Anda di halaman 1dari 20

WAWANCARA KONSELING DAN CONTOH PROSES

WAWANCARA KONSELING

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Bimbingan dan Konseling Prodi Pendidikan Bahasa
Arab Pada Fakultas Tarbiyah Kelompok 1
IAIN Bone

Dosen Pembina Mata Kuliah :


Ibu Gemala Ranti, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Kelompok III

A.Razna Aula Adhriana


(880042021012)

Misna
(880042021013)

Muhammad Faishal
(880042021015)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang menjadi utusan dan manusia pilihan -
Nya sebagai penyampai, pengamal, hingga penafsir pertama Al - Quran yang
membawa manusia dari jaman kebodohan dan kegelapan kepada zaman yang
terang benderang penuh dengan berbagai ilmu.

Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah “Wawancara Konseling


dan Contoh Proses Wawancara Konseling ”. Tujuan kami menulis makalah ini
yang utama untuk memenuhi tugas dari Ibu Gemala Ranti, S.Pd., M.Pd pada mata
kuliah Bimbingan dan Konseling.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bone, 16 November 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pengertian Wawancara Konseling ........................................................... 3

B. Tujuan Wawancara .................................. Error! Bookmark not defined.

C. Tahap – Tahap Wawancara Konseling .................................................... 4

D. Macam – Macam Wawancara Bimbingan Konseling ........................... 10

E. Contoh Proses Wawancara Konseling ................................................... 11

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................................. 16

B. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR RIWAYAT ...................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wawancara merupakan suatu metode yang paling sering digunakan


untuk keperluan pengambilan data. Dapat dikatakan semua bahwa hampir
semua bidang ilmu menerapkan metode wawancara untuk memperoleh data.
Sebagai contoh, di dunia medis, wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi tentang riwayat penyakit yang diidap oleh pasien agar dapat
melakukan diagnosa dan tretmen kepada pasien. Wawancara juga digunakan
kepada para pelamar yang mau bekerja di sebuah perusahaan agar
mengetahui atau memperoleh data selain yang didapatkan pada surat
lamaran. Pada kedua contoh wawancara sebelumnya, maka dapat diketahui
bentuk dan gaya wawancara sangat berpengaruh pada tujuan yang akan
dicapai. 1

Dalam melakukan sebuah wawancara, pewancara perlu mengetahui


tahapan tahapan yang dilakukan dalam melakukan sebuah wawancara.
Termasuk pengertian dari wawancara, tipe tipe wawancara serta waktu yang
tepat. Bahwa telah banyak para ahli yang telah menjelaskan terkait
pengertian, tipe, serta tahapan dalam wawancara.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dikumpulkan berbagai


macam referensi yang ada untuk dikaji serta mengedukasi kepada para
pembaca terkait wawancara serta yang terhubung dengannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang akan menjadi rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wawancara konseling ?
2. Apa tujuan wawancara ?
3. Bagaimana tahap – tahap wawancara konseling ?

1
RR. Indah Ria S & Nur Pratiwi N, “Wawancara, Sebuah Metode efektif...” CV Karya Putra
Darwati Bandung

1
4. Apa saja macam – macam wawancara konseling ?
5. Contoh proses wawancara konseling

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan wawancara konseling
2. Untuk mengetahui tujuan wawancara
3. Untuk mengetahui tahap – tahap wawancara konseling
4. Untuk mengetahui macam – macam wawancara konseling
6. Untuk mengetahui contoh proses wawancara konseling

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawancara Konseling

Kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah selalu


membutuhkan wawancara, khususnya wawancara konseling. Teknik
wawancara inilah sering kali digunakan oleh guru BK. Melalui kegiatan
wawancara diharapkan guru BK lebih banyak memahami mengenai
kedalaman masalah, persepsi peserta didik mengenai suatu hal, dan
penyebab masalah yang dialami. 2

Telah kita ketahui sebelumnya, bahwa wawancara merupakan


suatu metode untuk melakukan pengumpulan data dengan melakukan
komunikasi dengan dua orang ataupun lebih untuk mendapatkan data atau
informasi yang pewawancara inginkan. Wawancara ialah tanya jawab
antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Adapun pengertian
wawancara dari menurut beberapa para ahli.

Menurut Stewart (2000) ialah sebagai proses komunikasi


interaksional antara dua orang atau lebihdengan suatu tujuan dan biasanya
berisi pertanyaan serta jawabandari suatu pertanyaan.

Menurut Chaplin (1999) menyatakan Interview(wawancara)


merupakan satu percakapan tatap muka, dengan tujuan memperoleh
informasi faktual, untuk menaksir atau menilai kepribadian seseorang.

Konseling merupakan suatu bentuk pelayanan pemberian bantuan


oleh konselor terhadap kliennya pada kegiatan bimbingan dan konseling.
Secara umum konseling dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
oleh konselor dalam menangani masalah klien secara lebih intensif yang
berlangsung dalam suasana tatap muka (facetoface) dengan tujuan agar

2
Tritjahjo Danny “Assesmen Non Tes dalam BK” Bab 6

3
klien dapat memahami dan mampu mengatasi masalah yang dialami.
Berikut pendapat para ahli terkait pengertian konseling.

Wawancara konseling merupakan suatu relasi atau hubungan


timbal balik antara dua orang individu di mana yang seseorang (orang
yang mewawancarai) yang di namakan konselor membantu orang yang di
wawancarai yang dinamakan klien yang bertujuan untuk melakukan
perubahan pada diri orang yang di wawancarai tersebut.

B. Tujuan Wawancara
Dalam dunia bimbingan ,wawancara banyak digunakan.wawancara
dapat mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Mengumpulkan data
2. Menciptakan hubungan
3. Pemberian pertolongan

Biasanya dalam bimbingan yang menjadi tujuan akhir ialah


pemberian pertolongan, sedangkan tujuan pengumpulan data dan
menciptakan hubungan merupakan tujuan sementara yang memungkinkan
keberhasilan langkah berikutnya dalam proses pertolongan, atau
seterusnya pencapaian tujuan akhir pertolongan.

C. Tahap - Tahap Wawancara Konseling


Dalam melakukan wawancara konseling ada beberapa tahap yang
dilalui, diantaranya :

1. Persiapan

Pada tahap ini pewawancara membuat persiapan wawancara


dengan detil dan melakukan analisis terhadap diri sendiri. Pewawancara
akan mengalami kesulitan dalam memahami dan membantu orang lain
jika pewawancara itu sendiri tidak mengetahui tentang dirinya,
selanjutnya pewawancara akan mengalami kesulitan untuk memahami
dan menolong orang lain jika mereka hanya mengetahui sedikit atau

4
tidak mengetahui sama sekali tentang pihak yang diwawancara dan
situasi yang dialaminya. Oleh karena itu pada tahap ini yang penting
untuk dilakukan oleh pewawancara adalah melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap pribadinya.

Tahap awal adalah mengenali karakteristik kepribadian dari


pewawancara. Penelitian menunjukkan bahwa kualitas intrinsik dari
kepribadian meliputi : sikap-sikap, bahasa non verbal daripewawancara
lebih mempengaruhi efektifitas konseling dibandingkan dengan jenis
kelamin dan ras. Seorang pewawancara selayaknya harus mampu
membuka pikiran, bersikap optimis, sabar,serius namun tetap santai
serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pada tahap awai ini
pewawancara tidak boleh berargumentas iatau bersikap defensif ketika
memang situasi tidak menginginkan pewawancara bersikap seperti itu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang pewawancara yang
berperan sebagai pewawancara akan mendapatkan kredibilitas yang
tinggi (sangat dipercaya oleh pihak yang diwawancaranya) dari pihak
yang diwawancara dalam hal ini pihak yang diwawancaranya, jika
mereka mau berbagi terhadap masalah yang dialami oleh pihak yang
diwawancara. Agar pihak yang diwawancara mau terbuka maka
pewawancara pun mau membuka diri, perasaan, nilai, keyakinan dan
sikap-sikapnya.

2. Struktur Wawancara

Meskipun tidak ada format yang standar dalam melakukan


wawancara konseling namun akan lebih baik jika tetap memperhatikan
struktur dalam melakukan wawancara konseling. Pertama, adalah
membangun suasana yang kondusif dimana pewawancara benar-benar
menunjukkan keinginan untuk membantu misalnya melakukan kontak,
menjelaskan tentang peran pewawancara dan membangun suatu
hubungan. Kedua, melakukan asesmen terhadap permasalahan yang
dialami oleh pihak yang diwawancara, misalnya menerima informasi,

5
mendorong pihak yang diwawancara untuk memberikan infomiasi,
mengungkapkan kembali informasi yang diterima dan memberikan
pertanyaan untuk mendapatkan informasi. Ketiga, integrasi perasaan,
misalnya menerima perasaan, mendorong pihak yang diwawancara
untuk mengungkapkan perasaannya, merefleksikan perasaan pihak yang
diwawancara, memberikan pertanyaan untuk mengungkap perasaan
pihak yang diwawancara dan menghubungkan perasaan dengan
konsekuensi yang akan diterima. Keempat, pemecahan masalah
misalnya memberikan informasi atau penjelasan, memberikan
alternatif, mengambil keputusan dan mengerahkan sumber-sumber yang
dimiliki.

Pada struktur yang pertama dan ketiga melibatkan perasaan


pihak yang diwawancara dan kepercayaan pihak yang diwawancara
terhadap pewawancara. Pendekatan yang paling tepat digunakan pada
struktur ini adalah pendekatan tidak langsung. Struktur kedua dan
keempat, lebih kearah kognitif, melibatkan pemikiran tentang masalah
dan tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan
yang paling tepat digunakan pada struktur ini adalah pendekatan
langsung atau kombinasi. Keempat, menciptakan suasana yang tepat.
Suasana dan nada bicara akan mempengaruhi level komunikasi yang
terjalin dan kesediaan antara pewawancara dan pihak yang
diwawancara untuk mengungkapkan perasaan perasaan dan sikap-
sikapnya.

3. Pelaksanaan

Ketika melakukan pendekatan dan orientasi telah terbina atau


terbangun maka wawancara dapat dimulai dengan topik yang paling
menarik untuk memancing pihak yang diwawancara agar mau menjalin
interaksi dengan pewawancara. Tahap yang pertama adalah menemukan
akar permasalahan dan menemukan jawaban mengapa pihak yang
diwawancara tidak mampu menghadapi atau memecahkan masalah

6
tersebut. Hal terbaik yang dilakukan oleh pewawancara adalah tidak
mendesak pihak yang diwawancara untuk menceritakan tentang
permasalahan yang dihadapinya, karena biasanya pihak yang
diwawancara akan bercerita sendiri tentang apa yang ingin diketahui
oleh pewawancara ketika pihak yang diwawancara memang sudah siap
untuk menceritakannya. Pewawancara juga hendak tidak terburu-buru
dalam memberikan solusi.

Hal yang tidak boleh terlupakan oleh pihak yang diwawancara


adalah melakukan pengamatan terhadap isyarat nonverbal secara cermat
karena isyarat yang ditampakkan mungkinakan mengungkapkan
perasaan pihak yang diwawancara yang sebenarnya. Jika memang
pewawancara melihat bahwa pihak yang diwawancara benar-benar
tidak mampu memecahkan masalahnya maka pewawancara dapat
memberikan pedoman kepada pihak yang diwawancara agar pihak yang
diwawancara menyadari masalah yang dialaminya. Ada lima peran
yang biasanya dimainkan dalam proses konseling, yaitu :
mendengarkan, mengamati, memberikan pertanyaan, merespons dan
memberikan informasi. Dalam memainkan peran tersebut benar-benar
disertai dengan keinginan untuk membantu, empati dan memberikan
informasi.

a. Mendengarkan
Mendengarkan baik itu mendengarkan dengan pemahaman, empati,
evaluasi dan resolusi merupakan keterampilan yang pentingdan
dimiliki oleh pewawancara. Untuk menemukan akar dari
permasalahan, pewawancara tidak boleh membagi perhatian
ataudengan kata lain fokus terhadap kata-kata yang disampaikan
oleh pewawancara dan implikasinya. Pewawancara juga benar-
benar menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh
pihak yang diwawancara. Pewawancara hendaknya tidak
melakukan interupsi atau mendominasi percakapan. Membiarkan

7
pihak diwawancara tidak boleh menyelipkan ide, pengalaman dan
masalah pribadi. Misalnya pihak yang diwawancara ingin bercerita
tentangorang tuanya yang sedang sakit namun pewawancara malah
mengambil alih dengan bercerita tenang keluarganya yang sedang
sakit. Pada tahap ini, pewawancara harus memfokuskan diri pada
permasalahan yang dihadapi oleh pihak yang diwawancara bukan
permasalahan pewawancara.
b. Mengamati
Pada saat mendengarkan pihak yang diwawancara, pewawancara
juga mengamati cara pihak yang diwawancara duduk, gestur,
kegelisahan, dan kotak mata. Pusatkan perhatian padanada bicara,
ketakutan-ketakutan pihak yang diwawancara, ketegangan dan
perubahan reaksi saat konseling berlangsung.Observasi ini dapat
menjadi isyarat untuk mengetahui serius atau tidaknya
permasalahan yang dihadapi wawancara dan apa yang dipikirkan
oleh pihak yang diwawancara. Jika akan merekan suara pihak yang
diwawancara maka jelaskan mengaa itu perlu dilakukan, hentikan
ketika pewawancara menangkap bahwa pihak yang diwawancara
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut.
c. Memberikan pertanyaan
Pertanyaan memainkan peran yang penting dalam wawancara
konseling, tapi memberikan banyak pertanyaan juga merupakan
suatu kesalahan. Terlalu banyak pertanyaan akan secara langsung
memotong pembicaraan pihak yang diwawancara, merubah topic
dengan cepat dan membuat pihak yang diwawancara justru tidak
mau membuka diri. Pertanyaan terbuka baik itu pertanyaan primer
atau sekunder akan mendorong pihak yang diwawancara untuk
berbicara secara aktif dan mengeluarkan ekspresi emosinya.
d. Merespons dan memberikan informasi
Turner dan Lombard mengatakan bahwa pihak yang diwawancara
mungkin akan bercerita tentang objek, kejadian, ide, konsep, orang

8
lain dan dirinya. Maka dengan berbagai informasi tersebut, akan
lebih baik jika pewawancara memberikan respons saat pihak yang
diwawancara bercerita tentang dirinya Karena diri merupakan
fokus utama dalam wawancara konseling. Beberapa cara
merespons informasi tentang diri pihak yang diwawancara adalah
dengan memberikan informasi, nasehat dan saran, menginterpretasi
apa yang dikatakan oleh pihak yang diwawancara dan melakukan
klarifikasi terhadap apa yang dikatakan oleh pihak yang
diwawancara.
4. Penutup dan Evaluasi

Penutupan dari wawancara konseling merupakan hal yang


penting dan menentukan keseluruhan interaksi. Dalam mengakhiri,
konseling, ada empat faktor yang harus diperhatikan, yatiu terminasi
jdalam konseling individual. Biasanya dalam konseling individual telah
ditetapkan jadwal dan waktu konsultasi sehingga pihak yang
diwawancara akan segera menyadari apabila waktu konseling telah
berakhir. Yang perlu diperhatikan adalah biasanya proses konseling
akan efektif dalam waktu 3/4 jam, setelahnya baik pewawancara
ataupun pihak yang diwawancara akan mengalami kelelahan.

Pewawancara juga harus memperhatikan ke urutan dalam


menutup konseling yaitu menentukan perjanjian tentang waktu
pertemuan (bila ada), mengantarkan pihak yang diwawancara untuk
keluar dari ruangan dan mencatat hal-hal yang terjadi selama konseling
serta mempersiapkan diri secara emosional untuk kasus berikutnya.
Pewawancara harus memperhatikan cara pengungkapan yang tepat
untuk mengawali penentuan untuk pertemuan berikutnya dan menutup
konseling dengan memberitahukan kepada pihak yang diwawancara
tentang kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling sehingga
membutuhkan teman berbicara. Hal ini dapat menimbulkan keinginan
untuk selalu menemui opewawancara untuk bercerita atau memecahkan

9
masalahnya dan tidak juga menutup kemungkinan terjadi proses
sebaliknya.

D. Macam – Macam Wawancara Bimbingan Konseling


1. Wawancara Model Trait Factor Counseling

Wawancara ini membahas tentang permasalahan bakat, minat,


dan kemampuan diri yang sesuai, dan nantinya dapat diterapkan dalam
pekerjaan. Langkah kerja:

a. Membangun hubungan pribadi


b. Mendengarkan dengan perhatian, ungkapan, pikiran, dan perasaan
c. Mengadakan analisis kasus
d. Membantu mengintegrasikan semua data
e. Mengakhiri hubungan pribadi dengan konseling
2. Wawancara Model Pelaksanaan Konseling Behavioristik

Wawancara ini membahas tentang masalah yang berhubungan


dengan lingkungan atau pengalaman yang mempengaruhi tingkah laku.
Langkah kerja:

a. Membangun hubungan pribadi


b. Mendengarkan dengan perhatian
c. Menganalisis kasus
d. Membantu menentukan penyelesaian yang memuaskan
e. Mengakhiri hubungan pribadi dengan konseling
3. Wawancara Model Pelaksanaan Rational-Emotive Therapy

Wawancara ini membahas tentang permasalahan yang irasional


sehingga menjadi rasional. Langkah kerja:

a. Membangun hubungan pribadi


b. Mendengarkan dengan perhatian
c. Menganalisis kasus
d. Membantu untuk menemukan jalan keluar dari masalah

10
e. Mengakhiri hubungan pribadi dengan konseling
4. Wawancara Model Pelaksanaan Konseling untuk Penyesuaian Diri

Wawancara ini membahas tentang permasalahan penyesuaian


diri. Langkah kerja:

a. Membangun hubungan pribadi


b. Mendengarkan dengan perhatian
c. Menganalisis kasus
d. Membantu menemukan sikap dan tindakan yang tepat supaya
masalahnya dapat terselesaikan
e. Mengakhiri hubungan pribadi dengan konseling
5. Wawancara Model Pelaksaanaan Konseling untuk Membuat Pilihan

Wawancara ini membahas tentang permasalahan dalam


membuat pilihan tetapi bukan pilihan program studi atau pekerjaan.
Langkah kerja:

a. Membangun hubungan pribadi


b. Mendengarkan dengan perhatian
c. Menganalisis kasus
d. Membantu untuk menerapkan bagi dirinya sendiri apa yang
diharapkan dan kemudian membantu menentukan pilihan dengan
mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan
e. Mengakhiri hubungan pribadi dengan konseling
E. Contoh Proses Wawancara Konseling

Identitas yang diwawancarai


Nama : Melky (nama samaran)
Sekolah : SMP SWASTA PEMBDA GUNUNSITOLI
Kelas : IX
Jenis Kelamin : Laki-laki

11
Yang melakukan wawancara
Nama : Ferianus Harefa
Meidilla Justina Gea
Irmina Idam Srinayanti Gea
Fotografer : Andi Haga Yosua Zendrato
Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Kamis, 1 September 2016
Waktu : 11.00 – selesai
Tempat : SMP SWASTA PEMBDA GUNUNGSITOLI
Isi Wawancara

Konselor : Selamat siang dek….

Konseli : Selamat siang kak….

Konselor : Kami adalah mahasiswa dari IKIP jurusan BK, kami ingin
mewawancarai adek tentang masalah yang adek hadapi di sekolah. Apakah kami
boleh mewawancarai adek ?

Konseli : Boleh kak…

Konselor : Baik, perkenalkan nama saya meidilla, dan disamping kiri saya
namanya ferianus dan disamping kanan saya namanya irmina.
Bolehkah kami tahu nama adek siapa?

Konseli : Boleh kak…, nama saya Melky.

Konselor : Kalau boleh tahu kamu kelas berapa ?

Konseli : Saya kelas IX.

Konselor : Kamu tinggal dimana ?

Konseli : Saya tinggal di Afilaza bersama dengan orangtua.

Konselor : Kamu berapa bersaudara ?

Konseli : Saya 3 bersaudara kak.

12
Konselor : Kalau boleh tahu pekerjaan orang tua kamu apa ?

Konseli : Bapak saya bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan ibu saya
bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Konselor : Trus, apa masalah yang sering kamu hadapi di sekolah ?

Konseli : Saya sering terlambat membayar uang sekolah kak.

Konselor : Setelah kamu mengalami masalah ini, apa upaya yang kamu
lakukan ?

Konseli : Upaya yang saya lakukan selama ini, saya ikut membantu bapak
saya bekerja sebagai kuli bangunan. Namun, tidak terlalu
sering karena bapak saya bekerja jika ada yang memanggilnya
untuk membangun rumah.

Konselor : Kalau boleh tahu, apakah ada masalah lain yang kamu hadapi
dalam belajar ?

Konseli : Ada bang…, saya tidak menyukai mata pelajaran matematika


dan fisika atau mata pelajaran yang berhubungan dengan
perhitungan.

Konselor : Kalau boleh tahu mengapa kamu tidak menyukai pelajaran itu,
apakah karena gurunya atau pelajarannya ?

Konseli : Begini bang…, saya tidak menyukai pelajaran tersebut bukan


karena gurunya melainkan saya sangat sulit mengerjakan soal-
soal perhitungan. Jadi, setiap ada tugas matematika ataupun
fisika saya tidak mengerjakannya.

Konselor : Trus..., bagaimana dengan guru yang mengasuh mata pelajaran


tersebut?

Konseli : Dari tindakan yang saya lakukan tersebut, saya mendapat


hukuman dari guru tersebut yaitu saya diberdirikan di depan
kelas.

13
Konselor : Menurut kamu, apakah tindakan yang kamu lakukan tersebut
berdampak negatif atau positif terhadap prestasi belajarmu?

Konseli : Berdampak negatif kak…, karena bukan itu saja yang saya
alami. Saya juga terpengaruh dengan teman-teman saya baik
yang di sekolah maupun di luar sekolah untuk merokok. Dan
jika ada tugas dari sekolah saya tidak mengerjakannya karena
saya sering diajak untuk keluar bermain sepak bola, sehingga
saya tidak sempat mengerjakan tugas.

Konselor : Setelah kami mendengar masalah yang dialami oleh adek dan
adek bersedia menceritakan masalah yang adek hadapi. Maka
dari masalah yang kamu hadapi, menurut kamu, apa yang harus
kamu ubah dari sikapmu ?

Konseli : Saya harus membatasi pergaulan saya dengan teman-teman,


saya harus bisa berhenti untuk merokok serta berusaha
mengerjakan tugas meskipun pelajaran tersebut saya tidak
menyukainya.

Konselor : Baiklah dek, apa yang kamu pikirkan itu sudah sangat bagus
dan kamu juga sudah mengetahui cara mengatasi masalah yang
kamu hadapi. Kami hanya berharap agar apa yang kamu
pikirkan itu dapat kamu lakukan dengan baik.

Konseli : Baik kak, saya akan melakukannya.

Konselor : Okelah dek, terimakasih atas waktu yang adek berikan kepada
kami, untuk bisa kami wawancarai. Kami sangat senang
bertemu dengan adek, mungkin di lain waktu kita bisa bertemu
lagi.

Konseli : Iya kak, terimakasih….

Konselor + Konseli : Bersalaman……

14
Kesimpulan

Dari wawancara diatas, kami menyimpulkan bahwa adek tersebut


memiliki berbagai masalah baik itu masalah ekonomi, belajar dan dalam
pergaulan. Namun, pada wawancara diatas kami hanya sebatas mengetahui
masalah yang sedang dialami adek tersebut, kami tidak terlalu mendalami
bagaimana masalah tersebut terjadi. Pada wawancara diatas adek
tersebut sudah membuat keputusan untuk mengubah sikapnya dalam hal
bergaul, dan mungkin di lain waktu kami bisa mewawancarai adek
tersebut kembali untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah dia
mengubah sikapnya, serta kami bisa lebih mendalami kembali masalah
yang sedang dihadapi adek tersebut.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Wawancara konseling merupakan suatu relasi atau hubungan


timbal balik antara dua orang individu di mana yang seseorang (orang
yang mewawancarai) yang di namakan konselor membantu orang yang di
wawancarai yang dinamakan klien yang bertujuan untuk melakukan
perubahan pada diri orang yang di wawancarai tersebut. Adapun tahap
tahap dalam wawancara konseling yaitu dimulai dari persiapan, struktur
wawancara, pelaksanaan, penutup dan evaluasi. Adapun macam macam
wawancara konseling yaitu

1. Wawancara Model Trait Factor Counseling


2. Wawancara Model Pelaksanaan Konseling Behavioristik
3. Wawancara Model Pelaksanaan Rational-Emotive Therapy
4. Wawancara Model Pelaksanaan Konseling untuk Penyesuaian Diri
5. Wawancara Model Pelaksaanaan Konseling untuk Membuat Pilihan

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, hendaklah makalah ini


dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari jika dalam tulisan
ini masih banyak kekurangan. Karena itu kami berharap masukan dan
saran yang membangun agar sempurnanya makalah ini.

16
DAFTAR RIWAYAT

Djumhur, I dan Moh. Surya. 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.


Bandung: CV Ilmu.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.

Ria Sulistyarini, Indah & Nur Pratiwi N, 2012. Dalam karyanya berjudul
“Wawancara : Sebuah Metode Efektif untuk memahami Perilaku
Manusia” CV Karya Putra Darwati, Bandung.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tritjahjo Danny “Assesmen Non Tes dalam BK”

Walgito, Bimo. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi


Offset.

Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT


Grasindo.

17

Anda mungkin juga menyukai