Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK PENDIDIKAN PADA ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG

TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


Oleh:
Devy Dwita Sari

1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Zaman pendudukan Jepang di Indonesia di mulai pecahnya perang pasifik
antara Amerika Serikat dengan Jepang. Jepang melakukan pengeboman dipearl
harbour dan berhasil menenggelamkan dua kapal perang dan menghancurkan
pesawat tempur Amerika. Perang Pasifik berpengaruh besar terhadap gerakan
kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Jepang
menyerang dan menduduki Hndia-Belanda bertujuan menguasai sumber daya
alam, terutama minyak bumi. Minyak bumi digunakan untuk mendukung potensi
perang dan industri Jepang.
Setelah tentara pendudukan Jepang berkuasa tidak ada sekolah di
perkenakan di buka kembali. Pada zaman pemerintah Hindia Belanda terdapat
tingkatan pendidikan di sekolah dasar yang terdapat jurang pemisah, tingkatan
semacam itu pada zaman pendudukan Jepang di hapuskan. Sekolah dasar
memiliki derajat yang sama yaitu bernama Sekolah Rakyat (Makmur, 1990:46).
Pada masa pendudukan Jepang penyelenggaraan pendidikan kurang teratur.
Jumlah Sekolah Dasar, Sekolah Menengah maupun Sekolah Kejuruan
sangat menurun dan mengakibatkan makin bertambahnya orang buta huruf di
Indonesia. Penggunaan bahasa Belanda di sekolah dilarang oleh pemerintah
pendudukan Jepang. Oleh karena itu, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa

pengantar dan matapelajaran utama di sekolah. Bahasa Jepang diberikan sebagai


mata pelajaran wajib disemua sekolah (Makmur, 1990:45).
Pendidikan dan pengajaran pada zaman pendudukan Jepang banyak
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan bangsa Indonesia. Pada zaman
pendudukan Jepang pendidikan sekolah dasar diseragamkan menjadi 6 tahun.
Peraturan yang di tetapkan oleh pemerintah Jepang pada zaman pendudukan
Jepang mempengaruhi jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini.
Oleh sebab itu, jenis sekolah pada masa pendudukan Jepang juga mempengaruhi
jenjang pendidikan dan jenis sekolah yang berlaku di Indonesia saat ini.
Jenis sekolah pada zaman pendudukan Jepang hampir sama dengan
jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah kejuruan dan perguruan
tinggi. Pendidikan akan membentuk manusia yang mempunyai budi pekerti yang
luhur dan memiliki pengetahuan yang luas.
Pada zaman pendudukan Jepang tingkat sekolah rakyat disamakan tidak
ada perbedaan antara sesama warga. Pada zaman pendudukan Jepang terdapat
jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA meskipun jumlahnya sedikit.
Selain itu pada zaman pendudukan Jepang bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa pengantar dalam persekolahan dan menjadi matapelajaran yang utama
(Moechtar, 1991:99).
Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat karena di
daerah-daerah terpencil di Indonesia sudah bisa mendapatkan pendidikan
meskipun dengan fasilitas yang kurang memadai. Selain itu pemerintah juga telah
memberikan bantuan operasional bagi sekolah-sekolah untuk melengkapi fasilitas
yang ada di sekolah dan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi
tetapi tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih
tinggi. Makalah ini dibuat untuk mengetahui dampak pendidikan pada zaman
pendudukan jepang terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah umum dalam makalah ini dapat dirumuskan yaitu, bagaimana
dampak pendidikan pada zaman pendudukan Jepang terhadap perkembangan
pendidikan di Indonesia? Sebaliknya, masalah khusus dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimana dampak pendidikan pada zaman pendudukan Jepang terhadap
perkembangan jenjang pendidikan di Indonesia?
2) Bagaimana dampak pendidikan pada zaman pendudukan Jepang terhadap
perkembangan kompetensi guru di Indonesia?
2 Pembahasan
2.1 Dampak Pendidikan pada Zaman Pendudukan Jepang terhadap
Perkembangan Jenjang Pendidikan di Indonesia
Semua buku pelajaran ditulis dalam bahasa Belanda, pemerintah
pendudukan Jepang mendorong bangsa Indonesia untuk mempelajari bahasa
Jepang yang masih asing bagi penduduk bangsa Indonesia. Pemerintah
pendudukan Jepang membuka sekolah-sekolah yang khusus memberi pelajaran
bangsa Jepang secara kilat sekolah itu bernama Nippongo Gakko. Selain itu ada
juga pendidikan yang bernama Hakko Ichiu yang mengajak bangsa Indonesia
bekerjasama dengan bangsa Jepang dalam rangka pencapaian kemakmuran
Bangsa Asia Timur Raya (Makmur, 1990:48).
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda terdapat tingkatan pendidikan di
sekolah dasar yang terdapat jurang pemisah, dan dihapus pada masa pendudukan
Jepang. Semua sekolah dasar memiliki derajat yang sama yaitu bernama Sekolah
Rakyat. Penghapusan tingkatan pendidikan besar sekali manfaatnya bagi bangsa
Indonesia karena tidak terdapat lagi diferensiasi diantara warga negara Indonesia
yang pada hakekatnya sebagai manusia berkedudukan sama. Pada masa
pendudukan Jepang penyelenggaraan pendidikan kurang teratur. Jumlah Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah maupun Sekolah Kejuruan menurun. Hal ini
mengakibatkan makin bertambahnya orang buta huruf di Indonesia (Soejono,
2010:87).
Pada masa pendudukan Jepang pendidikan tingkat dasar diseragamkan
menjadi 6 tahun dan berlaku di Indonesia sampai saat ini. Jepang mengadakan
penyeragaman bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan penyelenggaraan
pendidikan pada tiap sekolah. Sekolah umum terdiri dari sekolah rakyat 6 tahun,
sekolah menengah pertama 3 tahun, sekolah menengah tinggi 3 tahun. Sekolah
guru terdiri dari sekolah guru 2 tahun, sekolah guru 4 tahun, sekolah guru enam
tahun.
Jenjang pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mempengaruhi
jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini yang terdiri dari sekolah
dasar 6 tahun, sekolah menengah pertama 3 tahun, sekolah menengah atas dan
kejuruan selama 3 tahun dan perguruan tinggi selama 4 tahun untuk tingkat strata
satu. Bahasa Jepang tidak hanya diajarkan melalui sekolah untuk para murid tetapi
juga untuk masyarakat melalui kursus. Jepang menyadari pentingnya pendidikan,
melalui pendidikan mentalitas dan cara berfikir masyarakat Indonesia dapat
diubah dari mentalitas Eropa kepada mentalitas Jepang. Perguruan tinggi pada
zaman Jepang mundur, akan tetapi pencapaian yang penting oleh sekolah-sekolah
adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan, mata
pelajaran utama, dan permulaan nasionalisasi staf pengajar.

2.2 Dampak Pendidikan Pada Zaman Pendudukan Jepang Terhadap


Perkembangan Kompetensi Guru di Indonesia
Pada masa pendudukan Jepang, Jepang mengadakan pelatihan bagi guru-
guru di Jakarta. Peserta pelatihan diambil dari tiap-tiap daerah atau kabupaten,
setelah mengikuti pelatihan guru tersebut harus kembali ke daerah asalnya dan
mengadakan pelatihan untuk meneruskan hasil-hasil yang diperolehnya selama
pelatihan di Jakarta (Soejono, 2010:91).
Pelatihan terhadap guru pada masa pendudukan Jepang sampai saat ini
masih berlangsung di Indonesia contohnya: dilakukanya seminar dan pelatihan
tenaga guru oleh departement pendidikan di pusat kabupaten atau provinsi untuk
meningkatkan kompetensi guru di Indonesia. Guru yang memiliki kompetensi
mengajar yang baik akan menciptakan peserta didik yang berwawasan luas dan
memiliki budi pekerti yang luhur karena peranan guru sangat besar dalam
pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik.
Pada zaman pendudukan Jepang guru di Indonesia adalah sebagai
pendukung perserikatan, di samping diadakan pelatihan Jepang juga mengadakan
kursus-kursus bahasa Jepang untuk guru di Indonesia yang diakhiri dengan ujian.
Guru Indonesia yang lulus dari ujian bahasa Jepang akan mendapatkan tambahan
gaji untuk meningkatkan ketertarikan guru Indonesia terhadap kursus bahasa
Jepang yang diadakan oleh pemerintah Jepang (Makmur, 1990:55).
Jepang mengadakan pelatihan terhadap guru di Indonesia dengan cara
memberikan kursus bahasa asing, saat ini pelatihan guru dengan memberikan
kursus bahasa asing masih tetap berlangsung di Indonesia. Penguasaan bahasa
asing oleh guru Indonesia memberikan manfaat untuk menghadapi arus
globalisasi yang semakin cepat dan bangsa Indonesia tidak tertinggal dengan
cepatnya arus globalisasi. Jepang juga mengadakan pelatihan bagi guru di Jawa,
pelatihan dimulai pada bulan Juni 1942 di Jakarta. Matapelajaran yang diberikan
kepada guru di Jawa antara lain adalah: pendidikan semangat, bahasa dan istiadat
Jepang, nyanyian Jepang, dan pendidikan tentang dasar-dasar pertahanan
(Moechtar, 1991:101).
Guru di Jawa kembali ke daerah masing-masing setelah mengikuti
pelatihan guru di Jakarta. Pelatihan terhadap guru di Jawa yang dilakukan oleh
pemerintah Jepang berdampak pada kompetensi guru di Jawa karena setelah
mengikuti pelatihan. Guru di Indonesia lebih memiliki semangat untuk mendidik
siswanya dan guru lebih siap untuk mengajar tentang matapelajaran yang telah
didapatkanya dari pelatihan di Jakarta untuk diajarkan kepada siswa di daerahnya.
Pelatihan terhadap guru di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah
pusat saat ini bertujuan untuk mencetak guru yang lebih siap untuk mengajarkan
matapelajaran yang sesuai dengan bidangnya. Pelatihan terhadap guru di
Indonesia dapat dilakukan dengan cara diklat, seminar dan sebagainya untuk
menambah pengetahuan guru tentang matapelajaran yang dikuasainya agar guru
lebih siap untuk menyampaikan materi di dalam kelas.

3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada zaman
pendudukan Jepang, jenjang pendidikan sekolah dasar diseragamkan menjadi 6
tahun. Sekolah menengah pertama 3 tahun, sekolah menengah atas 3 tahun dan
perguruan tinggi 4 tahun. Jenjang pendidikan sekolah dasar diseragamkan menjadi
6 tahun bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan penyelenggaraan
pendidikan pada setiap sekolah. Jenjang pendidikan pada zaman pendudukan
Jepang mempengaruhi jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini.
Pada zaman pendudukan Jepang, Jepang mengadakan pelatihan dan
mengadakan kursus bahasa asing bagi guru di Indonesia untuk meningkatkan
kompetensi guru. Saat ini pelatihan terhadap guru di Indonesia masih tetap
berlangsung untuk meningkatkan kompetensi guru dalam belajar.

3.2 Saran
Bagi pemerintah di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pelatihan
terhadap guru di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi guru. Pelatihan
terhadap guru di Indonesia dapat dilakukan dengan cara diklat, seminar dan
sebagainya untuk menambah pengetahuan guru tentang matapelajaran yang
dikuasainya agar guru lebih siap untuk menyampaikan materi di dalam kelas.
DAMPAK PENDIDIKAN PADA ZAMAN PENDUDUKAN
JEPANGTERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Bapak Dr.Roekhan,M.Pd

Oleh
Devy Dwita Sari
120731435901

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
DESEMBER 2012
DAFTAR RUJUKAN

Poesponegoro,M.D.,Notosutanto,N.2010.Sejarah Nasional Indonesia VI (R.P


Soejono,R.Z.Leiriza,Ed).Jakarta:Balai Pustaka.

Moechtar,D.1991.Sejarah Pendidikan di Indonesia Sebelum Zaman


Kemerdekaan.Jakarta:Departement Pendidikan Kebudayaan.

Dapir.A.2012.Masa Pendudukan Jepang diIndonesia,(Online),


(http://amirdapir.blogspot.com/2012/08/masa-pendudukan-jepang-di-
indonesia.html), diakses 19 Desember 2012.

Makmur,D.1990.Zaman Pergerakan Nasional.Yogyakarta:Kanisius.


DAMPAK PENDIDIKAN PADA ZAMAN PENDUDUKAN JEPANGTERHADAP
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh
Devy Dwita Sari
ABSTRACK
Kata kunci: Jepang, Pendidikan, Perkembangan
Pada zaman pendudukan Jepang penyelenggaraan pendidikan kurang teratur. Jumlah Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah maupun Kejuruan sangat menurun dan mengakibatkan makin
bertambahnya orang buta huruf di Indonesia. Jenjang pendidikan pada zaman pendudukan
Jepang mempengaruhi jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini, yang terdiri dari
sekolah dasar 6 tahun, sekolah menengah pertama 3 tahun, sekolah menengah atas 3 tahun dan
perguruan tinggi 4 tahun. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan dan
matapelajaran utama pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Jepang mengadakan
pelatihan dan kursus bahasa asing bagi guru di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi guru di
Indonesia, yang pesertanya diambil dari tiap-tiap daerah atau kabupaten. Setelah mengikuti
pelatihan guru tersebut harus kembali ke daerah asalnya dan meneruskan hasil-hasil yang telah
diperoleh selama pelatihan untuk dikembangkan pada daerah asalnya.

Anda mungkin juga menyukai