Disusun Oleh:
Husnul Khotimah ( 2022010057 )
Jagad Fadhila Arief ( 2022010011 )
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PENDIDIKAN ISLAM DI MASA
JEPANG”. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad saw yang telah menunjukkan jalan yang benar yakni agama islam.
Dalam penyelesaian makalah kesulitan belajar ini, penulis mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, akan tetapi
harapan penulis dengan bantuan para pembaca akan dapat menuju ke arah yang lebih baik,
karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, ataupun nasihat yang berguna bagi perbaikan
selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para
pembaca pada umunya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa jepang bercita-cita besar,
menjadi pemimpin Asia Timur Raya. Hal ini sudah direncanakan jepang sejak tahun
1940 untuk mendirikan kemakmuran Bersama Asia Raya. Menurut rencana tersebut
jepang menginginkan menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-
daerah Mansyuria, daratan Cina, kepulauan Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand,
Indo Cina dan Rusia. Perkembangan ekonomi dan industry jepang memberi gambaran
bahwa tampaknya perluasan daerah itu mutlak diperlukan. Oleh karena itu rencana
kemakmuran Bersama Asia Raya dianggap sebagai suatu keharusan, dan oleh
kalangan militer diterima dan disambut dengan hangat karena menjanjikan adanya
prestise kepahlawanan dan dedikasi.
Dengan demikian maka kejayaan dan masa keemasan kaum penjajah Belanda
hilang lenyap sekaligus, ketika pada tanggal 8 maret 1942 mereka bertekuk lutut
tanpa syarat kepada jepang. Dengan semboyan Asia untuk berbangsa Asia, jepang
mulai menguasai Indonesia. Yang merupakan sasaran yang perlu dibina dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan perang jepang. Karena tanah air
Indonesia merupakan sumber bahan-bahan mentah dan tenaga manusia yang kaya,
yang besar artinya bagi kelangsungan perang pasifik, dan hal ini sesuai pula dengan
cita-cita politik ekspansinya. Selanjutnya Indonesia memasuki alam baru di bawah
pemerintahan jepang.
Sikap penjajah jepang terhadap pendidikan islam di Indonesia lebih lunak
sehingga ruang gerak pendidikan islam lebih bebas dari pada waktu penjajahan
colonial belanda. Terlebih lebih pada masa permulaan, pemerintah jepang
menampakan diri seakan akan membela kepentingab islam. Untuk mendekati umat
islam, mereka menempuh beberapa kebijakan.
iv
Mengenai pendidikan zaman jepang disebut Hakko Ichiu, yakni mengajak
bangsa Indonesia bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran Bersama Asia
Raya. Oleh karena itu pelajar setiap hari terutama pada pagi hari harus mengucapkan
sumpah setia kepada kaisar jepnag, lalu dilatih kemiliteran. Sistem perskolahan di
zaman pendudukan jepang banyak perbedaannya dibandingkan dengan penjajahan
belanda. Sekolah-sekolah yang ada pada zaman belanda diganti dengan sistem jepang.
Segala daya upaya ditujukan untuk kepentingan perang. Murid-murid hanya membuat
pengetahuan yang sedikit sekali, hampir sepanjang hari hanya disini dengan kegiatan
latihan atau bekerja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Poliitk Jepang dalam menarik simpati bangsa Indonesia ?
2. Apa sistem pendidikan yang diterpakan jepang di Indonesia ?
3. Apa peran jepang dalam pendidikan di Indonesia ?
4. Bagaimana modernisasi pendidikan islam ?
v
BAB II
PEMBAHASAN
Jepang menjajag Indonesia setelah mengalahkan belanda dalam perang dunia II pada
tahun 1942 dengan semboyan asia timur raya satu asia untuk asia. Sudah sejak awal abad ini
jepang menjadi imperialistis karena berbagai faktor, antara lain karena jepang dihadapkan
kepada persoalan kepadatan penduduk. Sesudah PD I minat terhadap Indonesia bangkit.
Alasan idiil bangkitnya minat itu adalaj ajaran shintoisme tentang hakko ichiu yaitu ajaran
tentang kesatuan keluarga umat manusia. Khususnya yang menyangkut bangsa Indonesia,
ajaran haako ichiu diperkuat oleh keterangan jepang sekitar 1930 yang menyatakan bahwa
jepang dan Indonesia itu serumpun, maka beralasan jika jepang mengaku sebagai saudara tua,
kecuali alas an tersebut masih ada lagi alas an riil yaitu alas an ekonomis.1
Usaha jepang menarik simpati dalam bidang ekonomi yaitu jepang memberi komisi yang
baik kepada pedagang-pedagang pribumi yang bersedia menjual barang-barang jepang. Cara
lain untuk menarik simpati adalah lewat pendidikan pelajar-pelajar Indonesia diundang untuk
belajar di jepang dengan mendapat beasiswa. Jepang juga berusaha menarik simpati umat
islam Indonesia, orang islam jepang dikirim ke mekkah menunaikan ibadah haji, di Tokyo
didirikan masjid, dan kemudian suatu konferensi agama islam diselenggarakan di Tokyo.2
vi
mayoritas rakyat yang beragama islam, efek samping yang tidak disadari oleh jepang karena
kebijakan tersebut adalah perkembangan Lembaga pendidikan keislaman formal seperti
pesantren dan yang formal seperti madrasah, menjadi begitu pesat.3
Propaganda tersebut juga dilakukan melalui radio dan dunia hiburan seperti film layer
lebar, drama, wayang kulit, tari-tariaan dan nyanyian. Selain itu, jepang juga membentuk
panitia penyempurnaan Bahasa Indonesia, yang mana imbasnya sangatlah menguntungkan
bagi perkembangan Bahasa Indonesia.
Selain itu, mereka juga disuruh untuk bergotong royong mengumpulkan batu, kerikil,
dan pasir untuk kepentingan pertahanan. Para pelajar juga dibekali dengan berbagai macam
ketangkasan pertahanan dalam perang untuk mempertahankan diri. Ditambahkan pula dengan
3
Rochidin Wahab FZH, Sejarah Pendidikan islam di indonsia, (Bandung : Cv Alfabeta, 2004), h. 18
4
Rochidin Wahab FZH, Sejarah Pendidikan islam di Indonesia, h 22
5
Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (Bandung : Prosfect), 2007, h.87
vii
kewajiban untuk senam pagi untuk menguatkan fisik pelajar dalam membantu jepang.
Indoktrinasi dilakukan melalui lagu senam yang berbahasa jepang, menanyanyikan lagu
kebngsaan jepang sebelum masuk kelas, melakukan penghormatan kepada kaisar jepang,
mengucapkan sumpah setia kepada cita-cita Indonesia dalam rangka mewujudkan Asia Raya,
dan seterusnya.
Diskriminasi dan diferensiasi pendidikan yang diberlakukan pada zaman belanda dengan
menggolongkan sekolah menurut golongan bangsa dan status social dihapuskan oleh jepang.
Sehingga hanya berlaku satu macam sekolah tiap tingkahnya untuk segala kalangan dari
bangsa Indonesia pun bebas untuk memasuki sekolah-sekolah tersebut. Meskipun kebijakan
tersebut duambil oleh jepang dengan tujuan untuk memudahkan proses pengawasan dan
manajerial administrative saja, tetapi dampak penghapusan diskriminasi dan diferensiasi
tersebut besar bagi dunia pendidikan pada masa itu.6
Tentunya selain dampak positif, dampak negatifnya adalah penurunan drastic jumlah
sekolah, guru, dan murid secara kuantitatif. Hal itu sangat jelas terasa karena penyederhanaan
sistem persekolahan tersebut dan guru-guru sekolah banyak yang terserap di bidang profesi
lainnya seperti menjadi pegawai pemerintahan dan tantara militer.
Kebijakan di bidang pendidikan yang dikeluarkan oleh jepang memang banyak yang
terlihat seolah-olah ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ( mulai dari
pemberlakuan sekolah gratis, pemberian tambahan insentif guru, hingga penyederhanaan
sistem persekolahan ), tetapi pada kenyataannya kebijakan tersebut sarat dengan muatan
politis yang membawa misi Nipponisasi dan pemberdayaan bangsa Indonesia untuk
perburuhan dan mobilisasi militer.7
Sistem yang telah dijelaskan di atas, jepang memasukkan berbagai unsur dalam
pendidikan di Indonesia. Dan tidak di pungkiri, jika hal itu mengakibatkan adanya
pengenalan terhadap budaya jepang yang menyebar pada masyarakat pribumi. Jepang pun
menerapkan konsep pengajaran sama seperti yang ada pada negaranya dan mengganti segala
jenis konsep pendidikan barat. Namun, akibat kegagalan mereka mengaplikasikan jepangisasi
pendidikan di Manchuria. Di Indonesia, jepang berusaha menerapkan perpaduan antara
6
Musyrifah susanto, Sejarah peradaban islam Indonesia, h.127
7
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nsional Indonesia Iv, (Jakarta : Balai Pustaka),1990, h.139
viii
kurikulum lokal dengan yang ada di jepang. Dalam penerapan tersebut, jepang memiliki
beberapa hal yang merupakan instrument penting dalam pendidikan yaitu :
Dengan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia” jepang menguasai daerah yang
berpenduduk empat ratus juta jiwa yang antara lain menghasilkan 50% produksi karet
dan 70% produksi timah dunia. Indonesia sebagai sumber bahan mentah merupakan
sarana yang perlu dibina sebaik-baiknya untuk kepentingan perang jepang. Tentu saja
tujuan utama jepang dalam mengaplikasikan pola pendidikannya di Indonesia adalah
untuk menarik simpati pri bumi agar mau membantu dan membela serta
memenangkan jepang dalam perannya di perang dunia. Hal ini terlihat dari perubahan
yang terjadi pada pola pendidikan di Indonesia yang diawali dengan penghapusan
penggunaan Bahasa belanda di sekolah dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa resmi. Juga penerapa Bahasa jepang dan Indonesia dalam pengantar Bahasa
oleh guru. Tentu saja, dengan dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai Bahasa resmi
menjadikan masyarakat pribumi lebih memihak pada jepang yang telah
mengambalikan dan memberi hak mereka untuk mempelajari Bahasa asli mereka. Ini
adalah cara politik jepang dalam menarik simpati pri bumi. Agar pri bumi mau
membela jepang dalam peperangan dan memperkuat kekuatan militer jepang. Karena,
dengan memberi sedikit hadiah kepada pri bumi. Jepang dapat memperoleh kebaktian
mereka dan pembelaan mereka untuk melawan barat.9
Selain itu, jepang memiliki konsep pendidikan yang luas dan merakyat.
Terlihat dari dihapusnya sistem pengkastaan dalam pendidikan. Yakni, dimana hanya
keluarga niingrat yang berhak mendapat pendidikan. Pengkastaan ini berlaku pada
masa belanda. Tapi, meskipun begitu, dalam kelompok social masyarakat tetap ada
pembedaan yang mendasar pada tingkat social masyarakat dalam pendidikan. Yakni :
8
Arifin, Ilmu Pendidikan islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003, h.178
9
Umam Chatibul, Sejarah kebudayaan islam, (Kudus : PT. Menara Kudus), 2004, h. 199
10
Najamuddin, Perjalanan Pendidikan di tanah air ( tahun 1800-1945), Bandung : Rincka Cipta, 2005, h.88
ix
1. Pendidikan Dasar ( kokumin gakko / sekolah rakyat )
Lama pendidikan 6 tahun. Termasuk SR adalah sekolah pertama yang merupakan
konversi nama dari sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa hindia
belanda.
2. Pendidikan Lanjutan
Terdiri dari shoto chu gakko ( sekolah menengah pertama ) dengan lama studi 3
tahun dan koto chu gakko ( sekolah menengah tinggi ) juga dengan lama studi 3
tahun
3. Pendidikan Kejuruan
Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan,
pelayaran, pendidikan, Teknik, dan pertanian.
4. Pendidikan Tinggi
Setelah pengasaan jepang, semua sekolah yang berbasis belanda ditutup.
Akibatnya, para guru terpaksa mengartikan segala sumber buku catatan belanda
kedalam Bahasa jepang dan Indonesia lalu, perubahan sekolah akademis menjadi
sekkolah-sekolah vikasi. Dan pelarangan untuk membangun sekolah wisata yang
mengakibatkan ditutupnya taman guru dan taman madya.11
Sementara, untuk pendidikan islam jepang mengatur beberapa kebijakan. Karena, sebelum
menjajah Indonesia, jepang telah meneliti tentang mayoritas masyarakat yang berupa ormas-
ormas islam. Kebijakan itu antara lain :
Mengubah kantor voor islamistische zaken pada masa belanda yang di pimpin kaum
orientalis menjadi sumubi yang di pimpin tokoh islam sendiri, yakni K.H. Hasyim
Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk sumuka pondok pesantren sering mendapat
kunjungan dan bantuan pemerintah jepang.
Mengizinkan pembentukan barisan hizbullah mengajarkan latihan dasar seni
kemiliteran bagi pemuda islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.
11
Najamuddin, perjalanan Pendidikan di tanah air (tahun 1800-1945), h.90
12
Me Rickfles, Sejarah Indonesia modern, (Jakarta : serambi), 2001, h.112
x
Mengizinkan berdirinya sekolah tinggi islam di jakrta di bawah asuhan K.H.Wahid
Hasyim, Kahar Muzakir dan Bang Hatta.
Dizinkannya ulama dam pimpinan nasionalis membentuk barisan pembela Tanah Air
(PETA) yang belakangan menjadi cikal bakal TNI di zaman kemerdekaan.
Diizinkannya Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun
kemudian dibubarkan dan diganti dengan majlis syuro muslimin Indonesia (masyumi)
yang menyertakan dua ormas besar islam, Muhammadiyah dan NU.13
Hakku ichiu adalah sistem pendidikan jepang, yakni mengajak warga Indonesia untuk
bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran Bersama Asia Raya. Oleh karena itu bagi
setiap pelajar, setiap hari terutama pada pagi hari, harus mengucapkan sumpah setia kepada
kaisar jepang, lalu dilatih kemiliteran penghapusan dualism pengajaran dilakukan jepang
untuk melakukan perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia.14
Dan begitu habislah riwayat pengajaran belanda yang dualitis, yang membedakan antara
pengajaran barat dan pengajaran pribumi. Penghapusan ini dimaksudkan karena dualism
dianggap tidak sesuai dengan strategi Niponisasi jepang. Karena dualism pendidikan
menyebabkan susahnya terhadap para pelajar.
Setalah kegagalan sistem triple movement, jepang merekrut Ki Hajar Dewantara sebagai
perwakilan dari pribumi dan mengatur pendidikan di Indonesia. Yaitu, dengan
mengakomodosikan kurikulum lokal dalam pendidikan yang juga di akulturasi dengan
kurikulum jepang. Meskipub, menjelang akhir masa penduduknya, jepang berindikasi untuk
menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator
jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi
Indonesia Raya.
xi
2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat jepang
3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat jepang
4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitics
5) Olahraga dan nyanyian jepang
Sementara untuk pembinaan kesiswaan, jepang mewajibkan bagisetiap murid sekolah untuk
rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini :
Salah satu doktrin khusus jepang dalam bidang pendidikan di jawa dirumuskan bagi para
pelajar dalam rangka memenuhi obsesi pembentukan Asia Timur Raya, yang menurut
Kurasawa, adalah sebagai berikut :
17
Zuhairini Alfabeta, Sejarah pendidikan islam di Indonesia, (Bandung : PT. Bumi Aksara), 2000, h.54
xii
Doktrin tersebut dianggap penting agar para pelajar jawa mengikuti pola pendidikan
jepang, yang menurut Kurasawa bahwa Under Japanse rule, however, with the belief that it
was necessary to give Indonesians the “neweducational system based on imperial ideology.”
The Japanese system andideology was introduced in a form as close possible to the original,
di bawah kekuasaan jepang, bagaimana pun, dengan keyakinan bahwa itu perlu untuk
memberikan bangsa Indonesia sistem pendidikan baru berdasarkan pada iedologi imperial.
Sistem dan ideologi jepang diperkenalkan dalam bentuk sedekat mungkin dengan aslinya.
Oleh karenanya semua sekolah buatan belanda dan berbahasa belanda ditutup dan
diorganisasikan ke dalam gaya jepang dengan berdasarkan pada pola 6 tahun sekolah dasar.
Di atas itu, 3 tahun sekolah menengah pertama dan 3 tahun sekolah menengah tinggi.
Pelaksanaan kurikulum ini berlaku hanya tiga tahun sesuai dengan lamanya pendudukan
jepang di bekas wilayah pemerintahan Hindia-Belanda, yaitu mulai tahun 1942 sampai
dengan tahun 1945. Namun demikian, pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 sampai
dengan Dekrit Presiden 1959, kurikulum tersebut masih digunakan dengan beberapa
perubahan yang dianggap perlu sampai dengan keluarnya ketentuan yang mengatur
pendidikan dengan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945.18
c.Lembaga Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri jika sistem pendidikan jepang masih banyak digunakan dalam
sistem pendidikan nasional saat ini. Yaitu, pengelompokan usia dan tingkatan belajar yang
ada pada sistem pendidikan saat ini merupakan hasil tinggalan dari sistem peninggalan jepang
yang hanya menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun lamanya. Diantaranya yaitu :19
1) Pendidikan Dasar ( Kokumin Gakko / Sekolah Raya ) yang saat ini lebih dikenal
dengan sekolah dasar yang lamanya jenjang pendidikan ini adalah 6 tahun. Sesuai
dengan yang di terapkan sejak masa pendudukan jepang.
2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko ( sekolah menengah pertama )
dengan lama pendidikan selama 3 tahun dan koto chu gakko ( sekolah menengah
tinggi / atas ) yang juga di tempuh dalam waktu 3 tahun.
3) Pendidikan kejuruan. Yaitu sekolah setingkat SMA yang memfokuskan pada
kemampuan kerja siswa. Bukan pada hal akademik tapi dalam hal praktek. Seperti
dalam bidang-bidang pekerjaan pertukangan, pelayaran, pendidikan, Teknik, dan
18
Zuhairini Alfabeta, Sejarah Pendidikan islam di Indonesia , h. 57
19
Zaenuddin, Reformasi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2008), h.97
xiii
pertanian. Sekolah ini ditujukan untuk pelajar yang ingin langsung bekerja tanpa
melalui jenjang perguruan tinggi.
4) Perguruan Tinggi. Yakni, tingkatan tertinggi dalam jenjang pencarian ilmu.
Program ini masih berlaku hingga saat ini. Selain menjajah dengan keji dan memperalat
rakyat Indonesia. Jepang juga memberi berbagai hal yang bermanfaat dan dapat dipelajari
bangsa Indonesia dalam pertumbuhannya menjadi suatu negara yang besar. Peran jepang
dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.20
Pada masa pemerintahan Colonial. Terdapat yang Namanya Dualisme Pendidikan dan
adanya diskriminasi terhadap pendidikan di Indonesia yang pada saat itu masih
bernama Hindia Belanda. Hal ini menjadikan adanya pembedaannkelas social yang
sangat terlihat dalam sistem social masyarakat Hindia Belanda. Timbul diferensiasi
ynag nyata dalam masyarakat ynag pada waktu itu ada dalam kelas pendidikan Bumi
putera yang disebabkan oleh :21
1) Hasil sekolah-sekolah bumi putra kurang memuaskan pemerintah Colonial.
Hal ini terutama sekali disebabkan karena isi rencana pelaksanannya terlalu
padat.
2) Dikalangan pemerintah mulai timbul perhatian pada rakyat jelata. Mereka
insyaf bahwa yang harus mendapat pengajran itu bukan hanya lapisan atas
saja.
3) Adanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai kedua kebutuhan
dilapangan pendidikan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah.22
Secara umum sistem pendidikan khususnya sistem persekolahan didasarkan kepada golongan
penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut golongan
kebangsaan yang berlaku waktu itu, yaitu :
xiv
Sekolah rendah eropa, yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan eropa.
Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu sekolah
rendah untuk anak-anak keturunan timur asing.
Sekolah Bumi Putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitu sekolah
rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli23.
2. Sekolah rendah dengan Bahasa pengantar Bahasa daerah
Sekolah Buni Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk
golongan bumi putra. Lamanya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan tahun
1982.
Sekolah Desa (Volkschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra.
Lamanya sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.
xv
3. Sekolah Teknik (Technish Onderwijs)
4. Pendidikan dagang (Handels Onderwijs)
5. Pendidikan pertanian (Landbouw Onderwijs)
6. Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs)
7. Pendidikan rumah tangga (Huishoudschool)
8. Pendidikan keguruan ( Kweekkschool)
9. Pendidikan tinggi ( Hooger Onderwijs)
10. Sekolah tehnik tinggi ( Technische hoge school)
11. Sekolah Hakim Tinggi ( Rechkundige hoge school)
12. Pendidikan tinggi kedokteran26
Diantaranya adalah pemberian bantuan dan kunjungan yang sering dilakukan petinggi
jepang ke pesantren-pesantren besar, pemberian pelajaran budi pekerti yang isinya identic
dengan nilai agama di sekolah negeri. Selain itu, pemerintah jepang juga mengizinkan
berdirinya sekolah tinggi islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH.Wahid Hasyim, Kahar
Muzakir, dan Bung Hatta. Ruang gerak yang diberikan oleh jepang inilah yang menjadikan
kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk melakukan berbagai upaya dalam merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan.
Sekolah yang didirikan zaman belanda di buka lagi, juga sekolah-sekolah swasta seperti
sekolah agama islam (madrasah atau pesantren), taman siswa, sekolah Muhammadiyah,
termasuk sekolah-sekolah yang di asuh oleh badan-badan misi atau zending Kristen, tetapi
harus di selenggarakan langsung oleh pemerintah jepang, selain itu jepang juga memberi
kesempatan bagi golongan cina untuk membuka sekolah lagi sebagaimana zaman belanda
tetapi harus di bawah pengawsan jepang.28
26
Azra Azyumardi, Pendidikan islam tradisi dan modernisasi menuju melenium baru, h.82
27
Afifuddin, sejarah Pendidikan, h.90
28
Suwendi, sejarah dan pemikiran Pendidikan islam, h. 135
xvi
Guru-guru yang dilatih dan diindokriminasi dimulai bulan juni 1942 di Jakarta, mata
pelajaran meliputi pendidikan semangat, Bahasa, adat istiadat, lagu-lagu jepang, olahraga
pendidikan tentang dasar-dasar pertahanan, dan sebagainya, apabila telah selesai pulangan
daerahnya masing -masing untuk melatih guru-guru yang lain, sehingga menjadi alat
propaganda jepang. Kedudukan golongan pendidik pada masa jepang mendapat tempat ynag
baik dalam lingkungan masyarakat.
Semua perguruan tinggi masa pemerintahan jepang di tutup, walaupun kemudian ada
beberapa yang di buka seperti perguruan tinggi kedokteran (ika daigaku) di Jakarta tahun
1943, perguruan tinggi Teknik di bandung, perguruan tinggi pamongpraja di Jakarta,
perguruan tinggi kedokteran hewan di bogor, semuanya tetap dibawah pengawasan jepang.
Baru tanggal 27 rajab 1363 atau 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi islam di Jakarta situasi
ini menjadi mungkin setelah umat islam melancarkan perlawanan pesantren suka manah (25
februari 1944) yang kemudian di susul oleh perlawanan peta belitar.
Eksperimen ini terlihat jelas di lakukan oleh Abdullah Ahmad dengan mendirikannya
Madrasah Adabiyah, yang kemudian di ubah menjadi sekolah Adabiyah (1915) hanya
terdapat sedikit ciri atau unsur dalam kurikulum sekolah (HIS) Adabiyah yang
29
FZH Rochidin Wahab, sejarah Pendidikan islam di Indonesia, (Bandung : Cv Alfabeta,2004),h.18
xvii
membedakannya dengan sekolah belanda selain mengadopsi seluruh kurikulum HIS belanda,
sekolah adabiyah menambahkan pelajaran Agama dua jam sepekan.
Apakah surau atau pesantren sebagai baisinya, pada pihak lain terdapat eksperimen yang
bertitik tolak justru dari sistem dan kelembagaan islam itu sendiri, sistem pendidikan
madrasah atau surau pondok pesantern yang memang secara tradisional merupakan
kelembagaan pendidikan islam (indigenous), di modernisasi misalnya dengan mengadopsi
aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan modern khususnya dalam kandungan kurikulum,
Teknik dan metode pengajaran, eksperimen ini pertama kali dilakukan pesantren Manba’ul
ulum, serakarta pada tahun 1906 pesantren ini pertama memilki basis pada pendidikan dan
pengajaran ilmu-ilmu tradisional islam, seperti al qur’an, hadist, fiqih, Bahasa arab dan lain-
lain juga terdapat mata pelajaran mantiq, al jabar, dan ilmu falak, selain itu pesantren
Manba’ul ulum juga memasukkan beberapa mata pelajaran modern kedalam kurikulumnya
seperti membaca (huruf latin) dan berhitung.30
Eksperimen ini lebih terkenal dilakukan H.Abdul Karim Amrullah yang pada tahun 1916
menjadi suatu jembatan besi Lembaga pendidikan tradisional islam minang kabau sebagai
basis untuk pengembangan madrasah modern yang kemudian lebih dikenal sebagai Sumatra
Thawalib, berbarengan dengan itu Zainuddin labay el yunasi mengembangkan madrasah
diniyah, yang pada awal perkembangannya merupakan madrasah sore untuk memberikan
pelajaran agama pada murid-murid sekolah, kemudian di susul pada tahun 1926 di pulau jawa
membentuk pondok pesantren modern gontor ponorogo, perlunya modernisasi sistem dan
kelembagaan pendidikan islam indigenous hal ini memiliki makna filosofis yang mendalam
30
FZH Rochidin Wahab, sejarah Pendidikan islam di Indonesia, h. 21
xviii
bahwa pesantren lebih berakar kuat dan mendalam oleh sebab itu lebih acceptable bagi
banyak kaum muslimin.
Kedua bentuk eksperimen ini pada dasarnya terus berlanjut hingga dewasa ini, dengan
ini kita melihat dua arud utama: pertama. Sistem dan kelembagaan pendidikan islam, yang
merupakan pendidikan umum dengan penekanan seadanya pada aspek-aspek pengajaran
islam. Termasuk dalam kategori ini adalah madrasah pasca UUSPN 1989, yang eksplisit
menyatakan bahwa madrasah-madrasah adalah sekolah umum yang beciri keagamaan.
Kedua, sistem dan kelembagaan pesantren yang dalam banyak hal telah di modernisasi dan di
sesuaikan dengan tuntunan pembangunan, modernisasi pembangunan menemukan
momennya akhir tahun 1970.
Hal-hal yang menguntungkan Indonesia peda masa penjajahan jepang yaitu Bahasa
Indonesia berkembang diseluruh kepulauan. Buku-buku Bahasa asing diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia, karena dalam perang hak cipta internasional diabaikan. Bahasa asing
selain bahwa jepang dilarang.31
Seni bela diri dan perang dimiliki ileh pemuda-pemuda, khususnya untuk pelajar
Indonesia ternyata berguna didalam perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi dikemudian
hari. Perasaan rindu kepada kebudayaan dan kemerdekaan nasional berkembang bergejolak
secara luar biasa.
Karena dalam suasana perang serba kekurangan kreativitas para guru berkembang
misalnya apabila tidak memperoleh buku dari kantor pengajaran (Bunkyo Kyoku) maka
mereka menerjemahkan langsung buku-buku Bahasa asing. Alat-alat perang yang diciptakan
dari bahan-bahan yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Diskriminasi menurut golongan
penduduk, keturunan, dan agama ditiadakan sehingga semua lapisan masyarakat mendapat
kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan.
Bangsa Indonesia dilatih dan dididik untuk memegang jabatan pimpinan walaupun
dibawah pengawasan orang-orang jepang. Sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan
meskipun sekolah-sekolah swasta seperti Muhammadiyah. Taman siswa, dan sekolah-sekolah
bekas Zending dan Missei diizinkan terus berkembang tetapi dibawah pengaturan dan
diselenggarakan sesuai sekolah negeri.
31
H.A.R.Tilaar, tahun pembangunan Pendidikan nasional Indonesia 1945-1995, h.122
xix
DISINI BEBERAPA TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM KETIKA ZAMAN PENJAJAHAN
ANTARA LAIN:
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pendidikan pada masa jepang yang disebut “Hakko Ichiu” adalah mengajak bangsa
Indonesia kerja sama dengan jepang dalam rangka mencapai “kemakmuran Bersama asia
raya”. Oleh karena itu setiap pelajar setiap hari harus mengucapkan sumpah kepasa kaisar
jepang dan membentuk Indonesia baru dalam “kemakmuran Bersama asia raya”.
xx
Tujuan pendidikan pada masa pendidikan jepang diindonesia adalag menyediakan tenaga
kerja Cuma-Cuma (romusha) dan prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan
jepang.
B.Saran
Dalam makalah ini penulis berharap supaya kita dapat mengambil pelajaran penting
mengenai pendidikan pada masa penjajahan jepang, dan mampu menjaga serta melestarikan
kekayaan alam yang masa dahulu bangsa jepang memonopolinya.
DAFTAR PUSTAKA
xxi
Rickfles, MC, Sejarah Indonesia Modern, Jakarta : Serambi, 2001
Sukardjo, M, Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, Jakarta :Rajawali Press 2009
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Grafindo persada,
2005
Rochidin Wahab FZH, Sejarah pendidikan islam di Indonesia, Bandung : CV Alfabeta, 2004
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan modernisasi Menuju Milenuium Baru,
Ciputat : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999
Mudyaharjo Redja, Pengantar Pendidikan Sejarah dan Pemikiran pendidikan islam, Jakarta :
PT. Grafindo persada, 2001
Wahab Rohidin, Sejarah dan pemikiran pendidikan islam, Jakarta : PT. Grafindo persada,
2004
Alfabeta Zuhairini, Sejarah pendidikan islam di indoensia, Bndung : PT. Bumi Aksara, 2000
Suwendi, Sejarah dan pemikiran pendidikan islam, Kudus : PT. Menara Kudus, 2004
xxii