang
Flow material adalah alur pembuatan obat, mulai dari proses pembelian bahan baku,
proses produksi menjadi produk antara, produk jadi yang siap dipasarkan. Flow Material
Aliran materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan menurut proses produksi
suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh bahan selalu dikontrol dan diawasi secara ketat
sehingga obat yang dihasilkan selalu bermutu tinggi. Pekerjaan ini dilakukan oleh bagian khusus
yang terdapat dalam industri, yaitu quality control (QC) (Fatmawaty, 2010).
a. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
bersalut selaput (film coating) adalah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat
penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet. Sebagai zat penyalut digunakan Na
CMC, Asetatftalat selulosa, Hidroksi etil selulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam
campuran PEG dan Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol atau terdispersi dalam Isopropanol
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan
yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan tekanan baja, tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran.
Tablet adalah sediaan kompak yang dibuat secara kempa cetak, dalam tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengikat, zat pelicin, zat penghancur atau zat lain yang cocok.
c. Ketentuan-ketentuan Tablet
1. Keseragaman ukuran.
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tablet.
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari
tablet yang cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan
indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu,
umumnya Farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg
atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus
dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan
5. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan suatu
media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan
efek terapi didalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara pemberian yang
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung
didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang
tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat
tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
C. Rifampisin
menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA
a. Nama Generik
Rifampisin
b. Nama Kimia
5,6,9,17,19,21-hexahydroxy-23-methoxy-2,4,12,16,18,20,22-heptamethyl-8-[N-(4-methyl-1-
piperazinyl)formimidoyl]-2,7-(epoxypentadeca [1,11,13]trienimino)naphtho[2,1-b]furan-
1,11(2H)-dione21-acetate
c. Struktur Kimia
C43H58N4O12
d. Sifat Fisikokimia
Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan
sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9;Larut dalam kloroform, DMSO, etil
steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang
ditambahkan untuk mengatur pH.;Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai
obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap
e. Farmakologi
mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak ;Distribusi :
sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik ;Difusi
relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi ;CSF :
protein : 80% ;T ½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal
ginjal terminal : 1,8-11 jam.;Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam;Ekskresi
: Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
f. Stabilitas Penyimpanan
Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan.;Vial yang utuh harus disimpan pada suhu
kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi
dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang
kompatibel (contoh : 100 ml D5W).;Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu
kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (250C) adalah 4 jam untuk
g. Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
h. Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis
karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada
terapi intermitten termasuk gelala ;mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri
tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal
ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning);
;flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan
eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi ;tubuh yang lain berwarna orange-
merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
i. Interaksi Makanan
j. Interaksi Obat
Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat)
,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).;Meningkatkan efek/toksisitas :
teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; ;dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin,
adalah biaya pengadaan barang, termasuk di dalamnya adalah pengadaan awal (starting
material;bahan baku) yang terdiri dari bahan aktif, bahan pembantu, bahan pengemas.
Yang berperan dalam perencanaan dan pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
dilakukan berdasarkan pemesanan dari bagian produksi dan marketing, setelah itu bagian PPIC
membuat nota pemesanan bahan dimana pengadaan bahan ini harus terlebih dahulu mendapat
a. Kualitas bahan yang dipesan. Hal ini dapat diketahui dari Certificate Of Analysis (COA) yang
c. Delivery time (yaitu waktu dari supplier mengirim barang sampai ke tempat tujuan)
d. Layanan purna jual, sepertinya adanya tanggapan atas keluhan yang diajukan perusahaan
V. BAHAN BAKU
A. Material
Material adalah semua bahan awal (BB) baik zat aktif, zat tambahan, reagensia, pelarut
bahan pembantu proses produksi antara bahan pengemas dan bahan penandaan (label).
B. Bahan Baku
Bahan baku merupakan semua bahan yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat
yang berubah maupun tidak berubah yang digunakan dalam pengelolaan obat.
Bahan Pengemas
9. BP-03 Mumbay Industrial India
(Master Box)
1. Pengambilan sampel bahan baku dilakukan secara acak pada bagian atas, tengah, dan bawah dari
2. Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk setiap batch dengan rumus √n+1. Untuk bahan
yang identitasnya kurang jelas, wadah kotor, pabrik pembuat berbeda dari biasanya, atau bahan
berasal dari supplier yang baru maka sampling dilakukan terhadap semua wadah dalam batch.
3. Pengambilan contoh baru dilakukan dalam ruang sampling dengan tepat untuk mencegah
a) Sebelum sampling dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah segel/ditutup wadah masih
utuh.
order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh Quality Control (QC) manager dan
disetujui oleh Quality Assurance (QA). Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi label
“diluluskan” yang berwarna hijau, dan jika tidak sesuai dengan spesifikasi diberi label merah
“ditolak.
Selain itu bagian analisa mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang menerangkan status
bahan baku. Disposisi ini dibuat rangkap 2 dimana tembusannya diserahkan ke bagian
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP) untuk perencanaan produksi dan
Pemeriksaan mutu bahan kemas, selain pemeriksaan mutu bahan baku perlu dilakukan
pemeriksaan mutu bahan kemas. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjamin bahwa bahan kemas
yang digunakan benar-benar sesuai spesifikasi yang ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai
Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur, wadah karton, alumuinium foil,
botol dan tutup botol. Pengawasan dilakukan terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan
dan hasil cetakan dengan spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan, desain dan
bentuk). Sistem pemberian label bahan kemas sama dengan pada bahan baku.
Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka bagian analisa akan
mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang berisi hasil pemeriksaan untuk disampaikan ke
bagian keuangan untuk pembayaran dan ke bagian PPPP untuk perecanaan produksi. Apabila
bahan kemas tidak memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka dikembalikan ke supplier
Semua bahan yang diterima harus mempunyai catatan yang lengkap yaitu:
- Nama bahan awal.
- Nama pemasok.
- Tanggal penerimaan.
- Nomor bets.
- Nama penerima.
- Nomor faktur.
Wadah dari bahan awal yang sudah dilakukan pengambilan contoh, harus diberi
penandaan yang berisi antara lain: tanggal pengambilan dan pelaksana pengambilan contoh.
sistem FIFO , masuk pertama keluar pertama. Hal ini dilakukan guna tidak adanya bahan baku
yang menumpuk atau tersimpan terlalu lama yang berakibat pada rusaknya bahan baku. Dalam
terjaga dan kelembaban serendah mungkin atau dapat dipastikan kering. Selain untuk
penyimpanan gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan dari pengaruh luar dan melindungi
obat dari kerusakan. PT. Indofarma Tbk memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan aktif
dalam pembuatan sediaan beta laktam yang terletak pada gedung tiga sedangkan untuk bahan
tambahannya diletakkan pada gudang umum. Gudang bahan kemas dan produk jadi terletak pada
satu gedung.
Terdapat tiga area pada masing-masing gudang bahan baku, bahan kemas dan produk jadi
yaitu:
a. Quarantine Area, yaitu area tempat penyimpanan dengan status karantina dimana barang baru
diterima dari supplier dan di karantina sambil menunggu hasil analisa dari bagian QC. Barang
b. Release Area, yaitu area tempat penyimpanan dengan status release adalah barang sudah
c. Rejected Area, yaitu area tempat peyimpanan dengan status reject adalah barang yang sudah
dianalisa oleh QC dan hasilnya tidak memenuhi spesifikasi sehingga ditolak. Barang dalam
Adapun hal-hal yang harus dipenuhi sebelum proses produksi, antara lain :
1. Personalia
Setiap orang yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah menerapkan prinsip higiene
1. Kesehatan
Setiap orang tidak diperkenankan bekerja atau berada di daerah produksi bila :
• Mengidap penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, pilek, batuk, alergi serbuk.
• Sesudah sembuh dari penyakit menular hendaklah diadakan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
untuk menentukan kelayakan bekerja. Pengawasan hendaklah tanggap terhadap gejala penyakit
2. Kebersihan
Perorangan
Cuci tangan secara teratur antara lain segera sesudah buang air kecil maupun buang air besar.
Rambut hendaklah dipotong pendek dan dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi. Dilarang
Dilarang memakai perhiasan yang cenderung jatuh masuk ke dalam produk, misalnya anting,
Dilarang memakai bulu mata palsu dan berbagai bahan pembantu kecantikan yang dapat jatuh ke
dalam produk.
Dilarang berkuku panjang.
3. Kebiasaan higienis
Dilarang mengunyah, makan dan minum di ruangan pengolahan, pengemasan, gudang dan
laboratorium
Tanda “DILARANG MEROKOK” hendaklah dipasang di pintu masuk berbagai tempat penting.
Dilarang meludah di sembarang tempat terutama di ruang produksi, laboratorium, gudang dll
Kebersihan dan keteraturan ruang kerja hendaklah senantiasa dipelihara. Ruangan hendaklah
4. Pakaian bersih
Pakaian bersih digunakan baik untuk melindungi pelaksana produksi terhadap produk
maupun produk terhadap orang. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian dalam dan sepatu yang
bersih.
Tiap orang yang berada di daerah produksi harus mengenakan pakaian pelindung yang bersih
Pakaian kerja bersih dan pelindung lain seperti topi, sarung tangan, pelindung kumis dan janggut,
Bila menangani bahan berbahaya atau nudah menguap hendaklah mengenakan pakaian dan
pelindung tambahan yang sesuai seperti tutup kepala, masker pelindung terhadap debu, kaca
mata pelindung.
Tutup kepala hendaklah digunakan hingga rambut tertutup dengan baik. Kumis dan / atau janggut
Pakaian kerja hendaklah tidak berkantong di atas pinggang, karena barang-barang yang ada di
5. Masker
Masker yang digunakan pada produksi salep mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Bebas tirat/serat
Dikenakan pada saat bekerja dengan bahan berdebu dan pada saat menangani produk yang
terbuka
6. Sarung Tangan
Sarung tangan yang digunakan pada produksi salep mata harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Sterilkan sebelum digunakan/gunakan yang tersedia di pasaran dalam kondisi steril rusak atau
Didesinfeksi secara berkala paling tidak setiap jam. Misal : dengan etilalkohol 70% terkontami
nasi
7. Alas Kaki
Alas kaki yang digunakan personil dalam produksi salep mata memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Bebas tirat/serat
8. Pelindung rambut
Bebas serat
9. Baju kerja
Terbuat dari kain yang ditenun dengan multi-filament terusan yang dapat menyaring bakteri dan
Bebas tirat/serat
Penggantian baju dan sarung kaki steril dilakukan di ruang ganti pakaian steril
2. Ruang Produksi
Pada proses produksi, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan karena
berpengaruh terhadap mutu akhir produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah suhu,
kelembaban, tekanan udara serta jumlah partikel. Dalam mengendalikan jumlah partikel, perlu
pengaturan ruang produksi terhadap jumlah partikel, dimana disesuaikan dengan kondisi proses
Ruang produksi untuk pembuatan obat tablet Metronidazole di kelas E yang dapat dilihat
Untuk menentukan cemaran mikroba dalam suatu ruangan dapat melalui media expose,
air sample, dan contact plate. Mikroba (bakteri dan jamur) dalam suatu ruangan yang tidak
terkendali dapat mencemari produk yang diolah dalam ruangan tersebut. Berikut ini syarat
tertentu untuk tiap-tiap ruangan. Tekanan udara pada ruang produksi juga telah diatur sesuai
dengan CPOB, dimana tekanan udara pada ruang produksi lebih positif dibanding koridor.
Kegiatan produksi tablet dan pengemasan primer dilakukan kelas E dengan jumlah
cemaran partikel (non-patogen) ukuran diameter ≥ 0,5μm maximum 3.500.000/m3 partikel dan
ukuran diameter ≥ 5 μm maksimum 20.000/m3, jumlah cemaran mikroba operasional tidak
ditetapkan, kelembaban relative (RH) Max 70 %, tekanan udara 10-15 Pa, suplai udara
menggunakan medium filter dengan efisiensi saringan udara 95%., suhu 20-27oC, dan pertukaran
udara 5-20 kali/ jam. Sedangkan produk yang telah dikemas primer dan akan diberi kemasan
sekunder dilakukan di kelas F.
3. Air Handing Unit (AHU)
AHU bertujuan mengatur jumlah partikel, temperatur dan kelembapan udara yang masuk
keruang produksi. Udara yang masuk dari ruang produksi adalah udara yang tersirkulasi dimana
a)Udara segar masuk melalui lubang udara (grill) dan saringan udara yang terdiri dari prefilter dan
b) Setelah melalui saringan udara, udara akan melewati refrigerator unit (AC) untuk mengatur suhu
c)Setelah itu udara akan melewati blower yang akan mendistribusikan udara tersebut menuju ke
d) Udara yang telah terpakai dalam ruang produksi yang mengandung debu-debu dan partikel hasil
proses produksi akan bertukaran dengan udara bersih. Udara bersih akan masuk ke ruang
sirkulasi udara sedangkan 15-20 % akan digantikan dengan udara segar. Udara segar dan udara
yang berasal dari ruang produksi akan disirkulasi selanjutnya melalui tahapan-tahapan yang
sama.
Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi. Sumber air dari air
tanah atau air artesis (Deepwell) yang kemudian di olah menjadi berbagai jenis air. Urutan
proses pengolahan air terdiri dari Pre treatment dan Water treatment.
Oleh karena itu dibuat water treatment atau water sistem yang mekanisme kerjanya
yaitu raw water diperoleh dari PDAM, sumur dangkal, dan sumur dalam. Purified water terdiri
dari multi media filter, carbon filter, water sosftener, heat exchanger, mikro filter, ultrafiltration
(Reverse Osmosis/RO) dan elektrodionitation. Air yang digunakan pada PT. Indofarma Tbk
5. Peralatan
Sebelum proses produksi bagian QC harus memeriksa sanitasi dan hygiene ruangan dan
peralatan serta mesin sudah terkualifikasi. Setelah semua hasil pemeriksaan memenuhi
persyaratan maka peralatan, mesin, dan ruangan diberi label “CLEANED” yang artinya siap
peralatan, dan ruangan sebelum dan sesudah proses produksi. Peralatan dibersihkan bagian luar
maupun bagian dalam sesuai prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam
kondisi bersih setelah digunakan. Sebelum digunakan, kebersihannya diperiksa lagi untuk
memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan. Untuk
memastikan bahwa mesin atau peralatan sudah bersih maka dilakukan metode apus (swab
Setelah bahan baku, personalia, ruangan dan peralatan telah memenuhi persyaratan, dan
QC sudah memberi label “Release” untuk bahan baku dan label “bersih” untuk peralatan dan
ruangan, maka bagian departemen produksi bekerja sama dengan QC untuk melakukan proses
produksi.
1.
IPC
a.Penimbangan
Bahan baku yang masuk ke ruang penimbangan adalah bahan yangn digunakan hanya untuk
Penimbangan dilakukan di ruang Laminar Air Flow dalam keadaan bersih dan dilakukan oleh 2
orang. Ruang LAF harus dinyalakan terlebih dahulu selama 30 menit sebelum dilakukan
penimbangan, hal ini bertujuan conditioning, sehingga kondisi dalam LAF sesuai persyaratan.
Sebelum penimbangan, petugas harus memeriksa status kalibrasi dari timbangan yang akan
digunakan.
Dahulukan menimbang bahan tambahan, sedangkan bahan aktif ditimbang terakhir, untuk
b.Pengayakan
Setelah proses penimbangan, kemudian dilakukan pengayakan untuk menyegaramkan ukuran
c. Pencampuran Akhir
Bahan-bahan yang telah melalui prses pengayakan dikumpulkan di stuatu drum stainless steel
yang diberi label transit berisi nama produk, no. batch, nama material yang ada dalam drum,
serta tujuan tahap produksi lalu diletakkan pada staging area. Selanjutkan akan dicampur.
d.Pencetakan
Pencetakan menggunakan msein Korsch. Sebelum pencetakan dimulai, mesin cetak tablet harus
dalam keadaan sudah terakualifikasi dan ruang tempat pencetakan harus dalam keadaan bersih.
Dilakukan set up mesin sebelum proses pencetakan dimulai. Selama proses pencetakan,
pelaksana produksi melakukan pemeriksaan bobot tablet setiap 15 menit dan pemeriksaan
kekersan tablet tiap 1 jam. Hasil cetak kemudian dikarantina untuk menunggu hasil pemeriksaan
dari laboratorium pengujian meliputi berat, kekerasan, keseragaman kandungan dan disolusi.
Proses pembuatan tablet salut dikerjakan secara bertahap yaitu sealing, subcoating, coloring dan
a. TAHAP 1 : SEALING
Tahap ini bertujuan untuk menutup tablet inti dan pengaruh air yang dipakai untuk proses
penyalutan. Bahn yag digunakan : shellac bebas arsen dan cellulose acetat phtalat.
b. TAHAP 2 : SUBCOATINC.
Fungsinya adalah untuk menutup bagian tepi tablet sehingga tablet tidak bcrsudut Selain
itu dapat pula berguna untuk mcningkatkan ikatan antara sealcoat dengan sugarcoat.
Tahap ini bertujuan untuk melicinkan permukaan tablet yang telah selesai disubcoat.
d. TAHAP 4: COLORING
Tahap ini bertujuaji memberi wama tablet salut sesuai warna yang dikehendaki.
Pewarnaan dapat dilakukan dcngan berbagai cara, antara lain dengan mcnggunakan satu macam
kadar zal warna, Caranya adalah dengan menambahkan terleblh dahulu larutan pewarna dengan
kadar rendah lalu naik dengan kadar tcrtenlu uniuk kcmndlan kcmbali ditambahkan larutan
Macam warna yang digunakan dihagi dalam dua golongan: yang larut dan yang tidak
larut air. Pewarnaan dengan zat warna yang tidak larut dalam air akan lebih cepat daripada
e. TAHAP 5 : FINISHING
Bertujuan untuk membuat permukaan tablet salut menjadi licin setelah selesai
pewarnaan.
f. TAHAP 6: POLISHING
Tahap ini adalah tahap yang terakhir, dengan tujuan untuk menjadikan permukaan tablet
salut menjadi mengkilap dan indah. Bahan yang dipakai : cera carnauba atau PEG dalam pelarut
klorofrom.
Beberapa problem yang sering muncul selama proses penyalutan tablet terjadi pada tahap
- Sealing
Bahwa penambahan seal coal tidak boleh terlalu banyak tahu juga terlalu sedikit. Apabila
jumlah seal coal terlalu sedikit akan berpengaruh pada stabilitas bahan aktif. Akan telapi
Selain itu apabila selama proses sealing dilakukan penambahan talk (dengan maksud
untuk mencegah perlekatan tablet) dapat berdampak menjadikan permukaan tablet menjadi
kasar.
- Subcoating
Masalah yang sering numcul adalah pennukaan tablet menjadi kasar. Hal ini disebabkan
karena:
3) Pengeringan suspense subcoaling terlalu cepat. Akibatnya kristalisasi gula berlangsung cepat
- Coloring
Merupakan tahap yang kritis karena kesalahan sedikit selama proses aan berdampak
warna tablet tidak merata dan tablet salut kelihatan tidak balk.
A. Keseragaman Bobot
a) Diambil 10 tablet
b) Hitung diameter dan ketebalan dari masing-masing tablet dengan menggunakan jangka sorong
C. Uji Kekerasan
a) Diambil 5 tablet
b) Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness tester
a) Diambil 6 tablet
e) Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada tabung disintegrator terlarut sempurna
E. Uji kerapuhan
b) Tunngu samapai 100 putaran, Atur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai
tabletpecah
berlangsung, sampel harus dimasukkan ke ruang karantina dahulu. Jika telah “LULUS” olleh
bagian QC direlease oleh QO, barulah produk tersebut dapat diteruskan ke ruang pengemasan.
Untuk penanganan pertinggal, disimpan sampel dari setiap batch, kemudian dikarantina
dalam kondisi suhu ruangan. Pengambilan sampel pertinggal tiap batch dengan perincian yaitu
untuk kemasan strip sebanyak 20 buah. Tujuan penanganan pertinggal adalah untuk memantau
apakah suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah
ditentukan.
X. PENGEMASAN
A. Pengemasan Primer
menggunakan strip. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan row mesin stripping, bila mesin
memiliki 4 row (satu kali stripping menghasilkan 4 strip) maka yang diuji 4 strip. Untuk
menjamin mutu hasil pengemasan maka selalu dilakukan IPC. IPC untuk pengemasan primer
meliputi pemeriksaan isi setiap kemasan (volume control), daya lekat strip atau blister yang tidak
terisi tablet.
B. Pengemasan Sekunder
2. Coding : pemberian nomor batc daan expired date pada etiket dan dos
3. Pemberian brosus/insert
4. Memasukkan hasil pengemasan primer ke dalam box (dus) dan master box (karton).
Ssupervisor IPC Pengemasan akan melaukan pemeriksaan secara manual dan diperiksa
selama proses pengemasan sekunder. Hal-hal yang diperiksa meliput pemeriksaan penandaan
(Np. Batch, Expired Date, Nama Obat), kebenaran jumlah/isi dus, leaflet atau brosur dan
estetika.
XI. GUDANG
A. Gudang Karantina
Barnag yang telah siap kemudian akan dikirim ke gudang karantina guna menunggu hasil
Expired Datee
3. Printing Box dan Master Box : kebenaran dus dan karton, kebenaran penandaan No. Batch,
4. Pengepakan : Kebenaran isi, kebenaran box dan master box, kebenaran insert.
Setelah pengemasan selesai juga dilakukan penimbangan master box sesuai dengan bobot
yang ditentukan. Master box yang sudah ditimbang ditempatkan diruang karantina.
Master box yang telah disetujui bagian QC kemudian akan segera dipindahkan ke gudang
obat jadi.
XII. DISTRIBUSI
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen
Mei 2014.
Lachman, dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid II, UI Press, Jakarta.
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global pustaka Utama. Yogyakarta.
http://pharmaciststreet.blogspot.co.id/2014/11/contoh-flow-material-tablet-rifampisin.html