FILSAFAT UMUM
Dosen Pengampu
Dr. H. FIRDAUS THAHAR, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 7
i
KATA PENGANTAR
2
menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika
tepat pada waktunya.
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga
kelompok saya dapat
menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika
tepat pada waktunya.
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan
3
hidayahNya sehingga
kelompok saya dapat
menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika
tepat pada waktunya.
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita Rasulullah Muhammad
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi.Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Kesimpulan ……………………………...................……………………………………….
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa Jepang bercita-cita besar, menjadi
pemimpin Asia Timur Raya. Hal ini sudah direncanakan Jepangsejak tahun 1940 untuk
mendirikan kemakmuran bersama Asia Raya. Menurutrencana tersebut Jepang menginginkan
menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah Mansyuria, daratan
Cina, kepulauan Filipina,Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo Cina dan Rusia. Perkembangan
ekonomi danindustri Jepang memberi gambaran bahwa tampaknya perluasan daerah itu
mutlakdiperlukan. Oleh karena itu rencana kemakmuran bersama Asia Raya dianggapsebagai
suatu keharusan, dan oleh kalangan militer diterima dan disambut denganhangat karena
menjanjikan adanya prestise kepahlawanan dan dedikasi.
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa Jepang bercita-cita besar, menjadi
pemimpin Asia Timur Raya. Hal ini sudah direncanakan Jepangsejak tahun 1940 untuk
mendirikan kemakmuran bersama Asia Raya. Menurutrencana tersebut Jepang menginginkan
menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah Mansyuria, daratan
Cina, kepulauan Filipina,Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo Cina dan Rusia. Perkembangan
ekonomi danindustri Jepang memberi gambaran bahwa tampaknya perluasan daerah itu
mutlakdiperlukan. Oleh karena itu rencana kemakmuran bersama Asia Raya dianggapsebagai
suatu keharusan, dan oleh kalangan militer diterima dan disambut denganhangat karena
menjanjikan adanya prestise kepahlawanan dan dedikasi.
Sikap penjajah jepang terhadap pendidikan islam di Indonesia lebih lebihlunak sehingga
ruang gerak pendidikan islam lebih bebas dari pada waktu penjajahan kolonial belanda.
Terlebih lebih pada masa permulaan, pemerintah jepang menampakan diri seakan akan
6
membela kepentingan islam. Untukmendekati umat islam, mereka menempuh beberapa
kebijakan.
Mengenai pendidikan zaman jepang disebut Hakko Ichiu, yakni mengajak bangsa
Indonesia bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama AsiaRaya. Oleh karena
itu pelajar setiap hari terutama pada pagi hari harusmengucapkan sumpah setia kepada kaisar
Jepang, lalu dilatih kemiliteran. Sistem persekolahan di zaman pendudukan Jepang banyak
perbedaannya dibandingkandengan penjajahan Belanda. Sekolah-sekolah yang ada pada
zaman Belandadiganti dengan sistem Jepang. Segala daya upaya ditujukan untuk kepentingan
perang. Murid-murid hanya mendapat pengetahuan yang sedikit sekali, hampirsepanjang hari
hanya diisi dengan kegiatan latihan atau bekerja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Politik Jepang dalam menarik simpati bangsa Indonesia ?
2. Apa sistem pendidikan yang diterapkan Jepang diIndonesia ?
3. Apa peran Jepang dalam pendidikan diIndonesia ?
4. Bagaimana modernisasi pendidikan Islam ?
C. TUJUAN MASALAH
Tujuan pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang
adalah Pendidikan menjadi alat Jepang untuk mempropagandakan tujuan pendudukan
mereka di Indonesia. Dari penelitian ini diketahui bahwa pendidikan sekolah di
Yogyakarta digunakan untuk membantu memenuhi prioritas kebutuhan Jepang saat itu,
yakni pertama mempertahankan pemerintahan militer Jepang untuk menciptakan Asia
Raya.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Usaha Jepang menarik simpati dalam bidang ekonomi yaitu Jepangmemberi komisi yang
baik kepada pedagang-pedagang pribumi yang bersediamenjual barang-barang Jepang. Cara
lain untuk menarik simpati adalah lewat pendidikan,pelajar-pelajar Indonesia diundang untuk
belajar di Jepang denganmendapat beasiswa. Jepang juga berusaha menarik simpati umat
Islam Indonesia,orang islam Jepang dikirim ke Mekkah menunaikan ibadah haji, di
Tokyodidirikan masjid, dan kemudian suatu konferensi agama islam diselenggarakan
diTokyo.
8
Intinya, misi Nipponisasitersebut dianggap akan tertanam lebih mudah pada rakyat kecil bila
mereka sudahterebut hatinya dengan perlakuan istimewa Jepang terhadap mayoritas rakyat
yang beragama Islam. Efek samping yang tidak disadari oleh Jepang karena
kebijakantersebut adalah perkembangan lembaga pendidikan ke-Islam-an non formalseperti
pesantren dan yang formal seperti madrasah, menjadi begitu pesat.
Propaganda tersebut juga dilakukan melalui radio dan dunia hiburanseperti film layar
lebar, drama, wayang kulit, tari-tarian dan nyanyian. Selain itu, Jepang juga membentuk
panitia penyempurnaan bahasa Indonesia, yang manaimbasnya sangatlah menguntungkan
bagi perkembangan bahasa Indonesia.
Selain itu, mereka juga disuruh untuk bergotong royong mengumpulkan batu, kerikil, dan
pasir untuk kepentingan pertahanan. Para pelajar juga dibekalidengan berbagai macam
ketangkasan dalam perang untuk mempertahankan diri.Ditambahkan pula dengan kewajiban
untuk senam pagi untuk menguatkan fisik pelajar dalam membantu Jepang. Indoktrinasi
dilakukan melalui lagu senam yang berbahasa Jepang, menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
sebelum masuk kelas,melakukan penghormatan kepada Kaisar Jepang, mengucapkan sumpah
setiakepada cita-cita Indonesia dalam rangka mewujudkan Asia Raya, dan seterusnya.
9
manajerialadministratif saja, tetapi dampak penghapusan diskriminasi dan
diferensiasitersebut begitu besar bagi dunia pendidikan pada masa itu.
Kebijakan di bidang pendidikan yang dikeluarkan oleh Jepang memang banyak yang
terlihat seolah-olah ingin meningkatkan mutu pendidikan diIndonesia (mulai dari
pemberlakuan sekolah gratis, pemberian tambahan insentifguru, hingga penyederhanaan
sistem persekolahan), tetapi pada kenyataannyakebijakan tersebut sarat dengan muatan politis
yang membawa misi Nipponisasidan pemberdayaan bangsa Indonesia untuk perburuhan dan
mobilisasi militer.
Dengan Semboyan “Asia untuk Bangsa Asia” Jepang menguasai daerah yang
berpenduduk empat ratus juta jiwa yang antara lain menghasilkan 50% produksi karet dan
70% produksi timah dunia. Indonesia sebagai sumber bahan mentah merupakan sarana yang
perlu dibina sebaik-baiknya untuk kepentingan perang Jepang. Tentu saja tujuan utama
jepang dalam mengaplikasikan pola pendidikannya di Indonesia adalah untuk menarik
simpati pri-bumi agar maumembantu dan membela serta memenangkan Jepang dalam
perannya di PerangDunia. Hal ini terlihat dari perubahan yang terjadi pada pola pendidikan
diIndonesia yang diawali dengan penghapusan penggunaan bahasa belanda disekolah dan
peggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Juga penerapan bahasa jepang dan
Indonesia dalam pengantar bahasa oleh guru. Tentusaja,dengan dijadikannya bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi menjadikanmasyarakat pri-bumi lebih memihak pada jepang
yang telah mengambalikan danmemberi hak mereka untuk mempelajari bahasa asli mereka.
Ini adalah cara politik jepang dalam merik simpati pri-bumi. Agar pri-bumi mau membela
jepangdalam peperangan dan memperkuat kekuatan militer jepang. Karena, denganmemberi
sedikit hadiah kepada pri-bumi. Jepang dapat memperoleh kebaktianmereka dan pembelaan
mereka untuk melawan kekuatan barat.
10
Konkritnya tujuan pendidikan pada masa pendidikan Jepang di Indonesiaadalah
menyediakan tenaga-tenaga cuma-cuma (Romusha) dan prajurit-prajuritumtuk membantu
peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu pelajar- pelajar diharuskan latihan fisik,
latihan kemiliteran, dan indoktrinasi ketat. Padakhir masa Jepang terdapat tanda-tanda tujuan
pendidikan menjepangkan anak-anak Indonesia.
Selain itu, jepang memiliki konsep pendidikan yang luas dan merakyat.Terlihat dari
dihapunya sistem pengkastaan dalam pendidikan. Yakni, dimanahanya keluarga ningrat yang
berhak mendapat pendidikan. Pengkastaan ini berlaku pada masa Belanda. Tapi, meskipun
begitu, dalam kelompok sosial masyarakat tetap ada pembedaan yang mendasar pada tingkat
sosial masyarakatdalam pendidikan. Yakni:
4) Pendidikan Tinggi
Setelah pengasaan jepang, semua sekolah yang berbasis Belanda ditutup.Akibatnya,
para guru terpaksa mengartiakn segala sumber buku catatan Belandakedalam bahasa
jepang dan Indonesia. Lalu, perubahan sekolah akademis menjadisekolah sekolah
vikasi. Dan pelarangan untuk membangan sekolah swasta yangmengakibatkan
ditutupnya Taman Guru dan Taman Madya.
- Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yangdipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islamsendiri, yakni K.H. Hasyim
Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk SumukaPondok pesantren sering mendapat
kunjungan dan bantuan pemerintahJepang
11
- Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihandasar seni
kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin
- Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H.
Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta
- Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisanPembela Tanah Air
(PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI dizaman kemerdekaan
- Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun
kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis SyuroMuslimin Indonesia
(Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam,Muhammadiyah dan NU.
Hakku Ichiu adalah sistem pendidikan Jepang , yakni mengajak wargaIndonesia untuk
bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama AsiaRaya. Oleh karena itu bagi
setiap pelajar, setiap hari terutama pada pagi hari,harus mengucapkan sumpah setia kepada
Kaisar Jepang, lalu dilatih kemiliteran.Penghapusan dualisme pengajaran dilakukan jepang
untuk melakukan perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia.
Setelah kegagalan sistem triple movement, jepang merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai
perwakilan dari pribumi dalam mengatur pendidikan diIndonesia. Yaitu, dengan
mengakomodasikan kurikulum local dalam pendidikanyang juga di akulturasi dengan
kurikulum jepang. Meskipun, menjelang akhirmasa pendudukannya, jepang berindikasi untuk
menerapkan sistem Nipponizekembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator
Jepang) untukmenanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi
Indonesia Raya.
12
2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang,Tenno
Heika setiap pagi
3) Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setiakepada cita-cita
Asia Raya
4) Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang
5) Melakukan latihan-latihan fisik dan militer
6) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan.Bahasa Jepang
menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Salah satu doktrin khusus Jepang dalam bidang pendidikan di Jawa dirumuskan bagi para
pelajar dalam rangka memenuhi obsesi pembentukan Asia Timur Raya,yang menurut
Kurasawa, adalah sebagai berikut:
Doktrin tersebut dianggap penting agar para pelajar Jawa mengikuti pola pendidikan
Jepang, yang menurut Kurasawa bahwa under Japanese rule however, with the belief that it
was necessary to give Indonesians the “neweducational system based on imperial ideology,”
the Japanese system andideology was introduced in a form as close as possible to the
original , di bawah kekuasaan Jepang, bagaimana pun, dengan keyakinan bahwa itu
perluuntuk memberikan bangsa Indonesia sistem pendidikan baru berdasarkan padaideologi
imperial. Sistem dan ideologi Jepang diperkenalkan dalam bentuksedekat mungkin dengan
aslinya. Oleh karenanya semua sekolah buatan Belandadan berbahasa Belanda ditutup dan
diorganisasikan ke dalam gaya Jepang dengan berdasarkan pada pola 6 tahun sekolah dasar.
Di atas itu, 3 tahun sekolahmenengah pertama dan 3 tahun sekolah menengah tinggi.
Pelaksanaan kurikulum ini berlaku hanya tiga tahun sesuai denganlamanya pendudukan
Jepang di bekas wilayah pemerintahan Hindia-Belanda,yaitu mulai tahun 1942 sampai
dengan tahun 1945. Namun demikian, pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 sampai
dengan Dekrit Presiden 1959, kurikulumtersebut masih digunakan dengan beberapa
perubahan yang dianggap perlusampai dengan keluarnya ketentuan yang mengatur
pendidikan dengan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
c. Lembaga Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri jika sistem pendidikan Jepang masih banyakdigunakan dalam
sistem pendidikan nasional saat ini. Yaitu, pengelompokan usiadan tingkatan belajar yang
13
ada pada sistem pendidikan saat ini merupakan hasiltinggalan dari sistem peninggalan jepang
yang hanya menjajah Indonesia selamakurang lebih 3.5 tahun lamanya. Diantaranya yaitu:
1) Pendidikan Dasar ( Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat) yang saat ini lebihdikenal
dengan Sekolah dasar yang lamanya jenjang pendidikan ini adalah6 tahun. Sesuai
dengan yang di terapkan sejak masa pendudukan jepang.
2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah MenengahPertama)
dengan lama pendidikan selama 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Tinggi/ Atas ) yang juga di tempuh dalam waktu 3tahun.
3) Pendidikan Kejuruan. Yaitu sekolah setingkat SMA yang memfokuskan pada
kemampuan kerja siswa. Bukan pada hal akademik tapi dalam hal praktek. Seperti
dalam bidang-bindang pekerjaan pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan
pertanian. Sekolah ini ditujukan untuk pelajaryang ingin langsung bekerja tanpa
melalui jenjang perguruan tinggi.
4) Perguruan Tinggi. Yakni, tingkatan tertinggi dalam jenjang pencarianilmu.
Program ini masih berlaku hingga saat ini. Selain menjajah dengan keji danmemperalat
rakyat Indonesia. Jepang juga memberi berbagai hal yang bermanfaatdan dapat dipelajari
bangsa Indonesia dalam pertumbuhannya menjadi suatu Negara yang besar. Peran jepang
dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.
14
- Sekolah rendah Eropa, yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunanEropa.
- Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS ( Hollands chinese school ), suatu sekolah rendah
untuk anak-anak keturunan timur asing.
- Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitusekolah rendah
untuk golongan penduduk Indonesia asli.
15
Setelah Jepang berhasil menguasai Indonesia, maka sistem pendidikan belanda di
Indonesia dihapuskan dan diganti dengan sistem baru yang merupakanhasil perpaduan dari
sistem jepang dan kurikulum lokal yang semula hanyaditerapkan pada masyarakat jelata saja.
Meski Jepang dikenal dengankekejamannya saat menjajah Indonesia. Namun, kebijakan-
kebijakan yangdiberikan terhadap Islam di Indonesia memberi lebih banyak ruang gerak
dalam pendidikan islam.
Sekolah yang didirikan zaman belanda di buka lagi, juga sekolah-sekolahswasta seperti
sekolah Agama Islam (madrasan atau pesantren) , taman siswa,sekolah muhammadiyah,
termasuk sekolah-sekolah yang di asuh oleh badan- badan misi atau zending kristen, tetapi
harus di selenggarakan langsung oleh pemerintah jepang, selain itu jepang juga memberi
kesempatan bagi golongancina untuk membuka sekolah lagi sebagaimana zaman belanda
tetapi harus di bawah pengawasan jepang.
Guru-guru yang dilatih dan diindoktrinasi dimulai bulan juni 1942 di jakarta, mata
pelajaran meliputi pendidikan semanngat, bahasa, adat istiadat, lagu-lagu jepang, olah raga
pendidikan tentang dasar-dasar pertahanan, dan sebagainya,apabila telah selesai pulangan
kedaerahnya masing-masing untu melatih guru-guru yang lain, sehingga menjadi alat
propaganda jepang. Kedudukan golongan pendidik pada masa jepang mendapat tempat yang
baik dalam lingkunganmasyarakat.
16
pertama dalam hal ini adalah organisasi-organisasi modernislam seperti Jamiat Khair, Al-
irsyad, muhammadiyah dan lain-lain, pada awal perkembangan adopsi gagasan modern
pendidikan islam ini setidaknya terdapatdua kecendrungan pokok eksperimentasi organisasi-
organisasi islam di atas pertama adalah adopsi sistem dan lembaga pendidikan modern
hampir secaramenyeluruh, titik tolak modernisasi pendidikan islam disini adalah sistema
dankelembagaan pendidikan modern, bukan sistem dan lembaga pendidikantradisional.
Apakah surau atau pesantren sebagai basisinya, pada piahak lain terdapateksperimen yang
bertitik tolak justru dari sistem dan kelembagaan islam itusendiri, sistem pendidikan
madrasah atau surau pondok pesantren yang memangsecara tradisional merupakan
kelembagaan pendidikan Islam ( indigenous), dimodernisasi misalnya dengan mengadopsi
aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan modern khusunya dalam kandungan kuriulum,
teknik dan metode pengajaran, eksperimen ini pertama kali di lakukan pesantren Manba’ul
ulum, serakarta pada tahun 1906 pesantren ini meiliki basis pada pendidikan dan pengajaran
ilmu-ilmu tradisisonal islam, seperti Al-qur’an, Hadits, Fiqh, Bahasa Arab, dan lain-lain juga
terdapat mata pelajaran Mantiq, Al-jabar, dan Ilmu Falak, selain itu pesantren Manba’ul
Ulum juga memasukkan beberapa mata pelajaran modern kedalam kurikulumnya seperti
membaca (huruf latin) dan berhitung.
Eksperimen ini lebih terkenal dilakukan H..Abdul Karim Amrullah yang pada tahun 1916
menjadi surau jembatan besi lembaga pendidikan tradisionalIslam Minang kabau sebagai
basis untuk pengembangan madrasah modern yangkemudian lebih di kenal sebagai Sumatra
Thawalib, berbarengan dengan ituZainuddin labay el yunasi mengembangkan madrasah
diniyah, yang pada awal perkembangannya merupakan madrasah sore untuk memberikan
pelajaran Agama pada murid-murid sekolah, kemudian di susul pada tahun 1926 di pulau
jawamembentuk pondok pesantren modern gontor ponorogo, perlunya modernisasisistem dan
kelambagaan pendidikan Islam indigenous hal ini memiliki maknafilosofis yang mendalam
bahwa pesantren lebih berakar kuat dan mendalam olehsebab itu lebih acceptable bagi
banyak kaum muslimin
17
Kedua bentuk eksperimen ini pada dasarnya terus berlanjut hingga dewasaini, dengan ini
kita melihat dua arus utama : pertama. Sistem dan kelembagaan pendidikan islam , yang
merupakan pendidikan umum dengan penekananseadanya pada aspek-aspek pengajaran
islam. Termasuk dalam kategori ini dalahmadrasah pasca-UUSPN 1989, yang secara eksplisit
menyatakan bahwamadrasah-madrasah adalah sekolah umum yang berciri keagamaan.
Kedua, sistemdan kelembagaan pesantren yang dalam banyak hal telah di modernisasi dan
disesuaikan dengan tuntutan pembangunan, modrnisai pembangunan menemukanmomennya
akhir taun 1970an.
Seni bela diri dan perang dimiliki oleh pemuda-pemuda, khususnya untuk pelajar
Indonesia ternyata berguna didalam perang kemerdekaan Indonesia yangterjadi dikemudian
hari. Perasaan rindu kepada kebudayaan dan kemerdekaannasional berkembang dan
bergejolak secara luar biasa.
Karena dalam suasana perang serba kekurangan kreativitas para guru berkembang
misalnya apabila tidak memperoleh buku dari kantor pengajaran( Bunkyo Kyoku ) maka
mereka menerjemahkan langsung buku-buku bahasa asing.Alat-alat perang yang diciptakan
dari bahan-bahan yang ada dalam lingkungansekitarnya. Diskriminasi menurut golongan
penduduk, keturunan dan agamaditiadakan sehingga semua lapisan masayarakat mendapat
kesempatan yang samadalam bidang pendidikan.
Disini beberapa tujauan pendidikan islam ketika zaman penjajahan antara lain:
- Azaz tujuan muhamadiyah: mewujudkan masyarakat islam yang sebenarnya dan azaz
perjuangan dakwah islamiyyah dan amar ma’ruf nahi Munkar.
- INS (Indonesische Nadelanshe School) dipelopori oleh Muhammad syafi’i 1899-
1969) bertuan memdidik anak untuk berpikir rasional, mendidikanakagar bekerja
sungguh-sungguh, membentuk manusia yang berwatakdanmenanam persatuan
- Tujuan Nahdlatul Ulama’, sebelum menjadi partai politik memgang teguhmahzab
empat, disamping mejadi kemaslahatan umat islam itu sendiri.Jepang membentuk
badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo, Peta, Keibodan, Seinan dan lain
sebagainya. Sehingga penderitaan rakyat lahirdan batin makin tak tertahankan lagi,
maka timbullah pemberontakan pemberontakan baik dari golongan peta di Blitar jawa
timur dan lain-lain,maupun oposisi dari para alim ulama, banyak Kyai yang ditangkap
dandipenjarakan oleh Jepang. Dunia pendidikan secara umum terbengkalai,karena
18
murid-murid sekolahsetiap harinya disuruh gerak badan, baris berbaris, bekerja bakti
(Romusha) bernyanyi dan lain sebagainya.Yang masih agak beruntung adalah
madrasah - madrasah yang beradadilingkungan pondok pesantren yang bebas dari
pengawasan langsung pemerintah Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih
dapat berjalan dengan agak wajar.
a) Pada tahun 1882 M pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang
bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut
“Priesterraden.” Atas nasihat dari badan inilah maka pada tahun 1905 M pemerintah
Belanda mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan
pengajaran (baca: pengajian) harus minta izin terlebih dahulu.
b) Kemudian pada tahun 1925 M pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang
lebih ketat lagi terhadap pendidikan Islam, yaitu bahwa tidak semua orang (kyai)
boleh memberikan pengajaran. Peraturan ini diberlakukan karena adanya gerakan
organisasi pendidikan yang sudah tampak tumbuh, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama, Partai Syarikat Islam (PSI), Al-Irsyad, dan lain-lain.
c) Pada tahun 1932 M keluar pula peraturan yang memberantas dan menutup madrasah
dan sekolah yang tidak diberikan izin untuk memberikan pengajaran atau memberikan
pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut Ordonansi
Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie). Peraturan ini dikeluarkan setelah munculnya
gerakan Nasionalisme-Islamisme pada tahun 1928 M, yaitu berupa Sumpah Pemuda.
Jika dicermati peraturan-peraturan pemerintah Belanda yang demikian ketat dan keras
mengenai pengawasan, tekanan dan pemberantasan aktivitas madrasah dan pondok pesantren
di Indonesia, maka seolah-olah dalam waktu yang tidak lama pendidikan Islam di Indonesia
akan menjadi lumpuh dan porak poranda. Akan tetapi, apa yang disaksikan sejarah adalah
kenyataan sebaliknya. Jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik. Para ulama dan kyai bersikap
non cooperative dengan Belanda dan mereka pun menyingkir dari tempat yang dekat dengan
Belanda.
Pada masa kolonial Belanda pendidikan Islam di sebut juga dengan bumiputera, karena
yang memasuki pendidikan Islam seluruhnya orang pribumi Indonesia. Pendidikan Islam
pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu:
1) Sistem pendidikan peralihan Hindu Islam; Sistem ini merupakan sistem pendidikan
yang masih menggabungkan antara sistem pendidikan Hindu dengan Islam. Sistem ini
dilaksanakan dengan cara, guru mendatangi murid-muridnya. yang menjadi murid-
muridnya adalah anak-anak para bangsawan dan kalangan keraton. Sebaliknya, sistem
pertapa, para murid mendatangi guru ke tempat pertapaanya. adapun murid-muridnya
tidak lagi terbatas pada golongan bangsawan dan kalangan keraton, tetapi juga
termasuk rakyat jelata.
2) Sistem pendidikan surau (langgar) Sistem pendikan di surau tidak mengenal jenjang
atau tingkatan kelas, murid dibedakan sesuai dengan tingkatan keilmuanya, proses
belajarnya tidak kaku sama muridnya (Urang Siak) diberikan kebebasan untuk
19
memilih belajar pada kelompok mana yang ia kehendaki. Dalam proses pembelajaran
murid tidak memakai meja ataupun papan tulis, yang ada hanya kitab kuning
merupakan sumber utamnya dalam pembelajaran. Metode utama dalam proses
pembalajaran di surau dengan memakai metode ceramah, membaca dan menghafal.
Materi pembelajaran yang diberikan Syeikh kepada urang siak dilaksanakan sambil
duduk di lantai dalam bentuk setengah lingkaran. Syeikh membacakan materi
pembelajaran, sementara murid menyimaknya dengan mencatat beberapa catatan
penting di sisi kitab yang dibahasnya atau dengan menggunakan buku khusus yang
telah disiapkan oleh murid. Sistem seperti ini terkenal dengan istilah halaqoh.
3) Sistem Pendidikan Pesantren Metode yang digunakan adalah metode sorogan, atau
layanan individual yaitu bentuk belajar mengajar dimana Kiyai hanya menghadapi
seorang santri yang masih dalam tingkatan dasar atau sekelompok kecil santri yang
masih dalam tingkatan dasar. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah
kitab di hadapan kiyai, kemudian kiyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu,
lalu santri mengulangi bacaan sampai santri benar-benar membaca dengan baik. Bagi
santri yang telah menguasai materi lama, maka ia boleh menguasai meteri baru lagi.
Metode wetonan dan bandongan, atau layanan kolektif ialah metode mengajar dengan
sistem ceramah. Dalam metode ini kyai biasanya membacakan, menerjemahkan, lalu
menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit dari suatu kitab dan para santri menyimak
bacaan kyai sambil membuat catatan penjelasan di penggir kitabnya. Metode
Musyawarah Adalah belajar dalam bentuk seminar (diskusi) untuk membahas setiap
masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran-pelajaran santri ditingkat
tinggi. Metode ini menekankan keaktifan pada pihak santri, yaitu santri harus aktif
mempelajari dan mengkaji sendiri buku yang telah ditentukan kiyainya. Kiyai harus
menyerahkan dan memberi bimbingan seperlunya.
Kurikulum Pesantren Menurut Karel A Steenbrink (1984:39) semenjak akhir abad ke-19
pengamatan terhadap kurikulum pesantren sudah dilakukan misalnya oleh LWC Van Den
Berg (1886) seorang pakar pendidikan dari Belanda. Berdasarkan wawancaranya dengan para
kiyai, dia mengkomplikasi kitab kuning meliputi kitab-kitab fikih, baik fikih secara umum
maupun fikih ibadah, tata bahasa Arab, ushuludin, tasawuf dan tafsir. Dari hasil penelitian
Van De Berg tersebut, Karel A. Steenbrink menyimpulkan antara lain kitab-kitab yang
dipakai di pesantren hampir semuanya berasal dari zaman pertengahan dunia Islam. Pada
umumnya pendidikan di pesantren mengutamakan pelajaran fikih. Namun sekalipun
mengutamakan pelajaran fikih mata pelajaran lainya tidak diabaikan sama sekali. Dalam hal
ini mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu alat, pembinaan iman, dan akhlak sangat
diperlukan. Pengajaran bahasa Arab adalah ilmu bantu untuk pemahaman kitab-kitab agama.
Pengajaran bahasa Arab tersebut terdiri dari beberapa cabang dan tingkatan sebagai dasar
bagi santri untuk melakukan pengajian kitab dengan begitu, santri harus memiliki
pengetahuan bahasa Arab terlebih dahulu sebelum pengajian kitab yang sebenarnya
dilaksanakan. Pengajian kitab yang dimaksudkan itu adalah pengajian fikih dari tingkat dasar
sampai tingkat tinggi. Kitab-kitab fikih tersebut ditulis dalam bahasa Arab.
20
Tetapi setelah melihat perkembangan lebih lanjut, seperti peningkatan jumlah madrasah
dan sekolah-sekolah swasta sebagai institusi pendidikan di luar sistem persekolahan
pemerintah, kalangan pemerintah semakin hati-hati terhadap sikap netral mereka selama ini.
Masalah Islam yang menjadi sumber kekhawatiran pemerintah tersebut agaknya tidak
terbatas adanya institiusi pendidikannya saja.
Lebih jauh dari itu, mereka memandang kemungkinan pendidikan Islam tersebut
memengaruhi sekolah-sekolah swasta lainnya. Adanya latar belakang tersebut pemerintah
Belanda merubah sikapnya dalam menghadapi kemungkinan buruk yang bakal timbul dari
peningkatan jumlah madrasah dan sekolah-sekolah agama.Sebagai tindakan pencagahan,
dikeluarkan ordonansi tanggal 28 Maret 1932 Lembaran Negara no 136 dan 260 isinya
berupa pembatasan kebebasan mengajar bagi guru-guru sekolah swasta.Sistem ini tidak
memberi keuntungan bagi perkembangan institusi pendidikan Islam. Bahkan dalam ordonansi
yang dikeluarkan tahun 1932, dinyataka n bahwa semua sekolah yang tidak dibangun
pemerintah atau tidak memperoleh subsidi dari pemerintah, diharuskan minta izin terlebih
dahulu, sebelum sekolah itu didirikan. Dengan kebijakan ini pemerintah kolonial Belanda
mendapat reaksi yang luar biasa dari kalangan umat Islam terlebih di Minangkabau. Hal ini
karena umat Islam Minangkabau melihat adanya “sesuatu” yang akan merugikan Agama
Islam jika kebijakan ini dilaksanakan. Atas reaksi yang sedemikian besar, akhirnya
pemerintahan Belanda melalui Gubernur Jendralnya memberi jawaban bahwa ordonansi guru
di Minangkabau belum ada niat kapan untuk dilaksanakan. Lambat laun kebijakan ordonansi
guru tidak jalan dan akhirnya kebijakan ini di batalkan dan hilang dari peredaran. Walaupun
sebelum keputusan ini di buat sesungguhnya Belanda telah berusaha membujuk beberapa
tokoh Islam Minangkabau untuk mendukung pelaksanaan ordonansi ini, namum mereka tidak
berhasil.
Jepang menjajah Indonesia setelah berhasil mengusir pemerintah Hindia Belanda dalam
Perang Dunia II. Meraka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa
semboyan: “Asia Timur Raya untuk Asia.”
1) KUA (Kantor Urusan Agama) yang pada zaman Belanda disebut Voor Islamistische
Saken yang dipimpin oleh orang-orang orientalis Belanda, diubah oleh Jepang
menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri yaitu KH. Hasyim
Asy’ari dari Jombang, Jawa Timur.
2) Pondok-pondok pesantren besar sering mendapat kunjunan dan bantuan dari
pembesar Jepang.
3) Pemerintah Jepang mengizinkan pembentuka barisan Hisbullah untuk memberikan
latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam.
4) Pemerintah Jepang juga mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang
dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir, dan Mohammad Hatta.
21
5) Para ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis diizinkan
membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA).
6) Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majelis Islam
A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.
1) Pada masa awal pendudukan Jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama
dari segi kuantitas. Hal ini dapat dilihat terutama di daerah Sumatra yang terkenal
dengan madrasahnya, yang diilhami oleh majlis ulama tinggi.
2) Pendidikan agama di sekolah Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti. Hal
ini memberi kesempatan pada guru agama Islam untuk mengisinya dengan ajaran
agama, dan di dalam pendidikan agama tersebut juga di masukan ajaran tentang jihad
melawan penjajah
3) Perguruan tinggi Islam Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi
Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan Bung
Hatta. Walaupun Jepang berusaha mendekati umat Islam dengan memberikan
kebebasan dalam beragama dan dalam mengembangkan pendidikan namun para
ulama tidak akan tunduk kepada pemerintahan Jepang, apabila mereka menggangu
akidah umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa Jepang ini perjuangan KH.
Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur Jepang yang
memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang dianggap
keturunan dewa matahari).
Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan dipenjarakan oleh Jepang selama 8 bulan.
Ramayulis juga menyimpulkan bahwa, meskipun dunia pendidikan secara umum
terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-
berbaris, kerja bakti, bernyanyi dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-
madrasah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengwasan
langsung pemerintah pendudukan Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat
berjalan secara wajar.
Ada satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan yang diterapkan Jepang yakni
penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk
kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus
mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan
untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah
menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang
yang diadakan oleh pemerintah Jepang. Dengan demikian sistem pendidikan yang diterapkan
22
Jepang di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan sistem
pendidikan yang diterapkan Belanda yakni pendidikan masa penjajahan Belanda bersifat
lebih liberal namun terbatas untuk kalangan tertentu saja, sementara pada masa Jepang
konsep diskriminasi tidak ada tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari sisi
keilmuan maupun mutu murid dan guru. Kondisi ini tidak terlepas dari target pemerintah
Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan
mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya yang diimpi-
impikan Jepang. Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan
penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari
(Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada Kaisar dengan cara membungkukkan
badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya
diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua rakyat
Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan
Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal
Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal
dengan peristiwa Singaparna.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan pada masa Jepang yang disebut “ Hakko Ichiu” adalahmengajak bangsa
Indonesia kerja sama dengan Jepang dalam rangka mencapai “Kemakmuran Bersama Asia
Raya”. Oleh karena itu setiap pelajar setiap hari harus mengucapkan sumpah kepada kaisar
Jepang dan membentuk Indonesia baru dalam “Kemakmuran bersama Asia Raya”.
B. SARAN
Dalam makalah ini penulis berharap supaya kita dapat mengambil pelajaran penting
mengenai pendidikan pada masa penjajahan jepang, dan mampumenjaga serta melestarikan
kekayaan alam yang mana dahulu bangsa Jepang memonopolinya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo persada, 2005
24