Disusun oleh
NIM: 06071282025028
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Assessment Prilaku Adiksi”.
makalah ini saya susun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Konseling Adiksi Narkoba.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca, dan khususnya pada diri saya
sendiri serta dapat memberikan wawasan yang lebih bagi kita semua. Saya menyadari booklet
yang saya buat memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya demi
kesempurnaan booklet yang saya buat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan:
1. Ketepatan mengidentifikasi teknik wawancara.
2. Ketepatan mengidentifikasi teknik tes.
3. Ketepatan mengidentifikasi teknik behavioral asessment.
4. Ketepatan mengidentifikasi teknik self-monitoring.
5. Ketepatan mengidentifikasi skala penialain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
telah diberikan oleh narasumber. Wawancara ini cocok dilakukan apabila
peneliti mewawancarai narasumber lebih dari satu kali.
4. Wawancara kelompok
Wawancara kelompok adalah wawancara dengan sederetan pertanyaan
sistematis kepada beberapa individu atau kelompok secara serentak, baik
dalam setting formal maupun informal.
4
Peneliti harus menggunakan penilaian sendiri, mengikuti keinginan partisipan,
dan menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan penelitiannya. Umumnya lama
wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih, konsentrasitidak akan diperoleh
bahkan bila wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun.
Jika dalam waktu yang maksimal tersebut data belum semua diperoleh, wawancara
dapat dilakukan lagi. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding
hanya satu kali dengan waktu yang panjang.
5
5. Menentukan tempat pada saat kegiatan wawancara berlangsung. Jika
memungkinkan mencari ruangan yang cukup tenang agar tidak ada distraksi
yang akan mengganggu kegiatan wawancara.
6. Berikan inform consent pada calon partisipan.
7. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu
tersebut (jika mungkin), hargai partisipan dan selalu bersikap sopan santun.
Pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara.
6
respon tersebut dikemukakan dalam bentuk jawaban “ya-tidak”, “benar-
salah” “sesuai-tidak sesuai” “setuju-tidak setuju”. Beberapa tes
kepribadian self-report dimaksudkan untuk mengukur trait atau konstruk
tertentu, seperti kecamasan dan depresi.
7
c. Peralatan untuk mengambil sample savalia
Absorbent foam atau sebuah pad
Diluent atau bahan pengawet
Pengambilan sample
Teknik dari tes narkoba dimulai dari pengambilan sampel atau spesimen.
Spesimen urine adalah yang paling sering digunakan karena metabolit zat
lebih banyak terdeteksi di urine dibandingkan sampel. Namun konsentrasi
metabolit zat di urine tidak berkorelasi terhadap kadar zat dalam darah.
8
Untuk mengetahui kondisi intoksikasi, maka dibutuhkan sampel darah.
Beberapa sampel lain yang bisa diambil adalah saliva, rambut, keringat, dan
kuku. Sampel kuku umumnya digunakan ketika sampel rambut tidak bisa
diambil atau analisa postmortem.
a) Sample urine
Tahapan untuk mengambil sample urine terdiri atas:
Sumber air harus diamankan terlebih dahulu agar tidak
terjadinya delusi secara sengaja.
Menyingkirkan sabun, disinfektan dan sebagainya yang dapat
mempengaruhi hasil urine.
Melepaskan pakaian yang tidak diperlukan, lalu dititipkan ke
petugas.
Mencuci tangan, lalu memberikan container urine sebesar 45
ml.
Pasien tidak boleh menyiram toilet.
Petugas kemudian menginspeksi urin yang telah diambil,
untuk melihat apakah ada hal-hal yang tidak wajar. Misalnya
akan berbusa ketika dikocok.
Kemudian urine dibawa ke laboratorium.
b) Sample darah
Tahapan untuk mengambil sampel darah adalah:
9
Pasang torniquet 4-5 jari di atas lokasi pengambilan darah,
lalu periksa kembali vena tersebut
Mencuci tangan, lalu pakai sarung tangan non steril
Membersihkan lokasi injeksi
Ambil sampel darah
Isi tabung sampel laboratorium
c) Sample Saliva:
d) Sample Keringat
Tahapan untuk mengambil sampel keringat adalah:
e) Sample Kuku:
Tahapan untuk mengambil sampel kuku adalah:
f) Sample Rambut:
Tahapan untuk mengambil sampel rambut adalah:
10
Sampel rambut diambil dari bagian vertex posterior, karena
daerah ini memiliki variabilitas fase pertumbuhan yang lebih
rendah serta kurang dipengaruhi jenis kelamin dan usia
Rambut dipotong sedekat mungkin dengan akar rambut
dengan panjang kurang lebih 1,5 inchi atau 3,8 cm
Opioid/ heroin/
2-8 jam 1-3 hari, metadon 3-10 hari
methadone
Amphetamine/
methamphetamine/ 2-6 jam 1-3 hari
cocaine
Antidepresan
8-12 jam 2-7 hari
trisiklik
11
2.3 Teknik Behavioral Assesment
2.3.1 Pengertian Behavioral Assesment/ assessment prilaku
Behavioral assessment menggunakan hasil tes sebagai sample prilaku yang terjadi
ada situasi spesifik dan bukan sebagai tanda-tanda atau tipe atau trait kepribadian
yang mendasarinya. Menurut pandangan behavioral pula, perilaku terutama
ditentukan oleh faktor-faktor situasional atau lingkungan, seperti penguatan dan
sinyal-sinyal stimulus (Nevid et al., 2005).
Metode behavioral ini mengilhami bahwasanya perkembangan teknik-teknik
bertujuan untuk meneliti prilaku individu dalam seting kemiripan yang mungkin
denga situasi nyata. Analisis fungsional dari perilaku bermasalah diperiksa
menggunakan wawancara behavioral dengan mengajukan pertanyaan lebih
banyak tentang riwayat dan aspek aspek situasional dari perilaku bermasalah.
Analisis fungsional dari perilaku bermasalah diperiksa menggunakan wawancara
behavioral dengan mengajukan pertanyaan lebih banyak tentang riwayat dan
aspek-aspek situasional dari perilaku bermasalah.
12
Life/ self record
Metode yang digunakan untuk mengetahui motif yang disembunyikan,
penyangkalan, hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh klien.
Home visit
Metode home visit atau metode mengunjungi rumah klien yang memiliki
masalah.
Tes psikilogi proyektif/ non-proyektif
2. Baseline
Pada tahapan selanjutnya ialah baseline yakni penilaian awal prilaku klien,
Pengamatan dan penilaian lingkungan di mana klien tinggal. Memprediksi
variabel apa saja yang perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program
modifikasi perilaku.
3. Treatment
Yakni merancang dan melaksanakan program modifikasi prilaku yang
dilakukan oleh klien sendiri.
4. Evaluasi.
Yakni mengevaluasi keberhasilan perubahan prilaku tertentu, agar program
selanjutnya dapat bisa diperbaiki menjadi lebih baik lagi.
13
2.4 Teknik self-monitoring
2.4.1 Pengertian teknik self-monitoring
Menurut Peacock, et. al, (2010) mendefinisikan teknik self-monitoring
adalah manajemen diri yang sering digunakan di dalam intervensi yang melibatkan
pada dua proses, mencakup: pengamatan diri, dan perekaman diri. Sedangkan
menurut Allinder dkk, 2000 teknik self-monitoring merupakan proses pemantauan
diri yang mencakup dua jenis; pengamatan diri, individu mengamati secara sadar
ada atau tidak dari perilaku sasaran yang dibuatnya. Perekaman diri, individu
mencatat perilaku yang dilakukannya.
Menurut Nevid et al., (2005), “self monitoring diharapkan untuk melatih
klien untuk mencatat atau memonitor perilaku.” Harapannya klien memonitor dan
mengamati dirinya sendiri akan prilakunya. Self monitoring memungkinan
pengukuran secara langsung dari perilaku bermasalah pada saat dan di tempat di
mana perilaku itu terjadi. Pada umumnya klien menyadari frekuensi terjadinya
perilaku dan konteks situasional.
Dapat disimpulkan bahwasanya self mentoring merupakan suatu proses klien
dalam mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dan
interaksinya di lingkungan. Dalam pemantauan ini klien bisanya mencatat prilaku
masalah, mengendalikan penyebab terjadinya masalah dan menghasilkan
konsekuensi.
14
Protektif
Tujuan dari self-monitoring ini adalah melindungi diri dari penolakan atau
ketidaksetujaun orang lain. Artinya, individunya akan memantau situasi dan
reaksi terlebih dahulu sebelum mengubah perilakunya agar disetujui
kelompoknya. Fokus utamanya adalah agar tidak merasa malu atau ditolak.
15
suatu daftar cheklist yang menyediakan informasi tentang frekuensi, intensitas, dan rentang
perilaku bermasalah. Skala penilaian perilaku ini menilai perilaku yang spesifik, bukan pada
karakteristik-karakteristik kepribadian, walaupun perilaku tersebut didasari pada kepribadian
manusia.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses pengumpulan informasi tentunya tidak semua informasi bisa digunakan
untuk membuat keputusan. Informasi-informasi yang relavan dengan apa yang dinilai akan
mempermudah melakukan sebuah penilaian dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan melakukan assessment untuk mengetahui hal itu.
Diagnosis tingkat kecanduan pada pecandu narkoba tidak akan lepas dari metode
assessment. Dagnosis kecanduan dapat diketahui melalui instrument-instrumen, yaitu wawancara,
tes psikologis, kuisioner, self-report, ukuran perilaku, dan ukuran fisiologis. Peran assessment
lebih daripada hanya penggolongan saja. Suatu assessment yang diteliti memberikan informasi
yang sangat banyak tentang kepribadian klien dan fungsi kognitifnya. Informasi ini dapat memberi
bantuan klinisi untuk memperoleh suatu pemahaman yang lebih luas tentang permasalahan klien
dan merekomendasikan bentuk rehabilitasi medis dan sosial dalam program rehabilitasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
RH, Sari. 2021. Penerapan Konseling Behavior Dengan Teknik Self Management.
Trifiana, Azelia. 2021. Mengenal Istilah Self-Monitoring, Piawai Membaca Situasi Atau
Justru Tidak Jadi Diri Sendiri?. Online. https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-istilah-self-
monitoring diakses pada tanggal 5 Maret 2022.
18