Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN

“PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG”

DOSEN PEMBIMBING :

dr. Siti Fatimah, M.pd. M.Hum

Di  Susun Oleh : kelompok 2

Anggota

 Sesy Masesa (19046121)


 Afdella Safitri (19046002)
 Primadona nim (19046111)
 Yonanda Pratama (19046144)
 Yulia Rahma Dani (19046145)
 Adi Yansa Putra
 Laridho

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PENDIDIKAN SEJARAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu yang berjudul “Pendidikan di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang”

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar dosen dan teman-teman mahasiswa dapat dengan
mudah memahami isi dari Makalah ini. Harapan kami semoga Makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Walaupun komposisi Makalah ini masih jauh dari unsur kesempurnaan, terutama dari
penyajian kelengkapan materi. Oleh karena itu, saran tak lupa kami nantikan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Dengan selesainya Makalah ini, kami menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai
akhir.

                                  BATIPUH, 13 Maret 2021

    Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………........
……………………………. i

DAFTAR ISI………......…………………………......……………....…………………….... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………...........................………….………..


1
B. Rumusan Masalah ……………………………………....................................……… 1
C. Tujuan ………………………....….............,..................................…………………...
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan tujuan Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang…
2
B. Introduksi pendidikan Jepang ke Indonesia ...................................…………......…….
2
C. Sistem Persekolahan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang ……...…..…….….
3
D. Siapa yang menjadi guru pada masa penjajahan jepang…………………………...….
4

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan ……………………………………………...............................................
8
B. Saran ……………………………....……….....………................................................
8

DAFTAR PUSTAKA………………........……………...…………...................……………..
9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1940 rencana untuk mendirikan “Kemakmuran Bersama Asia Raya” telah
dipublikasikan. Menurut rencana itu Jepang menjadi pusat suatu lingkungan pengaruh atas
daerah-daerah Malaysia, Daratan Cina, Kepulauan Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia,
Indocina dan Asia (Rusia). Jepang akan menjadi pusat industri presisi. Masnyria
dikembangkan menjadi daerah pertambangan industri barat, industri  kimia, sedangkan Cina
dikembangkan manjadi industry ringan dan industri tekstil.

Daerah-daerah lainnya tetap merupakan sumber bahan mentah untuk menyuplai daerah-
daerah industri tersebut. Perkembangan ekonomi dan industri Jepang nampak seolah-olah
perluasan daerah itu mutlak perlu dan tidak dapat lain. Oleh karena itu rencana
“Kemakmuran Bersama Asia Raya” dianggap sebagai keharusan, dan oleh kalangan militer
diterima dan disambut dengan hangat karena menjanjikan adanya prestise-prestise
kepahlawanan dan pengabdian.

B.     Rumusan Masalah

1. Adapun beberapa hal yang menjadi masalah dari uraian di atas, yaitu;
2. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang
dan Tujuan Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang  ?
3. Bagaimana introduksi Jepang ke Indonesia ?
4. Bagaimana Sistem Persekolahan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang ?
5. Siapa yang menjadi guru Pada Masa Penjajahan Jepang ?

C.    Tujuan Pembahasan / Penulisan

Kita dapat mengetahui latar belakang pendidikan, tujuan pendidikan dan sistem pendidikan di
Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Dan kita dapat mengetahui  bagaimana introduksi
Jepang ke Indonesia. Serta kita dapat mengetahui siapa yang menjadi guru pada masa
penjajahan jepang.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang

Setelah Belanda ditaklukkan oleh Jepang di Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, maka
Belanda angkat kaki dari Indonesia. Semenjak itu mulailah penjajahan Jepang di Indonesia.
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa Jepang bercita-cita besar menjadi
pemimpin Asia Timur Raya. Sejak tahun 1940 Jepang berencana untuk mendirikan
kemakmuran bersama Asia Barat Raya. Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh
dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi
Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China
dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negara ini mulai melakukan ekspansi militer ke
berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama
Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis ini pun menargetkan
Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks
sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di
Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung
kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.130

Pendidikan pada masa Jepang yang disebut “Hakko Ichiu” adalah mengajak bangsa Indonesia
kerja sama dengan Jepang dalam rangka mencapai “Kemakmuran Bersama Asia Raya”. Oleh
karena itu setiap pelajar tiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada kaisar Jepang dam
membentuk Indonesia baru dalam rangka “Kemakmuran Bersama Asia Raya”. Kenyataannya
bangsa Indonesia menjadi miskin dan menderita demi untuk kepentingan perang Jepang.   

Tujuan Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang 

Dengan semboyan “Asia Untuk Bangsa Asia” Jepang mengusai daerah yang berpenduduk
empat ratus juta jiwa yang antara lain menghasilkan 50% produksi karet dan 70%  produksi
timah dunia. Indonesia sebagai sember bahan mentah merupakan sarana yang perlu dibina
sebaik-baiknya untuk kepentingan perang Jepang.

Tujuan pendidikan pada masa penjajahan Jepang tidaklah banyak dapat di kemukakan.
Memenangkan perang adalah tujuan utama. Angkatan bersenjata Jepang memberikan sedikit
perhatian terhadap pendidikan. Namun demikian hasilnya sangat luar biasa untuk Indonesia
di kemudian hari. Dalam hal ini ialah bahasa Indonesia menjadi pengantar resmi, baik di
kantor-kantor maupun di sekolah-sekolah. Bangsa belanda ditawan dan di usir sedangkan
bahasa Belanda sama sekali dilarang. Bahasa Jepang menjadi bahasa kedua. Selama masa
pendudukan ialah bahasa Indonesia berkembang dan dipermodern sehingga menjadi bahasa
pergaulan dan bahasa ilmiah.

Konkretnya tujuan pendidikan pada masa pendidikan Jepang di Indonesia adalah


menyediakan tenaga-tenaga cuma-cuma  (Romusha) dan prajurit-prajurit untuk membatu
peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu pelajar-pelajar di haruskan latihan fisik,
latihan kemiliteran, dan indoktrinasi ketat. Pada akhir masa Jepang terdapat tanda-tanda
tujuan pendidikan menjepangkan anak-anak Indonesia.
2. introduksi pendidikan jepang ke Indonesia

Usaha penanaman Ideologi Hakko Ichiu melalui sekolah-sekolah dimulai dengan


mengadakan pelatihan guru-guru. Guru-guru diberi tugas sebagai penyebar ideologi tersebut.
Pelatihan tersebut dipusatkan di Jakarta. Setiap Kabupaten diwajibkan mengirim wakilnya
untuk mendapat gemblengan langsung dari pimpinan Jepang. Gemblengan ini berlangsung
selama 3 bulan, jangka waktu tersebut dirasa cukup untuk menjepangkan para guru.

Pelajaran-pelajaran yang diberikan antara lain meliputi Sejarah Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia
(Melayu), Adat Istiadat, Bahasa Jepang, Ideologi Jepang dan Kebudayaan Jepang. Tujuan
pendidikan di zaman Jepang lebih terfokus pada pendidikan yang mengarah pada perang
Jepang. Pada masa itu penggunaan bahasa Belanda dilarang untuk dipergunakan. Bahasa
indonesia (Melayu) menjadi bahasa pengantar yang resmi dipergunakan baik di kantor-kantor
maupun di sekolah-sekolah. Bahasa Jepang menjadi bahasa kedua, pada masa ini bahasa
Indonesia mulai berkembang dan dimodernkan sehingga menjadi bahasa pergaulan dan
bahasa ilmiah.

Di zaman pendudukan jepang terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem persekolahan
karena penghapusan sistem penggolongan, baik menurut penggolongan bangsa maupun
menurut status sosial. tujuan dari pendidikan-pendidikan yang diberikan pada masa
pendudukan Jepang :

1) Pengajaran dipergunakan sebagai alat propaganda dan juga untuk kepentingan perang.
Murid-murid sering kali diharuskan kerja bakti, misalnya : membersihkan bengkel, asrama,
membuat bahan-bahan untuk kepentingan pertahanan, dan sebagainya.

2) Untuk melipatgandakan hasil bumi, murid-murid diharuskan membuat pupuk kompos atau
beramai-ramai membasmi hama tikus di sawah. Sebagian waktu belajar digunakan untuk
menanami halaman sekolah dan pinggir-pinggir jalan dengan tanaman jeruk.

3) Pelatihan-pelatihan jasmani berupa pelatihan kemiliteran dan mengisi aktivitas-aktivitas


murid-murid sehari-hari. Agar berjalan lancar, pada tiap-tiap sekolah dibentuk barisan-
barisan murid. Barisan murid-murid SD disebut seinen-tai, sedangkan barisan murid-murid
sekolah lanjutan disebut Gakutotai.
4) Untuk menanamkan semangat Jepang , tiap-tiap hari murid harus mengucapkan sumpah
belajar dalam bahasa Jepang. Mereka harus mengusai bahasa dan nyanyian Jepang. Tiap pagi
diadakan upacara, dengan menyembah bendera Jepang dan menghormati istana Tokyo.

5) Agar bahasa Jepang lebih populer , diadakan ujian bahasa Jepang untuk para guru dan
pegawai-pegawai, yang dibagi atas lima tingkat. Pemilik ijazah ini mendapat tambahan upah.

3. Sistem Persekolahan Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang

Sistem Pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti oleh
bangsa Jepang sesuai dengan sistem pendidikan yang berorientasi kepada perang pasifik.
Tidak mengherankan bahwa segala komponen sistem pendidikannya ditujukan untuk
kepentingan perang. Karakteristik sistem pendidikan Jepang adalah sebagai berikut :

 Dihapuskannya “Dualisme Pendidikan”

Pada masa Belanda terdapat dua jenis pengajaran, yaitu pengajaran kolonial dan pengajaran
Bumi Putra, oleh Jepang sistem seperti itu dihilangkan. Hanya satu jenis sekolah rendah saja
yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat, yaitu: Sekolah Rakyat 6 Tahun atau
“Kokumin Gakko”. Sekolah-sekolah desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi
Sekolah Pertama. Jenjang pengajaran pun menjadi:

 Sekolah Rakyat 6 Tahun (termasuk Sekolah Pertama). Pada masa Jepang hanya ada
satu sekolah dasar “Sekolah Rakyat” terbuka untuk umum dan golongan penduduk.
Lama pendidikan 6 tahun, sekolah ini terdapat disemua kota dan desa atau ditempat
yang dahulunya ada sekolah desa, sekolah klas 1 dan dua atau HIS atau ELS.
 Sekolah Menengah Tinggi 3 Tahun (SMA-nya pada Zaman Jepang), Sekolah
Menengah 3 Tahun, Lama pendidikannya 3 tahun. Baru dalam bulan September
1942,setelah beristirahat kurang lebih 5 bulan, sekolah menengah diperbolehkan
dibuka kembali setelah diadakan persiapan-persiapan seperlunya.
 Sekolah Menengah Tinggi, Mulanya hanya ada 4 untuk seluruh Indonesia : Jakarta,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya. Kemudian tahun 1943 dibuka kembali di Bandung
dan Surakarta. Sekolah ini mempunyai sifat pengajaran umum ditujukan menyiapkan
para pengajar guna melanjutkan pada sekolah tinggi. Yang diterima adalah mereka
yang lulus pada ujian penghabisan Sekolah Menengah Pertama Negeri
 Sekolah kejuruan, Yakni sekolah pertukangan di sekolah teknik Menengah. Pada
zaman Jepang didirikan sekolah pelayaran dan pelayaran tinggi Cirebon
 Sekolah Guru, Untuk mendidik calon guru terdapat 3 sekolah : Sekolah guru 2 tahu
(Syoto Sihan Gakko),sekolah guru 4 tahun (Guto Suhan Gakko) dan sekolah gurur 6
tahun ( Koto Sihan Gakko).
 Perguruan Tinggi, hampir semua PT ditutup, kecuali Sekolah Kedokteran Tinggi (Ika
Dai Gakko) di Jakarta yang dibuka kembali tahun 1943,Sekolah ahli Obat (Yaku
Gakko) di Jakarta dan Sekolah Kedokteran Gigi (Shka Gakko ) di Surabaya.Tahun
1944 dibuka sekolah teknik tinggi (Kagyo Dai Gakko) di Bandung,sekolah tinggi
kedokteran hewan di Bogor pada awal 1945 dibuka Akademi Pemerintahan (Kenkoku
Gakko In) di Jakarta.

Pelajaran-pelajaran yang diberikan meliputi sejarah Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia (Melayu),
Adat Istiadat, Bahasa Jepang, Ideologi Jepang, dan Kebudayaan Jepang.

 Pendidik dilatih agar mempunyai semangat perang

Seorang pendidik sebelum mengajar diwajibkan terlebih dahulu mengikuti didikan dan
latihan (Diklat) dalam rangka penanaman ideologi dan semangat perang, yang
pelaksanaannya diklat ini dipusatkan di Jakarta selama tiga bulan. Para guru yang sudah
mengikuti diklat diwajibkan meneruskan materi kepada teman-temannya. Untuk
menanamkan semangat Jepang tersebut, murid-murid diajarkan bahasa Jepang dan nyanyian-
nyanyian semangat kemiliteran.

 Pendidikan pada masa Jepang sangat memperihatinkan

Kondisi pendidikan bahkan lebih buruk dari pendidikan pada masa jajahan Belanda. Sebagai
gambarannya dapat dilihat dari segi kuantitatif misalnya jumlah Sekolah Dasar dari 21.500
menurun menjadi 13.500 buah, Sekolah Lanjutan dari 850 buah menjadi 20 buah, Perguruan
tinggi terdiri dari 4 buah, sama sekali tidak dapat melakukan kegiatannya. Proses
Pembelajaran diganti kegiatan yang tak ada kaitannya dengan pendidikan

Proses pembelajaran di sekolah diganti dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan


di sekolah antara lain :

 Mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang

 Membersihkan bengkel-bengkel, asrama militer


 Menanam ubi-ubian, sayur-sayuran di Pekarangan Sekolah untuk persediaan makanan

 Menanam pohon jarak untuk pelumas.

 Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

Pemakaian bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa resmi maupun bahasa pengantar pada tiap-
tiap jenis sekolah, telah dilaksanakan. Tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan juga sebagai
alat untuk memperkenalkan budaya jepang kepada rakyat Indonesia.131. Serta murid-murid
dibebankan kewajiban dan keharusan sebagai berikut :

a)      Setiap pagi harus menyanyikan lagu kebangsaan Jepang.

b)      Setiap pagi harus mengibarkan bendera Jepang (Hinomaru) dan menghormat kepada
kaisar Jepang (Tenno Heiko).l

c)      Setiap pagi harus bersumpah setia kepada cita-cita Indonesia dalam rangka “Asia Raya”
(Dai Toa).

d)     Setiap pagi harus senam (Taiso) untuk memelihara semangat Jepang.

e)      Melalukan latihan-latihan fisik dan militer.

f)       Pelajar-pelajar pada waktu yang ditentukan melakukan kerja bakti (Kinrohosyi)


membersihkan asrama militer, jalan-jalan raya, menanam pohon jarak, mengumpulkan
bahan-bahan untuk keperluan militer, dan lain sebagainya.

g)      Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar dan bahasa Jepang


merupakan bahasa wajib. Bahasa daerah diberikan di sekolah-sekolah dasar di kelas 1 dan
kelas 2.

Di samping itu, murid setiap pagi wajib mengucapkan sumpah setia kepada kaisar Jepang,
lalu di latih kemiliteran.

Sikap Jepang Terhadap Pendidikan Islam

Pemerintahan Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam, yang


merupakan siasat untuk kepentingan Perang Dunia II. Untuk mendekati umat Islam, mereka
menempuh beberapa kebijaksanaan, di antaranya ialah:
a)      Kantor Urusan Agama, yang pada zaman Belanda disebut Kantoor Voor Islamistische
Zaken yang dipimpin oleh orang-orang orientalis Belanda, diubah oleh Jepang
menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri, yaitu K.H.Hasyim Asyari
dari Jombang, dan di daerah-daerah juga dibentuk Sumuka.

b)      Pondok Pesantren yang besar-besar seringkali mendapat kunjungan dan bantuan dari
pembesar-pembesar Jepang.

c)      Sekolah Negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan jaran agama.

d)     Pemerintah Jepang mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah untuk memberikan


pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam, barisan tersebut dipimpin oleh K.H.Zainal
Arifin.

e)      Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang


dipimpin oleh K.H.Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.

f)       Para ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis diizinkan


membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Tokoh-tokoh santri dan pemula Islam ikut
dalam pelatihan kader militer tersebut, antara Sudirman, abd.Khaliq Hasyim, Iskandar
Sulaiman dan lain-lain. Tentara Pembela Tanah Air inilah yang menjadi inti dari TNI
sekarang.

g)      Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.

Di samping itu, pada permulaan pendudukan Jepang tampaknya keadaan umat Islam sudah
kuat. Karena itu, wajarlah bila pasukan pendidikan Jepang berusaha mempergunakan agama
untuk mencapai tujuan perangnya.

Jepang memandang agama Islam sebagai salah satu sarana yang terpenting untuk menyusupi
lubuk rohaniah terdalam dari kehidupan masyarakat Indonesia dan untuk meresapkan
pengaruh pikiran serta cita-cita mereka pada bagian masyarakat yang paling bawah. Dalam
konteks ini, paling tidak, ada beberapa hal yang perlu disebutkan, di antaranya:
dibentuknya Masyumi dan pembentukan Hizbullah.

4. Siapa yang menjadi guru pada masa penjajahan jepang


Kebanyakan para pendidik kompeten yang berasal dari Belanda berhenti mengajar karena
harus masuk kamp interniran, dan hanya tersisa pendidik dari Indonesia dan Jepang. Karena
kekurangan pendidik bidang eksakta, mahasiswa tingkat terakhir perguruan tinggi masa
kolonial turut membantu mengajar eksakta atau ilmu pasti di sekolah-sekolah.

Biasanya, pendidik dari Jepang akan memberikan pelajaran bahasa Jepang dan olahraga.
Mereka tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara para siswa belum fasih berbahasa Jepang.
Masalah ini pun membuat siswa tidak terbiasa dan kerap kesulitan memahami materi
pelajaran.

Kualitas pendidik Indonesia memang masih jauh bila dibandingkan dengan pendidik
Belanda. Tetapi, secara personal mereka mampu menjalin hubungan dekat dan kuat dengan
para siswa. Terciptanya hubungan erat ini belum pernah dirasakan di sekolah zaman Belanda.

Pelatihan guru-guru:

Usaha penanaman Ideologi Hakko Ichiu melalui sekolah-sekolah  dimulai dengan


mengadakan pelatihan guru-guru. Guru-guru diberi tugas sebagai penyebar ideologi tersebut.
Pelatihan tersebut dipusatkan di Jakarta. Setiap kabupaten diwajibkan mengirim wakilnya
untuk mendapat gemblengan langsung dari pimpinan Jepang. Gemblengan ini berlangsung
selama 3 bulan , jangka waktu tersebut dirasa cukup untuk menjepangkan para guru.

Saat Sekutu menjatuhkan bom di Kota Hiroshima dan Nagasaki, pemerintahan Jepang pun
lumpuh dan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Jepang menyatakan kekalahannya pada
Agustus 1945. Setelah itu, sistem pendidikan zaman Jepang di Indonesia pun berakhir dan
para siswa kembali menghadapi dunia sekolah baru.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan pada masa Jepang yang disebut “Hakko Ichiu” adalah mengajak bangsa Indonesia
kerja sama dengan Jepang dalam rangka mencapai “Kemakmuran Bersama Asia Raya”. Oleh
karena itu setiap pelajar tiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada kaisat Jepang dam
membentuk Indonesia baru dalam rangka “Kemakmuran Bersama Asia Raya”. Kenyataannya
bangsa Indonesia menjadi miskin dan menderita demi untuk kepentingan perang Jepang.  

Tujuan pendidikan pada masa pendidikan Jepang di Indonesia adalah menyediakan tenaga-
tenaga cuma-cuma  (Romusha) dan prajurit-prajurit untuk membatu peperangan bagi
kepentingan Jepang. Oleh karena itu pelajar-pelajar di haruskan latihan fisik, latihan
kemiliteran, dan indoktrinasi ketat. Pada akhir masa Jepang terdapat tanda-tanda tujuan
pendidikan menjepangkan anak-anak Indonesia.

Dengan disederhanakan sistem pendidikan dan persekolahan di masa pendudukan Jepang


maka kesempatan belajar terbuka lebar lagi bagi semua golongan semua penduduk d
Indonesia. Jalur-jalur sekolah dan pendidikan menurut penggolongan keturunan bangsa
ataupun status sosial sudah di hapus. Oleh karena itu semua mendapat kesempatan yang
sama.

Meskipun pada masa Jepang keadaan pendidikan di Indonesia mengalami penurunan, tetapi
juga dad manfaat yang diperoleh Indonesia akibat tindakan Jepang dalam bidang pendidikan.
Manfaat yang dimaksud antara lain :

1.      Bahasa Indonesia memperoleh perkembangan

2.      Kesempatan memperoleh pendidikan lebih meluas kepada seluruh lapisan masyarakat,


tanpa membedakan turunan dan bangsa

3.      Murid-murid terbiasa disiplin

4.      Perasaan kebangsaan berkembang pesat

Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sederhana, jadi kami sebagai penulis, memohon saran dari
para kawan-kawan untuk menyempurnakan Makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ary , Gunawan, kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,1986.

Djumhur, Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung.

Djumhur,Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung, 1979, hal.195.

Burhanuddin, Afid, Pendidikan Indonesia masa Jepang , 2011.

Somarsono Moestoko. 1986. Sejarah Pendidikan dari Zaman Kezaman. Jakarta : Balai
Pustaka.

Leo Agung & T. Suparman. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Makmur,Djohan dkk.1993.Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan.Jakarta :


Proyek Invetarinsasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
HandOut Pertemuan 4.Sejarah Pendidikan.eleraning2.unp.ac.id

Anda mungkin juga menyukai