Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PROSES PUBLIC RELATION

Disusun Oleh :

1. Pipit Puspita Sari 07031181823212

2. Lania Laras Sakti 07031181823216

3. Destyyoana Wulandari 07031181823217

4. Melinda 07031181823218

5. Ghea Agustia A 07031181823243

Dosen Pembimbing : Miftha Pratiwi, S.I.kom, M.I.kom.

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena


berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul: Proses public relattion,
Di dalam penyusunan makalah ini pemakalah menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya dengan hati terbuka pemakalah mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Teriring doa, semoga amalan yang diberikan mendapatkan ridho dan berkah dari
Allah SWT. Amin. Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Akhirul kalam.

Indralaya, 29 februari 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu
yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta,
merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah
dicapainya. Public relation atau hubungan masyarakat masih merupakan bidang baru
terutama di Indonesia. Lahirnya public relations seperti yang dipraktekan sekarang ialah
karena adanya kemajuan-kemajuan dalam berbagai macam bidang itu. Kemajuan yang
sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, memisahkan manusia
kedalam berbagai kelompok atau golongan, yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri
dan berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan sebaik-baiknya.

Pada dasarnya dalam kegiatan Public Relations terdapat suatu usaha untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan atau perusahaan dengan publiknya.
Kedudukan dan peranan public relations dalam sebuah instansi atau perusahaan sangatlah
penting. Public relations bila dilihat dari studi komunikasi adalah salah satu teknik
komunikasi yang menitik beratkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu suasana kerja
sama dan menciptakan saling pengertian antara publik yang berkepentingan untuk mencapai
tujuan bersama dan saling menguntungkan, dengan demikian untuk mendapatkan hasil sesuai
dengan harapan maka seorang publik relations ketika melakukan interaksi kepada publik
harus melalui sebuah proses-proses publik relations, baik proses secara internal atau proses
eksternal. Dengan demikian dalam makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana
proses publik relations.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan penelitian pada public relation?


2) Apa saja yang termasuk di dalam perencanaan public relation?
3) Bagaimana dan kapan aksi atau strategi berjalan di dalam public relation?
4) Mengapa perlu adanya evaluasi di dalam public relation?
1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui tentang penelitian pada public relation.


2) Memahami proses perencanaan public relation.
3) Mengetahui dan memahami berjalannya aksi atau strategi di dalam public relation.
4) Mengerti dan mampu mengetahui evaluasi di dalam public relation.

1.4 Manfaat Penulisan

1) Bagi penulis
Memperdalam potensi diri penulis dalam hal menulis makalah.
2) Bagi pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses di dalam Public Relation.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Penelitian (Research)

Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Oleh sebab itu,
praktisi PR perlu melibatkan dirinya dalam penelitian dalam pe-ngumpulan fakta. Ia perlu
memantau dan membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang
berkepentingan dan terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. “What’s happening now?”
merupakan kata-kata yang menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam
melihat data dan fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala
keterangan harus diperoleh selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan penilitian,
seorang praktisi PR harus meng-olah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan,
melakukan pertimbangan, dan menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan
dan ketelitian dari data faktual yang telah didapat.
Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus
mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data
ini dapat dilakukan dengancara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion,
wawancara mendalam, dan walking around research. Berikut adalah apa yang dimkasud
dengan pengumpulan fakta.

 Fact Finding
Yang dimaksud dengan Fact finding adalah mencari atau mengumpulkan fakta-fakta
atau data-data sebelum seseorang melakukan sautu kegiatan atau tindakan. Pada tahap
pertama ini, adapun kegiatan dari public relations diarahkan kepada usaha
mengumpulkan data terhadap sasaran komunikasi antara lain misalnya mencakup:
1) Meneliti mengenai kebutuhan dan kepentingan yang diinginkan public.
2) Mencari dan mendapatkan data guna mengetahui bagaimana situasi dan
kondisi yang terdapat pada diri publik.
3) Mengapa publik bersikap dan bertingkahlaku tidak mau tahu?
4) Mencari dan menentukan siapa saja yang dijadikan sasaran komunikasi.
Beberapa cara pengumpulan data antara lain :

1. Survei dan poling

Metode Poling

Poling adalah salah satu metode pengumpulan data yang bisa dipergunakan
untuk mendapatkan hasil penelitian. Poling ini berkaitan erat dengan tata cara terjun
di antara subjek penelitian dengan memberikan sejumlah pertanyaan dan jawabannya.
Metode poling sering kali dipergunakan secara online, misalnya saja untuk
menentukan pilihan masyarakat terhadap Pemilu.

Metode Survei (Survey Methods)

 Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan


pertanyaan lisan dan tertulis.
 Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subjek
(responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.
 Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan tatapi
pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelesakan sebab akibat atau
mengungkapkan ide-ide.
 Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dari banyak subjek.
 Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2) kuesioner.

2. Wawancara

Seorang peneliti bisa mendapatkan data penelitian dengan menggunakan


wawancara. Pengertian wawancara sendiri ialah metode penelitian yang dilakukan
dengan terjun langsung pada masyarakat dengan menyipakan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaiatan antara tema penelitian dan hasil yang diharapkan.

3. Focus Group Discussion

FGD berarti suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok.
Dalam pelaksanaan FGD dilakukan dengan cara berdiskusi dengan para
narasumber di suatu tempat dan dibantu dengan seseorang yang memfasilitatorkan
pembahasan mengenai suatu masalah dalam diskusi tersebut. Orang tersebut
disebutdengan moderator.

Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebuah upaya yang
sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focused
Group Discussion, maka terdapat 3 kata kunci, yaitu:
a. Diskusi – bukanwawancaraatauobrolan
b. Kelompok – bukan individual
c. Terfokus – bukanbebas

4. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif. Dalam metode kualitatif


ini ada dikenal dengan teknik wawancara-mendalam (In-depth Interview).
Pengertian wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72).

Dalam wawancara-mendalam melakukan penggalian secara mendalam


terhadap satu topik yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud diadakan
wawancara tersebut) dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang
dilakukan untuk mengetahui pendapat mereka berdasarkan perspective responden
dalam memandang sebuah permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan oleh
seorang pewawancara dengan mewawancarai satu orang secara tatap muka (face to
face).
Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara-mendalam adalah :

1. Topik / pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat
sensitif.
2. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah.
3. Responden tersebar maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan
untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian
tersebut.
4. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa
adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam mengeluarkan pendapatnya
5. Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman (guide) atau
tanpa menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide), alur
pertanyaan yang telah dibuat tidak bersifat baku tergantung kebutuhan dilapangan.

Sedangkan kelemahan dari wawancara-mendalam ini adalah adanya keterikatan emosi


antara keduanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai), untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarainya.

2.2 Proses Perencanaan (Planning)

Setelah tahap penelitian dan pencarian data, praktisi PR melanjutkan ke tahap


perencanaan. Dalam tahap ini, praktisi PR melakukan penyusunan masalah. Ia melakukan
pemikiran untuk mengatasi masalah dan menentukan orang-orang yang akan menggarap
masalah nantinya. Perencanaan ini tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara
matang karena turut menentukan suksesnya pekerjaan PR secara keseluruhan. Perencanaan
disusun atas data dan fakta yang telah diperoleh, bukan berdasarkan keinginan
PR. Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan
keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga
disesuaikan dengan kepentingan publik. Kata kunci dari tahap ini adalah, “What should we do
and why?”

Dalam tahap perencanan yang merupakan kelanjutan dari tahap fact finding atas dasar
hasil penelitianya, seorang petugas public relations merencanakan bagaimana sebaiknya
public relation dijalankan, dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis, sosiologis,
keadaan sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Dan pesan dari komunikator dirumuskan agar
dapat mencapai tujuan.

Berdasarkan hasil fact finding dalam proses ini sejumlah langkah harus dilakukan yaitu:

1. Merumuskan apa tujuan yang harus dicapai oleh publik relations ketika mengirim pesan
tertentu.
2. Mengolah data yang diperolehnya.
3. Merumuskan bagaimana pesan itu harus disebarkan.
4. Menentukan teknik komunikasinya.
5. Memeriksa kesempurnan informasi yang diperolehnya pada tahap fact finding.
6. Mengadakan analisis atas informasi yang diperoleh serta merumuskan sesuai progam kerja,
Yaitu sesuai dengan situasi dan tempat. Pada tahap kedua ini, kegiatan public
relations menitikberatkan kepada usaha perencanaan bagi memperoleh hasil maksimal
melalui pengolahan dan seleksifitas terhadap data ataupun fakta yang diperoleh. Dalam
prakteknya kegiatan dari public relations dalam tahap kedua ini harus meletakan dasar
yang kokoh bagi menjamin terlaksankanya kegiatan komunikasi. Disamping itu juga
public relations harus dapat menentukan jumlah biaya yang diperlukan. Oleh karenanya
dalam hal ini seorang public relations officer atau petugas kehumasan yang menjalankan
kegiatan publik relations harus dapat memikirkan:

1) Faktor Sumber Komunikasi Siapa kiranya orang yang paling tepat untuk
melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut dalam proses kegiatan publik relations
2) Faktor pesan komunikasi dalam kegiatan penyebaran pesan komunikasi, pernyataan
atau gagasan yang bagaimana akan disampaikan serta maksud dan tujuan yang akan
dicapai nantinya. Apakah pesan komunikasi ini sudah disamakan dengan kondisi
serta lambang yang digunakan pada diri komunikan sebagai sasaran komunikasi
misalnya seperti: bahasa yang digunakan, adat istiadat, sistem kepercayaan, sistem
mata pencaharian dan tingkat pendidikan, sistem kekerabatan dan sebagainya.
3) Media komunikasi yang digunakan
Dilain pihak seorang petugas kehumasan atau publik relations harus memikirkan juga
terhadap penggunaan media komunikasi massa yang paling cocok dipakai untuk
menyampaikan serta menyebarkan pesan komunikasi kepada publik seperti radio,
televisi, film, dan surat kabar.
4) Sasaran Komunikasi
Kehumasan harus memikirkan siapakah sasaran komunikasi yang dimaksud
pimpinan. Dengan Oleh karenanya seorang petugas kehumasan tadi perlu mengetahui
sedikit banyak kelemahan dan keunggulan dari masing-masing media komunikasi
massa tersebut. Dalam hal ini petugas perincian apakah sasaran komunikasi hanya
bersifat internal public yang berarti hanya untuk dalam perusahan seperti, publik
Karyawan, Publik pemegang Saham, Publik Buruh Dengan demikian diharapkan
apabila identitas publik yang menjadi sasaran dari kegiatan komuniksi sudah
ditentukan atau diketahui maka tahap berikutnya dalam proses penerimaan pesan
komuniksi akan mudah di terima dan dimengerti publik.

2.3 Proses Penggiat (Action)

Tahap berikutnya adalah tahap komunikasi atau pelaksanaan kegiatan komunikasi


(Komunikasi antar persona, komunkasi kelompok dan komunikasi massa media). Agar
dalam pelaksanaannya diperoleh hasil yang diharapkan maka prinsip-prinsip dalam
komunikasi perlu diperhatikan. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka
beberapa hal perlu diperhatikan yaitu kredibilitas, keterkaitan, isi, kejelasan, keberlanjutan
dan konsistensi, saluran atau media dan kemampuan khalayak. Faktor-faktor tersebut perlu
diperhitungkan secara sungguh-sungguh agar kegiatan yang dilakukan dapat berhasil sesuai
dengan harapan. Here’s what we didi and why?

Tahapan ini sangat menentukan satu planning dan programming. Sebab jika
penyampaiannya dilakukan secara berlainan, maka dapat menimbulkan efek yang berlainan.
Pada tahapan ini menurut Joseph Klepper perlu diperhatikan tiga faktor yang perlu mendapat
perhatian, yaitu :

 Group membership.

Kelompok keanggotaan (membership group atau appartenance group) adalah


kelompok yang menunjukkan seseorang secara resmi dan secara fisik menjadi
anggota. Kelompok keanggotaan (membership group atau appartenance group) adalah
kelompok yang menunjukkan seseorang secara resmi dan secara fisik menjadi
anggota. Menurut Robert K Merton anggota yang terdapat di dalam group tersebut
pasti akan berinteraksi dengan sesama anggota group. Maka demikian, hal itu akan
mempengaruhi pikiran maupun pendapat seseorang atau sekelompok di dalam group
membership tersebut terhadap suatu perusahaan, apa yang sedang trend masalah
sosial, politik (pemerintahan) serta pengetahuan tentang suatu hal.

 Selective processes.

Menurut Atkin (1985), teori proses selektif mencerminkan pendekatan


fungsional penggunaan media. Adapun yang menjadi pusat artikulasi teori proses
selektif adalah gagasan atau ide bahwa setiap individu memusatkan perhatian mereka
pada rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungan di sekitarnya, memilih dan
mengolah informasi yang konsisten dengan kepercayaan dan sikap mereka, dan
menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaan dan sikap mereka.

Teori proses selektif dalam komunikasi massa memiliki beberapa konsep yaitu
selective exposure, selective retention, dan selective perception. Menurut teori
perbedaan individu dalam komunikasi massa, terpaan selektif dan persepsi selektif
bertindak sebagai penghalang antara media massa dan efek dan karenanya membatasi
dampak langsung media massa atau dampak langsung komunikasi massa pada
khalayak.

1. Selective exposure (terpaan selektif)

Terpaan selektif adalah kecenderungan orang-orang untuk menerpa dirinya


dengan pesan-pesan media yang dirasa sesuai dengan sikap dan minat yang telah ada
sebelumnya serta kecenderungan untuk menghindari pesan-pesan media massa yang
dapat menciptakan disonansi.

Mereka cenderung untuk menghindari pesan-pesan yang bertentangan dengan


perspektif mereka. Orang-orang akan mencari tema-tema yang tidak hanya menarik
minat mereka tetapi yang lebih penting adalah sesuai dengan sudut pandang mereka.

Karena itu, alasan mereka menggunakan media massa adalah untuk


memperkuat sikap dan pendapat mereka yang telah ada sebelumnya. Namun
adakalanya mereka juga mencari sudut pandang berbeda yang bertentangan dengan
sudut pandang mereka guna mendengarkan berbagai macam argumen sehingga dapat
mereka gunakan untuk menolak sudut pandang yang bertentangan tersebut.
2. Selective retention (pengingatan selektif)

Pengingatan selektif adalah proses dimana orang-orang cenderung untuk


mengingat dengan lama informasi yang sesuai dengan sikap dan minat yang telah ada
sebelumnya dibandingkan dengan informasi yang bertentangan dengan sikap dan
minat mereka. Bersama dengan terpaan selektif dan persepsi selektif, pengingatan
selektif tampaknya ditujukan untuk memperkuat sikap dan kepercayaan yang telah
ada sebelumnya.

Penggagas teori dependensi dalam komunikasi massa yaitu Melvin De Fleur


dan Sandra Ball-Rokeach menyimpulkan bahwa dari beragamnya isi media massa
yang tersedia, anggota individu khalayak secara selektif memilih, menafsirkan, dan
mengingat pesan-pesan khususnya jika pesan-pesan tersebut berkaitan dengan minat
mereka, konsisten dengan sikap mereka, sesuai dengan kepercayaan mereka, dan
mendukung nilai-nilai mereka.

3. Selective perception (persepsi selektif)

Persepsi selektif memandang bahwa individu cenderung menafsirkan


informasi baru yang konsisten dengan kepercayaan yang telah ada sebelumnya.
Persepsi selektif terjadi dalam dua cara, yaitu :

 Individu gagal untuk memperhatikan atau mereka salah menerima


informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaannya.
 Individu sering menerima bukti-bukti yang mendukung pendapat
mereka tanpa ragu namun akan menolak informasi yang mengancam secara
hati-hati, mengkritisi metode pengumpulan data dan analisis data serta
mempertanyakan penafsiran hasil.

 Predisposition.

Tidak lepas dari perencanaan tentang bagaimana mengkomunikasikan dan apa


yang dikomunikasikan. Bagaimana mengkomunikasikan sesuai dengan apa yang
sebenarnya, tidak terlepas dari tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan dari kegiatan
public relations.
Efektivitas komunikasi selain ditentukan isi pesan serta teknik penyebarannya, secara
khusus juga ditentukan oleh predisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) untuk
menerima isi tersebut. Menurut Philip Lesly dan William W. Cook, predisposisi
dapat ditemukan / dibuat jika pesan seperti di antara berikut ini :
1) Isi pesan merupakan kekhususan pendapat yang sesuai atau tidak bertentangan
dengan kesediaan psikologi komunikan.
2) Apabila isi pesan diarahkan pada kebutuhan dan tuntutan dasar ( basic needs )
individu, seperti:
a. harga diri
b. dapat diterima oleh kelompok komunikan
c. memenuhi kebutuhan psikologi individu baik yang berintensitas tinggi
maupun rendah terdapat pada setiap individu
d. dapat memberikan perasaan aman kepada individu
e. memberikan keterampilan
f. pesan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki individu atau dapat
merupakan bahan yang menambah pengetahuannya
3) Isi pesan memperlihatkan keseerasian antara tuntutan sosial individu maupun
kelompok.
4) Isi pesan memiliki nilai kebenaran.

Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program yang telah


ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu bentuk program aksi sebagai
langkah nyata pemecahan masalah PR yang dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa
program tindakan maupun program komunikasi yang kesemuanya merupakan cara atau
proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang praktisi
PR. Akibatnya, tindakan tersebut terkadang membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan
karena akan berisiko pada citra perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban
pertanyaan, “How do we do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus
dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi PR. Ia
harus mampu mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap
publiknya yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program
tersebut. Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya.
Kegiatan aksi ini merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok,
komunikasi massa, dan komunikasi organisasional.

Dalam mengimplementasikan perencanaan strategi yang telah disusun kemudian


praktisi PR dalam mengeksekusi program harus bisa membingkai pesan yang ingin
disampaikan sehingga mudah diterima oleh target audience . tentunya, aksi, strategi maupun
program yang dilakukan harus responsif terhadap permasalahan. Program yang dilakukan
punharus terkoodinasi dengan baik dan biasanya seorang praktisi PR menyiapkan plan B jika
hasil tidak sesuai ataupun proses tidak berjalan sesuai rencana.

2.4 Proses Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah alat manajeman yang berorietasi pada tindakan dan proses. Informasi
yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsentrasinya.
Evaluasi merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan atau
memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak
pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan
ataupun keberhasilan suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya
yang seharusnya dilakukan.

Evaluasi dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan, kemajuan,
kemunduran suatu organisasi, guna ditindak lanjuti sebagai langkah improvisasi organisasi
menuju ke arah yang lebih baik dan maju.

Tentunya evaluasi akan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila pelaksanaannya
dilaksanakan secara continue dan mempertimbangkan accountability. Apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan, maka dalam pelaksanaan evaluasi selanjutnya akan mengalami suatu
kendala, khususnya dalam upaya pengembangan organisasi selanjutnya.

Dalam kaitannya dengan evaluasi hasil humas, posisi evaluasi sangat strategis dalam
upaya untuk menentukan arah kebijakan selanjutnya bagi suatu lembaga atau organisasi.
Suatu evaluasi yang dilaksanakan akan menjadi efisien dan efektif dan bermanfaat bagi
lembaga atau sekolah yang akan berimplikasi pada kemajuan sekolah, apabila evaluasi
terhadap programnya dilaksanakan secara obyektif tanpa ada suatu intervensi yang terlalu
mendalam dari sekolah terhadap opini public dalam menentukan arah jawabannya akan suatu
lembaga atau organisasi yang ada di sekitarnya, kemudian ditindak lanjuti dengan program-
program baru yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam program
pelaksanaan evaluasi.

Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengukur keefektifitasan proses secara
keseluruhan, mencakup penilaian, persiapan, pelaksanaan, dan hasil program. Saat program
sedang dilaksanakan, dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang
bagaimana program berjalan.

Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti dan seksama demi keakuratan data dan
fakta yang telah ada. Tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang. Dalam
tahan evaluasi ini praktisi humas harus mempunyai keterampilan dalam meneleah hasil-hasil
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai alat bantu,misalnya reset mengenai pendapat
umum,reset mengenai perilaku,motivasi,analisis isi dan lain-lain. Reset dilakukan untuk
mengukur preses yang sudah dilakukan dengan standar indikator yang ditetapkan di awal
perencanaan strategis.

A. Konsep Dasar Evaluasi Program Public Relation / Humas

Suharsimi Arikunto dkk, menjelaskan bahwa program dan evaluasi program


mencakup tiga hal yaitu :

1) program” adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan
dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
2) evaluasi” adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang cara bekerjanya
sesuatu, selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil keputusan.
3) evaluasi program” adalah unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
mengumpullkan informasi tentang reallisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu
organisasi yng melibatkan sekelompok orang guna mengambil keputusan.

Evaluasi kehumasan menurut Scot, berkaitan dengan penilaian suatu program


kehumasan apakah sudah berhasil atau belum? Apakah kriteria untuk menilai program
kehumasan sudah berhasil atau masih harus diperbaiki? Masih banyak yang beranggapan
bahwa keberhasilan program humas hanya dilihat dari jumlah penghargaan atau pujian yang
diterima bagian humas. Misalnya, bagian humas banyak menerima pujian atau penghargaan
dar pihak eksternal maka program yang telah dijalankan dinilai berhasil.

Pentingnya evaluasi terhadap program humas yang dijalankan sebuah perusahaan


disebabkan dua alasan. Pertama, dengan evaluasi program, praktisi humas perusahaan dapat
mempertahankakn progam humas dengan menunjukkan nilai program humas bagi
perusahaan. Kedua, adanya tuntuan manajemen perusahaan terhadap setiap bagian dalam
perusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya perusahaan pada bidang apa pun harus dapat
dipertanggungjawabkan (accountable).

Keberhasilan program humas juga dapat dilihat dari pujian yang diberikan pimpian
perusahaan. Keberhasilan suatu program juga sering hanya dilihat dari banyanya liputan atua
ekspose media massa terhadap perusahaan, Keberhasilan program humas tidak bisa dilihat
hanya dari jumlah penghargaan, pujian, atau liputan media massa.

Evalusi yang signifikan terhadap suatu program kehumasan harus dilakukan


berdasarkan pengukuran ilmiah mengenai peningkatan kesadaran atau perubahan pendapat,
sikap, dan tingkah laku khalayak mengenai organisasi ata perusahaan. Ada pula yang
memberikan penilaian yang lebi ekstream lagi bahwa keberhasilan program kehumasan harus
dinilai berdasarkan evaluasi untuk melihat apakah telah terjadi perubahan ekonomi, politik
atau perubahan sosial pada masyarakat. Hal ini mencakup masyarakat yang sangat luas.

B. Evaluasi Tahap Persiapan

Dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh praktis public relations, kadang-
kadang, bahkan secara berkala, ada beberapa informasi yang cukup penting atau vital tidak
tersampaikan seperti yang telah dipersiapkan. Untuk itu, penilaian yang sistematis perlu
dilakukan untuk menentukan kecukupan informasi dasar yang akan disampaikan untuk
digunakan pada saat perencanaan program. Penilaian atau evaluasi juga menentukan serta
menilai kecukupan pengumpulan informasi dan langkah cerdas dalam fase persiapan
program.

Evaluasi persiapan juga menilai ketepatan program serta strategi dan taktik pesan.
Praktisi mempelajari apakah informasi-informasi yang akan disampaikan sesuai dengan
masalah dan sasaran kasus. Setelah menilai ketepatan isi pesan dan aktifitas yang akan
dilaksanakan, praktisi public relations dapat menghasilkan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan program.
Fase evaluasi ini memerlukan tinjauan mengenai langkah program memenuhi
tuntutan-tuntutan situasi, praktisi juga perlu menganalisi isi materi yang dibuat untuk
digunakan pada saat program berlangsung, seperti pidato, presentasi, kliping berita serta
siaran untuk melihat seberapa dekat upaya upaya program memnuhi rencana. Hasil analisis
tersebut digunakan untuk membuat perubahan-perubahan rencana ketika program sedang
dilaksanakan serta untuk melihat kembali stretegi dan taktik (persiapan).

Evaluasi terhadap tahap persiapan program humas (PR) mencakup penilaian yang
bersifat subjektif dan objektif, meliputi : (1) kecukupan dalam pengumpulan latar belakang
masalah; (2) pengaturan dan isi materi program; (3) pengemasan serta presentasi materi
program yang telah dibuat.

C.Evaluasi Tahap Pelaksanaan

Evalusi program PR yang paling sering dilakukan adalah tahap implementasi.


Pendekatan ini melibatkan perhitungan jumlah publikasi yang dicetak dan siaran berita yang
didistribusi; cerita yang ditempatkan di media. Evaluasi ini berawal dari penyimpanan catatan
distribusi, yaitu jumlah pesan yang dikirim.

Tujuan evaluasi pelaksanaan adalah menilai berbagai kegiatan yang telah


dilaksanakan, seberapa efektif pelaksanaan suatu program kehumasan, serta seberapa efektif
pula pesan yang disebarkan kepa khalayak sasaran.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap evaluasi pelaksanaan meliputi hal berikut :

1. Evaluasi jumlah pesan yang dikirim ke media massa serta kegiatan yang sudah dirancang

Hal yang mendasar dalam melakukan evaluasi pada tahap ini menuntut adanya
dokumentasi yang lengkap atas seluruh materi dan kegiatan yang telah diproduksi dan
didistribusikan, termasuk didalamnya berbagai catatan yang menjadi bukti bahwa program
bersangkutan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Langkah kegiatan yang dilakukan oleh praktisi humas dalam kegiatan ini,dimulai
dengan kegiatan mengumpulkan bukti-bukti kegiatan,misalnya kliping artikel dari surat
kabar,cd rekaman video penayangan (siaran) televise, kaset rekaman berita
radio’ undangan pertemuan,dan daftar hadir yang jumlah peserta lain itu, cacatan, press
rilis, laporan kegiatan implmentasi progam penting untuk membantu melaksanakan riset
evaluasi pada tahap ini.
2. Evaluasi jumlah pesan yang sudah diberikan serta kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan evaluasi pada tahap ini memfokuskan pada jumlah pesan yang dirilis atau di
siarkan di media massa sehingga dapat menentukan apakah khayalak sasaran memiliki
kesempatan untuk menerima pesan yang di sampaikan atau tidak

Kliping, video, kaset atas semua pemberitaan media massa mengeni organisasi
ataupun perusahaan serta kumpulan cacatan siaran/press rilis, menjadi penting dalam
kegiatan ini. Selanjutnya, hal tersebut menjadi alat yang efektif untuk di gunakan oleh
praktisi humas dalam mengukur seberapa banyak siaran pers yang di kirimkan kepada
media massa dapat di publikasikan.

3. Evaluasi jumlah khalayak yang menerima pesan dan jumlah khalayak yang mengetahui
kegiatan humas

Langkah dalam evaluasi implementasi adalah menentukan banyaknya publik sasaran


yang menerima pesan,yaitu jumlah orang yang berpotensi terekspos terhadap pesan
program. Praktisi harus berhati-hati dalam memilah khayalak penerima (delivered
audience) dari khayalak efektif (effective audience). Khayalak penerima mencakup semua
pembaca, penonton, pendegar, atau khayalak pontesial. Adapun khayalak efektif hanya
mewakili mereka yang ada dalam pubrik sasaran. Hal paling penting adalah susunan
khayalak sesuai dengan tujuan dan sasaran program.

Beberapa hal penting yang harus di perhatikan dalam kegiatan ini,yaitu memastikan
bahwa khayalak atau audiens yang menerima pesan terbagi menjadi dua kelompok,yaitu:

a. Kelompok khayalak sasaran atau di sebut juga dengan khayalak efektif (effective
audience),yaitu kelompok khayalak yang benar-benar menjadi sasaran dari pesan
yang di sampaikan;

b. Kelompok khayalak pontesial(potential audience),mencakup seluru khayalak


pembaca surat kabar, seluru penonton televisi, dan seluru pendengar radio atau
mereka yang hadir pada suatu acara.

4.Evaluasi jumlah khalayak yang memberikan perhatian terhadap pesan yang dikirimimkan
atau kegiatan yang dilaksanakan
Evaluasi kegiatan ini berfokus pada perhitungan mengenai jumlah khayalak pontesial,
dengan tujuan menghasilkan jumlah khayalak yang sangat besar. Hal ini dilakukan karena
sebagian orang kadang-kadang mencampuradukan pengertian kedua khayalak ini. Khayalak
pontesial yang memiliki jumlah audiens yang sangat besat sering dia anggap sebagai
khayalak efektif. Peryataan yang harus d jawab dalam hal ini adalah dari sejumlah besar
khayalak pontensial,berapa banyak yang benar-benar memberikan perhatian terhadap pesan
yang di sampaikan?

Evaluasi implementasi program ini pada dasarnya ingin mengukur perhatian audiens
pada media dan pesan yang di sampaikan.misalnya,dari sejumlah orang yang membaca surat
kabar,perlu di ketahui berapa banyak dari mereka yang benar-benar mambaca,apa yang
mereka baca,berapa banyak yang mereka baca,berapa banyak yang sama sekali tidak
membaca, dan seterusnya.

D.Evaluasi Tahap Efek

Pada tahap ini pengukuran efek mencatat sebeapa jauh hasil yang telah dicapai untuk
tiap-tiap target unuk khalayak atau keseluruhannya, sebagai mana yang diyatakan dalam
tujuan program. Tahap ini digunakan untuk mengukur berbagai variable pengetahuan,
kesadaran dan pemahaman khalayak sebelum program PR dimulai dibandingkan dengan hasil
pengukuran setelah program dilaksanakan.

2.5 Pelaksaan Proses Public Relation

Analisis Kasus

a) Tahun 2000an Perusahaan bedak PT. Pegeon memproduksi bedak padat untuk wantia
remaja , namun bedak padat tersebut di isukan mengandung pewarna pakaian yang
berbahaya bagi kulit. Peran PR dalam menangani kasus tersebut yaitu:

1) Fact Finding/Research: mencari data-data yang akurat mengenai produk


kami dengan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan bedak padat
tersebut dan melihat kelapangan /masyarakat yang menggunakan produk tersebut
apabila keadaannya mengacu pada hal yang menggawatkan perusahaan misallnya
masyarakat banyak yang menganggap bedak padat tersebut berbahaya sehingga
di demo keberadaannya, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang
PR adalah:
2) Planning : Menyusun rancangan hal hal apa saja yang harus dilakukan oleh
seorang PR, setelah PR mendapatkan bukti dan fakta bahwa produk perusahaan
tidak mengandung bahan pewarna pakaian yang berbahaya untuk kulit,rencana
pertama akan dialkukan adalah conferensi pers yaitu dengan mengundang para
wartawan di lobby perusahaan pegeon kemudian membawa ahli lab dan dokter
kulit yang telah menyelidiki composisi dari bahan pembuatan bedak tersebut dan
PR sebagai perwakilan atau juru bicara dari perusahaan , kemudian mengadakan
acara bazzar di mall dan didalamnya ada uji coba pembuktian bedak yang
berbahaya dengan yang aman dan juga memberikan hadiah bagi pembeli bedak
tersebut. Dan dengan tempat yang sama yaitu di mall perusahaan pegeon
akan mengadakan talk show dengan mengundang artis “icon” dan mengundang
badan pom ,dokter kulit. membuat berita melalui media cetak,majalah mengenai
perbaikan citra dari produk kami.membuat iklan yang mengandung unsur
pembuktian bahwa bahan-bahan pembuatan bedak ini adalah alami semuanya dan
tentunya juga harus menarik dengan memperhatikan komposisi warna dan icon
atau artis yang menjadi talent dalam iklan tersebut.

3) Comunicating : Kemudian PR akan membagikan tugas kapada karyawan yang


memiliki keahlian pada tugasnya masing masing agar rancangan yang telah
disusun berjalan dengan baik misalnya membagi tugas untuk acara even siapa
saja yang mengatur lokasi, bintang tamu dsb, kemudian yang merancang berita di
media cetak agar terlihat lebih menarik dan tugas lainnya .Setelah semua hal-hal
sudah di atur dengan baik, PR beserta karyawan lain yang ikut serta membantu
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya langsung melakukan tindakan dan
terjun kelapangan untuk merealisasikannya. Tentunya setiap kegiatan ini juga
kami bekerja sama dengan pihak media agar setiap kegiatan kami di beritakan
sehingga perusahaan kami membaik imagenya. Tentunya hal ini juga diawali
dengan hubungan yang baik antara PR dengan para wartawan/pers .Dalam
pelaksanaan kegiatan seorang PR perusahan yang memegang andil besar bagi
kegiatan yang akan dilaksanakan ini maka PR harus mengontrol segala kegiatan
yang dilakukan agar meminimalisir kesalahan dan meluruskan segala sesuatu
yang melenceng dari jalur yang telah disepakati atau ditentukan . tujuan lainnya
yaitu agar segala kegiatan berjalan sesuai rencana sehingga target atau tujuan
yang diinginkan bisa tercapai dengan baik karena pada dasarnya yang merancang
kegiatan ini adalah seorang PR, maka PR itu juga yang harus mengawasi agar
sesuai track/perencanaan awal.

4) Evaluating : Setelah selesai kagiatan tersebut seorang PR perusahaan pegeon


akan mengevaluasi seluruh kegiatan tersebut apakah berjalan sesuai rencana,
lancar dan memenuhi target yang diinginkan sehingga kedepannya diperlukan
modifikasi atau tidak.dan tidak lupa setelah kegiatan ini PR juga harus memantau
segala pemberitaan yang berkembang di publik melalui media massa maupun
media elektronik.

b) Analisa terhadap proses manajemen humas pemerintah yang dilakukan oleh Dinas
Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pamekasan mulai dari tahap pendefinisian situasi
(Fact Finding), perencanaan dan pemograman (Planning and Programing),
pelaksanaan aktivitas dan komunikasi (taking action and communicating), Evaluasi
Program (Evaluating the Program) sebagaimana berikut:

1. Pendefinisian (Fact Finding) Masalah Kehumasan pada Dinas Infokom


Kabupaten Pamekasan

Berdasarkan hasil analisis, Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten


Pamekasan yang memerankan fungsi humas pemerintah Kabupaten Pamekasan
sebelum membuat perencanaan program dan pelaksanaan programnya terlebih
dahulu melakukan analisa situasi dan identifikasi terhadap permasalahan
masyarakat tersebut serta melakukan penelitian dan pengamatan akan sikap
masyarakat terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Terdapat dua
mekanisme jalur yang dipakai dalam melakukan identifikasi permasalahan dan
identifikasi opini publik ini adalah melalui jalur struktural berupa pengumpulan
fakta dan informasi yang didapat dari lembaga legislatif maupun eksekutif
setempat seperti melalui pertemuan-pertemuan formal dengan masyarakt di desa-
desa dengan aparat desa atau melalui demo-demo di kantor dewan dan
selanjutnya diformulasikan oleh dewan untuk disampaikan pada pihak eksekutif.
Jalur kedua yang dipakai untuk melakukan identifikasi adalah melalui jalur
kultural yaitu informasi yang langsung didapat dari masyarakat seperti Jaring
Asmara (Jaringan Aspirasi Masyarakat) yaitu dengan menyerap aspirasi langsung
dari masyarakat melalui pertemuan-pertemuan ataupun respon yang disampaikan
oleh masyarakat melalui media radio Radio Kabupaten Pemerintah Daerah
(RKPD) yang dimilikinya dengan segala acara yang sifatnya public service
berupa dialog interaktif atau Talk Show. Salah satu contoh kasus adalah respon
masyarakat terhadap kebijakan penetapan kawasan Sae Salera sehingga pejabat
humas dalam hal ini Dinas Informasi dan Komunikasi mencoba untuk
menformulasikan strategi komunikasi apa yang patut untuk disampaikan pada
masyarakat dalam masalah ini.

Dari kedua mekanisme jalur yang dipakai untuk melakukan identifikasi


permasalahan masyarakat tersebut sebenarnya yang lebih efektif untuk
mendapatkan informasi yang valid dan lepas dari subjektifitas penguasa dan lebih
mengedepankan aspek transparansi aspirasi adalah jalur kultural melalui jaring
asmara, mengingat hal tersebut lebih bersifat partisipatif dan menjunjung asas
keterbukaan masyarakat sehingga program yang selanjutnya direncanakan dan
strategi komunikasi atau kampanye programnya akan relatif jauh dari bias karena
mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara langsung karena
masyarakat menyampaikannya langsung dalam nuansa situasi yang non formal
dan spontan sehingga informasi yang disampaikan cenderung genuine, bersih dari
subjektifitas dan interpretasi pihak lain.

Strategi Jaring Asmara sejalan dengan paradigma yang ingin dibangun dalam
era otonomi daerah, yaitu adanya partisipasi aktif masyarakat dalam setiap
kebijakan atau program yang dijalankan pemerintah. Karena humas sebagai akses
bagi publik maka humas pemerintah harus dapat membawa diri dan membuka
diri pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya
secara bebas pada pemerintah. Salah satu bentuk jaring asmara yang dilakukan
adalah dengan membuka acara spesial dalam station radio Radio Kabupaten
Pemerintah Daerah (RKPD)-nya berupa ‘Bupati Menjawab’ (Bincang-Bincang
Sore/BBS) yang dilakukan secara interaktif. Sehinga pemerintah dapat
mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dan dialami oleh masyarakat. hal ini
akan menjadi modal awal bagi pemerintah dalam merencanakan dan
melaksanakan programnya sehingga dapat didukung secara positif pula oleh
masyarakat.
2. Perencanaan Dan Pemrograman (Planning And Programing) Aktivitas Humas
Pemerintah

Dalam aktivitas perencanaan program kehumasan Dinas Informasi dan


Komunikasi Kabupaten Pamekasan melakukan beberapa langkah yaitu membuat
Rencana Strategi (RENSTRA), menetapkan kebijakan lima tahunan, membuat
matrik kebijakan dan membuat rencanan kinerja tahunan.

Dalam perencanaannya pula Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten


Pamekasan membuat perencanaan berbagai bentuk program kegiatan. Namun dari
pengamatan yang dilakukan di lapangan kecenderungan yang muncul adalah
program yang direncanakan masih sebatas mengulang dari perencanaan program
atau program yang pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya setidaknya
pada saat sebelum program otonomi daerah secara efektif diberlakukan di
Pamekasan pada pertengahan tahun 2001. Perencanaan program yang dibuat juga
terkesan kurang kreatif dan sedikit inovasi walaupun terdapat perubahan sasaran
prmbinaan yaitu yang dahulunya diarahkan pada pembinaan klompencapir
dibidang pertanian saja, maka semenjak otonomi daerah sasaran pembinaan lebih
diarahkan pada pengembangan kelompok kewirausahaan yaitu pengembangan
ekonomi masyarakat mandiri. Kurangnya inovasi dalam perencanaan program ini
disebabkan salah satunya pada budaya aparatur pemerintah yang selama ini
memang cenderung tidak berani melakukan kreatifitas dan inovasi program dengan
alasan semuanya telah ditetapkan dari atas (top down) serta budaya kerja yang
melekat pada aparatur pemerintahan yang cenderung ‘malas, monoton dan pro
status quo’ sehingga tidak berani melakukan perubahan dan kreasi program
walaupun perkembangan masyarakat bisa jadi telah berubah serta disebabkan pula
oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Dinas Informasi dan
Komunikasi Kabupaten Pamekasan.

3. Pelaksanaan Aktivitas Dan Komunikasi (Taking Action And Communicating)


Program Humas Pemerintah

Apabila ditilik dari tugasnya, Public Relations pemerintah menurut F.


Rahmadi (1994:78) setidaknya memiliki empat tugas penting, yaitu memberikan
penerangan dan pendidikan tentang kebijakan pada masyarakat, memberi bantuan
bahan kepada media massa, mempromosikan kemajuan pembangunan dan
memonitor pendapat umum. Berkenaan dengan tugas Public Relations
sebagaimana tersebut diatas, maka kegiatan / aktivitas humas pemerintah yang
diwakili oleh Dinas Informasi dan Komunikasi dapat dilihat dan dibagi dalam
empat konteks tersebut, antara lain:

Pertama, dalam menjalankan tugasnya sebagai penerangan dan pendidikan


pada masyarakat tentang kebijakan pemerintah hal ini dapat dilihat pada kegiatan
antara lain pembinaan klompencapir, pembinaan dan pemberdayaan Pusat
Informasi Pesantren, Penyuluhan Terpadu Remaja Informasi, Perpustakaan
Daerah, Pembinaan Kelompok Koordinasi Perfilman Daerah (KKPD), Siaran
Keliling, Pertunjukan Rakyat, penerbitan tabloid Fokus Pamekasan, pembuatan
spanduk dan diklat jurnalistik. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih berfungsi
memberikan penerangan atau sosialisasi pada masyarakat tentang kebijakan yang
sedang diambil serta dijalankan oleh pemerintah daerah. Begitu pula kegiatan ini
sebagai salah satu media pendidikan pada masyarakat untuk lebih cerdas di dalam
memanfaatkan dan mengelola potensi informasi bagi kepentingan bersama.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari wujud pelayanan pada masyarakat
(Public Service) berupa komunikasi informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah
pihak (pemerintah dan masyarakat) sehingga tercipta hubungan yang harmonis
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance) yang
dilandasi atas sikap transparansi, keterbukaan dan objektifitas.

Kedua, memberi bantuan kepada media berita (news media) berupa bahan
informasi. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembuatan pers release, pelayanan
informasi, pembuatan dokumentasi pidato Bupati, penerbitan tabloid Fokus
Pamekasan dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih bersifat supporting
media, yaitu pemberian bahan-bahan informasi mengenai kebijakan dan
langkah-langkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada
media berita untuk acara-acara resmi yang penting. Pemerintah merupakan sumber
informasi yang penting bagi media, karena itu Dinas Informasi dan Komunikasi
Kabupaten Pamekasan memberikan fasilitas keterbukaan informasi bagi media
yang ingin meliput maupun mengangkat berbagai peristiwa yang sedang atau telah
dilakukan oleh pemerintah dalam media yang dikelolanya.
Ketiga, mempromosikan kemajuan pembangunan. Hal ini dapat terlihat pada
kegiatan pembuatan leaflet potensi unggulan daerah, baliho perkembangan daerah
maupun pemutaran film pembangunan. Kegiatan ini memberikan informasi pada
masyarakat tentang apa yang telah dicapai oleh pemerintah khususnya dalam
bidang pembangunan dan pengembangan potensi daerah.

Keempat, memonitor pendapat umum. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan
pertemuan rutin Bakohumas, pengembangan media jaring asmara, peretemuan-
pertemuan dengn masyarakat, pengelolaan Radio Kabupaten Pemerintah Daerah
(RKPD) dengan program public service-nya, misalnya Bincang-Bincang Sore
(BBS) “Bupati Menjawab”, Halo PLN, Siaran Pedesaan “Paleggiren” dan
sebagainya. Khusus program Bupati Menjawab merupakan media yang sangat
efektif untuk menciptakan komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
rakyatnya secara terbuka sekaligus menghapus sekat psikologis yang mungkin
selama ini terjadi yang menjadi penghambat bagi upaya transparansi dan pelayan
terbaik pada masyarakat, karena dalam acara tersebut masyarakat dapat
menyampaikan uneg-unegnya, keluhan, kritik, masukan dan apa saja secara
langsung dan terbuka pada Bupati tanpa sensor sedikitpun sehingga bahasa yang
ditampilkannya begitu lugas dan terbuka walau tetap dengan cara penyampaian
yang santun. Dalam forum ini Bupati khususnnya dan dinas-dinas lain pada
umumnya begitu pula Dinas Informasi dan Komunikasi sebagai fasilitator acara
tersebut dengan mudah mengetahui respon dan tanggapan masyarakat terhadapa
kualitas pelayanan yang selama ini disampaikan pada masyarakat, lebih-lebih hal
ini merupakan feedback pada pimpinan pemerintahan dan pimpinan instansi
pemerintahan yang bersangkutan sebagai input dalam proses pengambilan
kebijakan selanjutnya.

4. Evaluasi (Evaluating The Program) Pelaksanaan Program Humas Pemerintah

Tahap evaluasi adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar aktivitas-


aktivitas terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil
yang dikehendaki. Sebagaimana menurut Scott Cutlip & Center (2000:340) bahwa
aktivitas ini melibatkan proses menaksir persiapan, implementasi dan hasil
program serta umpan balik dan analisis terhadap program yang telah dilaksanakan.
Dalam kaitan dengan hal tersebut, Dinas Informasi dan Komunikasi
Kabupaten Pamekasan dalam melakukan evaluasi menetapkan beberapa standar
dan alat ukur yang sebelumnya telah ditetapkan dalam proses perencanaan program
sekaligus estimasi pencapaian kinerja. Dalam melakukan evaluasi programnya,
Dinas Informasi dan Komunikasi juga menetapkan beberapa alat untuk melakukan
proses tersebut salah satunya adalah dengan membuat mekanisme evaluasi
program baik berkenaan dengan mekanisme waktu evaluasi, mekanisme evaluasi
pencapaian program.

Dinas Informasi dan Komunikasi dalam mengetahui respon atau tanggapan


masyarakat terhadap program yang telah dilaksanakan melalui beberapa cara antara
lain : Mendapatkan informasi dan laporan pada saat dilaksanakan acara Rapat
Koordinasi Tetap (Rakortab) yang diadakan oleh Pemerintah Daerah antara Bupati
dan seluruh dinas yang ada, evaluasi pada kegiatan berikutnya, respon melalui
media Radio dan media massa lain, pertemuan-pertemuan, pengamatan terhadap
perubahan perilaku secara riil. Sebagaimana dinyatakan oleh Rosady Ruslan
(2003:67) bahwa media massa (termasuk radio) merupakan cara efektif
pembentukan opini publik karena topik-topik berita yang dipublikasikan pasti
mengandung pembentukan opini, hal ini dapat dilihat dari program yang dilakukan
oleh Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pamekasan melalui Radio
Kabupaten Pemerintah Daerah (RKPD) dengan program Talk Show Interktif
(Public Service Program), baik BBS “Bupati Menjawab”, Halo PLN, Siaran
Pedesaan “paleggiren” dan sebagainya dimana masyarakat dapat berinteraksi
langsung menyampaikan segala hal uneg-uneg, keluhan, masukan dan segala
macamnya terhadap program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dari sini terlihat
secara nyata bagaimana respon masyarakat terhadap suatu program yang
dilaksanakan.

Begitu pula perubahan perilaku riil masyarakat merupakan wujud respon yang
secara nyata ditampilkan oleh masyarakat. Sejauh mana perubahan perilaku yang
ditampilkan adalah wujud dari penerimaan, respon atau tanggapan masyarakat
terhdap program komunikasi yang dilancarkan. Semakin positif atau dekat
perubahan perilaku ke arah yang diharapkan oleh program kampanye humas
menunjukkan semakin positif respon masyarakat yang hal itu menunjukkan
berhasilnya program kampanye humas pada masyarakat. slah stu contoh kasus
adalah program kampanye humas yang dilakukan oleh Dinas Informasi dan
Komunikasi Kabupaten Pamekasan tentang penanaman bibit tembakau Prancak-
Cangkring kepada para petani, yang dahulunya petani menanam bibit tembakau
dari luar Pamekasan seletah dilancarkan kampanye ini banyak petani yang sudah
mulai beralih tanam pada bibit jenis ini (Prancak-Cangkring) hal ini menunjukkan
keberhasilan program kampanyenya sekaligus wujud respon positif masyarakat
terhadap program Dinas Informasi dan Komunikasi.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Proses perencanaan public relation dapat dilakukan melalui “Empat tahapan atau langkah-
langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan
adalah sebagai berikut :

 Fact Finding : Mendefinisikan permasalahan yang dilakukan melalui penelitian dengan


menganalisa situasi berupa pemahaman, opini, sikap dan perilaku publik terhadap
lembaga.
 Planning : Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan
pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga
yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik
 Action : Dalam tahap ini PRO harus mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga
mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung
pelaksanaan program tersebut.
 Evaluating : Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program
dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau
kegagalan yang terjadi dari program tersebut

3.2 Saran

Semoga bertambahlah referensi mengenai bidang garapan dalam makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Dan penulis juga meminta kritikan
yang sikapnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2011. Hanbook Of Public Relations : Pengantar Komprehensif.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ruslan, Rosady. 2012. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi :

Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: rajawali pers.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2010. Dasar-Dasar Public Relations.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Coulson, Colin. Thomas. 2002. Public Relation (Pedoman Praktis untuk PR).

Jakarta: Bumi Aksara.

Wasesa,Silih Agung. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: Gramedia

Mukarom, Zainal. Laksana Wijaya Muhibudin. 2015. Manajemen Public Relation (Panduan

Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat). Bandung: CV Pustaka Setia.

http://amarsuteja.blogspot.com/2013/01/publik-relations_31.html

https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/15/definisi-dan-proses-manajemen-public-
relations/

Anda mungkin juga menyukai