Anda di halaman 1dari 14

ASIA TENGGARA PADA MASA PERANG DUNIA KE-II

Dosen pengampu:
Yustina Sri Ekwandari, S. Pd., M. Hum
Myristica Imanita, S. Pd., M. Pd

Disusun oleh:
Kelompok 6
M. Sahrul Dwi Wantoro 2113033030
Nabila Fauziah Aziz 2113033036
Ariska Aulia Zannati 2113033063
Wahyu Agil Permana 2113033066
Destiana Saputri 2113033070
Subhan Al Qodri 2113033072
Abi Qolbi Umayroh Tio Putri 2113033075
Dzaky Julianzah Arief 2153033004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Asia Tenggara, dengan
judul: “Asia Tenggara Pada Masa Perang Dunia Ke-II”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bandarlampung, 10 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

1.4 Manfaat...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................4

2.1 Awal Munculnya Nama Asia Tenggara.................................................................4

2.2 Asia Tenggara dengan Jepang Sebelum Perang.....................................................4

2.3 Kondisi Negara-negara di Asia Tenggara Pada Masa Perang Dunia Ke-II...........6

BAB III PENUTUP....................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perang dunia ke-II adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun
1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk
semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling
bertentangan yakni Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam
sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam
keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan
ekonomi, industri, dan teknologi untuk keperluan perang. Ditandai oleh sejumlah
peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust
dan pemakaian senjata bom atom dalam peperangan, perang ini memakan banyak
korban jiwa. Perang Dunia II adalah perang paling mematikan sepanjang sejarah umat
manusia (Sommerfield,2008).

Perang Dunia II berlangsung pada tahun 1941—1945. Setelah Jerman, Jepang


menduduki tempat kedua dalam kekuatan militer. Pada Desember 1941 Jepang
menyerang Honolulu, Hawai, dari udara. Pada saat itu juga Amerika dan Inggris segera
menyatakan perang terhadap Jepang. Kemudian Gubernur Hindia Belanda pun turut
menyatakan perang terhadap Jepang dan dengan demikian terjadilah perang Pasifik.
Pada tahun 1941 Kekaisaran Jepang telah memantau Filipina sebagau lokasi strategis
yang sempurna untuk kampanye mereka untuk menaklukan Asia tenggara. Bukan hanya
lokasi yang sempurna untuk menaruh prajurit dan penyerangan lebih lanjut, tapi Filipina
juga merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam tersebut
berguna untuk mensupplai mesin perang Jepang dan memberi makan orang-orang
Jepang di rumah dan di medan perang. Meskipun ada Angkatan Amerika ditempatkan
di seluruh Filipina pada saat itu, keputusan Jepang untuk menginvasi Filipina adalah
untuk sumber daya alam dan lokasi yang strategisnya.

Pendudukan Jepang di Filipina terjadi antara tahun 1942-1945. Jepang menginvasi


Filipina pada tanggal 8 Desember 1941 setelah penyerangan Pearl Harbor. Karena
pasukan udara di Pearl Harbor dalam keadaan rusak berat, pangkalan Amerika di
Filipina jadi tidak terlindungi, yang membuat pasukan “American Asiatic Fleet” di

1
Filipina melarikan diri ke Jawa pada 12 Desember 1941. Jepang di masa
pendudukannya di Filipina lama kelamaan bukan hanya mengeksploitasi sumber daya
alam Filipina, melainkan juga sumber daya manusianya. Pihak militer Jepang mulai
melakukan pengerahan tenaga kerja manusia untuk keperluan perang mereka. Semua
rakyat dikerahkan, mulai dari pemaksaan untuk menjadi tentara sukarela sampai dengan
pekerja paksa, bahkan perempuan pun tidak luput dari pengerahan tersebut.

Pada awal mulanya wilayah Asia Tenggara didominasi oleh kerajaan-kerajaan


besar dan telah mengalami kolonisasi.Portugal dan Spanyol merupakan dua negara
Eropa yang pertama kali melaksanakan politik kolonialnya di Asia Tenggara.Dari
wilayah-wilayah Asia Tenggara yang mengalami kolonisasi, hanya Thailand yang tidak
merasakannya.Kolonisasi di Asia Tenggara berakhir seiring dengan berakhirnya Perang
Dunia II.

Banyak wilayah di Asia Tenggara yang memproklamasikan kemerdekaannya.


Hanya saja, meskipun telah menjadi kawasan negara negara yang berdaulat, kawasan
Asia Tenggara kembali dihadapkan pada persoalan baru, yaitu munculnya Perang
Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet), yang
dampaknya berpengaruh terhadap situasi politik di kawasan Asia Tenggara (Arnfinn
Jorgensen-Dahl, 1985: 1-2).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana awal mula munculnya nama Asia Tenggara?

2. Bagaimana Asia Tenggara dengan Jepang sebelum perang?

3. Bagaimana kondisi negara-negara di Asia Tenggara pada masa perang dunia ke-II?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara garis besar tujuan disusunnya
makalah ini diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui awal mula munculnya nama Asia Tenggara.

2. Untuk mengetahui Asia Tenggara dengan Jepang sebelum perang.

2
3. Untuk mengetahui kondisi negara-negara di Asia Tenggara pada masa perang dunia
ke-II.

1.4 Manfaat

Sebagai proses pembelajaran bagi penulis dalam menambah ilmu pengetahuan


serta wawasan keilmuan, dalam rangka mengikuti perkembangan dan pendidikan pada
umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan
kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Awal Munculnya Nama Asia Tenggara

Nama Asia Tenggara baru muncul pada masa Perang Dunia II. Namun, Jepang
sudah menggunakan istilah Tonan Ajiya untuk menyebut wilayah Asia Tenggara sejak
akhir abad ke-19, namun dalam bahasa-bahasa Eropa penggunaannya tidak meluas
hingga pada tahun 1950-an, sebelum akhirnya dipertemukan negara-negara di benua
Asia dan Tiongkok dan India dengan pulau-pulau lepas pantainya.

Akhirnya, pada tahun 1976 dibentuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara


yang disebut Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), dengan demikian
gagasan bahwa kawasan Asia Tenggara dan kawasan lautnya adalah satu, tapi dalam
praktiknya daerah-daerah itu memiliki perbedaan kepentingan dan agama pada masa
lalunya.Bangsa Eropa telah lama menyebut Asia Tenggara dengan sebutan kepuluan
Hindia atau Insulindia atau disebut juga sebagai kepulauan Melayu (Bowring, Philip,
2022: 25).

Menurut Suryanegara, Ahmad Mansur, (2015: 18) istilah Asia Tenggara atau
SouthEast Asia muncul pada masa Perang Dunia II. Pada awalnya Asia Tengga terdiri
dari Indo Cina atau India Belakang wilayah jajahan Perancis. India Belanda atau
Indonesia merupakan wilayah jajahan Belanda, Filipina sebagai wilayah jajahan
Amerika Serikat, Malaya, Singapura, Serawak, Brunai, dan Sabah sebagai wilayah
jajahan Inggris, Birma sebagai wilayah jajahan Inggris, dan Thailand sebagai wilayah
Euffer State atau daerah penyangga yang bebas dari penjajahan Barat.

2.2 Asia Tenggara dengan Jepang Sebelum Perang

Pada tahun 1930-an, negara-negara kawasan Asia Tenggara menyadari bahwa


mereka merasakan tekanan sosial ekonomi setelah terhubung dengan perekonomian
global. Keadaan ini menimbulkan rasa tidak puas yang berasal dari masyarakat pribumi
yang akhirnya muncul orang-orang remormis dan nasionalis mulai mencari bentuk
kemerdekaan yang diinginkan.

4
Jepang merupakan negara yang dianggap dapat menjadi contoh tentang reformasi
dan modernisasi. Pada abad ke-19, teknologi Jepang sudah maju untuk memperkuat
militernya. setelah restorasi Meiji, Jepang segera melakukan reformasi besar-besaran.
Teknik-teknik pembangunan kapal mulai diperkenalkan, manufaktur, infrastruktur,
perkreta apian, persenjataan, pertambangan, tekstil, kaca, bahan kimia dan masih
banyak lainnya.

Transformasi Jepang mulai tertarik dengan beberapa kawasan di lingkaran


kekuasaannya seperti Korea, Manchuria, dan wilayah Jepang lainnya. Asia Tenggara
juga tidak luput dari perhatian Jepang. Sumber daya alamnya yang melimpah membuat
Jepang merasa bahwa sumber bahan mentah yang melimpah di Asia Tenggara penting
bagi keberlangsungan pertumbuhan Jepang sebagai negara imperium dan industri
modern.

Pada awal abad ke-20 merupakan potensi besar untuk mendapatkan sumber daya
alam dan membangun pasar di kawasan Asia Tenggara yang tentu akan menguntungkan
Jepang. Tidak lama setelah kedudukan kolonial Jepang atas Taiwan, kekalahan Rusia,
invasi China dan pembentukan negara boneka Manzhouguo, Jepang memandang Asia
Tenggara sebagai wilayah potensial berikutnya untuk menancapkan pengaruh
kekaisaran Jepang.

Kemunculan Jepang sebagai penjajah baru di Asia Tenggara, Jepang berusaha


mengahncurkan pemerintah kolonial Eropa dan Amerika untuk pergi meninggalkan
Asia Tenggara. Visi Jepang tentang Dai-to-a Kyooiken (wilayah kemakmuran Asia
Tenggara) juga mendapatkan dukungan dari orang-orang Asia Tenggara sebagai
anggapan bahwa Jepang akan bersikap lebih baik dibandingkan negara kolonial lainnya.

Jepang menyatakan bahwa dirinya adalah pembebas bagi Asia Tenggara dari
Kolonial Barat. Ironisnya, mereka malah menerapkan bentuk pemerintahan yang serupa
melalui sejumlah kolabolator elite dan institusi lokal. Jepang selalu berupaya seolah-
olah menjadi saudara bagi kawasan Asia Tenggara. Beberapa cara yang dilakukan
Jepang misalnya: bangunan-bangunan, rambu-rambu jalan, surat kabar, buku digantikan
dengan menggunakan bahasa lokal dan monument sesuai kultur pribumi.

Setela kemenangan awal Jepang yang mengejutkan, gelombang perang dengan


cepat berbalik ke arahnya ketika komando pasifik barat daya Amerika berhasil
mencaplok pasifik kembali. Jepang mendapatkan hambatan dalam pertempuran di

5
sepanjang Koral Sea (laut kerang) pada Mei 1942 dan Midway pada Juni 1942. Setelah
kemenangan Amerika di Guandalcanal, kepulauan Solomon pada tahun 1943 Jepang
berada di posisi bertahan di pasifik hingga berakhirnya perang. Ketika Jepang semakin
terdesak dan didera kekalahan berulang kali pada lini depan pertahanan, Presidan
Truman dari Amerika Serikat segera melakukan serangan besar-besaran dengan
mengebom dalam serangan terhadap Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki
pada 9 Agustus 1945. Dua kota Jepang itu mengalami porak poranda yang sangat kacau.
Puluhan ribu orang tewas dalam peristiwa tersebut, bahkan banyak juga yang mati
akibat paparan radiasi yang disebabkan oleh bom atom tersebut. Hingga pada 15
Agustus 1954 Jepang menyatakan menyerah pada sekutu.

2.3 Kondisi Negara-Negara di Asia Tenggara Pada Masa Perang Dunia II

1. Singapura dan Malaya Inggris

Di hari yang sama dengan pengeboman Pearl Harbor, pasukan Jepang legion
ke-25 veteran perang di China mendarat di pesisir timur Thailand dan timur laut
Malaya. Memanfaatkan keraguan serta kegagalan Inggris dalam melancarkan operasi
Matador, Jepang merencanakan untuk mendahului sekutu bergerak menuju Thailand
untuk menghancurkan pasukan invasi di laut dan menghilangkan pantai
pendaratannya. Pasukan Jepang dengan cepat bergerak ke selatan sepanjang pesisir
barat dan timur Semenanjung Malaya menuju sasaran utama mereka. Berusaha
menduduki Markas Besar Komando Angkatan Darat Malaya di Benteng Singapura.
Pada saat yang bersamaan, Angkatan Laut Jepang yang terbang dari pangkalan udara
Indo-China Selatan melakukan pengeboman ke sejumlah lokasi strategis Singapura.

Tenggelamnya dua kapal Inggris di Laut Cina Selatan tepatnya di pantau


Kuantan, pasukan Jepang berhasil menguasai laut dalam pertempuran Malaya dan
Singapura. Pada tanggal 31 Januari 1942, pasukan Jepang berhasil mendesak mundur
pasukan bertahan Inggris dan Persemakmuran ke ambang pintu Singapura, mendesak
Inggris meledakkan jembatan yang menghubungkan Malaya dengan Singapura.
Serangan Jepang terhadap Singapura akhirnya dimulai pada 8 Februari melalui
pendaratan amfibi di bagian barat laut kepulauan, menyusul taktik pengalihan
serangan ke arah Pulau Ubin di wilayah timur laut pada malam sebelumnya.

6
Dari pantai pendaratannya di barat laut, pasukan Jepang bergerak ke Singapura
bagian selatan, barat, dan tengah mencapai daerah Bukit Timah Tengah yang
merupakan lokasi strategis. Sementara itu, di barat daya Batalyon 1 dan Batalyon 2
Resimen Malaya bertahan sekuat tenaga dan mencoba menghadang pasukan Jepang,
meskipun mereka harus menerima kekalahan. Jenderal A.E Percila akhirnya setuju
menyerahkan Benteng Singapura kepada Jenderal Tomoyuki Yamashita pada 15
Februari 1942.

2. Filipina dan Amerika

Ketika perang antara Jepang dan Amerika Serikat semakin dekat Manuel
Quezon, Presiden Persemakmuran Filipina mendirikan Civilian Emergency
Administration (CEA) atau Pemerintah Darurat Sipil pada tahun 1941. CEA bertugas
untuk mempersiapkan Bangsa Filipina menghadapi perang dengan segala tugas,
melakukan pengujian sirine, pemadaman dan evakuasi. Beberapa bulan kemudian
Presiden Amerika Serikat Roosevelt menggabungkan Angkatan Darat dan Angkatan
Laut ke dalam Angkatan Darat Amerika di Filipina.

Tentara yang tergabung ini kemudian membentuk US Army Forces In The Far
East (USAFFE) dengan kekuatan sekitar 50.000 orang dibawah komando Jenderal
Douglas Mac Arthur. Rencana Mac Arthur selama 10 tahun memakan biaya yang
sangat besar, termasuk pelatihan prajurit cadangan dalam jumlah besar untuk
melengkapi dan membantu tentara professional yang nantinya akan disebarkan ke
seluruh penjuru kepualuan. Sementara itu, Departemen Perang Amerika terus
berupaya menghalangi pasukan Jepang.

Pada tanggal 8 Desember 1941, Legiun ke-14 Jepang dibawah komando


Jenderal Masaharu Homma menginvasi Filipina. Pengeboman terhadap angkatan laut
dan angkatan udara, bahkan Pangkalan Udara Clark, Pangkalan Udara Nichols,
Cavite, dan Batangas berhasil melumpuhkan USAFFE. Ketika USAFFE bergerak
mundur, Mac Arthur menyampaikan bahwa Manila adalah kota terbuka, sedangkan
pada tanggal 2 Januari 1942, tentara Jepang berhasil mengambil alih ibukota dan
melanjutkan penyerangan besar-besaran ke Mindanao.

Serangan besar ini memaksa pemerintah Persemakmuran yang dipimpin oleh


Quezon, pejabat komisioner tinggi dan para perwira USAFFE dibawah komando
Mac Arthur melarikan diri ke Corregidor, sebuah pulau benteng di Teluk Manila.

7
Sejak Januari hingga Maret 1942, sisa-sisa tentara USAFFE di Batangas bersama
pasukan AS yang direorganisasi di Filipina, melawan tentara Jepang dibawah
komando Wainwright dalam sebuah pertempuran yang sengit. Namun, akibat dari
serangan yang terus-menerus, Filipina dan Amerika akhirnya menyerah.

3. Indonesia dan Belanda

Setelah Singapura berhasil ditaklukan, invasi Jepang ke Indonesia dimulai pada


10 Januari 1942. Hindia Timur Belanda menjadi bagian palagan baru penyerbuan
Jepang ke selatan. Tetapi, kekuatan Belanda tidak dapat menandingi Jepang pada
pertempuran Laut Jawa. Pada akhir Januari, armada gabungan Belanda, Inggris
Australia dan Amerika dihancurkan.

Seperti yang diketahui pada sejarah Indonesia, bahwa salah satu bagian
wilayah Indonesia yang sangat menentang Belanda adalah Aceh. Dibawah pimpinan
Daud Bereueh, Aceh selalu memberontak melawan Belanda, bahkan sebelum
diserang Jepang datang. Pada tanggal 8 Maret 1942, Gubernur Belanda akhirnya
menyerah di Batavia. Namun, Indonesia sebenarnya belum terbebas daru penjajah.
Jepang datang ke Indonesia dengan harapan untuk dapat menguasai sumber daya
alam Indonesia yang sangat melimpah. Namun, dalam perjalanan, Jepang merasa
Indonesia adalah salah satu bagian kawasan Asia Tenggara yang sangat potensial,
baik di bidang ekonomi, maupun politik, sehingga Jepang menginginkan menguasai
Indonesia secara penuh.

Penaklukan Jepang terhadap Indonesia terjadi sangat cepat, sementara


pendudukannya sangat besar. Namun, Jepang mengalami kesulitan saat ingin
menguasai Indonesia, salah satunya adalah daerahnya sangat luas. Jepang segera
menyadari ini, bahwa mereka tidak akan dapat mengawasi setiap bagian daerah di
Indonesia dan memahami bahwa ini akan memberikan celah mudah bagi sekutu
untuk menyerang kembali, sehingga Jepang membuat beberapa kebijakan terhadap
penduduk lokal.

Indonesia berpotensi sebagai garis depan bagi serangan balik sekutu. Namun
kenyataannya, sekutu lebih siap menaklukan kembali Asia Tenggara melalui
serangan yang dilakukan komando Asia Tenggara. Pimpinan Inggris melawan
pasukan Jepang di Burma, sementara komandan pasifik barat daya Amerika ke utara

8
untuk menaklukan Filipina sebagai bagian dari ekspansinya ke utara. Pasukan
Amerika merebut Morotai di Indonesia Timur pada tahun 1944.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Perang Dunia II Jepang berusaha menguasai wilayah Asia Tenggara.


Untuk mewujudkannya Jepang harus berhadapan dengan sekutu yang menguasai Asia
Tenggara. Dengan mengandalkan serangan cepatnya Jepang berhasil menguasai
berbagai kota di Indonesia. Belanda yang pada waktu itu menjadi penguasa di Indonesia
tidak mampu menandingi gerakan cepat militer Jepang. Selanjutnya Belanda terpaksa
menandatangani perjanjian penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942.

Selama pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945 sifat pergerakan berubah


menjadi sangat militan dengan berbagai doktrin yang diberikan oleh pasukan Jepang
kepada rakyat Indonesia terutama para pemuda. Mobilitas penduduk Indonesia oleh
pemerintah Jepang ialah mempercepat proses penyerapan dan pengetahuan tentang
kemiliteran yang dimiliki oleh Jepang. pada masa itu Jepang sedang menjalankan
pertempuran menghadapi pasukan sekutu atau yang dikenal dengan Perang Pasifik.

Dalam menghadapi perang tersebut Jepang membutuhkan pasukan yang cukup


banyak untuk membantu tentara Jepang. Karena Jepang terus menghadapi kekalahan
dan kedudukan Jepang semakin terdesak maka pemerintah Jepang di Indonesia
mengambil keputusan untuk melatih rakyat Indonesia tentang militer untuk membantu
tentara Jepang melawan Sekutu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bowring, Philip. 2022. Nusantaria: Sejarah Asia Tenggara Maritim. Jakarta:


Kepustakaan Populer Gramedia.

Bradley William. L dan Lubis, Mochtar. 1991. Dokumen Dokumen Pilihan Politik Luar
Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hall, D.G.E. 1986. Sejarah Asia Tenggara (Terjemahan). (Surabaya: Nasional).

Jorgensen-Dahl, Arnfirn. 1985. Regional Organization and Order in South East Asia.
London: Macmillan Press.

Kamal, Mukhtar. 1986. Buku Ajar Sejarah Asia Tenggara. (IKIP Padang).

Scalapino, Robert A. 1985. Asia Tenggara Dalam Tahun 1980-an. (Jakarta: CSIS).

Sri Ekwandari, Yustina dan Imanita, Myristica. 2022. Sejarah Asia Tenggara, Dari
Masa Kerajaan Sampai Pembentukan ASEAN. Bandarlampung: CV. Anugerah
Utama Raharja.

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2015. Api Sejarah 2, Mahakarya Perjuangan Ulama dan
Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bandung: Surya
Dinasti.

Welly, Farida. 2005. Hand- Out Sejarah Asia Tenggara. Laboratorium Sejarah FIS
UNP.

11

Anda mungkin juga menyukai