Disusun Oleh :
4. Melinda 07031181823218
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu
yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta,
merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah
dicapainya. Public relation atau hubungan masyarakat masih merupakan bidang baru
terutama di Indonesia. Lahirnya public relations seperti yang dipraktekan sekarang ialah
karena adanya kemajuan-kemajuan dalam berbagai macam bidang itu. Kemajuan yang
sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, memisahkan manusia
kedalam berbagai kelompok atau golongan, yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri
dan berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan sebaik-baiknya.
Pada dasarnya dalam kegiatan Public Relations terdapat suatu usaha untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan atau perusahaan dengan publiknya.
Kedudukan dan peranan public relations dalam sebuah instansi atau perusahaan sangatlah
penting. Public relations bila dilihat dari studi komunikasi adalah salah satu teknik
komunikasi yang menitik beratkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu suasana kerja
sama dan menciptakan saling pengertian antara publik yang berkepentingan untuk mencapai
tujuan bersama dan saling menguntungkan, dengan demikian untuk mendapatkan hasil sesuai
dengan harapan maka seorang publik relations ketika melakukan interaksi kepada publik
harus melalui sebuah proses-proses publik relations, baik proses secara internal atau proses
eksternal. Dengan demikian dalam makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana
proses publik relations.
1) Bagi penulis
Memperdalam potensi diri penulis dalam hal menulis makalah.
2) Bagi pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses di dalam Public Relation.
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Oleh sebab itu,
praktisi PR perlu melibatkan dirinya dalam penelitian dalam pe-ngumpulan fakta. Ia perlu
memantau dan membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang
berkepentingan dan terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. “What’s happening now?”
merupakan kata-kata yang menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam
melihat data dan fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala
keterangan harus diperoleh selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan penilitian,
seorang praktisi PR harus meng-olah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan,
melakukan pertimbangan, dan menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan
dan ketelitian dari data faktual yang telah didapat.
Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus
mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data
ini dapat dilakukan dengancara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion,
wawancara mendalam, dan walking around research. Berikut adalah apa yang dimkasud
dengan pengumpulan fakta.
Fact Finding
Yang dimaksud dengan Fact finding adalah mencari atau mengumpulkan fakta-fakta
atau data-data sebelum seseorang melakukan sautu kegiatan atau tindakan. Pada tahap
pertama ini, adapun kegiatan dari public relations diarahkan kepada usaha
mengumpulkan data terhadap sasaran komunikasi antara lain misalnya mencakup:
1) Meneliti mengenai kebutuhan dan kepentingan yang diinginkan public.
2) Mencari dan mendapatkan data guna mengetahui bagaimana situasi dan
kondisi yang terdapat pada diri publik.
3) Mengapa publik bersikap dan bertingkahlaku tidak mau tahu?
4) Mencari dan menentukan siapa saja yang dijadikan sasaran komunikasi.
Beberapa cara pengumpulan data antara lain :
Metode Poling
Poling adalah salah satu metode pengumpulan data yang bisa dipergunakan
untuk mendapatkan hasil penelitian. Poling ini berkaitan erat dengan tata cara terjun
di antara subjek penelitian dengan memberikan sejumlah pertanyaan dan jawabannya.
Metode poling sering kali dipergunakan secara online, misalnya saja untuk
menentukan pilihan masyarakat terhadap Pemilu.
2. Wawancara
FGD berarti suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok.
Dalam pelaksanaan FGD dilakukan dengan cara berdiskusi dengan para
narasumber di suatu tempat dan dibantu dengan seseorang yang memfasilitatorkan
pembahasan mengenai suatu masalah dalam diskusi tersebut. Orang tersebut
disebutdengan moderator.
Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebuah upaya yang
sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focused
Group Discussion, maka terdapat 3 kata kunci, yaitu:
a. Diskusi – bukanwawancaraatauobrolan
b. Kelompok – bukan individual
c. Terfokus – bukanbebas
4. Wawancara Mendalam
1. Topik / pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat
sensitif.
2. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah.
3. Responden tersebar maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan
untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian
tersebut.
4. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa
adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam mengeluarkan pendapatnya
5. Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman (guide) atau
tanpa menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide), alur
pertanyaan yang telah dibuat tidak bersifat baku tergantung kebutuhan dilapangan.
Dalam tahap perencanan yang merupakan kelanjutan dari tahap fact finding atas dasar
hasil penelitianya, seorang petugas public relations merencanakan bagaimana sebaiknya
public relation dijalankan, dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis, sosiologis,
keadaan sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Dan pesan dari komunikator dirumuskan agar
dapat mencapai tujuan.
Berdasarkan hasil fact finding dalam proses ini sejumlah langkah harus dilakukan yaitu:
1. Merumuskan apa tujuan yang harus dicapai oleh publik relations ketika mengirim pesan
tertentu.
2. Mengolah data yang diperolehnya.
3. Merumuskan bagaimana pesan itu harus disebarkan.
4. Menentukan teknik komunikasinya.
5. Memeriksa kesempurnan informasi yang diperolehnya pada tahap fact finding.
6. Mengadakan analisis atas informasi yang diperoleh serta merumuskan sesuai progam kerja,
Yaitu sesuai dengan situasi dan tempat. Pada tahap kedua ini, kegiatan public
relations menitikberatkan kepada usaha perencanaan bagi memperoleh hasil maksimal
melalui pengolahan dan seleksifitas terhadap data ataupun fakta yang diperoleh. Dalam
prakteknya kegiatan dari public relations dalam tahap kedua ini harus meletakan dasar
yang kokoh bagi menjamin terlaksankanya kegiatan komunikasi. Disamping itu juga
public relations harus dapat menentukan jumlah biaya yang diperlukan. Oleh karenanya
dalam hal ini seorang public relations officer atau petugas kehumasan yang menjalankan
kegiatan publik relations harus dapat memikirkan:
1) Faktor Sumber Komunikasi Siapa kiranya orang yang paling tepat untuk
melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut dalam proses kegiatan publik relations
2) Faktor pesan komunikasi dalam kegiatan penyebaran pesan komunikasi, pernyataan
atau gagasan yang bagaimana akan disampaikan serta maksud dan tujuan yang akan
dicapai nantinya. Apakah pesan komunikasi ini sudah disamakan dengan kondisi
serta lambang yang digunakan pada diri komunikan sebagai sasaran komunikasi
misalnya seperti: bahasa yang digunakan, adat istiadat, sistem kepercayaan, sistem
mata pencaharian dan tingkat pendidikan, sistem kekerabatan dan sebagainya.
3) Media komunikasi yang digunakan
Dilain pihak seorang petugas kehumasan atau publik relations harus memikirkan juga
terhadap penggunaan media komunikasi massa yang paling cocok dipakai untuk
menyampaikan serta menyebarkan pesan komunikasi kepada publik seperti radio,
televisi, film, dan surat kabar.
4) Sasaran Komunikasi
Kehumasan harus memikirkan siapakah sasaran komunikasi yang dimaksud
pimpinan. Dengan Oleh karenanya seorang petugas kehumasan tadi perlu mengetahui
sedikit banyak kelemahan dan keunggulan dari masing-masing media komunikasi
massa tersebut. Dalam hal ini petugas perincian apakah sasaran komunikasi hanya
bersifat internal public yang berarti hanya untuk dalam perusahan seperti, publik
Karyawan, Publik pemegang Saham, Publik Buruh Dengan demikian diharapkan
apabila identitas publik yang menjadi sasaran dari kegiatan komuniksi sudah
ditentukan atau diketahui maka tahap berikutnya dalam proses penerimaan pesan
komuniksi akan mudah di terima dan dimengerti publik.
Tahapan ini sangat menentukan satu planning dan programming. Sebab jika
penyampaiannya dilakukan secara berlainan, maka dapat menimbulkan efek yang berlainan.
Pada tahapan ini menurut Joseph Klepper perlu diperhatikan tiga faktor yang perlu mendapat
perhatian, yaitu :
Group membership.
Selective processes.
Teori proses selektif dalam komunikasi massa memiliki beberapa konsep yaitu
selective exposure, selective retention, dan selective perception. Menurut teori
perbedaan individu dalam komunikasi massa, terpaan selektif dan persepsi selektif
bertindak sebagai penghalang antara media massa dan efek dan karenanya membatasi
dampak langsung media massa atau dampak langsung komunikasi massa pada
khalayak.
Predisposition.
Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang praktisi
PR. Akibatnya, tindakan tersebut terkadang membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan
karena akan berisiko pada citra perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban
pertanyaan, “How do we do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus
dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi PR. Ia
harus mampu mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap
publiknya yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program
tersebut. Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya.
Kegiatan aksi ini merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok,
komunikasi massa, dan komunikasi organisasional.
Evaluasi adalah alat manajeman yang berorietasi pada tindakan dan proses. Informasi
yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsentrasinya.
Evaluasi merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan atau
memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak
pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan
ataupun keberhasilan suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya
yang seharusnya dilakukan.
Evaluasi dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan, kemajuan,
kemunduran suatu organisasi, guna ditindak lanjuti sebagai langkah improvisasi organisasi
menuju ke arah yang lebih baik dan maju.
Tentunya evaluasi akan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila pelaksanaannya
dilaksanakan secara continue dan mempertimbangkan accountability. Apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan, maka dalam pelaksanaan evaluasi selanjutnya akan mengalami suatu
kendala, khususnya dalam upaya pengembangan organisasi selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan evaluasi hasil humas, posisi evaluasi sangat strategis dalam
upaya untuk menentukan arah kebijakan selanjutnya bagi suatu lembaga atau organisasi.
Suatu evaluasi yang dilaksanakan akan menjadi efisien dan efektif dan bermanfaat bagi
lembaga atau sekolah yang akan berimplikasi pada kemajuan sekolah, apabila evaluasi
terhadap programnya dilaksanakan secara obyektif tanpa ada suatu intervensi yang terlalu
mendalam dari sekolah terhadap opini public dalam menentukan arah jawabannya akan suatu
lembaga atau organisasi yang ada di sekitarnya, kemudian ditindak lanjuti dengan program-
program baru yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam program
pelaksanaan evaluasi.
Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengukur keefektifitasan proses secara
keseluruhan, mencakup penilaian, persiapan, pelaksanaan, dan hasil program. Saat program
sedang dilaksanakan, dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang
bagaimana program berjalan.
Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti dan seksama demi keakuratan data dan
fakta yang telah ada. Tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang. Dalam
tahan evaluasi ini praktisi humas harus mempunyai keterampilan dalam meneleah hasil-hasil
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai alat bantu,misalnya reset mengenai pendapat
umum,reset mengenai perilaku,motivasi,analisis isi dan lain-lain. Reset dilakukan untuk
mengukur preses yang sudah dilakukan dengan standar indikator yang ditetapkan di awal
perencanaan strategis.
1) program” adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan
dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
2) evaluasi” adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang cara bekerjanya
sesuatu, selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil keputusan.
3) evaluasi program” adalah unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
mengumpullkan informasi tentang reallisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu
organisasi yng melibatkan sekelompok orang guna mengambil keputusan.
Keberhasilan program humas juga dapat dilihat dari pujian yang diberikan pimpian
perusahaan. Keberhasilan suatu program juga sering hanya dilihat dari banyanya liputan atua
ekspose media massa terhadap perusahaan, Keberhasilan program humas tidak bisa dilihat
hanya dari jumlah penghargaan, pujian, atau liputan media massa.
Dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh praktis public relations, kadang-
kadang, bahkan secara berkala, ada beberapa informasi yang cukup penting atau vital tidak
tersampaikan seperti yang telah dipersiapkan. Untuk itu, penilaian yang sistematis perlu
dilakukan untuk menentukan kecukupan informasi dasar yang akan disampaikan untuk
digunakan pada saat perencanaan program. Penilaian atau evaluasi juga menentukan serta
menilai kecukupan pengumpulan informasi dan langkah cerdas dalam fase persiapan
program.
Evaluasi persiapan juga menilai ketepatan program serta strategi dan taktik pesan.
Praktisi mempelajari apakah informasi-informasi yang akan disampaikan sesuai dengan
masalah dan sasaran kasus. Setelah menilai ketepatan isi pesan dan aktifitas yang akan
dilaksanakan, praktisi public relations dapat menghasilkan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan program.
Fase evaluasi ini memerlukan tinjauan mengenai langkah program memenuhi
tuntutan-tuntutan situasi, praktisi juga perlu menganalisi isi materi yang dibuat untuk
digunakan pada saat program berlangsung, seperti pidato, presentasi, kliping berita serta
siaran untuk melihat seberapa dekat upaya upaya program memnuhi rencana. Hasil analisis
tersebut digunakan untuk membuat perubahan-perubahan rencana ketika program sedang
dilaksanakan serta untuk melihat kembali stretegi dan taktik (persiapan).
Evaluasi terhadap tahap persiapan program humas (PR) mencakup penilaian yang
bersifat subjektif dan objektif, meliputi : (1) kecukupan dalam pengumpulan latar belakang
masalah; (2) pengaturan dan isi materi program; (3) pengemasan serta presentasi materi
program yang telah dibuat.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap evaluasi pelaksanaan meliputi hal berikut :
1. Evaluasi jumlah pesan yang dikirim ke media massa serta kegiatan yang sudah dirancang
Hal yang mendasar dalam melakukan evaluasi pada tahap ini menuntut adanya
dokumentasi yang lengkap atas seluruh materi dan kegiatan yang telah diproduksi dan
didistribusikan, termasuk didalamnya berbagai catatan yang menjadi bukti bahwa program
bersangkutan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Langkah kegiatan yang dilakukan oleh praktisi humas dalam kegiatan ini,dimulai
dengan kegiatan mengumpulkan bukti-bukti kegiatan,misalnya kliping artikel dari surat
kabar,cd rekaman video penayangan (siaran) televise, kaset rekaman berita
radio’ undangan pertemuan,dan daftar hadir yang jumlah peserta lain itu, cacatan, press
rilis, laporan kegiatan implmentasi progam penting untuk membantu melaksanakan riset
evaluasi pada tahap ini.
2. Evaluasi jumlah pesan yang sudah diberikan serta kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan evaluasi pada tahap ini memfokuskan pada jumlah pesan yang dirilis atau di
siarkan di media massa sehingga dapat menentukan apakah khayalak sasaran memiliki
kesempatan untuk menerima pesan yang di sampaikan atau tidak
Kliping, video, kaset atas semua pemberitaan media massa mengeni organisasi
ataupun perusahaan serta kumpulan cacatan siaran/press rilis, menjadi penting dalam
kegiatan ini. Selanjutnya, hal tersebut menjadi alat yang efektif untuk di gunakan oleh
praktisi humas dalam mengukur seberapa banyak siaran pers yang di kirimkan kepada
media massa dapat di publikasikan.
3. Evaluasi jumlah khalayak yang menerima pesan dan jumlah khalayak yang mengetahui
kegiatan humas
Beberapa hal penting yang harus di perhatikan dalam kegiatan ini,yaitu memastikan
bahwa khayalak atau audiens yang menerima pesan terbagi menjadi dua kelompok,yaitu:
a. Kelompok khayalak sasaran atau di sebut juga dengan khayalak efektif (effective
audience),yaitu kelompok khayalak yang benar-benar menjadi sasaran dari pesan
yang di sampaikan;
4.Evaluasi jumlah khalayak yang memberikan perhatian terhadap pesan yang dikirimimkan
atau kegiatan yang dilaksanakan
Evaluasi kegiatan ini berfokus pada perhitungan mengenai jumlah khayalak pontesial,
dengan tujuan menghasilkan jumlah khayalak yang sangat besar. Hal ini dilakukan karena
sebagian orang kadang-kadang mencampuradukan pengertian kedua khayalak ini. Khayalak
pontesial yang memiliki jumlah audiens yang sangat besat sering dia anggap sebagai
khayalak efektif. Peryataan yang harus d jawab dalam hal ini adalah dari sejumlah besar
khayalak pontensial,berapa banyak yang benar-benar memberikan perhatian terhadap pesan
yang di sampaikan?
Evaluasi implementasi program ini pada dasarnya ingin mengukur perhatian audiens
pada media dan pesan yang di sampaikan.misalnya,dari sejumlah orang yang membaca surat
kabar,perlu di ketahui berapa banyak dari mereka yang benar-benar mambaca,apa yang
mereka baca,berapa banyak yang mereka baca,berapa banyak yang sama sekali tidak
membaca, dan seterusnya.
Pada tahap ini pengukuran efek mencatat sebeapa jauh hasil yang telah dicapai untuk
tiap-tiap target unuk khalayak atau keseluruhannya, sebagai mana yang diyatakan dalam
tujuan program. Tahap ini digunakan untuk mengukur berbagai variable pengetahuan,
kesadaran dan pemahaman khalayak sebelum program PR dimulai dibandingkan dengan hasil
pengukuran setelah program dilaksanakan.
Analisis Kasus
a) Tahun 2000an Perusahaan bedak PT. Pegeon memproduksi bedak padat untuk wantia
remaja , namun bedak padat tersebut di isukan mengandung pewarna pakaian yang
berbahaya bagi kulit. Peran PR dalam menangani kasus tersebut yaitu:
b) Analisa terhadap proses manajemen humas pemerintah yang dilakukan oleh Dinas
Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pamekasan mulai dari tahap pendefinisian situasi
(Fact Finding), perencanaan dan pemograman (Planning and Programing),
pelaksanaan aktivitas dan komunikasi (taking action and communicating), Evaluasi
Program (Evaluating the Program) sebagaimana berikut:
Strategi Jaring Asmara sejalan dengan paradigma yang ingin dibangun dalam
era otonomi daerah, yaitu adanya partisipasi aktif masyarakat dalam setiap
kebijakan atau program yang dijalankan pemerintah. Karena humas sebagai akses
bagi publik maka humas pemerintah harus dapat membawa diri dan membuka
diri pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya
secara bebas pada pemerintah. Salah satu bentuk jaring asmara yang dilakukan
adalah dengan membuka acara spesial dalam station radio Radio Kabupaten
Pemerintah Daerah (RKPD)-nya berupa ‘Bupati Menjawab’ (Bincang-Bincang
Sore/BBS) yang dilakukan secara interaktif. Sehinga pemerintah dapat
mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dan dialami oleh masyarakat. hal ini
akan menjadi modal awal bagi pemerintah dalam merencanakan dan
melaksanakan programnya sehingga dapat didukung secara positif pula oleh
masyarakat.
2. Perencanaan Dan Pemrograman (Planning And Programing) Aktivitas Humas
Pemerintah
Kedua, memberi bantuan kepada media berita (news media) berupa bahan
informasi. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembuatan pers release, pelayanan
informasi, pembuatan dokumentasi pidato Bupati, penerbitan tabloid Fokus
Pamekasan dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih bersifat supporting
media, yaitu pemberian bahan-bahan informasi mengenai kebijakan dan
langkah-langkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada
media berita untuk acara-acara resmi yang penting. Pemerintah merupakan sumber
informasi yang penting bagi media, karena itu Dinas Informasi dan Komunikasi
Kabupaten Pamekasan memberikan fasilitas keterbukaan informasi bagi media
yang ingin meliput maupun mengangkat berbagai peristiwa yang sedang atau telah
dilakukan oleh pemerintah dalam media yang dikelolanya.
Ketiga, mempromosikan kemajuan pembangunan. Hal ini dapat terlihat pada
kegiatan pembuatan leaflet potensi unggulan daerah, baliho perkembangan daerah
maupun pemutaran film pembangunan. Kegiatan ini memberikan informasi pada
masyarakat tentang apa yang telah dicapai oleh pemerintah khususnya dalam
bidang pembangunan dan pengembangan potensi daerah.
Keempat, memonitor pendapat umum. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan
pertemuan rutin Bakohumas, pengembangan media jaring asmara, peretemuan-
pertemuan dengn masyarakat, pengelolaan Radio Kabupaten Pemerintah Daerah
(RKPD) dengan program public service-nya, misalnya Bincang-Bincang Sore
(BBS) “Bupati Menjawab”, Halo PLN, Siaran Pedesaan “Paleggiren” dan
sebagainya. Khusus program Bupati Menjawab merupakan media yang sangat
efektif untuk menciptakan komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
rakyatnya secara terbuka sekaligus menghapus sekat psikologis yang mungkin
selama ini terjadi yang menjadi penghambat bagi upaya transparansi dan pelayan
terbaik pada masyarakat, karena dalam acara tersebut masyarakat dapat
menyampaikan uneg-unegnya, keluhan, kritik, masukan dan apa saja secara
langsung dan terbuka pada Bupati tanpa sensor sedikitpun sehingga bahasa yang
ditampilkannya begitu lugas dan terbuka walau tetap dengan cara penyampaian
yang santun. Dalam forum ini Bupati khususnnya dan dinas-dinas lain pada
umumnya begitu pula Dinas Informasi dan Komunikasi sebagai fasilitator acara
tersebut dengan mudah mengetahui respon dan tanggapan masyarakat terhadapa
kualitas pelayanan yang selama ini disampaikan pada masyarakat, lebih-lebih hal
ini merupakan feedback pada pimpinan pemerintahan dan pimpinan instansi
pemerintahan yang bersangkutan sebagai input dalam proses pengambilan
kebijakan selanjutnya.
Begitu pula perubahan perilaku riil masyarakat merupakan wujud respon yang
secara nyata ditampilkan oleh masyarakat. Sejauh mana perubahan perilaku yang
ditampilkan adalah wujud dari penerimaan, respon atau tanggapan masyarakat
terhdap program komunikasi yang dilancarkan. Semakin positif atau dekat
perubahan perilaku ke arah yang diharapkan oleh program kampanye humas
menunjukkan semakin positif respon masyarakat yang hal itu menunjukkan
berhasilnya program kampanye humas pada masyarakat. slah stu contoh kasus
adalah program kampanye humas yang dilakukan oleh Dinas Informasi dan
Komunikasi Kabupaten Pamekasan tentang penanaman bibit tembakau Prancak-
Cangkring kepada para petani, yang dahulunya petani menanam bibit tembakau
dari luar Pamekasan seletah dilancarkan kampanye ini banyak petani yang sudah
mulai beralih tanam pada bibit jenis ini (Prancak-Cangkring) hal ini menunjukkan
keberhasilan program kampanyenya sekaligus wujud respon positif masyarakat
terhadap program Dinas Informasi dan Komunikasi.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Proses perencanaan public relation dapat dilakukan melalui “Empat tahapan atau langkah-
langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan
adalah sebagai berikut :
3.2 Saran
Semoga bertambahlah referensi mengenai bidang garapan dalam makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Dan penulis juga meminta kritikan
yang sikapnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, Colin. Thomas. 2002. Public Relation (Pedoman Praktis untuk PR).
Mukarom, Zainal. Laksana Wijaya Muhibudin. 2015. Manajemen Public Relation (Panduan
http://amarsuteja.blogspot.com/2013/01/publik-relations_31.html
https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/15/definisi-dan-proses-manajemen-public-
relations/