Kolonial Jepang
Gustianti (23060210023),Muhammad Habibulloh Ahzami (23060210067)
Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam, UIN Salatiga
gustiantikaliputih83972@gmail.com ; bulloh.adaakhlak@gmail.com
ABSTRAK
Pendidikan Islam pada hakikatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah keislaman. Dalam artikel
ini membahas tentang Pendidikan Islam di Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. Adapun
tujuan tulisan ini ingin mendeskripsikan pengaruh pendudukan Jepang terhadap Pendidikan di
Indonesia dalam aspek politik dan pandangan Islam. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini
adalah historis, menggunakan analisis deskriptif, dengan kajian pustaka sebagai sumber utama
dalam pembahasan. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, melakukan beberapa kebijakan
pendidikan seperti penanaman budaya Jepang, reformasi sistem pendidikan, kebijakan pada
kurikulum dan kebijakan pada pendidikan Islam. Sehingga selama menjajah, Jepang telah
melakukan kebijakan bidang pendidikan yang berimplikasi pada berbagai jenis dan jenjang
pendidikan Indonesia.
A. Pendahuluan
Pergantian kekuasaan dari pemerintahan kolonial Belanda kepada pemerintahan
pendudukan Jepang turut mempengaruhi wajah pendidikan nusantara. Pemerintahan
Jepang yang menjajah lebih pendek, sekitar 3.5 tahun, meninggalkan jejak pendidikan
yang berbeda dengan pemerintahan kolonial Belanda yang berkuasa di Nusantara sekitar
350 tahun. Jepang yang menduduki Indonesia sejak 8 Maret 1942 hingga Agustus 1945,
banyak menimbulkan reaksi yang bersifat konflik fisik, ekonomi, politik maupun dalam
bidang pendidikan.
Sejak datang pertama kali ke Nusantara, Jepang mendapatkan penyambutan yang
positif dari rakyat Indonesia yang sudah ratusan tahun terkungkung oleh penjajahan
kolonial Belanda. Kedatangan Jepang membawa secercah harapan baru bagi bangsa
Indonesia yang ingin lepas dari penjajahan dan menjadi negara yang merdeka dan
berdaulat. Namun, bagaikan pinang dibelah dua ternyata kebijakan politik pemerintahan
jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda. Ekspetasi yang besar rakyat Indonesia untuk
memperoleh kemakmuran hanyalah angan-angan kosong yang tak dipenuhi oleh Jepang
dikemudian hari. Pendudukan Jepang justru menambah kesengsaraan rakyat yang telah
ratusan menderita. Jepang hanya mengeksploitasi kekayaan dan sumber daya rakyat
Indonesia.
Kebijakan politik dan pendidikan Jepang jauh dari tujuan untuk mensejahterakan
rakyat. Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pembahasan kebijakan Jepang dalam
bidang politik-pendidikan. Kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan, akan dikaji
lebih mendalam dalam artikel ini. Kebijakan politik, sosial dan yang lainnya juga dikupas
sedikit. Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih komprehensif, kita dapat cari dan
baca dalam literatur yang ada untuk memperkaya pengetahuan kita. Setelah mengkaji
pembahasan ini, diharapkan pemikiran analitis dan kritis dapat kita kembangkan untuk
masa depan bangsa yang lebih baik.
B. Metode
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, metode yang di gunakan dalam penelitian
ini adalah metode historis yaitu suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis
redaksional buku, refrensi baik dari jurnal atau artikel dan mengaitkan dengan kondisi
pendidikan di Indonesia masa pendudukan Jepang di Indonesia. Penggunaan metode
sejarah dalam penulisan artikel ini dilakukan melalui penggunaan metode sejarah dalam
penulisan artikel ini dilakukan melalui 4 tahap penelitian, yaitu: (1) Heuristik,
menghimpun bahan-bahan atau sumber melalui studi kepustakaan, (2) Kritik sumber,
menyeleksi data-data yang telah terkumpul melalui artikel dan junal, (3) Interpretasi (4)
Historiografi. (Syamsudin, Helius: 2007: 17)
C. Pembahasan
Setelah tahun 1942, Jepang mulai menyusun kebijakan yang akan dilakukan terhadap
rakyat Indonesia. Belajar dari pengalaman di negara nya, keberhasilan mereka menjadi
negara besar adalah dengan melakukan perubahan pendidikan. Kondisi ini menjadi
pertimbangan Jepang untuk dapat menguasai Indonesia dengan sempurna maka harus
membuat kebijakan di bidang pendidikan. Adapun kebijakan politik Jepang dalam bidang
pendidikan diuraikan di bawah ini :
1
Ishak, M. (2013). Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia. Jurnal Inovasi, 9(01)
2
Hudaidah, M. Arman Putra Karwana. (2021). Pendidikan Di Indonesia Masa Pendudukan Jepang. Jurnal
Danadyaksa Historica 1 (2)
a. Kebijakan Penanam Budaya Jepang Melalui Pendidikan
3
Hudaidah, M. Arman Putra Karwana. (2021). Pendidikan Di Indonesia Masa Pendudukan Jepang. Jurnal
Danadyaksa Historica 1 (2)
4
Amjad Aiwan, Rehani. Kebijakan Pendidikan Islam Di Nusantara Sebelum Kemerdekaan : Kasus Kebijakan
Politik Kolonial Jepang Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Konseling Vol.4
No.6. Riau. 2022(12043)
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang, dapat dikemukakan sebagai
berikut ini :
1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat).
Dengan studi selama 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang
merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di
masa Hindia Belanda.
2. Pendidikan Lanjutan.
Terdapat dua pendidikan lanjut yaitu, Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
3. Pendidikan Kejuruan.
Terdiri dari sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang
pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
4. Pendidikan Tinggi.
1. Sjootoo Sihan Gakkoo ialah Sekolah Guru dengan studi selama 2 tahun.
2. Cutoo Sihan Gakkoo ialah Sekolah Guru Menengah dengan studi selama 4
tahun
3. Kootoo Sihan Gakkoo ialah Sekolah Guru Tinggi dengan studi selama 6 tahun.
Terdapat pula pendidikan madrasah pada masa kolonial Jepang. Madrasah itu ialah
Madrasah Awaliyah. Pengajaran pada Madrasah Awaliyah dilaksanakan pada sore
hari.Madrasah awaliyah sering kali dikunjungi para pemuda baik laki-laki maupun
perempuan. Siswa Madrasah Awaliyah berumur kurang lebih tujuh tahun. Siklus belajar
memerlukan waktu kurang lebih satu setengah jam. Inti dari pengajaran pada Madrasah
awaliyah adalah mencari tahu bagaimana membaca Alquran, cinta, etika, dan percaya diri
sebagai praktik latihan ketat yang diselesaikan di Individuals 'School (SR) pada paruh awal
hari.6
Jepang mengambil tindakan dan menerapkan strategi yang tampaknya memajukan
kepentingan Muslim. Orang Jepang menggunakan teknik tersebut, seperti yang dijelaskan
oleh Zuhairini et al. 36 dan lainnya; pada zaman Belanda, kantor urusan agama dijalankan
oleh orientalis Belanda, sedangkan pada masa penjajahan Jepang, kantor tersebut
diserahkan kepada Islam. Pemerintah Jepang menyediakan dana untuk pondok pondok
pesantren besar, dan ajaran etika dengan konten seperti agama didistribusikan ke sekolah
umum. Sebuah perguruan tinggi Islam bahkan diizinkan didirikan di Jakarta oleh
pemerintah Jepang. Bukan untuk kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia, tetapi sebagai
bagian dari rencana dan teknik Jepang untuk membantu tujuan penjajahan Jepang. 7
Jepang melihat besarnya peran Islam di Indonesia, bahkan peranan ulama sangat
besar pengaruhnya dalam kehidupan masayarakat. Oleh karena itu Jepang mendorong
berdirinya Majelis Syura Muslimin Indonesia (MIAI), melalui organisasi ini para ulama
melakukan pemajuan pendidikan apalagi dibentuknya Syumubu (Jawatan Agama),
sehingga terjadi pembaharuan Islam dan elemen-elemennya termasuk pendidikan Islam
(Azra, 2005: 207-208). Di depan ulama Pejabat Tertinggi Militer Jepang mengatakan akan
melindungi dan menghormati Islam.
Walaupun Jepang berusaha mengambil hati umat Islam dengan memberikan
kebebasan dalam melaksanakan praktik agama dan mengembangkan pendidikan, ulama
tidak semudah itu tunduk kepada pemerintah Jepang apabila hal tersebut bertolak belakang
5
Muhammad Sholeh Hoddin. Dinamika Politik Pendidikan Islam Di Indonesia; Studi Kebijakan Pendidikan
Islam Pada Masa Pra-Kemerdekaan Hingga Reformasi. Jurnal Ilmiah Iqra' Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Manado Vol.14 No.1. Manado. 2020(23)
6
Senja Maharante,Hudaidah. DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG.
Jurnal Pendidikan Sultan Agung Vol. 1 no.2.2021(141)
7
Tasman Hamami.PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM SEBAGAI KEHARUSAN
SEJARAH.Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 1, No.2,. 2004 (179)
dengan akidah Islam. Misalnya perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan para santri dalam
menentang kebijakan kufur pemerintah Jepang yang memerintahkan setiap orang untuk
menghadap ke Tokyo setiap pukul 07.00 untuk menghormati kaisar Jepang yang mereka
anggap keturunan Dewa Matahari. Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan dipenjarakan
Jepang selama 8 bulan.
Namun setelah pecahnya perang Dunia II dan kedudukan Jepang terancam oleh
Sekutu, keadaan itu berubah secara drastis. Jepang memberlakukan sikap tidak berpihak
kepada semua organisasi Islam di Indonesia, dengan cara membekukan semua organisasi
Islam. Sehingga organisasi Islam yang menyelengarakan pendidikan, mengalami kesulitan
dalam mengembangkan pendidikan Islam, ini berdampak dengan mundurnya kegiatan
pembelajaran di pesantren, madrasah, dan pengajian. Pendidikan Islam pun semakin
menjadi terbengkalai dan terabaikan.
Sebaliknya, pendidikan mendapat banyak penekanan selama periode Hindia Belanda.
Fakta bahwa lebih sedikit sekolah yang dibuka sebagai akibat dari penutupan sekolah-
sekolah yang berbasis di Belanda menjadi buktinya. Jumlah sekolah menurun karena
sekolah dasar berkurang—dari 21.500 menjadi 13.500—sekolah menengah—naik dari 850
menjadi 20, dan hanya ada 4 perguruan tinggi/fakultas. Sehingga derajat intelektualitas
masyarakat menjadi rendah akibat pendidikan bagi masyarakat yang kurang diperhatikan.
Selain itu, meskipun ada upaya untuk mengurangi buta huruf, hal itu masih mempengaruhi
sebagian besar penduduk. Dengan demikian, dapat diklaim bahwa system pendidikan yang
sebelumnya di terapkan oleh jepang kepada Indonesia hanya dalam rangka perang Asia
Timur Raya.8
Akibatnya, pendidikan Islam menjadi terancam, dan penduduk pribumi ditekan
dengan cara menjalankan pendudukan militer untuk membantu perang Asia Timur Raya-
nya. Jepang memberlakukan kerja paksa (ROMUSHA) juga membentuk pertahanan rakyat
semesta, seperti Haiho, Peta dan Keibodan, sehingga perhatian terhadap dunia pendidikan
menjadi menurun. Namun disisi lain berdiri Sekolah Tinggi Islam di Jakarta memberikan
kesempatan yang baik untuk memajukan pendidikan sendiri. Kondisi ini tanpa disadari
Jepang dipergunakan oleh umat Islam untuk memperjuangkan pendidikan ataupun
perlawanan kepada Jepang. Berbeda dengan Madrasah dan pesantren yang berada di
daerah memiliki kesempatan yang baik, karena terbebas dari pengawasan sehingga
pendidikan dapat sedikit berjalan memajukan daerah.
Ada beberapa tantangan dan hambatan pendidikan Islam pada saat itu. Penindasan
ajaran agama Islam di sekolah-sekolah oleh kolonialisme berhasil, namun semangat juang
dan perlawanan rakyat Indonesia terus berlanjut. Pertumbuhan bangsa Indonesia antara
lain berhasil membentuk panitia persiapan kemerdekaan sementara. Di bidang pendidikan
dan pengajaran, orang lain bertugas membuat rencana. Panitia berhasil merumuskan tujuan
pendidikan yang penting bagi PAI. Berikut ini adalah bagaimana tujuan pendidikan dibuat:
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Rizal A.N.S. (2014). Pergerakan Islam Indonesia Masa Jepang (1942-1945). Indo-
Islamika, Volume 4, Nomor 2. Yogyakarta.