Anda di halaman 1dari 13

WAWANCARA MENDALAM

(IN-DEPTH INTERVIEW)
Mata Kuliah : Teori Psi I Observasi dan Interview
Dosen Pengampu : Eva Yulina S.Psi,M.Psi
Eryanti Novita, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh:
Kelompok 10

Angelina Sitohang 178600487


M. Dwimas Wicaksono 208600087
Nur Apriliani 208600111

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori
Psikologi Observasi dan Interview, dengan judul “Wawancara Mendalam (In-
Depth Interview)”

Saya menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa


dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

Medan, Juni 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................4
1.2 Tujuan Masalah............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................5
2.1 Pengertian Wawancara Mendalam...............................................5
2.2 Pentingnya Wawancara Mendalam..............................................6
2.3 Kapan Dilakukan Wawancara Mendalam?..................................7
2.4 Teknik Saat Melakukan Wawancara Mendalam.........................8
2.5 Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Melakukan Wawancara. 9
2.6 Kegunaan dan Keterbatasan Wawancara Mendalam.................10
BAB III PENUTUP.............................................................................12
3.1 Kesimpulan.............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wawancara adalah metode penelitian kualitatif yang penting di mana
peneliti mengumpulkan data langsung dari partisipan. Sebagian besar
dipasangkan dengan metode penelitian lain seperti survei, kelompok fokus,
dll., wawancara sangat penting dalam mengungkapkan pendapat, pengalaman,
nilai, dan berbagai aspek lain dari populasi yang diteliti. Wawancara selalu
berorientasi pada tujuan.
Dengan tujuan untuk mengekstrak informasi yang diinginkan dari
responden, wawancara dapat dilakukan di berbagai tempat seperti sekolah,
perguruan tinggi, pasar, rumah dan lain-lain. Selain itu, Dengan kemajuan
teknologi, kita telah menyaksikan peningkatan jumlah metode wawancara yang
dapat dilakukan. Tidak seperti dulu, sekarang, wawancara bukan pertemuan
wajib. Hal ini dapat dilakukan melalui telepon atau Skype atau surat atau
melalui berbagai bentuk lain dari internet dan telepon tanpa kehadiran fisik.
Ada berbagai jenis wawancara. Wawancara bisa dilakukan secara formal atau
informal. Pertanyaan penelitian menentukan metode wawancara yang akan
dilakukan. Mungkin ada wawancara bisnis, wawancara kerja, wawancara TV,
wawancara penelitian mendalam dan sebagainya.

1.2 Tujuan Masalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami pentingnya metode
pengumpulan data wawancara mendalam. Makalah ini juga bertujuan
mengeksoplorasi kekuatan dan keterbatasan wawancara mendalam, membahas
keunggulan metode ini dibandingkan dengan bentuk pengumpulan data lainnya
seperti kuisioner dan survey serta aspek-aspek lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawancara Mendalam


Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara juga merupakan alat
mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara
peneliti dan responden.
Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif. Dalam metode
kualitatif ini ada dikenal dengan teknik wawancara-mendalam (In-depth
Interview). Menurut (Sutopo 2006: 72) wawancara-mendalam (In-depth
Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara
mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka,
dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat
penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan
adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ciri
khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah keterlibatannya dalam
kehidupan responden/informan.
Wawancara mendalam adalah wawancara untuk menggali informasi
tentang pandangan, kepercayaan, pengalaman, pengetahuan, perilaku informan
mengenai suatu hal secara utuh. Dari si pewawancara, yang bersangkutan harus
mampu membuat pertanyaan yang tidak menimbulkan jawaban yang panjang
dan bertele-tele sehingga jawaban menjadi tidak terfokus. Sebaliknya dari yang
diwawancarai, yang bersangkutan dapat enggan menjawab secara terbuka dan
jujur apa yang ditanyakan oleh pewawancara atau bahkan dia tidak menyadari
adanya pola hidup yang berulang yang dialaminya sehari-hari. Untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden, yaitu intonasi suara, kecepatan bicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoamnesa (wawancara yang
dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan
keluarga subjek atau responden).
Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak
terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oleh pewawancara yang
sangat terampil untuk menemukan latar belakang, motivasi, keyakinan, sikap
dan perasaan subjek terhadap suatu topik. Wawancara ini berlangsung antara
30 menit sampai dengan lebih dari satu jam. Wawancara mendalam sering
digunakan untuk mengungkapkan hal-hal tersembunyi, yang sulit untuk
diungkap dengan metode atau teknik pengukuran lainnya. Untuk itu,
pewawancaranya harus memiliki keterampilan yang tinggi untuk
mengungkapnya. Selain masalah pewawancara, penentuan subjek yang akan
diwawancara sering kali juga menjadi masalah. Wawancara ini biasanya
digunakan pada penelitian eksploratif.
Pertanyaan dalam wawancara mendalam pada umumnya disampaikan
secara spontanitas. Hubungan antara pewawancara dan yang di wawancarai
adalah hubungan yang dibangun dalam suasana biasa, sehingga pembicaraan
berlangsung sebagaimana percakapan sehari-hari, yang tidak formal. Tujuan
utama wawancara mendalam adalah untuk dapat menyajikan kontruksi saat
sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa,aktivitas,
perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan
dan sebagaimnya.

2.2 Pentingnya Wawancara Mendalam


Wawancara mendalam adalah salah satu metode pengumpulan data primer
yang paling efisien. Tidak seperti kuisioner atau skala penilaian, wawancara
mendalam dilakukan dengan maksud untuk mengungkapkan detail mendalam
dari pengalaman dan perspektif orang yang diwawancarai tentang suatu subjek.
Menjadi lebih efektif dan kurang terstruktur, salah satu manfaat terpenting
dari wawancara mendalam adalah membantu mengungkap informasi yang
lebih rinci dan mendalam daripada metode pengumpulan data lainnya seperti
survey. Tidak seperti format wawancara lainnya, ini adalah wawancara intensif
terhadap individu yang sebagian besar dilakukan dari sejumlah kecil
responden. Pewawancara perlu menciptakan suasana lingkungan yang nyaman
dahulu untuk responden terlebih dahulu dan ajukan pertanyaan untuk
mengungkapkan detail terbaik darinya.
Wawancara mendalam digunakan untuk mengeksplorasi konsep untuk
penyelidikan lebih lanjut dan analisis deskriptif. Pewawancara perlu
mengembangkan hubungan dengan responden untuk mencapai pemahaman
yang lengkap tentang perspektifnya. Memerlukan minat dan rasa hormat
terhadap orang sebagai individu, Thompson (2000) menyatakan bahwa
wawancara mendalam bukan untuk orang-orang yang tidak bisa berhenti
berbicara tentang diri mereka sendiri. Meskipun tampak realistis, wawancara
mendalam yang baik memiliki kesamaan dengan percakapan sehari-hari.
Menurut Burges (1984) dan Lofland and Lofland (1995) wawancara mendalam
sering dianggap sebagai bentuk percakapan. Menjadikan salah satu bentuk
pengumpulan data yang paling signifikan, tidak lebih dari total 10-15 orang
yang diwawancarai secara individual dalam suatu penelitian menggunakan
metode pengumpulan data wawancara mendalam.
Ini adalah metode yang berorientasi dari pertemuan yang dapat
memberikan suasana yang lebih santai untuk pengumpulan data. Kita dapat
menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dari peserta yang merasa
tidak nyaman mengungkapkan pendapatnya secara terbuka dalam kelompok.
Legard, Keegan & Ward (2003) menyatakan bahwa wawancara mendalam
bermaksud untuk menggabungkan struktur dengan flexibilitas dan bersifat
interaktif karena materi yang dihasilkan dari interaksi.
Dibanding dengan wawancara survey, wawancara mendalam yang
berfungsi sebagai pemandu moderator, apalagi seperti wawancara jurnalistik.
Peserta dalam wawancara mendalam akan mengungkapkan pikiran mereka
yang bukan merupakan kasus dalam skala penilaian atau kuesioner. Tidak
seperti skala penilaian atau kuesioner, peneliti dalam wawancara mendalam
dapat menyesuaikan urutan pertanyaan sesuai situasi. Metode terakhir sebagian
besar mengikuti skema cetak pertanyaan tertutup.

2.3 Kapan Dilakukan Wawancara Mendalam?


a. Ketika topik yang akan diteliti adalah topik yang kompleks, tidak
sederhana dan perlu mendapat informasi yang sebanyak-
banyaknya, serta mengikutsertakan responden yang berpendidikan
tinggi. Misalnya: ingin mengetahui penanganan dokter puskesmas
terhadap balita diare dengan shock.
b. Bila topik yang diteliti merupakan topik yang sangat sensitive.
Misalnya: menanyakan KLB diare yang menyebabkan banyak
balita yang meninggal kepada bapak camat.
c. Bila responden terpisah jauh secara geografis. Misalnya: ingin
mendapatkan informasi mengenai istilah disentri diseluruh
Indonesia
d. Bila ada tekanan kelompok. Misalnya: ingin mengetahui pendapat
diadakannya iuran untuk pojok oralit (padahal dari kelompok
diskusi terfokus sebagian besar anggota menekankan agar biaya
diserahkan kepada puskesmas)
e. Bila pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih
mendalam lagi pada sseorang subjek tertentu. Misalnya banyak
yang tidak setuju diadakannya pojok oralit, maka dilakukanlah
wawancara mendalam terhadap salah satu ibu yang tidak setuju
untuk mengetahui alasan-alasan tidak setujunya ibu tersebut.
f. Bila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
penemuan. Misalnya: ingin mengetahui sebab-sebab adanya KLB
keracunan makanan pada balita disuatu tempat.
g. Bila peneliti/pewawancara tertarik untuk mengungkapkan motivasi,
maksud atau penjelasan dari responden. Misalnya: ingin
mengetahui penjelasan responden tidak mau menggunakan oralit
tetapi diare.
h. Bila peneliti mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu
peristiwa, situasi atau keadaan tertentu. Misalnya: ingin
mengetahui mengapa diare sudah tidak merupakan penyakit
prioritas disuatu puskesmas.

2.4 Teknik Saat Melakukan Wawancara Mendalam


Beberapa teknik dalam wawancara agar berjalan dengan baik, adalah:
a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
 Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan
biodata responden (nama, alamat, hobi dll), namun
waktunya jangan terlalu lama (±5 menit)
 Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan
maksud agar responden memahami pembahasan topik
yang akan ditanyakan dan supaya lebih transparan
kepada responden (adanya kejujuran).
 Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh
melakukan aktifitas yang lain ketika sesi wawancara
ini berlangsung sehingga memberikan rasa “nyaman”
bagi responden (tidak adanya tekanan), misalnya
responden boleh merokok, minum kopi/teh, makan dan
lain-lain
 Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah
orang yang penting, kerjasama dan bantuannya sangat
diperlukan: bahwa pendapat yang responden berikan
akan dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban yang
salah atau benar dalam wawancara ini. Semua
pendapat yang responden kemukakan sangat penting
untuk pelaksanaan penelitian ini.
b. Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam,
hal ini dilakukan karena :
 Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
 Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
 Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati
kebenaran
c. Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-
jawaban tertentu kepada responden yang akhirnya nanti apa
yang dikemukakan (pendapat) responden bukan merupakan
pendapat dari responden itu sendiri
d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka
dengan jawaban responden, hendaknya intonasi suara dapat
dikontrol dengan baik agar responden tetap memiliki rasa
“nyaman” dalam sesi wawancara tersebut. Hal yang dapat
dilakukan misalnya; mengambil minum, ngobrol hal yang lain,
membuat candaan dll).
e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga
memberikan jawaban yang diharapkan oleh pewawancara
f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden
sehingga membuat responden tidak malu menjawab
pertanyaan tersebut.
g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, kontak mata sangat
dibutuhkan selama proses wawancara tersebut
h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang
ditunjukkan oleh responden, misalnya responden merasa tidak
nyaman dengan sikap yang ditunjukkan oleh pewawancara,
pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat
menyebabkan informasi yang diterima tidak lengkap.
i. Waktu
Dalam pelaksanaan wawancara-mendalam ini pewawancara
dapat mengontrol waktu. Hal ini dikhawatirkan responden
dapat menjadi bosan atau lelah sehingga informasi yang
diharapkan tidak terpenuhi dengan baik. Waktu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan wawancara-mendalam yang
dilakukan secara tatap muka adalah ½ - 2 jam, tergantung isu
atau topik yang dibahas.

2.5 Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Melakukan Wawancara


Sebelum dilakukan wawancara-mendalam, perlu dibuatkan pedoman
(guide) wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pewawancara
dalam menggali pertanyaan serta menghindari agar pertanyaan tersebut tidak
keluar dari tujuan penelitian. Namun pedoman (guide) wawancara tersebut
tidak bersifat baku, dapat dikembangkan dengan kondisi pada saat wawancara
berlangsung dan tetap pada koridor tujuan diadakannya penelitian tersebut.

Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara mendalam berjalan


dengan baik, diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan
wawancara mendalam tersebut. Alat dokumentasi yang perlu dipersiapkan
seperti:

1. Recorder (alat perekam suara)


Hal ini bertujuan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali
mengenai wawancara yang telah dilakukan. Sehingga dapat membantu
dalam pembuatan report dan analisanya.
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah
terjadinya pelaksanaan wawancara dengan responden yang sama agar
informasi yang diberikan tidak bias.
3. Catatan lapangan
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung)
dalam melakukan analisa.

2.6 Kegunaan dan Keterbatasan Wawancara Mendalam


Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara mendalam adalah:
1. Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat
kompleks atau sangat sensitive.
2. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam
mengenai sikap, pengetahuan, pandangan responden mengenai
masalah.
3. Responden tersebar, maksudnya bahwa siapa saja bisa
mendapatkan kesempatan untuk diwawancarai namun
berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian tersebut.
4. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan tanpa adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu
dalam mengeluarkan pendapatnya.
5. Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan
pedoman (guide) atau tanpa menggunakan pedoman. Jika
menggunakan pedoman (guide), alur pertanyaan yang telah
dibuat tidak bersifat baku tergantung kebutuhan dilapangan.

Keterbatasan wawancara mendalam


1. Ukuran sampel yang sangat kecil
2. Karena ukurannya yang kecil, sampel tidak dipilih melalui
proses ilmiah yang benar sesuai prosedur seperti random
sampling dan lainnya. Jadi, ada kekhawatiran mengenai
validitas eksternal atau generalisasi penelitian.
3. Ini adalah metode yang memakan waktu. Karena wawancara
mendalam dilakukan atas dasar one-to-one basis
(Menunjukkan atau merujuk pada situasi di mana dua pihak
melakukan kontak langsung, oposisi, atau korespondensi).
Mereka memerlukan waktu yang cukup banyak dari peneliti
untuk wawancara, menyalin, menganalisis dan membuat data
laporan.
4. Wawancara ini rentan terhadap bias
5. Ada banyak masalah etika dan generik dalam wawancara ini.
Allmark dkk. (2009) melakukan penelitian yang berjudul
“Masalah etika dalam penggunaan wawancara mendalam:
review literatur dan diskusi”. Mereka menemukan bahwa
privasi-dimana saat wawancara menyelidiki hal yang tidak
terduga, kerahasiaan dalam perlindungan privasi, serta potensi
wawancara untuk membahayakan peserta secara emosional,
dll.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Wawancara mendalam bertujuan untuk menggali informasi tentang
pandangan, kepercayaan, pengalaman, pengetahuan, perilaku
informan mengenai suatu hal secara utuh.
2. Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah
keterlibatannya dalam kehidupan responden/informan.
3. Hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden, yaitu intonasi suara, kecepatan bicara, sensitifitas
pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari
informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu
autoamnesa dan aloanamnesa
4. Wawancara ini berlangsung antara 30 menit sampai dengan lebih
dari satu jam.
5. Wawancara ini biasanya digunakan pada penelitian eksploratif.
6. Pertanyaan dalam wawancara mendalam pada umumnya
disampaikan secara spontanitas.
DAFTAR PUSTAKA

Showkat, N., & Parveen, H. (2017, July 17). Retrieved June 7, 2022, from
https://www.researchgate.net/publication/319162160_In-depth_Interview
Wahyuni, N. (2014, Oktober 28). Retrieved Juni 7, 2022, from
https://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/in-depth-interview-wawancara-
mendalam/

Anda mungkin juga menyukai