Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sonda Tangke Padang

Nim : 1805011

Evaluasi Praktikum Farmakologi II


1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg dan pada populasi lanjut usia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160mmHg dan tekanan diastolik 90mmHg (Sheps, 2005).
Pada klasifikasi hipertensi menurut WHO kategori optimal tekanan darah sistoliknya ≤
120 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≤ 80 mmHg, kategori normal tekanan darah
sistoliknya ≤ 130 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≤ 85 mmHg, kategori hipertensi
ringan tekanan darah sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90-95mmHg,
kategori hipertensi sedang tekanan darah sistoliknya 160-179 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya 100-109mmHg, kategori hipertensi berat tekanan darah sistoliknya ≥180mmHg
dan tekanan darah diastoliknya ≥110mmHg dan kategori hipertensi malingna tekanan darah
sistoliknya ≥210mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥120mmHg sedangkan menurut The
join national kategori normal tekanan darah sistoliknya≤120mmHg dan tekanan darah
diastoliknya ≤80mmHg, kategori pre hipertensi tekanan darah sistoliknya 120-139mmHg dan
tekanan darah diastoliknya 80-89mmHg, kategori hipertensi tahap 1 tekanan darah sistoliknya
140-159mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90-99mmHgdan kategori hipertensi tahap 2
tekanan darah sistoliknya ≥160mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥100mmHg.
Penyebaran hipertensi diindonesia cukup tinngi mencapai 32% dari total jumlah
penduduk. Hipertensi esensial atau primer disebabkan oleh berbagai faktor atara lain seperti,
bertambahnya umur, stres, asupan gizi yang tidak seimbang dan hereditas (keturunan)
sedangkan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh obat-obatan, gangguan ginjal,
endokrin, berbagai penyakit neurologik, dan lain-lain (Agoes et al, 2011).
Faktor resiko dari hipertensi adalah obesitas dan keturunan (genetik).Patofisiologi
terjadinya hipertensi adalah terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh ACE. Dimana
ACE ini memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi dihati selanjutnya hormone renin akan
mengubah menjadi angiotensin I dan ACE yang diparu-paru mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II (Anggraini 2009).
Hipertensi biasanya ditandai dengan sering muntah-muntah dan gejalanya seperti jantung
berdebar-debar,rasa sakit didada dan gangguan penglihatandan (Corwin, 2005). Salah satu
obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi adalah captopril. Sediaan Captopril
mengandung senyawa aktif Captopril yang memiliki nama kimia 1-[(2S)-3-merkato-2-
methylpropionyl]-Lproline. Rumus molekulnya C9H15NO3S. Menurut mekanisme kerja
farmakologinya, senyawa kaptopril termasuk dalam golongan ACE Inhibitor. Mekanisme
kerja ACE inhibitor seperti captopril adalah dengan menghambat enzim pengkonversi
peptidyl dipeptidase yang menghidrolik angiotensin I ke angiotensin II.
Indikasi dari captopril ialah untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat,captopril dapat
dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain terutama tiazid.
Dosis awal 12,5mg bila dalam 2 minggu dapat ditingkatkan 25mg. aturan pakainya sehari 3
kali 12,5mg sebelum makan dan jika dalam 2 minggu dosisnya adapat ditingkatkan sehari 3
kali 25mg dan efek samping yang sering timbul adalah batuk kerin ,anemiadan hipotensi
(ISO Vol 51,2017).
Kontraindikasi captopril adalah hipersensitif daninhibitor ACE lain. Interaksi obat
captopril dengan antasida yg dapat menyebabkan penurunan absorbs jika diberikan
bersamaan, aspirin (OAINS) menghambat sintesis prostaglandin sehingga mengurangi
kemampuan captopril untuk menurunkan tekanan darah. Perigantannya hati-hati penggunaan
pada pasien dengan penyakit kolagen vaskular yang mendapat terapi imunosupresan,
pengobatan dengan alopurinol atau prokainamid, anak-anak, penderita penyakit ginjal.
Penyimpanannya pada suhu ruangan (20-25 °C). Contoh sediaan yang ada di pasaran Forten
tablet 12,5 mg, 25 mg, 50 mg,Het: 12,5mg Rp.10.000,25mg Rp15.000 dan 50mg Rp 18,000.
2. Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit jantung iskemik atau penyakit jantung koroner adalah kelainan pada jantung
akibat berkurangnya oksigen atau tidak adanya aliran darah kemiokardium yang disebabkan
oleh penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Penyakit jantung iskemik diklasifikasikan
menjadi angina pektoris stabil dan acute coronary syndrome.
Di Indonesia penyakit jantung koroner adalah pembunuh nomor satu dan jumlah
kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada
tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000
melonjak menjadi 26,4% (Delmi 2010).
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau
kelainan pembuluh arteri koroner yang dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang
sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa
darah dapat hilang sehingga merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dengan
kematian (Hermawatirisa, 2014).
Faktor resiko penyakit jantung koroner meliputi obesitas, diabetes, kurang olahraga,
genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan gout. Patofisiologi PJK dimulai dari penyumbatan
pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada
awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah
berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah terganggu dan merusak
pembuluh darah. Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimbangan antara penyedian
dan kebutuhan oksigen miokardium (Al fajar, 2015).
Penyakit jantung koroner ditandai dengan muka pucat,kelelahan dan kurang semagat dan
gejalanya seperti nyeri dada, jantung berdebar-debar. Pemeriksaan penunjang yang yang
sering dilakukan adalah elektrokardiografi (EKG).
Salah satu obat yang digunakan untuk mengobati jantung koroner adalah digoxin
sediaannya dalam bentuk tablet ,obat ini masuk dalam golongan glikosida jantung dan
mempunyai rumus moleku C4 1H6 4O14.
Mekanisme kerja digoxin yaitu dengan menghambat pompa Na-ATPase yang
menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran
natrium/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat meningkatkan
penyimpanan kalsium intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat
meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat/meningkatkan kontraksi otot.
Sekitar 70 hingga 80% dosis oral digoksin diserap terutama dibagian proksimal usus
halus. Tingkat pengikatan dengan albumin serum adalah 20-30% . digoxin didistribusi secara
luas luas dijaringan seperti tercermin dari volume distribusi yang besar. Waktu paruh
eliminasi pada orang sehat bervariasi antara 26 dan 45 jam. Rute utama eliminasi adalah
eksresi digoksin ginjal yang berkolerasi erat dengan laju filtrasi glomelurus. Hampir semua
digoksin dalam urin diekskresikan tidak berubah dengan sebagian kecil dari metabolit aktif .
Indikasi digoxin ialah untuk pengobatan gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama
atrial fibrilasi)dan sebagai glikosida jantung digunakan untuk digitalisasi dan terapi
pemeliharaan.
Dosis untuk gagal jantung akut dewasa 0,5-1 mg sebagai dosis tunggal, infus selama 2
jam, untuk gagal jantung aritmia dewasa dosis awal 0,75-1 mg yang diberikan dalam 24 jam
sebagai dosis tunggal, atau dibagi tiap 6 jam. Dosis pemeliharaan 125-250 mcg per hari, untuk
bayi dengan berat badan hingga 1,5 kg dosis awal 25 mcg/kgBB per hari, dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dilanjutkan 4-6 mcg/kgBB per hari, dalam 1 atau 2 kali pemberian, untuk anak
usia 10 tahun hingga usia 18 tahun dosis awal 0,75-1,5 mg/kgBB per hari, dalam 3 kali
pemberian dilanjutkan 62,5-750 mcg per hari, dalam 1 atau 2 kali pemberian.
Kontraindikasinya adalah Bradikardia sinus, pasien dengan suntikan kalsium. Interaksi
dengan obat Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat
meningkatkan kadar digoksin secara langsung.
Perigatan dan perhatian yaitu Infark jantung baru : Sick sinus syndrome, Penyakit Tiroid
dosis dikurangi pada penderita lanjut usia dan hindari pemberian intravena secara cepat (Mual
dan risiko aritmia) , kerusakan ginjal , Kehamilan.
Disimpan pada suhu 15- 25° C , Dalam wadah tertutup baik dan terhidar dari jangkauan
anak-anak. Contoh sediaan dipasaran Fargoxin tablet 0,25mg dan Lanoxin tablet 0,25mg.
DAFTAR PUSTAKA

Djamhuri, Dr.Agus. 1995. Farmakologi Dengan Terapan Khusus Di Klinik Dan Perawatan.

Jakarta; Hipokrates.

Kaltzung, Betram G. 1998 . Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI-Book I. Jakarta :

Hipokrates.

Gan, Sulistia. 1987. Farmakologi Dan Terapi Edisi Iii.Jakarta: FKUI.

Anies, 2005. Penyakit Akibat Kerja. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Hermawati Risa, Dewi Haris Candra., 2014. Penyakit Jantung Koroner. Kandas Media,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai