Dosen pengampu:
Nur Indah Lestari, S. Pd., M. Pd
Marzius Insani, S. Pd., M. Pd
Disusun oleh:
Kelompok 2
Andini Shira Putri 2113033018
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan,
dengan judul: “Jenis-Jenis Wawancara”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Wawancara merupakan salah satu metode yang cukup handal dan sering digunakan
dalam rangka menggali data dan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pemeriksaan
psikologis. Secara umum, wawancara memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
interaksi sosial yang akrab, percakapan, diskusi ataupun presentasi, namun memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Menurut Budiyono (2003: 52) mengatakan bahwa metode
wawancara (interview) adalah cara pengumpulan yang dilakukan antara peneliti dengan
subyek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel
(2007) mengatakan "A clinical task-based interview can be seen as a situation where the
interview-interview interaction on task is regulated by a system of explicit and implicit
norms, value, and rules".
Stewart dan Cash (2012) memberikan batasan yang spesifik tentang wawancara ini,
yaitu, "Wawancara adalah proses komunikasi interaksi antara dua pihak yang setidaknya satu
diantara mereka memiliki tujuan serius yang telah ditetapkan dan melibatkan proses Tanya
jawab tentang sesuatu". Dalam jurnal lain. Hurst (2007: 274) mengungkapkan bahwa:
"Interview were chosen as the main data gathering strategy for the original project because it
was felt that potentially "data rich environment this afforded would provide the hest context
for assesistry and probing for presence of three models of thinking (mathematical knowledge,
contextual knowledge, and strategic knowledge) both before and following the intervention
phase of project".
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat
dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan
yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tugas / tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara garis besar tujuan disusunnya
makalah ini diantaranya adalah :
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi yang lebih terperinci dikemukakan oleh Stewart dan Cash (2000) wawancara
adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak. paling tidak salah satu pihak
mempunyai satu tujuan antisipasi dan serius serta biasanya termasuk tanya jawah. Wien
(1983) menambahkan bahwa wawancara dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (dalam
Phares, 1992).
Menurut Kerlinger (1992) wawancara adalah peran situasi tatap muka interpersonal di
mana satu orang (interviewer), bertanya kepada satu orang yang diwawancarai, beberapa
pertanyaan yang dibuat untuk mendapatkan jawaban yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Wawancara adalah interaksi paling tidak antara dua orang, satu pihak berperan
dalam sebuah proses, dan satu pihak lainnya mempengaruhi respon yang lain (Phares, 1992).
Wawancara merupakan salah satu teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Phares (1992) menambahkan bahwa bagi psikolog klinis, wawancara merupakan teknik
yang paling dasar dan berguna karena hasilnya dapat membantu psikolog untuk memahami
masalah klien. membuat prediksi, dan mengambil keputusan.
Flanagan dan Flanagan (1999) menyatakan bahwa wawancara adalah proses komunikasi
yang dilakukan oleh interviewer dengan interviewer. Interviewer menggunakan keahliannya
dalam berbicara secara aktif saat proses komunikasi tersebut. Tujuan interviewer
menggunakan keahliannya dalam berbicara secara aktif, yaitu: pertama, untuk memotivasi
interviewee dalam mengungkapkan pendapatnya. Kedua, untuk mengarahkan percakapan
antara interviewer dengan interviewee dalam bentuk tanya jawab, namun dalam mengarahka
3
percakapan tersebut interviewee tetap diberikan kebebasan untuk mengungkapkan
pendapatnya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh interviewer.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
wawancara adalah komunikasi antara dua pihak atau lebih yang bisa dilakukan dengan tatap
muka di mana salah satu pihak berperan sebagai interviewer dan pihak lainnya berperan
sebagai interviewee dengan tujuan tertentu, misalnya untuk mendapatkan Informasi atau
mengumpulkan data. Interviewer menanyakan sejumlah pertanyaan kepada interviewee untuk
mendapatkan jawaban.
1) Informal, berupa percakapan. Dalam tipe ini memiliki pertanyaan yang langsung dengan
tujuan supaya terjaga keterbukaan kebebasan informasi yang diberikan tidak dibatasi oleh
pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
2) Menggunakan panduan inteview secara umum. Panduan ini dimaksudkan untuk menjamin
bahwa cakupan informasi yang dikumpulkan dari tiap responden adalah sama; cara ini
bersifat lebih terfokus daripada tipe informal namun masih memiliki derajat kebebasan dan
penyesuain dalam usaha memperoleh informasi dari responden.
4) Tertutup, interview respon. Semua responden diberi pertanyaan sama dan diminta untuk
memilih jawaban diantara alternatif yang tersedia.
Format ini bermanfaat bagi yang tidak terbiasa dengan wawancara. Sementara itu, peneliti
kualitatif biasanya menggunakan wawancara dalam beberapa jenis, yaitu:
Pengajuan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4
2) Wawancara secara terus terang
Menjelaskan secara jelas dan terus terang maksud dan tujuan mendapatkan informasi tentang
beberapa masalah.
Dalam wawancara jenis ini, peneliti menempatkan informan sebagai coresearcher (pasangan
atau sejawat peneliti itu sendiri). Untuk itu, telah dikemukakan apa yang menjadi harapan
kepada informan - informannya.
Jika dilihat dari topik yang akan diajukan dalam wawancara, terdapat tiga bentuk teknik
wawancara, yaitu:
Yaitu wawancara yang dilakukan kepada orang-orang dalam masyarakat yang dikaji
dengan topik wawancara bebas, tidak terfokus pada satu topik tertentu, dan orang yang
diwawancara dapat menjawab pertanyaan secara bebas pula. Wawancara bebas dapat
dilakukan dengan mengkombinasikannya dengan teknik wawancara sambil lalu (casual
interview), yaitu wawancara yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya, dan dalam
situasi yang ditentukan siapa orangnya, dimana tempatnya dan lamanya waktu wawancara,
dengan kata lain dapat dilakukan dimana dan kapan saja, sehingga data yang diperoleh dari
wawancara bebas ini, sifatnya beraneka ragam.
Data yang diperoleh dari wawancara bebas, antara lain berfungsi sebagai berikut:
- bahan dalam melakukan penjajakan kepada siapa saja wawancara mendalam akan dilakukan
guna mendapatkan data penelitian secara mendalam. Penjajakan ini dapat diperoleh dari
pengamatan langsung terhadap orang-orang yang diwawancara. tentang pengetahuan dan
wawasannya, khususnya yang berkaitan dengan fokus bahasan penelitian, atau diperoleh dari
informasi masyarakat langsung.
5
2) Wawancara mendalam (depth Interview)
Yaitu wawancara dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan dengan tipe terbuka
sampel yang telah direncanakan. Wawancara berencana ini dilakukan untuk memperoleh
informasi tambahan dari setiap individu yang menjadi sampel, yaitu pendapat dan
pengetahuannya terhadap objek yang akan diteliti. Sementara itu, dilihat dari segi
pertanyaannya, teknik wawancara dapat dibagi menjadi (Koentjaraningrat, 1990:130):
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flanagan dan Flanagan (1999) menyatakan bahwa wawancara adalah proses komunikasi
yang dilakukan oleh interviewer dengan interviewer. Interviewer menggunakan keahliannya
dalam berbicara secara aktif saat proses komunikasi tersebut. Tujuan interviewer
menggunakan keahliannya dalam berbicara secara aktif, yaitu: pertama, untuk memotivasi
interviewee dalam mengungkapkan pendapatnya. Kedua, untuk mengarahkan percakapan
antara interviewer dengan interviewee dalam bentuk tanya jawab, namun dalam mengarahka
percakapan tersebut interviewee tetap diberikan kebebasan untuk mengungkapkan
pendapatnya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh interviewer.
7
DAFTAR PUSTAKA
Stewart, C. J., et all. (2012). Interview: prinsip dan praktik edisi 13. Jakarta: Salemba
Humanika
Koichu, B., & Harel, G. (2007). Triadic interaction in clinical task-based interviews
with mathematics teachers. Educational Studies in Mathematics, 65(3), 349-365.
Sakti, T. L., & Tressyalina, T. (2019). Realisasi Tindak Tutue Langsung Dalam Praktik
Wawancara Tipe Light Entertaiment Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Negeri Padang.Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 8(1), 195-201.