Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan perusahaan bisnis telah berkembang pesat seiring kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dekade terakhir ini. Pengaruh persaingan

bisnis tergambarkan dengan cara perusahaan memanfaatkan modal semaksimal

mungkin sehingga mampu mempertahankan bisnisnya. Modal merupakan faktor

penting dalam rangka membangun, mengembangkan dan mempertahankan

berdirinya sebuah perusahaan, sehingga dijadikan instrumen untuk

mengantisipasi risiko kerugian perusahaan dan alat untuk melakukan ekspansi

usaha (Ekowati dkk, 2012). Keberhasilan perusahaan dalam menghadapi

persaingan bisnis seringkali hanya dilihat dari segi keuntungan yang dicapai oleh

perusahaan. Namun dari segi keuntungan yang dimiliki perusahaan saja tidak

cukup untuk membuat para pelaku bisnis bertahan dalam persaingannya.

Perusahaanpun harus mengubah pola manajemen dari berbasis tenaga

kerja labour based business menjadi manajemen berbasis pengetahuan

knowledge based business, sehingga karakteristik utama perusahaannya

menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Pengetahuan telah diakui

sebagai komponen bisnis yang penting dan sumberdaya strategis yang lebih

sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan mempertahankan competitive

advantage (Solikhah, 2010).

Perusahaan mampu mempertahankan bisnisnya didasarkan pada tenaga

kerja (labour–based business) menuju knowledge based business (bisnis

berdasarkan pengetahuan), dengan mengutamakan ilmu pengetahuan sehingga

ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan menerapkan manajemen

1
pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan

akan bergantung pada penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari

pengetahuan itu sendiri (Sawarjono dan Kadir, 2003). Menurut Hurwitz, et al.

(2012) dalam Goh (2005) telah terjadi peningkatan yang besar pada knowledge

workers dan aset tak berwujud pada dekade akhir ini. Hal ini disebabkan oleh

adanya alasan utama yang dikaitkan dengan keberhasilan perusahaan, seperti

over valuation yang besar pada perusahaan teknologi tinggi, adalah dengan

meningkatkan pengetahuan.

Di Indonesia, fenomena Intellectual Capital (IC) mulai berkembang

terutama setelah munculnya PSAK No. 19 revisi, (2000) tentang aktiva tidak

berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai intellectual modal,

namun lebih kurang Intellectual Capital (IC) telah mendapat perhatian. Menurut

PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat

diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan

dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan kepada

pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002). Walaupun tidak

dinyatakan secara eksplisit namun dapat disimpulkan bahwa Intellectual Capital

telah mendapat perhatian yang semakin meningkat. Semakin meningkat

perhatian tersebut, berarti semakin meningkat kesadaran perusahaan mengenai

Intellectual Capital. Akan tetapi dalam dunia praktik, Intellectual Capital belum

dikenal luas di Indonesia. Oleh karena itu, jika perusahaan mengacu pada bisnis

berdasarkan pengetahuan maka perusahaan di Indonesia dapat bersaing

dengan menggunakan keungulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi kreatif

yang dihasilkan oleh IC (Intellectual Capital) yang dimiliki perusahaan

(Dwipayani, 2014).

2
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Wicaksana, 2011).

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi, diantaranya

adalah peningkatan aktiva, peningkatan ekuitas maupun peningkatan laba.

Peningkatan pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk

dapat tumbuh dan berkembang Chen et al (2005). Dimana, variabel

pertumbuhan diproksikan dengan pertumbuhan aktiva (earning growth).

Weston dan Copeland (TT) dalam Wicaksana (2011) mengatakan bahwa

pertumbuhan perusahaan mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh

Value Added (nilai tambah). Value Added (nilai tambah) merupakan salah satu

faktor yang menentukan perusahaan untuk tetap bersaing didunia bisnis.

Perkembangan ekonomi baru dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal

ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada Intellectual Capital (IC) seperti

diungkap (Stewart, 1997 dalam Tan et al, 2007).

Praktik akuntansi konservatisme menekankan bahwa investasi

perusahaan dalam Intellectual Capital yang disajikan dalam laporan keuangan,

dihasilkan dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Jadi, jika

misalnya pasarnya efisien, maka investor akan memberikan nilai yang tinggi

terhadap perusahaan yang memiliki Intelectual Capital (IC) lebih besar (Belkaoui,

2003 dalam Wicaksana, 2011).

Selain itu, jika IC merupakan sumber daya yang terukur untuk

peningkatan competitive advantages, maka IC akan memberikan kontribusi

3
terhadap kinerja keuangan perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan

(Chen et al, 2005).

Produktivitas mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan

atau memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan

pendapatan. Produktivitas terhadap aktivitas operasi perusahaan membutuhkan

investasi, baik untuk asset yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.

Produktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan

dengan asset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan,

produktivitas dapat diukur dengan rasio aktivitas. Dimana, rasio aktivitas diukur

dengan total asset turnover (ATO) (Suhendah, 2012).

Rasio perputaran asset (Asset Turnover /ATO) dihitung dengan membagi

total pendapatan atau penjualan dengan total asset atau aktiva perusahaan.

Rasio ini menggambarkan dana yang tertanam pada aktiva berputar dalam satu

periode tertentu atau kemampuan modal yang ditanamkan dalam seluruh aktiva

untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini berguna untuk menghitung nilai

penjualan yang dihasilkan perusahaan dari setiap asset yang dimiliki

perusahaan. Perusahaan yang memiliki margin keuntungan rendah biasanya

memiliki rasio asset turnover tinggi, sementara yang margin keuntungannya

tinggi memiliki asset turnover rendah (Suhendah, 2012)

Suhendah (2012) menyatakan bahwa Kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam

penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan

bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek

perusahaan dimasa depan. Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang

4
diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva

perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai perusahaan

yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Salah satu rasio

profitabilitas adalah Return on Asset (ROA).

Munculnya perusahaan berbasis pengetahuan di Indonesia, maka

Intellectual Capital telah banyak diterapkan oleh beberapa perusahaan maupun

organisasi. Penerapan perusahaan berbasis pengetahuan ini ditandai dengan

adanya Indonesian Most Amired Knowledge Enterprise (MAKE) Study pada

tahun 2005. Most Amired Knowledge Enterprise (MAKE) merupakan bentuk

pengakuan yang diberikan kepada organisasi yang mengelola pengetahuannya

(company knowledge) menjadi produk, jasa atau kinerja unggul sehingga

menghasilkan nilai lebih kepada para pemegang saham dan pemangku

kepentingan organisasi tersebut (Nuverio, 2012). Hal tersebut dibuktikan dengan

terpilihnya tiga perusahaan indonesia yaitu Pertamina, Telkom Indonesian, dan

United Tractor terpilih untuk maju mewakili Indonesia dalam ajang Asian Most

Amired Knowledge Enterprise (MAKE) Award tahun 2015. Penghargaan ini

adalah ajang paling bergengsi dibidang Knowledge Management (KM). Tiga

perusahaan ini adalah perusahaan yang mendapatkan nilai tertinggi

dibandingkan dengan pemenang Indonesian Most Amired Knowledge Enterprise

(MAKE) Award sehingga mereka berhak untuk bersaing ditingkat asia.

Perkembangan ekonomi yang semakin kompleks, memunculkan isu

dalam penelitian dibidang Intellectual Capital. Salah satunya mengenai

pengungkapan Intellectual Capital. Pengungkapan Intellectual Capital perlu

untuk diungkapkan oleh suatu perusahaan. (Menurut Goh dan Lim, 2004 dalam

Wahdikorin, 2010) dengan adanya permintaan transparansi yang meningkat

5
dipasar modal, informasi Intellectual Capital membantu investor menilai

kemampuan perusahaan dengan lebih baik. Oleh karena itu beberapa pihak

tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktik pengungkapan Intellectual

Capital. Penelitian pengungkapan Intellectual Capital telah dilakukan oleh

beberapa peneliti dari tahun ke tahun diantaranya Solikhah (2010), Wahdikorin

(2010), Wicaksana (2011), Suhendah (2012), Dwipayani (2014), Faza dan Erna

(2014), Wijaya dan Sautna (2015), Marfuah dan Ulfa (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Solikhah (2010) hasil yang didapat dari

penelitian ini menunjukkan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan dan pertumbuhan perusahaan, namun tidak mempengaruhi nilai

pasar perusahaan.

Penelitian Wicaksana (2011) hasil yang didapat dari penelitian ini

menunjukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap pertumbuhan perusahaan dan nilai pasar. Penelitian ini justru bebeda

dengan penelitian Suhendah (2012) yang juga meneliti mengenai pengaruh

Intellectual Capital terhadap profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar

terhadap perusahaan yang Go Public di Indonesia pada tahun 2005–2007. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa intelllectual capital berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas (positif) dan produktivitas (negatif), namun tidak

berpengaruh signifikan terhadap penilaian pasar.

Wahdikorin (2010) hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: (1) secara

agregat, Intellectual Capital (Value Added Intellectual Coefficient/VAIC)

berpengaruh signifikan negatif terhadap Cost to Asset (CTA) dan tidak

berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). (2) Human Capital Efficiency

(HCE) berpengaruh signifikan negatif terhadap CTA, dan tidak berpengaruh

6
terhadap ROA. (3) Structural Capital Efficiency (SCE) tidak berpengaruh

terhadap ROA dan CTA. (4) Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh

signifikan positif terhadap ROA dan tidak berpengaruh pada CTA. (5) Jenis bank

(GROUP) tidak berpengaruh terhadap ROA dan CTA.

Penelitian Faza dan Erna (2014) hasil penelitian menujukkan bahwa

Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, Intellectual

Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan nilai pasar.

Berbeda dengan penelitian Faza dan Erna (2014), Penelitian Marfuah dan Ulfa

(2014) hasil penelitiannya menunjukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas dan produktivitas, namun tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan.

Penelitian Dwipayani (2014) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Intellectual Capital (IC), structural capital efficiency (SCE) dan capital employed

efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas, namun

pada human capital employed (HCE) tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas dan Intellectual Capital (IC), structural capital efficiency (SCE) dan

capital employed efficiency (CEE) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pasar. Sebaliknya, human capital employed (HCE) berpengaruh signifikan positif

terhadap kinerja pasar.

Berdasarkan fenomena dan penelitian-penelitian sebelumnya

menunjukan bahwa pada era persaingan saat ini banyak perusahaan yang telah

merubah pola manajemen dari manajemen berbasis tenaga kerja menjadi

berbasis pengetahuan, karena Intellectual Capital memainkan peranan penting

dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan keunggulan

kompetitif. Penelitian mengenai Intellectual Capital menjadi sangat penting untuk

7
diteliti mengingat Intellectual Capital sangat hangat diperbicangkan saat ini pada

forum-forum internasional (Faza dan Erna, 2014). Ketidak konsistenan antara

peneliti-peneliti juga menjadi salah satu faktor peneliti ingin meneliti kembali

penelitian mengenai Intellectual Capital. Pada penelitian ini peneliti mencoba

untuk mereplikasi penelitian Wicaksana (2011). Berbeda dengan penelitian

Wicaksana (2011) yang berfokus pada industri perbankan dan hanya

menggunakan dua variabel dependen saja yaitu pertumbuhan, nilai pasar.

Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI dan menambahkan variabel dependen yaitu produktivitas yang diukur

dengan menggunakan rasio aktivitas, Asset Turnover (ATO) dan profitabilitas

yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA).

Adapun alasan peneliti menambahkan variabel produktivitas dan

profitabilitas yaitu agar penelitian ini dapat berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya dan juga dikarenakan ada beberapa penelitian terdahulu yang

menggunakan kedua variabel ini dan hasil pengujiannya berpengaruh positif dan

negatif, seperti penelitian Suhendah (2012) yang berpengaruh positif terhadap

protifitabilitas dan berpengaruh negatif terhadap produktivitas oleh karena itu

peneliti tertarik untuk menambahkan variabel ini dalam penelitiannya.

Pulic (1998) menyarankan sebuah pengukuran tidak langsung terhadap

Intellectual Capital yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang

dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual

Coefficient – VAIC). Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya

perusahaan, yaitu human capital (VAHU – value added human capital), structural

capital (STVA – structural capital value added), dan physical capital (VACA –

value added capital employed). Tujuan utama dalam komponen ini adalah

8
menciptakan nilai tambah dalam mengetahui ukuran tentang physcal capital

(dana-dana keuangan) dan intellectual potential (nilai yang melekat pada

karyawan atas kemampuan yang dihasilkan). Hal ini dinyatakan bahwa kedua

tujuan tersebut telah ditunjukkan oleh VAIC bahwa secara efisiensi dimanfaatkan

oleh perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas serta motif

penelitian terdahulu maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Pertumbuhan, Nilai Pasar, Produktivitas

dan Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Khususnya Sektor

Barang Industri Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun

2013-2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap pertumbuhan

perusahaan?

2. Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap nilai pasar?

3. Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap produktivitas?

4. Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap profitabilitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap pertumbuhan

perusahaan

9
2. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap nilai pasar

3. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap produktivitas

4. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap profitabilitas

1.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Manfaat Kebijakan

Bagi Pemerintah, dalam penelitian ini di harapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam membuat regulasi terkait Intellectual Capital.

2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi

perusahaan dalam usaha peningkatan nilai (value creation) melalui

pengelolaan Intellectual Capital perusahaan. Bagi manajemen

perusahaan di Indonesia dapat menjadi masukan dan dorongan bahwa

betapa pentingnya nilai dari Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan

operasional perusahaan dalam mencapai Competitive Advantage. Bagi

perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam penyusunan anggaran, khusunya dalam mengalokasikan anggaran

yang berkaitan dengan Intellectual Capital (IC).

3. Manfaat Akademik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu

akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan Intellectual Capital.

10
BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Stakeholder Theory

Fontaine et al, (2006) dalam Wicaksana, (2011) Stakeholder Theory

menunjukkan pemeliharaan hubungan dengan stakeholder yang mencakup

semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder

perusahaan yang mencakup pekerja, pelanggan, pemasok, dan mitrabisnis

perusahaan. Teori stakeholder mengatakan bahwa laporan akuntansi dianggap

menjelaskan sebuah strategi untuk mempengaruhi hubungan perusahaan

dengan pihak-pihak lain yang berinteraksi dengannya.

Freeman dan Evan, (1990) dalam Wicaksana, (2011) menyatakan

defenisi tentang stakeholder, yaitu “any identifiable group or individual who can

affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the

achievement of an organisation’s objectives”. Berdasarkan teori stakeholder,

manajemen perusahaan diasumsikan melakukan aktivitas yang dianggap

penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut

pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa stakeholder berhak untuk

menerima informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi

mereka, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi

tersebut atau bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan

peran konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Fontaine et al, 2006

dalam Wicaksana, 2011).

11
Menurut Fontaine et al (2006) dalam Wicaksana (2011) tujuan utama

dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan

memahami lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan

lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan

perusahaan mereka. Inti seluruh teori ini adalah tentang apa yang akan terjadi

ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

Dalam konteks VAIC™, teori stakeholder berargumen bahwa seluruh

stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan adil dan manajer harus mengelola

organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Melalui pemanfaatan seluruh

potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital),

maupun strucutural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value

added bagi perusahaan (dalam hal ini disebut VAIC™). Dengan meningkatkan

value added tersebut, kinerja keuangan perusahaan akan meningkat dan

pertumbuhan perusahaan makin baik sehingga nilai perusahaan di mata

stakeholder akan meningkat.

2.1.2 Resources Based Theory/Resources Based view (RBV)

Belakangan ini muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing

yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view

of the firm/RBV). Ini dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/

learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak

berwujud (intangible assets). Resorces Based Theory dipelopori oleh Penrose

(1959) dalam Wahdikorin (2010) yang mengemukakan bahwa sumber daya

perusahaan adalah heterogen, tidak hemogen, jasa produktif yang tersedia

berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-

tiap perusahaan.

12
Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan

kemampuan (Kor dan Mahoney, 2004) dalam Wicaksana (2011). Perbedaan

sumberdaya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan

memberikan keuntungan kompetitif. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan

dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan

kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan

kemampuan perusahaan.

Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu

berwujud, tidak berwujud, dan sumber daya manusia (Grant, 2002 dalam

Wahdikorin, 2010). Kemapuan menunjukkan apa yang dapat dilakukan

perusahaan dengan sumberdayanya (Amit dan Schoemaker, 1993 dalam

Wahdikorin, 2011). Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat

mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh

keuntungan dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang

berwujud maupun tidak berwujud.

Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan, yaitu: (a) sumber daya harus menambah nilai

positif bagi perusahaan, (b) sumber daya harus bersifat unik atau langka

diantara calon pesaing dan pesaing yang ada sekarang ini, (c) sumber daya

harus sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber

daya lainnya oleh perusahaan pesaing (Fahy dan Smithee, 1999 dalam

Wicaksana, 2011). Dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk

membeli atau mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh

suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya

yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan.

13
2.1.3 Intellectual Capital

Menurut Stewart (1997) dalam Suhendah (2012) Intellectual Capital telah

dimengerti secara berbeda oleh beberapa kalangan, dipahami oleh beberapa

kelompok kecil dan secara formal belum terdapat metode penilaian yang baku.

Sebagai sebuah konsep, Intellectual Capital merujuk pada modal-modal non

fisik atau modal tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata

(invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta

teknologi yang digunakan.

Roos et al (1997) dalam Suhendah (2012) menyatakan bahwa

Intellectual Capital mencakup semua proses dan menjadi asset tak berwujud

dalam neraca meliputi merk dagang, hak paten dan merk. (Stewart, 1997 dalam

Suhendah 2012) mendefenisikan Intellectual Capital sebagai segala

pengetahuan yang bersifat intelek, semua informasi, dan pengalaman

perusahaan yang digunakan untuk menciptakan kesejahteraan. Dari semua

defenisi tersebut, Intellectual Capital dapat dianggap sebagai asset tidak

berwujud yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk menghasilkan manfaat

dan meningkatkan kesejahteraan.

Intellectual Capital menurut beberapa peneliti terdiri dari tiga bagian

utama yang terdiri dari human capital, structural capital, dan customer capital

Bontis et al (2002).

Defenisi dari masing-masing komponen Intellectual Capital yaitu:

1.Human Capital

Human Capital (HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki

karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk

14
dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam Human Capital

yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude. Menurut

(Bontis, 2004 dalam Wahdikorin, 2010) human capital adalah kombinasi dari

pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan

menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika

perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu

dapat meningkatkan human capital. Sehingga human capital merupakan

kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu

yang ada di dalamnya. Human capital ini yang nantinya akan mendukung

structural capital dan customer capital.

2.Structural Capital (SC)

Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural

capital yaitu sistem teknologi, sitem operasional perusahaan, paten, merk

dagang dengan kursus pelatihan. Menurut Nashih (2005) dalam Wahdikorin

(2010) structural capital atau organzational capital adalah kekayaan potensial

perusahaan yang tersimpan dalam organisasi dan manajemen perusahaan.

Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital

sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga

walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan

karyawan tersebut tidak akan menghasilkan Intellectual Capital.

3.Customer Capital (CC)

Customer Capital (CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan

perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

15
tersebut. Menurut Suwarjuwono dan Agustine (2003) elemen customer capital

merupakan komponen Intellectual Capital yang memberikan nilai secara nyata.

Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di

luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan,

bagaimana loyalitas pelanggan tehadap perusahaan. Customer capital juga

dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan

keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.

2.1.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic (1999) didesain untuk

menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari asset berwujud

(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki

perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added (VA). Value Added adalah indikator paling objektif

untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam penciptaan nilai (Pulic, 1999). VA dihitung sebagai selisih antara output

dan input. Output (OUT) merepresentasikan revenue sedangkan input (IN)

mencakup seluruh beban, kecuali beban karyawan (Pulic, 1999). Karena itu,

aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai

entitas penciptaan nilai (Tan et al, 2007).

TM
Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu

modal manusia; modal struktural; serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari:

1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap

Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal

manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan

16
juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap

rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa

banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008).

2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal struktural. Structural Capital Efficiency (SCE) merupakan rasio

dari Structural Capital (SC) terhadap Value Added (VA). Rasio ini

mengukur jumlah Structural Capital (SC) yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai

(Tan et al, 2007).

3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari Value Added (VA)

terhadap Capital Employed (CE). Capital Employed Efficiency (CEE)

menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan

dari modal yang digunakan. Capital Employed Efficiency (CEE) yaitu

kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Wahdikorin,

2011).

2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Wicaksana, 2011).

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi, diantaranya

adalah peningkatan aktiva, peningkatan laba, maupun peningkatan ekuitas.

Peningkatan pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk

dapat tumbuh dan berkembang Chen et al (2000).

17
Weston dan Copeland, (TT) dalam Wicaksana, (2011) mengatakan

bahwa pertumbuhan perusahaan mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh

Value Added yang merupakan salah satu faktor yang menentukan perusahaan

untuk tetap bersaing didunia bisnis.

2.1.6 Nilai Pasar Perusahaan.

Nilai pasar merupakan persepsi pasar yang berasal dari stakeholders

(investor, kreditur) terhadap kondisi keuangan perusahaan dan biasanya

tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Semakin baik persepsi pasar,

semakin baik pula nilai pasar saham perusahaan. Nilai pasar adalah keseluruhan

nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, nilai pasar adalah

jumlah yang harus dibayar untuk memiliki saham di perusahaan tersebut. Naik

turunnya nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh nilai buku perusahaan, tingkat

laba, gambaran ekonomi, serta spekulasi dan kepercayaan diri pada kemampuan

perusahaan dalam menciptakan nilai. Dalam hubungannya dengan teori

stakeholder, dijelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada

penciptaan nilai. Senada dengan pendapat tersebut, pengelolaan serta

pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai

keunggulan bersaing dan nilai tambah. Investor akan memberikan penghargaan

lebih kepada perusahaan yang mampu menciptakan nilai tambah secara

berkesinambungan (Kusumo, 2012). Dimana hal tersebut sesuai dengan

pandangan Resource-Based Theory. Nilai pasar perusahaan diukur dengan

indikator price to earning ratio (PER).

18
Price to Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang

sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan

ini berdasarkan atas rasio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar

modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham.

Perkembangan ekonomi baru dikendalikan oleh informasi dan

pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada Intellectual

Capital atau Intellectual Capital (IC) seperti diungkap Stewart (1997) dalam Tan

et al (2007).

Praktik akuntansi konservatisme menekankan bahwa investasi

perusahaan dalam Intellectual Capital yang disajikan dalam laporan keuangan,

dihasilkan dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Jadi, jika

misalnya pasarnya efisien, makan investor akan memberikan nilai yang tinggi

terhadap perusahaan yang memiliki Intelectual Capital (IC) lebih besar (Belkaoui,

2003 dalam Wicaksana, 2011). Selain itu, jika intelectual capital merupakan

sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantage, maka

intelectual capital akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan

perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan (Chen et al, 2005).

2.1.7 Produktivitas

Menurut Sawarjono dan Kadir (2003) menyebutkan bahwa value added

ini dihasilkan oleh Intellectual Capital yang dapat diperoleh dari budaya

pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi

karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau

bahkan meningkat. Hal tersebut yang menjadikan Intellectual Capital digunakan

untuk menghasilkan value added dalam rangka tercapainya keunggulan

kompetitif yang mampu bersaing di era globalisasi ini.

19
Menurut Suhendah (2012) Produktivitas mengukur efektivitas

perusahaan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Produktivitas terhadap aktivitas

operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk asset yang bersifat

jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka panjang

(property, plan, and equipment). Produktivitas menggambarkan hubungan

antara tingkat operasi perusahaan dengan asset yang dibutuhkan untuk

menunjang kegiatan operasi perusahaan, produktivitas dapat diukur dengan

rasio aktivitas yaitu total asset turnover (ATO). Rasio perputaran Asset Turnover

(ATO) dihitung dengan membagi total pendapatan atau penjualan dengan total

asset perusahaan. Rasio ini menggambarkan dana yang tertanam pada aktiva

berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang ditanamkan

dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini berguna untuk

menghitung nilai penjualan yang dihasilkan perusahaan dari setiap asset yang

dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki margin keuntungan rendah

biasanya memiliki rasio asset turnover tinggi, sementara yang margin

keuntungannya tinggi memiliki asset turnover rendah.

2.1.8 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu

perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat

penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan

dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal

yang akan diperbandingkan satu dengan lainya.

20
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan

operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba

menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada

kreditur dan investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai

perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan dimasa depan. Rasio

profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan

antara laba setelah pajak dengan total asset perusahaan. Profitabilitas

merupakan ukuran penting untuk menilai perusahaan yang mempengaruhi

investor untuk membuat keputusan. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return

on Asset (ROA) (Suhendah, 2012).

Apabila Return On Asset dari suatu perusahaan semakin tinggi, maka

semakin tinggi pula keuntungan yang di capai perusahaan. Dengan pencapaian

laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari dividen

karena pada hakikatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah

untuk memperoleh laba yang tinggi. Maka apabila suatu perusahaan dapat

menghasilkan laba yang tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat dan hal

tersebut akan berdampak pada peningkatan harga saham (Wahdikorin, 2011).

2.2 Penelitian Terdahulu

Wicaksana (2011) Penelitian ini menggunakan metode Value Added

Intellectual Capital (VAIC™) untuk mengukur Intellectual Capital. Sampel

penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada periode penelitian pada tahun 2009 sampai 2010. Sampel dipilih

dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 25

perusahaan yang menjadi sampel. Penelitian ini adalah studi empiris yang

menggunakan Partial Last Square (PLS) untuk analisis data. Hasil penelitian

21
menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh signifikan dan positif

terhadap pertumbuhan dan nilai pasar perusahaan.

Suhendah (2012) populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan

yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2007. Penentuan sampel dalam penelitian

ini dilakukan secara purposive sampling. Kelompok industri yang diteliti dalam

penelitian ini adalah perusahaan perdagangan, transportasi dan komunikasi,

industri kimia, elektronik, teknologi informasi, jasa keuangan, asuransi, real

estate serta perbankan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Populasi perusahaan yang menjadi obyek penelitian pada 9 industri

itu berjumlah 120 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive random

sampling didapat jumlah sampel perusahaan sebanyak 95 perusahaan. Hasil

penelitian memberikan bukti empiris bahwa Intellectual Capital berpengaruh

positif terhadap profitabilitas dan negatif terhadap produktivitas, namun tidak

berpengaruh signifikan terhadap penilaian pasar.

Wahdikorin (2010) populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan, maka diperoleh jumlah sampel untuk tahun 2007-2009 yang

selanjutnya akan digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 26 sampel yang

terdiri dari 16 bank komersial atau bank umum dan 10 bank asing yang terdaftar

di BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder. Hasil penelitian

adalah sebagai berikut: (1) secara agregat, Intellectual Capital (Value Added

Intellectual Coefficient/VAIC) berpengaruh signifikan negatif terhadap Cost to

Asset (CTA) dan tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). (2)

Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh signifikan negatif terhadap CTA,

22
dan tidak berpengaruh terhadap ROA. (3) Structural Capital Efficiency (SCE)

tidak berpengaruh terhadap ROA dan CTA. (4) Capital Employed Efficiency

(CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA dan tidak berpengaruh pada

CTA. (5) Jenis bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap ROA dan CTA.

Penelitian yang dilakukan oleh Solikhah (2010) hasil yang didapat dari

penelitian ini menunjukkan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan dan pertumbuhan perusahaan, namun tidak mempengaruhi nilai

pasar perusahaan.

Penelitian Faza dan Erna (2014) hasil penelitian menujukkan bahwa

Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, Intellectual

Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan nilai pasar.

Penelitian Dwipayani (2014) yang melakukan penelitian tentang

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas dan Nilai Pasar (Sttudi

Empiris Pada Perusahaan Perdagangan Dan Jasa). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC), structural capital efficiency (SCE)

dan capital employed efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap

profitabilitas, namun pada human capital employed (HCE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas dan Intellectual Capital (IC), structural capital

efficiency (SCE) dan capital employed efficiency (CEE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pasar. Sebaliknya, human capital employed (HCE)

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pasar.

Temuan penelitian Marfuah dan Ulfa (2014) hasil penelitian ini

menunjukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif signifikan terhadap

profitabilitas dan produktivitas, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan perusahaan.

23
2.3 Kerangka Pemikiran

Bagaimanapun Intellectual Capital diyakini dapat berperan penting dalam

meningkatkan produktivitas serta profitabilitas perusahaan sehingga perusahaan

dapat bertumbuh dan meningkatkan nilai perusahaan. Ulum (2008) dan Diez et

al (2010) dan Solikhah (2010) telah membuktikan bahwa IC mempunyai

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan perusahaan. Dari penelitan

Solikhah (2010) dan Maditinos (2011), belum didapat bukti bahwa IC

mempengaruhi harga pasar dari perusahaan dengan menggunakan VAIC™

yang diformulasikan oleh Pulic (1998) sebagai ukuran kemampuan intelektual

perusahaan (corporate intellectual ability). Sehingga model kerangka pemikiran

dalam penelitian nampak seperti pada Gambar 2.1.

Berdasar pada kerangka pemikiran tersebut, penelitian ini berusaha

mencari hubungan antara IC (Intellectual Capital) dengan pertumbuhan

perusahaan, nilai pasar, produktivitas, dan profitabilitas. Dalam pengembangan

hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya, dikemukakan suatu

hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat hubungan positif antar IC

(Intellectual Capital) dengan pertumbuhan perusahaan, nilai pasar,

produktivitas, dan profitabilitas. Hubungan tersebut akan diuji dengan

menggunakan proksi indikator-indikator pada IC (Intellectual Capital),

pertumbuhan perusahaan, nilai pasar, produktivitas, dan profitabilitas. IC

(Intellectual Capital) akan diukur dengan menggunakan VAIC™ dengan tiga

indikator yaitu Human Capital Employed (HCE), Structural Capital Employed

(SCE), dan Capital Efficiency Employed (CEE). Pertumbuhan perusahaan akan

diukur dengan menggunakan pertumbuhan asset. Nilai pasar akan diukur

dengan ratio Price to Earning Ratio (PER). Produktivitas diukur dengan rasio

24
perputaran asset (Aset Turnover atau ATO). Profitabilitas dapat diukur dengan

salah satu rasionya yaitu ROA (Return On Asset) dengan membandingkan laba

setelah pajak dengan total aktiva perusahaan.

Pertumbuhan (Y1)

Nilai Pasar (Y2)


Intellectual Capital
(VAIC™) (X)
Produktivitas (Y3)

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitia


Profitabilitas (Y4)

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Sumber : Wicaksana (2011)

2.4 Pengembangah hipotesis

2.4.1 Intellectual Capital dan Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Wicaksana, 2011).

Resourced based theory menjelaskan bahwa kontinuitas dan pertumbuhan

perusahaan ditentukan oleh pengelolaan dan pemanfaatan asset-aset strategis

yang penting. Asset-asset strategis tersebut termasuk asset berwujud maupun

asset tak berwujud. Perusahaan yang terus berkembang akan berpengaruh

25
positif terhadap return yang didapatkan stakeholder. Hal ini juga sesuai dengan

Stakeholder theory.

Menurut Marfuah dan Ulfa (2014) Intellectual Capital dapat dihubungkan

dengan strategi perusahaan yang mencakup inovasi serta strategi pemasaran

yang dilakukan oleh perusahaan. Strategi tersebut antara lain dilakukan dengan

menyajikan produk-produk yang menarik serta kompetitif dan dapat memberikan

kemudahan transaksi bagi customer. Namun demikian strategi yang dilakukan

perusahaan tidak akan berhasil tanpa adanya sumber daya manusia yang

memilki pengetahuan serta keterampilan (human capital), struktur internal

organisasi (structural capital) dan loyalitas pelanggan (customer capital) yang

merupakan komponen pembentuk Intellectual Capital.

Strategi perusahaan yang mencakup inovasi serta pemasaran yang baik,

maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Dengan

demikian semakin besar Intellectual Capital yang dimiliki perusahaan maka

semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan

pendapatan (Marfuah dan Ulfa, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al (2005) Intellectual Capital

berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan pendapatan (sales).

Menurut Solikhah (2010) Intellectual Capital terbukti signifikan berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan perusahaan. Temuan ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Marfuah dan ulfa (2014) yang menemukan bahwa

Intellectual Capital berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan.

Bedasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, maka dapat

dihipotesiskan sebagai berikut:

H1: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan.

26
2.4.2 Intellectual Capital dan Nilai Pasar

Ghozali dan Chariri, (2007) menyatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Oleh karena itu pengelolaan sumber

daya yang maksimal dapat meningkatkan market value perusahaan yang

kemudian akan meningkatkan laba perusahaan sekaligus menghasilkan

keuntungan bagi para pemegang saham.

Resource-Based Theory menjelaskan bahwa perusahaan yang

memanfaatkan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai

keunggulan kompetitif dan nilai tambah. Atas dasar keunggulan kompetitif dan

nilai tambah perushaan itu maka Investor yang juga merupakan Stakeholder

akan memberikan penghargaan lebih kepada perusahaan dengan berinvestasi

lebih tinggi. Dimana hal tersebut sesuai dengan pandangan Teori Stakeholder.

Intellectual Capital juga memegang peranan penting dalam meningkatnya

nilai pasar. Meningkatnya nilai pasar ini berpengaruh pada price to book value

(PER). Hal ini disebabkan karena PER didapatkan dari membagi nilai pasar

dengan nilai buku perusahaan. Dengan mengetahui nilai PER maka dapat

diketahui selisih antara nilai pasar dengan nilai buku. Jika selisih tersebut sangat

besar maka terdapat hidden asset yang tidak diungkapkan oleh laporan

keuangan. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai pasar dengan cara

pengelolaan kekayaan intelektual perusahaan dengan baik. Pasar

memperkirakan nilai perusahaan dengan IC yang tinggi akan signifikan lebih

tinggi disbanding perhitungan pada nilai buku (chen et al, 2005). Oleh karena itu

dapat dihipotesikan bahwa semakin besar IC, semakin besar pula rasio market to

price to book value.

27
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solikhah, (2010) menemukan bahwa

Intellectual Capital tidak berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan, berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan Wicaksana, (2011) yang menunjukan

bahwa Intellectual Capital berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai pasar

perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan.

2.4.3 Intellectual Capital dan Produktivitas

Berdasarkan resource based theory, Intellectual Capital yang ada pada

perusahaan membuat perusahaan menggunakan sumber dayanya secara efisien

dan ekonomis. Perusahaan tersebut juga lebih dapat mengoptimalkan asset

yang dimilikinya, sehingga dapat menghasilkan produk yang unggul dalam

persaingan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Semakin tinggi

Intellectual Capital VAICTM maka diharapkan produktivitas akan semakin

meningkat Ghosh dan Mndal (2009) dalam Faza dan Erna (2014). Hal ini

menandakan bahwa perusahaan telah secara efektif didalam penggunaan

asetnya. Sehingga diharapkan jika perusahaan memperoleh keunggulan

kompetitif maka diharapkan akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal ini

nantinya berdampak pada tingkat pengembalian dana dalam bentuk kas yang

diperoleh oleh perusahaan berdasarkan efektivitas penggunaan asset, semakin

baiknya efektivitas tersebut maka menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan

dari sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga dapat menciptakan value

added.

Menurut Wernerfelt, (1984) dalam Marfuah dan ulfa, (2014) pandangan

stakeholder theory dan resource based theory, keberhasilan pertumbuhan dan

28
keberlangsungan perusahaan akan bergantung pada pengembangan sumber

daya baru, sehingga terwujud produktivitas perusahan dan akhirnya akan

mencapai tujuan perusahaan. Efektifitas dan efisiensi dalam pemanfaatan

sumber daya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan yang semakin baik.

Hasil penelitian yang dilakukan Ulum (2008) dan Suhendah (2012)

menemukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap produktivitas.

Temuan ini didukung oleh Marfuah dan ulfa (2014) yang juga menemukan bahwa

Intellectual Capital berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Oleh karena

itu diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap produktivitas perusahaan.

2.4.4 Intellectual Capital dan Profitabilitas

Intellectual Capital merupakan bagian dari pengetahuan yang dapat

bermanfaat bagi perusahaan perbankan yang mampu memberikan nilai tambah

(value added). Selanjutnya nilai tambah tersebut akan memberikan keunggulan

kompetitif bagi perusahaan karena sebuah perusahaan berbeda dengan yang

lain. Intellectual Capital yang bersumber dari kompetensi karyawan, struktur

organisasi dan performa yang dimiliki oleh perusahaan memberikan kemampuan

bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya yang dapat meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan. Semakin efisien perusahaan dalam menggunakan

asetnya untuk kegiatan operasi maka indikator nilai ROA akan naik. Dengan

pemanfaatan sumber daya Intellectual Capital yang baik dan benar, maka

diyakini akan dapat meningkatkan ROA perusahaan.

Return on assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur

jumlah laba yang diperoleh dari tiap rupiah asset yang dimiliki oleh perusahaan.

ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam melakukan efisiensi

29
penggunaan total asset untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA

suatu bank semakin tinggi pula keuntungan yang dicapai bank tersebut dan

semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset. ROA juga

memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan mengkonversikan dana

yang telah diinvestasikan menjadi laba bersih kepada para investor (Pramudita,

2012).

Penelitian yang dilakukan Ulum (2008) menunjukkan bahwa Intellectual

Capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. temuan tersebut

didukung oleh penelitian Suhendah (2012) yang juga menemukan Intellectual

Capital berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan demikian

peneliti menghipotesiskan sebagai berikut:

H4: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Waktu penelitian

Objek penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur khusunya

pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2013-2015. Dimana data yang diperoleh dari website IDX:

http:www.idx.co.id. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni - Agustus tahun

2016.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur khususnya

pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama tahun 2013-2015 yaitu sebanyak 111 perusahaan. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan purposive sampling untuk

menetukan sampel yang memenuhi kriteria. Adapun kriteria pemilihan sampel

adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI dan menerbitkan laporan

keuangan secara konsisten selama periode 2013-2015.

2. Data yang dibutuhkan tersedia lengkap untuk setiap variabel dalam

penelitian ini.

3. Tidak pernah mengalami kerugian pada tahun pelaporan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data berupa angka

yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan statistik.

31
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

berupa laporan keuangan tahunan yang terbit tahun 2013 s.d 2015. Data-data

tersebut diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,

yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Dokumen yang dimaksud yaitu perusahaan

manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013, 2014, dan

2015. Dimana data tersebut diperoleh dari data sekunder yang diterbitkan oleh

lembaga seperti IDX, dalam bentuk laporan penelitian, yang mencangkup semua

variabel yang digunakan.

3.5 Model dan Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier sederhana. analisis regresi ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen untuk kinerja pada masing-masing perusahaan secara

parsial (Ghozali, 2013). Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan

untuk menganalisis data. Sebelum melakukan analisa regresi linear maka harus

diuji dahulu dengan uji asumsi klasik untuk memastika apakah model regresi

yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksudkan agar

variabel bebas sebagai estimator atas variabel terikat tidak bias.

32
3.5.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi atas

variabel variabel penelitian secara statistik. Statistik deskriptif yang digunakan

dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan

standar deviasi.

3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam penelitian ini,

maka untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisis perlu dilakukan

pengujian atas beberapa persyaratan asumsi klasik yang mendasari model

regresi. Tahapan analisis awal untuk menguji model yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar data

terdistribusi secara normal dalam variabel yang digunakan dipenelitian ini. Data

yang baik dapat dipakai dalam suatu penelitian adalah data yang telah

terdistribusi secara normal. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah uji

statistic non parametrik kolmogorov smirnov. Uji ini dilakukan dengan membuat

hipotesis.

Ho: Data residual berdistribusi normal

HA: Data residual tidak berdistribusi normal

Pengujian dengan kolmogorov smirnov ini mempunyai kriteria yang

digunakan yaitu jika nilai signifikansinya >0,05 maka dapat dikatakan bahwa data

berdistribusi normal. Tetapi jika nilai signifikansinya <0,05 maka data tidak

berdistribusi normal (Ghozali: 2013).

33
3.5.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan penganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah tidak

terdapat masalah autokorelasi. Metode pengujian mengunakan uji Durbin-

Watson (DW test) (Ghozali,2013)

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi Homoskesdatisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2013). Pengujian terhadap

heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser untuk mendeteksi adanya

heteroskedastisitas dari tingkat signifikansi. Jika tingkat signifikansi berada di

atas 5%, berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dan apabila dibawah 5%

berarti terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.5.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi sederhana

yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan regresi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model 1 menentukan hubungan antara VAIC dengan pertumbuhan (EG),

model 2 menentukan hubungan antara komponen VAIC dengan nilai pasar

(PER), model 3 menentukan hubungan antara VAIC dengan produktivitas (ATO)

dan model 4 menentukan hubungan antara VAIC dengan profitabilitas (ROA).

34
EG (Y1) = α + β1+ ε ............................................................................. (1)

PER (Y2) = α + β1+ ε ........................................................................... (2)

ATO (Y3) = α + β1+ ε........................................................................... (3)

ROA (Y4) = α + β1+ ε .......................................................................... (4)

Keterangan:

EG (Y1) = Earning Growth / pertumbuhan laba

PER (Y2) = Price to earning ratio / nilai pasar

ATO (Y3) = Asset Turn Over / produktivitas

ROA (Y4) = Return On Asset / Profitabilitas

VAIC = Value added Intellectual Capital

α = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi

ε = Kesalahan residual (error)

Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara

dua variabel atau lebih, dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan

random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel

independen diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang

berulang).

3.5.4 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai

koefisien determinasi, dan nilai statistik t (parsial).

35
3.5.4.1 Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka

R2 akan meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebur berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan

adjusted R2 seperti yang banyak dianjurkan peneliti. Dengan menggunakan nilai

adjusted R2 dapat dievaluasi model regresi mana yang terbaik. Tidak seperti nilai

R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan, nilai adjusted R2 dapat bernilai

negatif, walaupun dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (dikutip

oleh Ghozali, 2013), jika dalam uji empiris didapatkan nilai adjusted R2 negatif,

maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.

3.5.4.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara

parsial (terpisah) dari variabel independen intellectual capital terhadap variabel

dependen (Pertumbuhan, Nilai Pasar, Produktivitas dan Profitabilitas). Dengan

melihat tingkat singnifikansi apabila nilai singnifikansi t < 0,05 (5%) maka

terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen dengan

36
variabel dependen, dan apabila nilai sinifikansi t > 0,05 (5%) maka artinya tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan varibel

dependen.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

3.6.1 Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah IC (Intellectual

Capital). Intellectual Capital (IC) diukur berdasarkan value added yang

diciptakan oleh physical capital, human capital, dan structural capital. Kombinasi

dari value added disimbolkan dengan VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic

pada tahun (1998) dengan rumus :

VAIC™i = CEEi + HCEi+ SCEi

Sumber : (Wicaksana 2011)


Keterangan :

VAIC™i = Koefisien Value Added Intellectual Capital untuk perusahaani

CEE = Koefisien efesiensi physical capital (capital employed) untuk

perusahaani

HCE = Koefisien efisiensi human capital untuk perusahaani

SCE = Koefisien structural capital untuk perusahaani

𝑽𝑨
𝑪𝑬𝑬 =
𝑪𝑬

Sumber : (Wicaksana 2011)

37
Keterangan :

CEE = Koefisien efesiensi physical capital (capital employed) untuk

perusahaani

VA = Value Added untuk perusahaani

CE = aktiva bersih untuk perusahaani

𝑽𝑨
𝑯𝑪𝑬 =
𝑯𝑪

Sumber : (Wicaksana 2011)


Keterangan :

HCE = Koefisien efisiensi human capital untuk perusahaani

VA = Value Added untuk perusahaani

HC = Beban karyawan untuk perusahaani

𝑺𝑪
𝑺𝑪𝑬 =
𝑽𝑨
𝑺𝑪 = 𝑽𝑨 − 𝑯𝑪

Sumber : (Wicaksana, 2011)

Keterangan :

SCE = Koefisien structural capital untuk perusahaani

SC = Stuructural Capital (VA - HC)

VA = Value Added untuk perusahaani

HC = Beban karyawan untuk perusahaani

38
3.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan, nilai pasar,

produktivitas dan profitabilitas.

3.6.2.1 Pertumbuhan

Variabel pertumbuhan yang dipakai dalam penelitian ini adalah


pertumbuhan laba (EG) yang dirumuskan sebagai berikut :

𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒕


𝑬𝑮 = − 𝟏 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒕−𝟏

Sumber: (Wicaksana, 2011)

3.6.2.2 Nilai Pasar

Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah firms’ market value

(Mval) yang diproksikan dengan price to earning ratio (PER). Price to earning

ratio (PER) menunjukkan besarnya harga yang dibayar investor untuk aliran

earning yang akan diperoleh investor. PER dihitung dengan rumus berikut:

𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎
𝑷𝑬𝑹 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑷𝒆𝒓 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎

Sumber: (Wicaksana, 2011)

3.6.2.3 Produktivitas

Produktivitas mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan atau

memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan

pendapatan. Produktivitas dapat diukur dengan rasio aktivitas. Rasio aktivitas

menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dana yang

39
ada dalam perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan rumus

perhitungan:

Sumber: (Suhendah, 2012)

3.6.2.4 Profitabilitas

Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara laba

setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas

adalah Return On Asset (ROA) yang dirumuskan dengan :

𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙


𝑹𝑶𝑨 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕

Sumber: (Suhendah, 2012)

40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan yang terdaftar pada kategori sector industry barang dan konsumsi.

Jumlah populasi perusahaan adalah 37 perusahaan. Penentuan sampel yang

digunakan yaitu purposive sampling maka, di dapat 12 perusahaan yang dapat

dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan jumlah sampel 36 data sampel.

Seperti yang terlihat pada tabel barkut ini:

Tabel 4.1
Sampel penelitian

Perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi pertahun 37

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara konsisten (6)

Perusahaan yang datanya tidak tersedia lengkap (12)

Perusahaan yang mengalami kerugian pada tahun pelaporan (7)

Sampel yang sesui kriteria 12

Sampel yang diteliti pertahun 12

Tahun pengamatan 2013 2014 2015

Total sampel selama periode 2013-2015 12 12 12 36

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini

41
4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

4.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan suatu gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), standar

deviasi dari setiap variabel penelitian. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif:

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Intellectual
36 2.72 11.62 6.17 2.41
Capital
Pertumbuhan 36 1.64 2.85 2.10 0.25
Nilai Pasar 36 12.04 41.59 23.72 8.10
Produktivitas 36 0.66 1.76 1.09 0.30
Profitabilitas 36 0.04 0.17 0.10 0.04
Valid N (listwise) 36
Sumber: Data sekunder (2016) yang di olah dengan SPSS Statistic 16,0

Tabel 4.2 di atas menunjukan jumlah data yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 36 sampel yang diteliti selama periode 2013-2015.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas memperlihatkan bahwa nilai minimum

variabel intellectual capital sebesar 2,72 terdapat pada perusahaan PT Kimia

Farma Tbk dan nilai maksimum sebesar 11,62 terdapat pada perusahaan PT

Kalbe Farma Tbk dengan nilai rata-rata sebesar 6,17. Sedangkan standar

deviasinya sebesar 2,41. Nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasi

menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Variabel pertumbuhan pada Tabel 4.2 juga memperlihatkan bahwa nilai

minimum variabel pertumbuhan perusahaan sebesar 1,64 pada PT Darya Varia

42
Laboratoria Tbk sedangkan nilai maksimum pertumbuhan perusahaan sebesar

2,85 pada PT Ultrajaya Milk Industry and Tranding Company Tbk dan nilai rata-

rata sebesar 2,10. Nilai standar deviasi pertumbuhan perusahaan sebesar 0,25.

Nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasi menunjukkan bahwa data

terdistribusi dengan baik.

Variabel nilai pasar memiliki nilai minimumnya sebesar 12,04 pada PT

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dan nilai maksimum nilai pasar adalah sebasar

41,59 pada PT Kalbe Farma Tbk. Nilai rata-rata sebesar 23,72 dan nilai stardar

deviasi sebesar 8,10. Nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasi

menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Produktivitas perusahaan pada Tabel 4.2 menunjukan nilai minimum

sebesar 0,66 pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, sedangkan nilai maksimum

produktivitas perusahaan terdapat pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 1,76. Nilai

rata-rata sebesar 1,09 dan standar deviasi sebesar 0,30. Nilai rata-rata yang

lebih besar dari standar deviasi menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan

baik.

Variabel profitabilitas pada Tabel 4.2 juga memperlihatkan bahwa nilai

minimum variabel profitabilitas sebesar 0,04 pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan nilai maksimum

profitabilitas sebesar 0,17 pada PT Kalbe Farma Tbk dengan nilai rata-rata

sebesar 0,10. Nilai standar deviasi profitabilitas sebesar 0,04. Nilai rata-rata yang

lebih besar dari standar deviasi menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan

baik.

43
4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang

dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji kolmogorov-smirnov.

Jika nilai probabilitas (kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi 5% (0,05), maka

distribusi data dikatakan normal dan jika nilai probabilitas (kolmogorov Smirnov)

< taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal.

Tabel
4.3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized
Residual Residual Residual Residual
(Pertumbuhan) (Nilai Pasar) (Produktivitas) (Profitabilitas
N 36 36 36 36
Kolmogorov-
0.939 0.936 0.734 0.584
Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-
0.341 0.345 0.655 0.885
tailed)
Sumber: Data sekunder (2016) yang di olah dengan SPSS Statistic 16,0

Dari hasil uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai

singnifikansi Kolmogorov-Smirnov pada 4 (empat) model regresi lebih dari 0,05

(5%). Karena pada model regresi mempunyai p> 0,05 (5%) maka dapat

disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal dan model regresi pada

penelitian ini layak untuk dipakai.

44
4.2.2.2 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan pendekatan Durbin Watson

(DW), yaitu membandingkan nilai DW statistik dengan DW tabel. Tidak terjadi

autokolerasi apabila nilai DW berada di antara -2 dan 2 (Santoso, 2016:174).

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi


Durbin-Watson
Variabel dependen: Pertumbuhan, Nilai Pasar, Produktivitas dan
Profitabilitas.
Model DL DU 4-DU DW Keterangan
1 1,4107 1,5245 2,4755 2,231 Tidak terdapat autokorelasi
2 1,4107 1,5245 2,4755 1,447 Tidak terdapat autokorelasi
3 1,4107 1,5245 2,4755 0,792 Tidak terdapat autokorelasi
4 1,4107 1,5245 2,4755 1.318 Tidak terdapat autokorelasi
Sumber: Data sekunder (2016) yang di olah dengan SPSS Statistic 16,0

Bedasarkan Tabel 4.4 memperlihatkan Hasil pengujian statistik pada

model regresi ke 1 (satu) sampai dengan ke 4 (empat) dapat disimpulkan tidak

terjadi autokolerasi pada ke 4 (empat) model ini karena nilai DW berada diantara

-2 dan 2 sehingga ke empat model regresi ini dapat digunakan pada uji asumsi

klasik.

4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat keadaan di mana dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan

ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. Pada penelitian ini peneliti menguji dengan menggunakan uji

glejser untuk melihat adanya heterokedastisitas pada tingkat signifikansi. Jika

tingkat signifikansi berada diatas 0,05 (5%) maka tidak terjadi heterokedastisitas.

45
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Glejser

Variabel Dependen: ABS1-4

Model Variabel Independen Sig.


1 Intellectual Capital 0,713
2 0,991
3 0,080
4 0,287
Sumber: Data sekunder (2016) yang di olah dengan SPSS Statistic 16,0

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada model 1

(pertama) sampai dengan model ke 4 (empat) menunjukan nilai signifikansi

berada diatas 0,05 (5%), berarti bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas

dalam model regresi pada penelitian ini.

4.2.3 Interpretasi Model

Berdasarkan perhitungan yang dibantu dengan software SPSS versi 16,0

maka diperoleh hasil analisis regresi linier sederhana seperti terlihat pada Tabe

di bawah dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 didapat persamaan regresi

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Sederhana

Unstandardized Adjusted
Keterangan Constant Sig Hipotesis
Coefficients R2

Model 1 2,074 0,005 0,782 -0,027 H1 Ditolak


Model 2 18,960 0,771 0,179 0,025 H2 Ditolak
Model 3 0,956 0,022 0,291 0,004 H3 Ditolak
Model 4 0,031 0,011 0,000 0,529 H4 Diterima

N : 36

46
Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dalam Tabel 4.6 dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05), maka dapat di peroleh persamaan

regresi sederhana dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y1 = 2,074 + 0,005 + ε

Y2 = 18,960 + 0,771 + ε

Y3 = 0,956 + 0,022 + ε

Y4 = 0,031 + 0,011 + ε

Dari persamaan regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (α) yang diperoleh model 1 sebesar 2,074. Artinya, jika X

adalah 0 maka pertumbuhan perusahaan bernilai positif yaitu sebesar

2,074. Variabel pertumbuhan (Y1) memiliki nilai sig = 0,782 (>0,05)

adalah tidak signifikan dan memiliki nilai koefisien regresi dengan arah

yang positif yaitu 0,005 (0,5%). Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi

kenaikan variabel X sebesar 1%, maka nilai pertumbuhan tidak

mengalami kenaikan maupun penurunan sebesar 0,005 (0,5%) dengan

asumsi variabel independen di anggap konstan.

2. Nilai konstanta (α) yang di peroleh model 2 sebesar 18,960. Artinya, jika

X adalah 0 maka nilai pasar perusahaan bernilai positif yaitu sebesar

18,960. Variabel nilai pasar (Y2) memiliki nilai sig = 0,179 (>0,05) adalah

tidak signifikan dan memiliki nilai koefisien regresi dengan arah yang

positif yaitu 0,771 (77,1%). Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi

kenaikan variabel X sebesar 1%, maka nilai pertumbuhan tidak

mengalami kenaikan maupun penurunan sebesar 0,771 (77,1%) dengan

asumsi variabel independen di anggap konstan.

47
3. Nilai konstanta (α) yang diperoleh model 3 sebesar 0,956. Artinya, jika X

adalah 0 maka produktivitas perusahaan bernilai positif yaitu sebesar

0,956. Variabel produktivitas (Y3) memiliki nilai sig = 0,291 (>0,05) adalah

tidak signifikan dan memiliki nilai koefisien regresi dengan arah yang

positif yaitu 0,022 (2,2%). Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi

kenaikan variabel X sebesar 1%, maka nilai pertumbuhan tidak

mengalami kenaikan maupun penurunan sebesar 0,022 (2,2%) dengan

asumsi variabel independen di anggap konstan.

4. Nilai konstanta (α) yang di peroleh model 4 sebesar 0,031. Artinya, jika X

adalah 0 maka profitabilitas perusahaan bernilai positif yaitu sebesar

0,031. Variabel profitabilitas (Y4) memiliki nilai sig = 0,000 (<0,05) adalah

signifikan dan memiliki nilai koefisien regresi dengan arah yang positif

yaitu 0,011 (1,1%). Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan

variabel X sebesar 1%, maka nilai pertumbuhan tidak mengalami

kenaikan maupun penurunan sebesar 0,011 (1,1%) dengan asumsi

variabel independen dianggap konstan.

4.2.4 Pembuktian Hipotesis

4.2.4.1 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R Square) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

sampai dengan satu (Ghozali, 2013). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat

pada tabel barikut:

48
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi
Persamaan Regresi Model ke 1- 4
Variabel dependen : (Pertumbuhan, Nilai Pasar, Produktivitas dan
Profitabilitas)

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson

1 .048a .002 -.027 .25099 2.231

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Pertumbuhan

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

2 .229a .053 .025 7.99881 1.447

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Nilai Pasar

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

3 .181a .033 .004 .29527 .792

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital


b. Dependent Variable: Produktivitas

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson

4
.737a .543 .529 .02445 1.318

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Profitabilitas

Dari Tabel output di atas, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi

(adjusted R2) model regresi ke 1 (pertama) sampai dengan ke 4 (empat) hanya

49
pada model ke 4 (empat) saja yang variabel independennya mampu memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen yaitu sebesar

0,529. Hal ini berarti 52,9% variabel dependen profitabilitas dapat dijelaskan oleh

variabel independen intellectual capital, sedangkan sisanya 47,1% profitabilitas

dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Sedangkan model regresi ke 1 (pertama) sampai dengan ke 3 (tiga) variabel

tidak mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependennya.

4.2.4.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial

(terpisah) dari variabel independen intellectual capital terhadap variabel

dependen (Pertumbuhan, Nilai Pasar, Produktivitas dan Profitabilitas). Dengan

melihat tingkat singnifikansi apabila nilai singnifikansi t < 0,05 (5%) maka

terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen dengan

variabel dependen, dan apabila nilai sinifikansi t > 0,05 (5%) maka artinya tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan varibel

dependen.

Pada model regresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 4.6 nilai

signifikansi untuk variabel intellectual capital terhadap pertumbuhan adalah

sebesar 0,782 lebih besar dari 0,05 artinya H1 ditolak. Model regresi ke 2 (dua)

menunjukan nilai singnifikansi 0,179 lebih besar dari 0,05 untuk variabel

intellectual capital terhadap nilai pasar yang artinya H2 ditolak. Nilai signifikansi

pada model regresi ke 3 (tiga) adalah 0,291 untuk variabel intellectual capital

terhadap produktivitas lebih dari 0,05 artinya H3 ditolak. Sedangkan untuk

variabel intellectual capital terhadap profitabilitas dengan nilai signifikansi 0,000

kurang dari 0,05 yang artinya H4 diterima.

50
4.3 Pembahasan

4.3.1 Intellectual Capital Terhadap Pertumbuhan Perusahaan

Penelitian ini menemukan hasil yaitu bahwa Intellectual Capital secara

parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan, karena nilai p-

value lebih besar dari tingkat signifikansi sehingga H1 ditolak. Hasil pengujian

pertama ini bertolak belakang dengan temuan Wicaksana (2011) dan Solikhah

(2010) yang menemukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap

pertumbuhan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar capital

employed maka semakin besar investasi modal perusahaan dalam menciptakan

nilai sehingga perusahaan akan lebih mudah dalam meningkatkan jumlah aset

yang di miliki (Marfuah dan Ulfa, 2014).

Dalam kaitannya dengan teori stakeholder, hasil ini tidak sejalan dengan

konteks hubungan modal intelektual terhadap profitabilitas perusahaan. Dimana

peran stakeholder adalah mengendalikan manajer korporasi untuk meningkatkan

value added secara berkesinambungan sehingga perusahaan tetap tumbuh.

Dengan mengoptimalkan modal intelektual yang dimiliki, maka sesungguhnya

stakeholder berkepentingan agar perusahaan senantiasa memperoleh laba,

dengan demikian akan meningkatkan distribusi kesejahteraan kepada mereka

(Firmansyah dan Iswajuni, 2014).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ulum (2008) dan Rambe

(2012) dalam Firmansyah dan Iswajuni (2014) pada perusahaan perbankan di

Indonesia, yang menemukan bahwa Intellectual Capital tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan perusahaan. Hal ini dapat membuktikan bahwa

intellectual capital yang diakui sebagai aset pada perusahaan belum mampu

51
menghasilkan keunggulan kompetitif sehingga perusahaan belum mampu untuk

memaksimalkan kepentingan para stakeholder.

Kemampuan human capital atau karyawan dalam menjalankan

perusahaan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki seperti ilmu

pengetahuan, inovasi serta strategi perusahaan guna meningkatkan

pertumbuhan perusahaan (Wahdikorin, 2010). Keahlian sumber daya manusia

yang ada pada perusahaan manufaktur yang merupakan salah satu komponen

intellectual capital cenderung sama dengan perusahaan manufaktur lainnya,

sehingga hal ini memberikan nilai tambah yang relatif kecil bagi perusaaan

manufaktur sehingga intellectual capital tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan perusahaan (Marfuah dan Ulfa, 2014).

4.3.2 Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar

Hasil pengujian statistik secara parsial menunjukkan bahwa intellectual

capital tidak berpengaruh terhadap nilai pasar sehingga H2 ditolak. Hasil

penilitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solikah

(2010), Suhendah (2012), Faza dan Erna (2014) yang menemukan bahwa

intellectual capital tidak memiliki pengaruh terhadap nilai pasar. Hasil ini juga

tidak sejalan dengan Resouce-Based Theory yang menjelaskan bahwa

perusahaan yang memanfaatkan sumber daya intelektual memungkinkan

perusahaan mencapai keunggulan kompetitif dan nilai tambah.

Menurut Theory Stakeholder Atas dasar keunggulan kompetitiif dan nilai

tambah perusahaan itu maka investor yang juga merupakan stakeholder akan

memberikan peghargaan lebih kepada perusahaan dengan berinvestasi lebih

tinggi. Secara teori, kekayaan intelektual yang dikelola secara efisien oleh

52
perusahaan akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap nilai pasar perusahaan

sehingga dapat meningkatkan PER (price to earning rasio).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wicaksana (2011), yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh

terhadap nilai pasar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena nilai tambah dalam

Intellectual Capital belum mampu menciptakan inovasi bagi strategi

pemasarannya sehingga belum memberikan pengaruh nyata terhadap

pendapatan perusahaan (Marfuah & Ulfa, 2014). Selain itu, minimnya informasi

mengenai intellectual capital yang dimiliki perusahaan menjadi salah satu

sebabnya. Sehingga dalam menilai perusahaan investor hanya akan melihat dari

harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham, investor akan

menempatkan nilai yang tinggi terhadap perusahaan tersebut (Pramelasari,

2010). Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi penelitian ini yaitu Menurut

Firer dan William (2003) dan Saengchan (2008), industri perbankan adalah salah

satu sektor yang memiliki IC paling intensif. Selain itu, dari aspek intelektual,

secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan

dengan sektor ekonomi lainnya (Ulum, 2008 dalam Wicaksana, 2011).

4.3.3 Intellectual Capital Terhadap Produktivitas Perusahaan

Hasil pengujian diketahui bahwa Intellectual Capital secara parsial tidak

berpengaruh terhadap produktivitas, karena nilai p-value lebih besar dari tingkat

signifikansi sehingga H3 ditolak. Hasil Penelitian ini bertolak belakang dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2011) yang menemukan bahwa

intellectual capital berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan. Dalam

kaitannya dengan resource based theory, hasil ini tidak sejalan dengan konteks

hubungan modal intelektual terhadap produktivitas perusahaan. Dimana, pada

53
teori ini dikatakan bahwa Intellectual Capital yang ada pada perusahaan

membuat perusahaan menggunakan sumberdayanya secara efisien dan

ekonomis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suhenda (2012), Faza dan Erna (2014) yang menemukan intellectual capital

tidak memiliki pengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Hal ini berarti besar

kecilnya Intellectual Capital tidak mempengaruhi tingkat perputaran aset pada

perusahaan. Kemungkinan hal ini disebabkan karena Intellectual Capital

walaupun diperkenalkan sejak tahun 2000, namun dalam dunia praktek

Intellectual Capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia (Abidin, 2000

dalam Faza dan Erna, 2014). Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di BEI masih meningkatkan produktivitasnya dengan cara menggunakan

asset berwujudnya daripada menggunakan Intellectual Capitalnya

(Tarigan,2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan

pada sektor industri barang konsumsi di BEI belum menggunakan Intellectual

Capital sacara maksimal atau hanya menggunakan Intellectual Capital secara

sukarela. Padahal jika dikelola dengan baik, Intellectual Capital dapat

menciptakan nilai lebih bagi perusahaan (jafar dkk, 2016).

Menurut Abidin (2000) dalam Faza dan Erna (2014) perusahaan–

perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam

membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin

kandungan teknologi. Dengan demikian Intellectual Capital yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan belum secara langsung mempengaruhi upaya

perusahaan dalam meningkatkan perputaran pendapatan.

54
4.3.4 Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas perusahaan

Hasil pengujian secara paarsial menunjukkan bahwa Intellectual Capital

berpengaruh terhadap profitabilitas, karna nilai p-value kurang dari tingkat

signifikansi sehingga H4 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suhendah (2012), Faza dan Erna (2014), Dwipayani (2014), dan Marfuah dan

Ulfa (2014) yang menemukan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap

profitabilitas. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai intellectual capital sebuah

perusahaan maka profitabilitas suatu perusahaan keuangan tersebut semakin

meningkat. Oleh karena itu, dengan pengelolaan intellectual capital yang baik

perusahaan dapat menciptakan value added yang berguna dalam peningkatan

profitabilitas (ROA) perusahaan.

Berdasarkan teori dasar penelitian ini yaitu stakeholder theory

menunjukkan bahwa stakeholder memiliki kepentingan dalam memengaruhi

manajemen dalam proses pemanfaatan potensi yang dimiliki perusahaan.

Pengelolaan atas potensi yang dimiliki organisasi secara baik dan optimal dapat

menciptakan nilai tambah (value added) serta dapat meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan termasuk profitabilitas yang hal tersebut merupakan

tujuan para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. Penelitian ini

menunjukkan intellectual capital (IC) berpengaruh terhadap profitabilitas,

sehingga dapat disimpulkan bahwa stakeholder memiliki peran yang penting

dalam pengelolaan sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan dimana hal

ini dapat meningkatkan profitabilitas yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

Barney (1991) dalam Cahyani dkk (2015) Sesuai dengan Resource

Based Theory dimana perusahaan yang mampu mengelola Intellectual Capital

55
dengan baik maka perusahaan tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif

serta diyakini mampu menciptakan nilai tambah yang berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki

keunggulan kompetitif akan dapat bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis

yang berkembang pesat. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba

atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan ROA. Hal ini

berarti bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan uang earnings yang

lebih banyak dengan aset yang sedikit.

56
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sector industry

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

2013-2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Intellectual Capital tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan

hal ini tidak dapat membuktikan bahwa semakin tinggi nilai Intellectual

Capital maka pertumbuhan perusahaanpun akan terus meningkat.

2. Tidak terdapat pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Pasar, hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur khususnya pada sektor

industri barang dan konsumsi belum dapat mengelola kekayaan

intelektualnya dengan baik sehingga hasil penelitian yang diperoleh

Intellectual Capital tidak dapat meningkatkan PER (Price to earning ratio).

3. Tidak terdapat pengaruh Intellectual Capital terhadap produktivitas

perusahaan berarti besar kecilnya Intelectual Capital tidak mempengaruhi

tingkat perputaran aset pada perusahaan.

4. Terdapat pengaruh positif pada Intellectual Capital terhadap profitabilitas

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik perusahaan dalam

mengelola Intellectual Capitalnya menunjukkan semakin baik perusahaan

dalam megelola asset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan

laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan

ROA.

57
5.2 Keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan sebaik-baiknya, namun

masih terdapat keterbatasan yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan periode pengamatan yang

relatif singkat, yaitu tahun 2013-2015 pada sector industry barang

konsumsi di BEI sehingga jumlah sampel yang digunakanpun terbatas

yaitu 36 data sampel. hal ini membuat terbatasnya sumber data, sehingga

hasil penelitian belum dapat digeneralisasi untuk seluruh perusahaan di

Indonesia.

2. Proksi variabel dependen seperti variabel pertumbuhan, nilai pasar dan

produktivitas tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur karena nilai

signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0,05 (5%).

5.3 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode

penelitian yang lebih lama dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dengan memperluas objek penelitian sehingga hasil penelitian dapat

mewakili perusahaan yang ada di indonesia.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggukan alat ukur lain dalam

memproksikan variabel pertumbuhan, nilai pasar dan produktivitas.

Sehingga dapat memberikian hasil yang lebih baik dari penelitian ini.

58
DAFTAR PUSTAKA

Bontis, Nick. 2000, 2002. Assessing Knowledge Assets: A Review of the Models
Used to Measure Intellectual Capital. Intellectual Capital Disclosure in
Candian Corporations. McMaster University.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2005. Teori Akuntansi. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Chen Ming-Chin, Cheng Shu-Ju, Hwang Yunchang. 2005. An Empirical


Investigation of The Relationship between Intellectual Capital and Firms
Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital,
Vol. 12, No. 4, 2011.

Dwipayani, Christina C. 2014. Pengaruh Intellectual Capital terhadap


Profitabilitas Dan Kinerja Pasar. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Ekowati Serra, Rusmana Oman, Mafudi. (2012). Pengaruh Modal Fisik, Modal
Finansial, dan Modal Intelktual Terhadap Kinerja Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Faza, Muhammad F, Erna Hidayah. 2014. Pengaruh Intellectual Capital


Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, Dan Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. EKBISI,
Vol. VIII, No. 2, Juni 2014, hal.186 – 199. Universitas Islam Indonesia.

Firmansyah, Y dan Iswajuni. 2014. Pengaruh Intellectual Capital terhadap


Profitabilitas, nilai pasar, pertumbuhan, dan actual return pada
Perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Airlangga Surabaya.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Goh, P. C. 2004. Intellectual Capital Performance of Commercial Banks in


Malaysia. Journal of Intellectual Capital, Vol. 14, No. 2, pp. 264-285.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2000. PSAK No 19 Revisi tahun 2000. Akuntansi
Aktiva Tidak Berwujud.

Jafar S.T, Abdul H.H, Mediaty.2016. Pengaruh Intellectual Capital terhadap


Produktivitas dengan employee stock option plan sebagai variabel
moderasi. Full paper. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kusumo, Bambang P. 2012. Studi Empiris Pengaruh Modal Intelektual terhadap


Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Nilai Pasar pada
perusahaan yang terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.

59
Maditinos D, Chatzoudes D, Tsairidis C, Theriou G. 2011. The Impact of
Intellectual Capital on firms market value and financial performance.
Journal of Intellectual Capital, Vol. 12, No. 1, pp. 132-151.

Marfuah. Maricha Ulfa. 2014. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap


Profitabilitas, Produktivitas Dan Pertumbuhan Perusahaan Perbankan.
EKBISI, Vol. IX, No. 1.

Nashih, Muhammad. 2005. Peran Strategis Intellectual Capital sebagai Variabel


Antara Pengaruh Financial Capital Terhadap Kinerja Perusahaan.
Pascasarjana UNAIR Surabaya.

Nuverio, Knowledge Based Country. 2009. MAKE, 2012. Diakses, 14 Juni 2009.
http://noverio.blog.binusian.org/category/uncategorized/

Pramelasari, YM. 2010. Pengaruh Intellectual Capital terhadap nilai pasar dan
kinerja keuangan perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.

Pulic, Ante 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in


Knowledge Economy. Paper presented at the 2nd McMater World
Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian
Team for Intellectual Capital.

Pulic, Ante 1999.“Basic information on VAIC™”. Available online at: www.vaic-


on.net. (accessed November 2006).

Rambe, Rizki Fillhayati. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Keuangan dan Bisnis. Vol. 4, No. 3 November 2012.

Santoso M.M. 2016. Statistika Hospitalitas. Edisi 1. Penerbit Cv. Budi Utama.
Yogyakarta.

Sekaran, Uma. 1992. Research Methods For Business. University at Carbondale.

Solikhah, Badingatus. 2010. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja


Keuangan, Pertumbuhan Dan Nilai Pasar Pada Perusahaan Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Steward, T.A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. New
York : Doubleday.

Suhendah, Rousilita. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas,


Proktivitas, Dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di
Indonesia pada Tahun 2005-2007. SNA XV 2012. Banjarmasin
Universitas Tarumanagara.

60
Suwarjono T, Agustine P.K. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran,
Dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 35-37. Universitas Airlangga.
Surabaya.

Tan Hong Pew, Plowman David, Hancock Phil. 2007. Intellectual Capital and
financial returns of companies. Journal of Intellectual Capital, Vol. 8, No.
1, pp. 76-95.

Tarigan T, Wahyu M. 2011. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap


Kinerja Perusahaan Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2010. Universitas Diponegoro. Semarang.

Tseng, C. And Goo, Y.J. 2005. Intellectual Capital and corporate value in an
emerging economy: empirical studies of Taiwanese manufacturers. R&D
Management, Vol. 35, No. 2, pp. 187-201.

Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chariri. 2008. “Intellectual Capital dan Kinerja
Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least
Squares”. Proceeding SNA XI. Pontianak.

Widiatmoko, R.G. 2015. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas


Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Wicaksana, Adityas. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Pertumbuhan


Dan Nilai Pasar Perusahaan pada perusahaan Perbankan. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Wijaya, Vina dan Sautma, R. B, 2015. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap


Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Keuangan Di Indonesia Periode
2009-2014. Jurnal. Vol 3, No. 2, (2015) 43-48. Universitas Kristen Petra.
Surabaya.

61
Lampiran 1. Penelitian terdahulu

Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

1 Wicaksana Pengaruh Pertumbuhan Hasil penelitian


(2011) Intellectual Capital dan Nilai menunjukkan bahwa
terhadap Pasar, Intellectual Capital
pertumbuhan dan berpengaruh signifikan
nilai pasar dan positif terhadap
perusahaan pada pertumbuhan dan nilai
perusahaan pasar perusahaan.
perbankan yang
tercatat di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)

2 Suhendah Pengaruh Profitabilitas, Hasil penelitian


(2012) Intellectual Capital produktivitas, memberikan bukti
terhadap dan penilaian empiris bahwa
profitabilitas, pasar Intellectual Capital
produktivitas, dan berpengaruh signifikan
penilaian pasar terhadap profitabilitas
terhadap (positif) dan
perusahaan yang produktivitas (negatif),
Go Public di namun tidak
Indonesia pada berpengaruh signifikan
tahun 2005 – 2007 terhadap penilaian
pasar

3 Wahdikorin Penelitiannya yang Kinerja Hasil penelitian adalah


(2010) berjudul pengaruh perusahaan sebagai berikut: (1)
Intellectual Capital secara agregat,
terhadap kinerja Intellectual Capital
perusahaan (Value Added
perbankan yang Intellectual
terdaftar di Bursa Coefficient/VAIC)
Efek Indonesia berpengaruh signifikan
(BEI) tahun 2007- negatif terhadap Cost
2009 to Asset (CTA) dan
tidak berpengaruh
terhadap Return on
Assets (ROA). (2)
Human Capital
Efficiency (HCE)

62
NO PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

berpengaruh signifikan
negatif terhadap CTA,
dan tidak berpengaruh
terhadap ROA. (3)
Structural Capital
Efficiency (SCE) tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan CTA. (4)
Capital Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh signifikan
positif terhadap ROA
dan tidak berpengaruh
pada CTA. (5) Jenis
bank (GROUP) tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan CTA

4 Solikhah Keterkaitan antara Kinerja Hasil yang didapat dari


(2010) kinerja IC (VAIC™) keuangan, nilai penelitian ini
dengan kinerja pasar, dan menunjukkan bahwa
keuangan, nilai pertumbuhan IC berpengaruh positif
pasar, dan perusahaan terhadap kinerja
pertumbuhan keuangan dan
perusahaan dari pertumbuhan
116 perusahaan perusahaan, namun
manufaktur yang tidak mempengaruhi
terdaftar di Bursa nilai pasar
Efek Indonesia perusahaan.
pada tahun 2006-
2008

5 Faza & Erna Pengaruh Profitabilitas, Hasil penelitian


(2014) Intellectual Capital Produktivitas, menujukkan bahwa
Terhadap Dan Nilai Intellectual Capital
Profitabilitas, Perusahaan berpengaruh signifikan
Produktivitas, Dan terhadap profitabilitas,
Nilai Perusahaan Intellectual Capital tidak
Pada Perusahaan berpengaruh signifikan
Perbankan Yang terhadap produktivitas
Terdaftar Di Bursa dan nilai pasar
Efek Indonesia
(BEI)

63
NO PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

6 Dwipayani Pengaruh Profitabilitas Hasil penelitian ini


(2014) Intellectual Capital dan Nilai menunjukkan bahwa
Terhadap Pasar Intellectual Capital
Profitabilitas dan (IC), structural capital
Nilai Pasar (Studi efficiency (SCE) dan
Empiris Pada capital employed
Perusahaan efficiencyi
Perdagangan Dan (CEE)berpengaruh
Jasa) signifikan positif
terhadap profitabilitas,
namun pada human
capital employed
(HCE) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
dan Intellectual Capital
(IC), structural capital
efficiency (SCE) dan
capital employed
efficiencyi (CEE) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pasar.
Sebaliknya, human
capital employed
(HCE) berpengaruh
signifikan positif
terhadap kinerja pasar
.

7 Marfuah & Pengaruh Profitabilitas, Hasil penelitian ini


Ulfa (2014) Intellectual Capital produktivitas menunjukan bahwa
terhadap dan Intellectual Capital
profitabilitas, pertumbuhan berpengaruh positif
produktivitas dan perusahaan signifikan terhadap
pertumbuhan profitabilitas dan
perusahaan produktivitas, namun
perbankan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
perusahaan

64
Lampiran 2. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Intellectual Capital 36 2.72 11.62 6.1672 2.40728

Pertumbuhan 36 1.64 2.85 2.1039 .24767

Nilai Pasar 36 12.04 41.59 23.7161 8.09933

Produktivitas 36 .66 1.76 1.0936 .29591

Profitabilitas 36 .04 .17 .0986 .03563

Valid N (listwise) 36

Lampiran 3. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized


Residual Residual Residual Residual
(Pertumbuhan) (Nilai Pasar) (Produtivitas) (Profitabilitas)

N 36 36 36 36

Normal Parametersa Mean .0000000 .0000000 .0000000 .0000000

Std.
.24738322 7.88371691 .29101712 .02409409
Deviation

Most Extreme Differences Absolute .157 .156 .122 .097

Positive .157 .156 .122 .082

Negative -.074 -.090 -.113 -.097

Kolmogorov-Smirnov Z .939 .936 .734 .584

Asymp. Sig. (2-tailed) .341 .345 .655 .885

a. Test distribution is Normal.

65
2. Uji Glejser Heterokedastisitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .206 .079 2.616 .013

Intellectual Capital -.004 .012 -.063 -.371 .713

a. Dependent Variable: ABS1

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

2 (Constant) 6.662 1.929 3.453 .002

Intellectual Capital -.003 .292 -.002 -.012 .991

a. Dependent Variable: ABS2

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

3 (Constant) .360 .068 5.263 .000

Intellectual Capital -.019 .010 -.295 -1.802 .080

a. Dependent Variable: ABS3

66
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

4 (Constant) .026 .006 4.400 .000

Intellectual Capital .000 .001 -.182 -1.081 .287

a. Dependent Variable: ABS4

Lampiran 4. Hasil Output Regresi Sederhana

1. Regres Model 1 (Pertama)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .048a .002 -.027 .25099 2.231

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Pertumbuhan

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.074 .116 17.804 .000

Intellectual Capital .005 .018 .048 .279 .782

a. Dependent Variable: Pertumbuhan

67
2. Regres Model 2 (Dua)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

2 .229a .053 .025 7.99881 1.447

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Nilai Pasar

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

2 (Constant) 18.960 3.711 5.109 .000

Intellectual Capital .771 .562 .229 1.373 .179

a. Dependent Variable: Nilai Pasar

3. Regres Model 3 (Tiga)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

3 .181a .033 .004 .29527 .792

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital


b. Dependent Variable: Produktivitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

3 (Constant) .956 .137 6.981 .000

Intellectual Capital .022 .021 .181 1.073 .291

a. Dependent Variable: Produktivitas

68
4. Regres Model 4 (Empat)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

4 .737a .543 .529 .02445 1.318

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital

b. Dependent Variable: Profitabilitas

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

4 (Constant) .031 .011 2.765 .009

Intellectual Capital .011 .002 .737 6.352 .000

a. Dependent Variable: Profitabilitas

69
Lampiran 3. Nama-nama Perusahaan Manufaktur yang

menjadi Observasi Penelitian tahun 2013-2015

No TAHUN Kode Emiten Nama Perusahaan


1 2013 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 2013 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
3 2013 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
4 2013 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
5 2013 STTP Siantar Top Tbk
6 2013 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
7 2013 GGRM Gudang Garam Tbk
8 2013 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
9 2013 KAEF Kimia Farma Tbk
10 2013 KLBF Kalbe Farma Tbk
11 2013 SIDO Famasi Sido Muncul Tbk
12 2013 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
13 2014 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
14 2014 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
15 2014 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
16 2014 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
17 2014 STTP Siantar Top Tbk
18 2014 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
19 2014 GGRM Gudang Garam Tbk
20 2014 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
21 2014 KAEF Kimia Farma Tbk
22 2014 KLBF Kalbe Farma Tbk
23 2014 SIDO Famasi Sido Muncul Tbk
24 2014 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
25 2015 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
26 2015 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
27 2015 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
28 2015 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
29 2015 STTP Siantar Top Tbk
30 2015 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
31 2015 GGRM Gudang Garam Tbk
32 2015 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
33 2015 KAEF Kimia Farma Tbk
34 2015 KLBF Kalbe Farma Tbk
35 2015 SIDO Famasi Sido Muncul Tbk
36 2015 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk

70
Lampiran 4. Data 2 Tabulasi Variabel Penelitian

NO KODE TAHUN intellectual capital pertumbuhan nilai pasar produktivitas profitabilitas


2013 5,52 2,37 13,44 0,81 0,07
1 AISA 2014 5,57 2,09 18,95 0,70 0,05
2015 4,86 1,99 12,04 0,66 0,04
2013 3,95 1,98 26,70 1,18 0,11
2 ICBP 2014 4,19 2,13 29,31 1,21 0,10
2015 4,30 2,15 26,17 1,20 0,11
2013 3,85 1,71 23,16 0,74 0,04
3 INDF 2014 3,58 2,51 15,27 0,74 0,06
2015 3,80 1,72 15,31 0,70 0,04
2013 4,82 2,06 32,67 0,83 0,09
4 ROTI 2014 4,34 2,19 37,16 0,88 0,09
2015 4,63 2,43 23,67 0,80 0,10
2013 6,41 2,53 17,74 0,86 0,06
5 STTP 2014 7,14 2,08 30,51 1,48 0,08
2015 7,86 2,50 21,27 1,50 0,11
2013 7,31 1,92 39,82 1,23 0,12
6 ULTJ 2014 6,24 1,87 36,83 1,34 0,10
2015 8,03 2,85 21,92 1,24 0,15
2013 6,32 2,08 14,73 1,09 0,09
7 GGRM 2014 5,91 2,23 19,89 1,12 0,09
2015 7,52 2,20 16,44 1,11 0,10
2013 5,68 1,84 19,64 0,93 0,11
8 DVLA 2014 4,30 1,64 23,15 0,89 0,07
2015 4,03 2,33 13,40 0,95 0,08
2013 2,83 2,05 15,27 1,76 0,09
9 KAEF 2014 2,72 2,10 34,68 1,52 0,08
2015 2,76 2,07 19,42 1,50 0,08
2013 11,62 2,11 30,49 1,41 0,17
10 KLBF 2014 10,98 2,08 41,59 1,40 0,17
2015 10,53 1,97 30,87 1,31 0,15
2013 6,48 2,05 31,23 0,80 0,14
11 SIDO 2014 9,57 2,02 21,92 0,78 0,15
2015 9,87 2,05 18,77 0,79 0,16
2013 8,03 2,01 23,05 1,27 0,12
12 TSPC 2014 8,32 1,92 22,21 1,34 0,10
2015 8,15 1,91 15,09 1,30 0,08

71
72

Anda mungkin juga menyukai