Anda di halaman 1dari 8

Makalah Ke-PGRI-an

“GURU DALAM INDONESIA MERDEKA”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ke-PGRI-an

Dosen Pengampu: Drs. Soepoyo R.

Disusun Oleh :

1. 1.                  Awaludin Asiyanto                (11144600082)


2. 2.                  Dwi Noviyani Putri               (11144600090)
3. 3.                  Dwi Yuli Setiasih                     (11144600110)
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Guru Dalam Indonesia
Merdeka” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ke-PGRI-an.

            Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.

            Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, penulis mohon maaf. Demikian dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, kritik dan saran kami harapkan agar dapat meningkatkan kualitas pembuatan
makalah berikutnya, terima kasih.

Yogyakarta,  2 April 2012

                      Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.     LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah kunci dan modal utama bagi kemajuan suatu bangsa (Dr. Moh Hatta). Oleh
sebab itu, sejak zaman penjajahan pelajar dan guru berjuang untuk memberikan pendidikan
kepada rakyat Indonesia. Dengan pendidikan itu akan membawa perubahan dan kemajuan
bangsa Indonesia. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan penting dan menjadi kunci
utama bagi keberhasilan suatu pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda. Sejarah mencatat
tokoh nasional yang berasal dari kalangan pendidikan seperti K.H Ahmad Dahlan, Ki Hajar
Dewantara, Moh Syafei, dan lain-lain.

Kaum guru Indonesia merupakan bagian dari rakyat Indonesia yang ikut serta merintis
kemerdekaan dengan keterlibatan langsung dalam perang kemerdekaan. Menjadi guru masa
kolonial adalah pertanda baik mencapai kesejahteraan dan menjadi orang terpandang di
lingkungan masyarakatnya. Penjajahan mungkin buruk dari segi kemerdekaan, tetapi mungkin
baik untuk segi yang ini. Begitu terhormatnya sosok guru di masa kolonial. Tak mengherankan
guru pada masa kolonial termasuk menjadi golongan priayi mobilitas vertikal.

Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan
menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan masyarakat. Guru merupakan
salah satu faktor yang strategi dalam menentukan keberhasilan pengembangan potensi peserta
didik untuk masa depan bangsa. Begitu besar peranan Guru dalam perjalanan sejarah bangsa,
untuk itu perlu adanya pengkajian sejarah perjuangan guru sebagai pengetahuan bagi pembaca.
Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengungkapkan
bagaimana sejarah guru pada era penjajahan, era kemerdekaan, dan era perkembangan bangsa
secara lebih jelas dengan judul ”Guru Dalam Indonesia Merdeka”
 

1. B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang akan penulis buat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran guru pada era penjajahan?


2. Bagaimana peran guru pada era kemerdekaan?
3. Bagaimana peran guru pada era perkembangan bangsa?
1. C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah kePGRIan dan juga sebagai salah satu alternative atau referensi pembaca dalam
mendapatkan informasi mengenai kePGRIan.

BAB II

GURU DALAM INDONESIA MERDEKA

 
1. 1.        Guru Pada Era Penjajahan
Peranan Guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menetukan.
Guru merupakan salah satu faktor yang strategi dalam menentukan keberhasilan pengembangan
potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan
kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada
peserta didik dan masyarakat.

Arti guru menjadi lain ketika penjajahan barat menginjakkan kakinya di negri jajahanya.
Contohnya penjajahan belanda di nusantara. Berdirilah sekolah Belanda di negri ini. Namun,
sekolah itu bukan karena ada ulama’ terkenal yang dikunjungi oleh murid-murid dari seluruh
pelosok, tetapi sebab penjajah itu perlu pegawai untuk menjalankan penjajahan mereka. Dengan
kata lain, sekolah bertujuan menghasilkan orang yang dapat menjadi pegawai atau pekerja bila
tak mau disebut alat penjajah. Bahkan, beberapa anak pintar di sekolah dilarang meneruskan ke
jenjang selanjutnya sebab dikhawatirkan akan menuntut kemerdekaan.

Pada tahap awal kebangkitan nasional dan masa pendidikan Jepang, para guru terlibat dalam
organesasi Pemuda Pembela Tanah Air dan Pembina jiwa serta semangat para pemuda pelajar,
saat Proklamsi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, para guru berperan aktif
dalam barisan/perjuangan bersenjata mempertahankan kemerdekaan. Tepat 100 hari setelah
Proklamasi, pada tanggal 25 November 1945 di Surakarta para guru berjuang untuk mendirikan
organisasi dengan nama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organesasi
perjuangan. Kepeloporan para guru yang ditunjukkan semasa revolusi hingga sekarang adalah
semangat dan tradisi perjuangan yang perlu terus menerus kita selaraskan seiring dengan
cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, tidak berlebihan kiranya harapan masa depan bangsa Indonesia di pertaruhkan
kepada mereka yang berprofesi sebagai guru. Adanya guru yang profesional dan berdedikasi
terhadap tugasnya merupakan prasyarat bagi keberhasilan pembangunan pendidikan kita.

Organisasi Guru Pada Masa Penjajahan Belanda

Penjajah Belanda mendirikan sekolah-sekolah tidak dimaksudkan untuk mencerdaskan rakyat


Indonesia, tetapi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pegawai Pemerintahan Hindia Belanda
atau untuk kepentingan dan keuntungan Belanda semata.

Misal sekolah-sekolah yang ada antara lain:

1. Sekolah khusus anak-anak Belanda atau Europense School (E.L.S),


Dimana murid-muridnya adalah dari kalangan anak bupati, anak patih, anak Wedana.

1. SR/SD berbahasa Belanda atau Holland Inland School (H.I.S)


Dimana murid-muridnya adalah anak camat, anak Mantri, dan anak pegawai sederajat.
1. Sekolah kelas II atau Inland School (IS)
Murid-muridnya adalah anak-anak pegawai bawahan yang tidak diterima di HIS & ELS.

Namun, pemerintah Belanda memasukkan politik Devide et Impera dalam bidang pendidikan.

Sekolah guru antara lain adalah:

1. Guru Sekolah Desa


Diambil dari tamatan sekolah kelas II, kursus 2 tahun untuk menjadi Guru Sekolah Desa.

1. Kursus Guru Bantu, yaitu tamatan sekolah kelas II, yang mengikuti kursus 2 tahun
sampai mengajar.
2. Normal School, menerima tamatan sekolah kelas II, didik slama 4 tahun.
3. Kwekschool atau Sekolah Raja, mendidik guru HIS selama 4 tahun.
4. Hogere Kwekschool, diambil dari tamatan Kwekschool yang mahir bahasa Belanda.
Kelahiran organisasi guru dipengaruhi oleh:

1. Timbulnya kesadaran korps


2. Lahirkan kebangkitan nasional yang menginginkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Mereka menyadari bahwa kemerdekaan dapat dicapai dengan persatuan bangsa
Indonesia.
3. Adanya politik Devide et Impera dari pemerintah Belanda.
Organisasi guru yang lahir pada zaman Hindia-Belanda adalah

1. Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)


2. Persatuan Guru Bantu (PGB)
3. Perserikatan Normal School (PNS)
4. Kweekschool Bond (KSB)
5. School Opziener Bond (SOB)
6. Persatuan Guru Desa (PGS)
7. Persatuan Guru Ambacht School (PGAS)
8. Hogere Kweekschool Bond (HKSB)
9. Nederlands Indisch Onderwyzergenootschap (NIOG)
Dalam buku Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) mengatakan zaman penjajahan
merupakan bagian sejarah profesi kependidikan. Pada zaman penjajahan, guru tampil dan ikut
mewarnai perjuangan bangsa Indonesia. Bahkan pada tahun 1912 mereka mendirikan organisasi
perjuangan guru-guru pribumi yakni Persatuan Guru Hindia Belanda yang beranggotakan
guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah. Kemudian pada 1932, HIS
mengambil langkah ekstrim dengan mengubah namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI). PGI tetap eksis sampai penjajahan belanda berakhir karena semangat nasionalisme yang
tinggi.
Dalam masa penjajahan Jepang, PGI tidak bisa bearktivitas secara terang-terangan, karena semua
organisasi dianggap membahayakan. Peran guru pada masa penjajahan amatlah penting karena
guru mempunyai nilai strategis untuk membangkitkan nasionalisme, meskipun banyak aral
melintang dalam proses penanaman nasionalisme tersebut.
1. 2.        Guru Pada Era Kemerdekaan
Masa inilah peran guru dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat lebih terbuka
dan maksimal. Pada 24-25 November 1945 diselenggarakan Kongres Guru Indonesia di
Surakarta. Pada tanggal 25 November 1945 lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan
bangsa (Hermawan S., 1989).
Lahirnya PGRI adalah tuntutan sejarah dan penggilan tugas sebagai pendidik dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kaum guru Indonesia sadar, bahwa perjuangan
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan akan berhasil jika dilakukan oleh rakyat yang
terdidik. Oleh karena itu, kelahiran PGRI setelah proklamasi kemerdekaan memiliki azas, tujuan
dan cita-cita yang sesuai dengan proklamasi kemerdekaan.

Kesesuaian azas, tujuan dan cita-cita PGRI dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan tersebut
terlihat pada pasal 2 anggaran dasar PGRI, hasil Kongres I yang menyebutkan bahwa PGRI
berazaskan kedaulatan rakyat yang penuh dalam segala lapangan dan bertujuan:

1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia


2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, serta hak dan nasib guru pada khususnya.
Dengan adanya Kongres Guru Indonesia, maka semua guru yang ada di Indonesia melebur dan
menyatu dalam suatu wadah, yakni PGRI sehingga tiada lagi perbedaan latar belakang. Bahkan
pada kelanjutannya, 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Melalui
Kepres No.78 Tahun 1994, kiprah PGRI makin bersinar. Namun kiprah PGRI terseret dalam
kepentingan penguasa karena kedekatannya  dengan partai politik tertentu.
Pada zaman reformasi, guru lebih berani berekspresi untuk menyampaikan aspirasi dan
keluhannya, seperti menuntut perbaikan kesejahteraan, dll. Tuntutan perbaikan kesejahteraan
guru akhirnya direspon pemerintah. Pemerintah menempatkan peningkatan kesejahteraan guru
dalam konteks kompetensi. Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi
akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.

Pembukaan Anggaran Dasar dan Tujuan PGRI Sekarang

Aliena pertama Pembukaan Anggaran dasar Persatuan Guru Republik Indonesia menyatakan:

Didorong oleh keinginan luhur dan dengan maksud yang suci murni untuk berperan secara aktif
menegakkan, mengamankan dan melestarikan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 serta usaha mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang terkandung
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan mewujudkan peningkatan harkat, martabat
dan kesejahteraan guru khususnya serta para pendidik pada umumnya, atas berkat dan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, maka pada tanggal 25 November 1945 dalam Konggres Guru Indonesia
di Surakarta, telah didirikan satu organisasi guru dengan nama Persatuan Guru Republik
Indonesia disingkat “PGRI”.
Bab II, pasal 2 AD PGRI menyatakan bahwa “PGRI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945”.

Kemudian Bab VI, pasal 1 AD PGRI menyatakan bahwa PGRI bertujuan:


1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Berperan serta aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk manusia Indonesia Seutuhnya.

3. berperan serta mengembangkan sistem dan pelaksanaan pendidikan nasional.

4. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru
dan tenaga kependidikan lainnya.

5. Menjaga memelihara, membela, serta meningktkan harkat dan martabat guru melalui
peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.

Jika dicermati, isi yang terkandung dalam pembukaan AD dasar dan tujuan PGRI terkandung
makna yang sangat dalam yaitu:

1. Bahwa didirikannya organisasi PGRI adalah didorong oleh:


1. Keinginan luhur untuk berperan serta secara aktif menegakkan, mengamankan
dan melestarikan Negara Kesatuan RI
2. Turut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Peningkatan harkat, martabat dan kesejahteraan guru dan pegawai.
4. Dasar PGRI adalah Pancasila dan UUD 1945
5. Salah satu tujuan PGRI adalah mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI
dan mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
Seluruh isi dan makna yang terkandung dalam pembukaan AD, Dasar dan Tujuan  PGRI sangat
sesuai, searah, dan sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia, yatu terwujudnya Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

1. 3.        Guru Pada Era Perkembangan Bangsa


Menjadi guru sejatinya adalah menjalankan peran yang sangat mulia. Mulia karena ditangan
seorang gurulah akan lahir generasi-generasi penerus bangsa. Di tangannya pula lah akan muncul
tokoh-tokoh atau kaum intelektual yang akan menjadi agent of change. Maka sudah sepatutnya
seorang guru bersyukur dengan karunia yang luar biasa ini. Pemerintah pun telah meningkatkan
kesejahteraan para guru dengan menaikkan gaji mereka. Bagi yang berstatus PNS, ada gaji
pokok ditambah tunjangan daerah. Besarnya gaji tergantung golongan mereka. Besarnya
tunjangan juga tergantung dari besarnya anggaran yang disediakan oleh daerah masing-masing.
Bagi guru-guru yang sudah mendapatkan sertifikasi, total penghasilan mereka dalam satu bulan
bisa mencapai 4-5 juta. Tentu gaji yang bisa dibilang sudah mencukupi. Dengan gaji sekian,
rasanya tak perlu lagi khawatir memikirkan biaya hidup. Makanya tak heran hari ini orang-orang
berlomba-lomba untuk menjadi guru. Dimana-mana peminat profesi ini terus mengalami
peningkatan karena kebutuhan terhadap guru juga meningkat.
Adanya perhatian serius dari pemerintah hendaknya menjadi penyulut semangat bagi pahlawan
tanpa tanda jasa ini agar terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Tidak sekedar
menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan di tanah air.
Tidak sekedar masuk ke kelas dan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Tidak juga
sekedar melaksanakan tanggung jawab. Namun lebih dari itu yakninya menjadi guru yang
kreatif, berwawasan, professional, bermoral,  kompeten dan pendorong perubahan.

1. Kreatif disini artinya bahwa seorang guru harus punya terobosan-terobosan baru dalam
mengajar atau punya ide-ide cemerlang sehingga murid-muridnya bersemangat dan tidak
bosan. Guru yang kreatif adalah guru yang pintar dalam mencari peluang atau solusi dari
setiap kendala yang dihadapinya ketika mengajar. Contoh sederhana adalah seorang guru
membuat alat peraga melalui tangannya sendiri dengan memanfaatkan barang-barang
bekas, karena alat-alat peraga tidak mesti harus selalu dibeli. Guru yang kreatif sangat
pintar dalam menghangatkan suasana di kelas sehingga murid-murid menyenanginya.
2.  Guru yang berwawasan. Artinya seorang guru dituntut agar memiliki wawasan yang
cukup karena dia seorang pendidik dan pengajar. Jika seorang guru tidak memiliki
wawasan yang mumpuni maka bukan guru yang sejati namanya. Jangan sampai wawasan
seorang guru lebih sedikit dibandingkan murid-muridnya. Apa kata dunia jika ada guru
yang seperti ini. Oleh karena itu seorang guru harus rajin membaca untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
3. Guru yang professional. Profesional artinya seorang guru harus punya kode etik
keprofesian. Ia harus meletakkan sesuatu pada tempatnya. Ketika sedang di sekolah maka
dia harus menempatkan dirinya sebagai seorang guru. Permasalahan dalam rumah
tangganya tidak boleh dibawa ke sekolah. Selain itu guru yang professional adalah guru
yang siap menerima kritikan dan saran yang dari orang lain meski pahit sekalipun. Guru
yang professional adalah guru yang punya etos kerja tinggi, disiplin,dan bertanggung
jawab
4. Guru yang bermoral. Artinya adalah bahwa seorang guru harus punya akhlak yang baik
ketika mengajar sehingga diharapkan dia bisa pula menanamkan nilai-nilai dan norma
dalam kehidupan kepada murid-muridnya. Inilah yang paling penting sebab kecerdasan
saja tidak cukup. Apa jadinya jika seorang murid pintar tapi akhlaknya buruk.   Lebih
menyedihkan lagi jika seorang guru mencontohkan prilaku yang tidak baik kepada
murid-muridnya. Maka seorang guru haruslah punya sikap yang mencerminkan jati diri
seorang pendidik
5. Guru yang kompeten. Artinya seorang guru harus punya daya saing. Ia harus punya
kelebihan dari guru-guru yang lainnya. Ia juga harus melek dengan perkembangan
IPTEK sehingga tidak dianggap kolot atau ketinggalan jaman. Guru yang kompeten harus
mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada murid-muridnya, mengembangkan
potensi mereka dan terus mendorong mereka untuk maju
6. Guru yang mendorong perubahan. Artinya seorang guru harus punya semangat yang
tinggi untuk terus memperbaiki dirinya dari waktu ke waktu.
KESIMPULAN
Guru memegang peranan penting dan menjadi kunci bagi keberhasilan pendidikan suatu bangsa.
Sejak zaman penjajahan Belankda guru telah turut berjuang baik secara fisik angkat senjata
maupun angkat senjata maupun melalui bidang pendidikan.

Pada 24-25 November 1945 diselenggarakan Kongres Guru Indonesia di Surakarta. Pada tanggal
25 November 1945 lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai perwujudan
aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
Peranan guru setelah kemerdekaan sudah tidak diisi lagi dengan perjuangan fisik mengangkat
senjata, tetapi diisi melalui bidang pendidikan. Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap
sebagai profesi akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.

Guru tidak sekedar menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik bagi dunia
pendidikan di tanah air. Tidak sekedar masuk ke kelas dan memberikan pelajaran kepada murid-
muridnya. Tidak juga sekedar melaksanakan tanggung jawab. Namun lebih dari itu yakninya
menjadi guru yang kreatif, berwawasan, professional, bermoral,  kompeten dan pendorong
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai