Anda di halaman 1dari 11

1

Kata Pengantar

Segala Bentuk Pujian hanya milik Allah Swt. Semata yang telah memberikat
nikmat dan rahmat-Nya yang begitu berlimpah sehingga makalah kami yang
berjudul “Teknik-Teknik Wawancara” dapat terselesaikan sebagaimana yang
kami telah rencanakan. Tidak lupa pula kami haturkan shalawat dan salam kepada
seorang yang sangat dikagumi kegigihannya dalam mempertahankan agama Islam
yaitu Nabi Muhammad S.A.W. karena berkat beliaulah islam mengibarkan
bendera kejayaanya sampai masa sekarang ini.

Makalah kami menitik beratkan dalam pembahasan teknik wawancara yang


mencakup 6 sub menu, yang masing-masing dirincikan pada tempatnya.

Semoga dengan adanya makalah kami ini, masalah-masalah yang terkait dengan
teknik-teknik dalam wawancara dapat terpecahkan serta memberikan informasi
yang komperhensif.

Tiadalah manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami
mohon motivasinya yang bersifat membangun guna tercapainya kesempurnaan
dalam makalah kami.

Kamis, 23 Juni 2016


Penyusun,

2
Daftar Isi

Halaman Sampul..........................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan...................................................................
1.3. Rumusan Makalah.....................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
2.1. Pengertian Pemahaman Wawancara.........................................
2.2. Tujuan Wawancara....................................................................
2.3. Bentuk-Bentuk Wawancara......................................................
2.4. Fungsi-Fungsi............................................................................
2.5. Jenis-Jenis Wawancara..............................................................
2.6. Sikap-Sikap...............................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................
3.1. Simpulan.................................................................................
3.2. Saran.......................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Rumusan Makalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pemahaman Wawancara


Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi baik ,
dalam bidang jurnalistik, maupun bidang lainnya yang memerlukan informasi
berupa data dan fakta dari masyarakat maupun suatu Individu. Dalam melakukan
Wawancara tentunya kita perlu mempersiapkan diri, baik secara mental maupun
fisik . Karena itu , kali ini kami membahas langkah – langkah dalam melakukan
wawancara beserta teknik wawancara yang tentunya dapat membantu anda
'mengorek' informasi dari narasumber.

Langkah-langkah dalam melakukan wawancara


1. Persiapan : Menyusun petunj uk interview dan menyusun pertanyaan
interview.
2. Uji coba interview : Mencoba pertanyaan-pertanyaan wawancara dengan
melakukan Try Out wawancara kepada pihak lain.
3. Pelaksanaan Interview : Menentukan siapa yang akan diwawancarai serta
menentukan waktu dantempat wawancara
4. Kegiatan akhir : Melakukan tes kebenaran terhadap hasil wawancara yang
telah dilakukan dan apakah masih ada jawaban yang masih samar-samar dan
tidak jelas, serta melakukan cek terhadap kelengkapan informasi (apakah
sudah lengkap bagi penelitian atau belum).

Teknik dalam Wawancara


1. Mulailah mengungkapkan maksud dan tuj uan dari diadakannya wawancara
tersebut, dengan menggunakanbahasa yang mudah dan sederhana sehingga
mudah dimengerti oleh responden.
2. Berlaku sopan dan ramah dengan menggunakan gaya bahasa yang menarik
dan wajar serta tidak dibuat-buat. Hindari gaya bahasa yang berintonasi

5
memerintah dan menekan serta hal-hal yang dapat menimbulkan perasaan
yang tidak menyenangkan lainnya.
3. Tidak melakukan wawancara secara tergesa-gesa yang dapat menimbulkan
kesan bahwa wawancara yang dilakukan tidak berguna atau tidak penting.
4. Usahakan proses wawancara yang dilakukan berarti penting sekali bagi proses
penelitian dengan sikap yang tidak berlebih-lebihan yang j ustru menimbulkan
kesan mengolok-olok si responden.
5. Bantu responden yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan pendapatnya
ke dalam bentuk lisan.
6. Apabila dalam proses wawancara terdapat informasi/data baru yang tidak
direncanakan dalam proses wawancara tersebut, buatlah sendiri daftar
pertanyaan untuk menggali informasi yang baru tersebut.
7. Gunakanlah alat Bantu dalam proses wawancara yang dapat
mencatat/merangkum hasil wawancara tersebut, baik berupa alat pencatat,
tape recorder, video casete, hand phone, kamera, dan lain-lain.

2.2. Tujuan Wawancara


Untuk memperoleh informasi guna menj elaskan suatu situasi dankondisi tertentu
Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. Untuk memperoleh data agar dapat
mempengaruhi situasi atau orangtertentu. Untuk mengkontruksi mengenai orang,
kej adian, organisasi, perasaan, motivasi serta memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota.

2.3. Bentuk-Bentuk Wawancara


1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat
telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.

6
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai
seorang, pej abat, seniman,
olahragawan dan sebagainya.

2.4. Fungsi-fungsi
1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi,
mempengaruhi sikap orangorang dan kadang-kadang mempengaruhi
perilaku mereka
2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana
memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap
yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan j uga
memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau
menj elaskan pertanyaanpertanyaan secara lebih mudah, sehingga
meningkatkan kemungkinan mendapatkan j awaban dari responden.

2.5. Jenis-jenis wawancara


Ditinj au dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi
menj adi 3 j enis yaitu:
1. Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja
kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu
berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati,
kadangkadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan
daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan
wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam
pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-
apa yang ditanyakan secara garis besar. Menurut Floyd G. Arpan dalam

7
Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya, wawancara
dapat dikelompokkan ke dalam tuj uh j enis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)

Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :


1. Wawancara berstruktur wawancara secara terencana yang
berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. Wawancara tak berstruktur wawancara yang tidak berpedoman pada
daftar pertanyaan.

2.6. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara


Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana
agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diaj ukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang
pewawancara adalah sebagai berikut: Netral; artinya, pewawancara tidak
berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh
responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari
responden, baik yang menyenangkan atau tidak. Ramah; artinya
pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si
responden. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua
responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada
semua responden bagaimanapun keberadaannya. Hindari ketegangan;
artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai
responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden
berhak

8
membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak
menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi
dan pembicaraan agar terarah. Pengarahan atau instruksi yang perlu
diperhatikan oleh pewawancara (interviewers) meliputi pedoman-pedoman
sebagai berikut:
1. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu;
gunakan penj elasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get
involved in long explanations of the study; use standard explanation
provided by supervisor”).
2. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau
rumusan pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction,
sequence of questions, or question wording”).
3. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi
wawancara, jangan membiarkan individu lain menjawab untuk
responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada pertanyaan
itu. (“Never let another person interupt the interview; do not let another
person
answer for the respondent or offer his or her opinions on the
questions”).
4. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuj u
dengan suatu jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide
dari pandangan pribadi anda pada topik dari pertanyaan atau survey.
(“Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not
give the repondent any idea of your personal views on the topic of
questions or survey”).
5. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya
mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi seperti
yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“Never interpret the
meaning of a question; just repeat the questions and give instructions or
clarifications that are provided in training or by supervisors”).
6. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori j
awaban, atau membuat perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise,

9
such as by adding answer categories, or make wording changes”)
(Denzin & Lincoln, 1994: 364)

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan
tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara
bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang
diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara
itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat
penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk
mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau
percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal.
Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menj
elaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan
kemungkinan mendapatkan j awaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk
keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun
wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya,
penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan
obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan
wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut adalah tuj uannya, hubungan
antara narasumber dan pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.
3.2. Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber disusun secara
baik, rapi dan menggunakan bahasa yang sopan, tidak menyinggung
perasaan narasumber dan harus sesuai prosedur dan tepat sasaran.
Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka dalam
pelaksanaan wawancara
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai