KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, karena dengan limpahan rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Jenis-Jenis Penulisan
Humas” yang merupakan tugas dari mata kuliah Penulisan Humas.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Yoki Yusanto, S.Sos, M.Si
sebagai dosen pengajar serta semua pihak yang mendukung suksesnya pembuatan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangannya, untuk itu penulis meminta kritik serta saran yang dari semua pihak agar tugas
selanjutnya dapat lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah8
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penulisan Humas
2.2. Jenis-Jenis Penulisan Humas
2.2.1 Press Release
2.2.2 Feature
2.2.3 Backgrounders
2.2.4 Factsheet
2.2.5 Whitepaper
2.2.6 Brosur
2.2.7 Web Organisasi
2.2.8 Newsletter
2.2.9 Surat Pembaca
2.2.10 Advertorial
2.2.11 Press Conference/Media Kit
2.2.12 Laporan Tahunan8
2.2.13 Menulis Siaran Pers9
2.2.14 Evaluasi Penulisan Naskah9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
PARADIGMA BARU HUMAS
Di era penguatan kelembagaan, maka peran hubungan masyarakat (humas) menjadi
sangat vital. Hal itu disebabkan betapa pentingnya membangun imaje bagi lembaga dalam
kaitannya dengan paradigma baru pelayanan berbasis pelanggan. Humas yang di dalam
konsep semula adalah public relation, maka sesungguhnya perannya adalah untuk
mengkomunikasikan lembaga dimaksud dengan publik atau masyarakat. Sehingga humas
menjadi garda depan bagi lembaga untuk mengintrodusir apa dan bagaimana lembaga
tersebut terkait dalam relasinya dengan masyarakat.
Dewasa ini peran humas sungguh sangat sentral. Dikenal atau tidaknya sebuah
lembaga sangat tergantung kepada berperan atau tidaknya humas. Dalam kaitan ini maka
ada humas yang berperan internal dan eksternal. Humas internal terkait dengan bagaimana
humas menguatkan identitas dan rasa memiliki terhadap lembaga, membangun kesadaran
dan dedikasi internal dan eksternal tentang pentingnya lembaga bagi para karyawan.
Sedangkan humas eksternal berfungsi untuk menggaet relasi dengan dunia di luar lembaga
dan juga masyarakat luas. Humas eksternal berfungsi untuk mengekpose berbagai hal yang
terkait dengan eksistensi, fungsi dan produk lembaga bagi masyarakat secara luas.
Menurut teoretikus ilmu sosial, George Lukacs, bahwa dunia dibangun di atas imaje.
Itu berarti bahwa siapa yang berhasl membangun imaje maka dialah yang akan menguasai
dunia. Makanya di dalam dunia bisnis, lalu ada survey pelanggan, survey produk, survey
kepuasan pelanggan, survey kebutuhan pelanggan dan sebagainya. Di dunia politik ada
survey pemilih, survey akseptabilitas calon pejabat politik, survey parpol dan sebagainya.
Semua ini dilakukan untuk memahami respon sosial terhadap kepentingan lembaga.
Humas masih sering diartikan secara secara sempit. Yaitu sekelompok kecil orang
dari suatu lembaga yang ditugaskan oleh pimpinan untuk menghandle arus informasi baik
ke dalam maupun keluar. Kelompok ini dipimpin oleh public opinion officer yang tugasnya
terkait dengan kehumasan. Yang semacam ini disebut sebagai humas tradisional-statis.
Dewasa ini, humas lebih bercorak modern-dinamis. Yaitu humas yang tidak dibatasi
oleh sekat-sekat perkantoran dan terdiri dari sekelompok orang. Setiap orang yang berada
di dalam lembaga hakikatnya adalah humas lembaga. Sehingga seseorang di dalam forum
dan kapasitas apapun yang bersangkutan akan menjalankan fungsi kehumasan. Oleh
karena itu, semua elemen, pimpinan dan staf, adalah orang yang memiliki fungsi untuk
mengkomunikasikan lembaganya kepada khalayak luas.
Bagi insitusi pendidikan tinggi, maka dosen, mahasiswa, karyawan dan pimpinan
institusi pendidikan hakikatnya adalah humas lembaga. Maka ketika yang bersangkutan
menulis di media, berbicara di forum dan kegiatan apapun harus berada dalam koridor
kelembagaan. Artinya yang bersangkutan harus mengatasnamakan lembaganya sebagai
bagian dari menjalankan fungsi humas kelembagaan. Dengan menggunakan paradigma
baru kehumasan seperti ini, maka setiap orang yang terlibat di dalam lembaga akan memiliki
tanggungjawab untuk membesarkan lembaganya melalui bangunan imaje yang dibuatnya.
Di tengah arus informasi seperti ini, maka tidak ada orang yang berpendidikan
akademis tinggi yang tidak dapat menyalurkan gagasannya melalui media. Apapun
medianya. Bisa surat kabar, majalah, jurnal, blog, email, facebook dan sebagainya. Maka
media ini akan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan imaje bagi institusinya.
Dewasa ini orang dimanjakan dengan arus informasi yang luar biasa. Oleh karena itu, tentu
tidak boleh ada dosen atau karyawan yang tidak melek teknologi informasi. Jika itu terjadi
maka dia termasuk kelompok new illiterate atau buta huruf baru.
Dalam konteks ini pihak manajemen perlu mengimplementasikan peran Publik
Relations dalan organisasi. Secara singkat Publik Relations bisa dipahami sebagai fungsi
menajemen yang mengelola komunikasi dalam rangka menjembatani kepentingan organisasi
dengan kepentingan beragam publik agar mencapai tujuan pengertian bersama (Mutual
Understanding). Meningkatkan pemahaman, membangun ketertarikan, dan
menumbuhkan simpati publik.
Masih rendahnya kemampuan menulis pada sebagian praktisi Publik Relations satu-
satunya disebabkan oleh latar belakang pendidikan praktisi yang bukan berasal dari jurusan
komunikasi. Banyak praktisi yang memiliki latar belakang pendidikan manajemen, pemasaran,
dan akuntasi yang kurang mengutamakan menulis sebagai suatu kompetensi. Oleh karena itu,
penyampaian pesan tertulis tidak bisa optimal dan terkadang diserahkan pada pihak luar yang
tidak begitu mendalami seluk beluk organisasi. Konsultan Publik Relations Senior Indonesia,
Wicaksono Noeradi, dalam cara musyawarah
besar Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas Indonesia) di Yogyakarta
pada akhir 2004, menyatakan bahwa 70% aktifitis Publik Relations adalah menulis.
Praktisi harus menguasai teknik menulis dan mengetahui bentuk-bentuk naskah yang
sangat membantu dalam aktifitas keseharian Publik Relations, seperti menulis feature untuk
media publikasi internal, menyusun newsletter, membuat laporan kemajuan perusahaan, dan
sebagainya.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun yang ingin kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu pengertian Penulisan Humas?
2. Apa saja jenis-jenis penulisan dalam humas?
3. Bagaimana memahami teknis penulisan press realese, feature, dan media humas lainnya?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini:
1. Untuk memenuhi tugas UTS Penulisan Humas
2. Untuk mengetahui definisi penulisan humas
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penulisan humas
4. Untuk memperdalam teknis dan strategi penulisan langkah PR
1.4. Metode Penulisan
Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, penulis melakukan dari kajian pustaka
dari berbagai sumber. Data tersebut dikumpulkan dan disusun sehingga membentuk
kesatuan isi yang utuh sesuai dengan masalah yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.2 FEATURE
Feature bukanlah press release yang panjang, melainkan suatu bentuk tulisan yang
sangat berbeda dengan manfaat, nilai, dan karakteristik tersendiri. Walaupun dalam
perkembangannya mulai dikenal juga istilah feature press release. Namun, pada akhir-akhir ini
perhatian lebih difokuskan pada artikel feature yang ditulis untuk media publikasi perusahaan,
seperti majalah atau tabloid.
Feature merupakan artikel tentang sebuah cerita yang menganalisis berita, menghibur,
atau menceritakan manusia , tempat, atau benda di dalam atau di luar berita. Feature tidak
dimaksudkan untuk menyampaikan berita untuk pertama kalinya atau segera. Feature memang
mengandung elemen-elemen berita seperti lead dengan prinsip 5W1H sebagaimana lead berita,
tetapi fungsinya lebih untuk memanusiakan, menghibur, mendidik, dan memperjelas.
2.2.2.1 Jenis Feature
1. Profil tentang kepribadian seseorang
2. Human interest
3. Cerita trend
4. In-Depth Stories
5. Backgrounder
2.2.3 BACKGROUNDERS
Backgrounders digunakan untuk membantu kebutuhan informasi pihak media massa
dan pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap organisasi. Secara umum, backgrounders
berisi informasi yang lengkap dan detail mengenai produk, jasa, atau kebijakan perusahaan.
seringkali backgrounders dimasukkan ke dalam press kit dan menjadi informasi latar belakang
pendukung dari press release yang dikeluarkan oleh praktisi PR. Backgrounders yang
dimasukkan bisa berisi infornasi tentang proyek yang dijalankan oleh organisasi, aktivitas
utama perusahaan, dan pencapaian prestasi.
1. Gunakan huruf yang jelas dan beri ruang putih yang cukup luas
2. Susunlah dalam bentuk poin-poin dan format ‘ Question and Answer ‘
3. Identifikasi organisasi anda dengan jelas pada backgrounders dan cantumkan informasi
contact
4. Masukkan referensi dan alamat website dimana pembaca dapat menemukan lebih banyak
informasi
5. Cantumkan tanggal sehingga pembaca tahu kapan backgrounders tidak perlu digunakan lagi
atau bukan lagi menjadi informasi yang akurat
2.2.4. FACTSHEET
Factsheet merupakan gambaran dari sebuah perusahaan, produk, atau jasa. Meskipun
factsheet didistribusikan oleh praktisi PR pada media yang sama dengan media tempat
disebarkannya press release, bahkan terkadang disatukan secara fisik dalam press kit, tetapi
factsheet tampil dalam bentuk outline dan bukan dalam format cerita berita sebagai mana
halnya press release.
Factsheet pada intinya merupakan alat referensi bagi jurnalis. Factsheet meringkas
poin-poin inti mengenai peristiwa, produk, atau perusahaan untuk membantu jurnalis
mendapatkan gambaran ringkas dari suatu isu dengan cepat. Factsheet dapat ‘menemani’ press
release atau surat yang menyarankan ide cerita kepada jurnalis dan editor.
2.2.5.WHITEPAPER
Whitepaper merupakan sebuah dokumen teknis yang menjelaskan produk atau jasa
kepada orang-orang yang belum familier dengan produk atau jasa tersebut. Salah satu rahasia
whitepaper adalah menyadari bahwa public mencari informasi yang cepat, akurat, dan bukan
berupa tulisan ilmiah. Menulis whitepaper tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat
digunakan kembali bila diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penulisan whitepaper adalah kepentingan
untuk me-review ulang isi whitepaper dengan bagian atau departemen pengembangan untuk
memastikan bahwa isi teknis whitepaper suadah benar. Hal itu untuk mencegah salah kutip
atau salah paham oleh pihak media massa atau publik perusahaan lainnya.
2.2.6. BROSUR
Brosur dirancang sebagai display publik dan diusahakan agar konsumen terekpos oleh
pesan sebanyak mungkin. Gaya penulisan brosur biasanya merupakan kombinasi gambar dan
tulisan singkat, yang langsung menuju ke inti informasi. Tujuan pesan adalah membangkitkan
“ tindakan “ atau perilaku konsumen yang bisa dalam bentuk menelepon, berkirim surat,
browsing internet , mendatangi stand, dan bentuk tindakan lainnya sebagai upaya mencari
informasi lebih lanjut atas informasi yang ditulis dalam brosur.
1. Gunakan huruf ukuran 8-10 poin. Pembaca sering mengabaikan teks yang terlalu kecil untuk
dibaca.
2. Beri banyak ruang kosong, margin yang lebar, indent, dan halaman yang pendek untuk
menghindari terlihat ramainya brosur dan kesulitan pembacaan.
3. Gunakan margin rata kanan daripada justified. Hal tersebut member efek yang santai serta
kesan kontemporer.
4. Gunakan kalimat pendek 1 baris, panjang baris optimal untuk kebanyakan teks antara 50
sampai 70 karakter.
5. Gunakan huruf tebal sebagai penekanan. Hal itu lebih baik daripada membaca kata dengan
huruf besar semua.
2.2.8 NEWSLETTER
Newsletter merupakan alat komunikasi PR yang murah dan paling efektif untuk
menarik perhatian publik terhadap perusahaan. Newsletter dapat digunakan sebagai media
internal yang didistribusikan untuk karyawan sebuah perusahaan atau sebagai media
komunikasi eksternal yang dikirmkan kepada public spesifik seperti klien, rekan kerja, atau
prospek perusahaan. Newsletter juga dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan dengan
mengirimkan kopi newsletter kapada pedagang, supplier, dan rekan kerja strategis. Mereka
akan menghargai hal itu sebagai upaya untuk membangun dan menjaga hubungan yang
dilakukan oleh perusahaan. Pengiriman yang teratur menyebabkan public bersikap familier
terhadap organisasi dan selalu ingin mengetahui aktivitas yang dilakukan perusahaan. Selain
itu, praktisi akan terlihat sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya.
Advertorial = advertising dan editorial. Gabungan antara promosi dan opini atau
pemberitaan tentang hal yang dipromosikan – produk, jasa, perusahaan, organisasi, aktivitas,
atau program pemerintah. Bentuk tulisannya bisa berupa berita, feature, atau artikel.
Advertorial sering disebut iklan dalam bentuk pemberitaan atau tulisan panjang.
Jenis advertorial yakni adv produk, adv jasa, adv perusahaan, dan adv pemerintahan.
Sifatnya bisa informatif, eksplanatif, interpretatif, persuasif, argumentatif, dan eksploratif.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Keahlian menulis menjadi skill yang harus dikuasai oleh para profesionalis yang bergulat
di bidang Public Relations. Karena untuk membangun hubungan yang baik dan menjaga citra
perusahaan agar tetap baik, dibutuhkan tidak hanya kemampuan berbicara atau lisan, tetapi
juga kemampuan menulis di berbagai media.
Dalam proses penulisan, seorang PR harus senantiasa memperhatikan berbagai hal, mulai
dari tata bahasa, tanda baca, penyusunan kata, dll. Dan jika tulisan yang dibuat itu baik, maka
citra yang terbangun pun akan baik pula
DAFTAR PUSTAKA
Public Relation Writing: Pendekatan Teoritis dan Ptaktis. Penulis: Dr. Yosal Irianto & A. Yani
Surachman, S.Sos. Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006
Press Relation: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Penulis: Drs. Aceng Abdullah.
Penerbit Rosdakarya, Bandung, 2000
Penulisan Naskah Public Relation: Prayudi, SIP, MA. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007.
Public Relation Writing (Pendekatan Teoretis dan Praktis) : Dr. Iriantara Yosal &Surachman
A. Yani, S.Sos,Bandung, 2006
Media Relations : Yosal Intiantara, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset – Bandung, 2005