Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan di samping lagu kebangsaan
Jepang yaitu Kimigayo.
Pengibaran sangsaka Merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia raya ini hanya
pada awal pendudukan Jepang saja selama dua minggu berkuasa,mengikutkan rakyat
dalam berbagai organisasi resmi pembentukan Jepang,menarik simpati umat Islam
dengan mengizinkan organisasi Majlis Islam tetap berdiri,rakyat diharuskan
menyerahkan besi tua,semua harta peninggalan Belanda,hasil perkebunan,ataupun
paprik disita
Dimana sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini.Pelajaran
utamanya yang paling intensif sekali diajarkan kepada anak-anak sekolah adalah setiap pagi
sebelum memasuki kelas selalu diadakan upacara bendera megibarkan bendera Jepang dan
penghormatan kearah matahari terbit.Setelah upacara selesai disambung dengan gerak badan
yang disebut dengan Taiso. Disamping Taiso juga diharuskan bagi semua siswa melaksanakan
lari berbaris sepanjang kampung yang pada waktu itu disebut Jajiasi.kemudian pelajaran berupa
adu kekuatan juga diberikan seperti Sumo,yakini jenis permainan dorong menorong dengan
tangan yang dibatasi oleh suatu lingkaran.
Wibawa guru-guru pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia memang sangat
dijaga,karena setiap siswa yang bertemu dengan guru harus hormat,pemerintahan Jepang
memberikan ancaman kepada siswa yang tidak hormat dan berkebijakan untuk membuat siswa
tunduk.
Dalam acara penaikan bendera Jepang semua siswa menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang yaitu Kimigayo.Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban
mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang.
Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib
mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.Kebijakan lain yang diterapkan Jepang yaitu para
siswa termasuk guru-gurunya harus upacara dan menunduk kearah matahari terbit dengan cara
rukuk atau (membungkuk)yang disebut upacara Seikeire. Apabila bendera sedang dinaikkan
tidak seorangpun boleh berjalan melaikan harus berhenti menghadap kebendera dan memberi
hormat.Disamping diharuskan hormat kepada guru(sensei),maka setiap orangtua haru dihormati
pula termasuk kepala kampung yang pada waktu itu dinamakan Sonco.
Usaha Jepang dalam menjepangkan rakyat Indonesia termasuk juga para siswa dilihat
dengan adanya pelajaran bahasa Jepang meskipun dalam bentuk stensilan yang khusus disusun
untuk mempelajari bahasa Jepang.Buku stensilan tersebut bernama Langkah pertama dan
langkah kedua.Disamping mempelajari bahasa Jepang diajarkan pula huruf abjad Jepang.Sejak
kelas satu mulai di perkenalkan huruf Jepang dari abjad Katagana,selanjutnya untuk kelas-kelas
tinggi diajarkan abjad Hiragana dan kemudian abjad Kanji.
Sekolah-sekolah baru tidak ada didirikan olh pemerintahan Jepang tapi hanya
meneruskan sekolah-sekolah swasta saja.Selain itu bagi para siswa yang ingin melanjutka
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,maka diberi kesempatan yang bernama Sihan Gakko.
Hal ini dapat dipahami,pendidikan yang diberikan Jepang pada rakyat pribumi semata-
semata hanya untuk kepentingan Jepang,tanpa memikirkan kemajuan pendidikan rakyat
pribumi,karena melalui pendidikan,pemerintahan Jepang mulai memasukkan rasa simpati kepada
rakyat,terutama dalam mengenyam pendidikan,yang di zaman belanda untuk masuk Sekolah
rakyat saja sangat susah,hanya orang tertentu saja yang diperbolehkan untuk sekolah.
Sedangkan Jepang sebaliknya,namun tujuan sebenarnya untuk menjepangkan rakyat
Indonesia dan rasa kecintaan kepada Jepang.[5]
Pada masa pendudukan Jepang,semua partai politik rakyat pribumi dibubarkan dan
dihapuskan,surat kabar dihentikan keberadaannya serta dilarang untuk menerbitkannya dan harus
digantikan dengan koran Jepang-Indonesia.Pemerintah Jepang melarang rakyat pribumi untuk
menghentikan semua bentuk perkumpulan,dan Jepang akan mengendalikan seluruh organisasi
nasional,dan dalam bidang politik pemerintahan,
Jepang juga membentuk 8 bagian pada pemerintah pusat dan bertanggung jawab
pengelolaan ekonomi pada syu (karesidenan). Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri
atas Syu (Karesidenan yang dipimpin oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh Sicho, Ken
(Kabupaten) sipimpin oleh Kencho, Gun (Kewedanan) dipimpin oleh Guncho, Son (Kecamatan)
dipimpin oleh Soncho, dan Ku (Desa/Kelurahan) dipimpin oleh Kuncho.
Pada masa pendudukan Jepang terjadilah perubahan di bidang politik pemerintahan yakni
adanya perubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Dengan diberlakukannya pemerintahan
militer sementara waktu dan jabatan Gubernur Jenderal dihapuskan diganti oleh tentara Jepang.
4.Kebijakan Jepang
Dengan adanya Peta ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat mempertahankan wilayahnya
sendiri, apabila sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya, maka disetiap
kabupaten dibentuk Peta. Nama Peta untuk tingkat kabupaten disebut Daidan, dan dikepalai oleh
seorang Daidanco. f) Jawa Hokokai(Gerakan kebaktian Jawa).Dibentuk pada tahun 1944
.Organisasi ini dibentuk karena semakin memanasnya perang Asia Pasifik dan memiliki
tiga dasar yaitu:mengorbankan diri,mempertebal persaudaran dan melaksanakan tugas untuk
Jepang.
Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. Berbagai barisan pemuda
yang berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.
Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu. a)
Seinendan (Barisan pemuda) sejarah mencatat pembentukannya ada yg bulan maret dan ada juga
yang mengatakan bulan April 1943,dengan anggota para pemuda yang berusia 14-25 tahun. b)
Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April 1943.
Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun. c) Fujingkai (Barisan wanita) dibentuk
pada bulan Agustus 1943.yang berusia 15 tahun keatas d) Gakotai (barisan pelajar) e) Heiho
(Pasukan pembantu) sebagai bagian dari AD dan AL Jepang,dibentuk bulan April 1943,yang
berusia 18-25 tahun f) Peta (Pembela tanah air) g) Jawa Hokokai (Kebaktian rakyat Jawa).
Awal masuknya Jepang ke Indonesia,sebagai contoh Jepang juga pernah masuk ke Aceh
yang merupakan pusat dari agama Islam.Awal pendudukan Jepang diIndonesia khususnya Aceh
ini, memberikan harapan kebahagiaan rakyat Aceh yang akan menghormati agama Islam.
Namun pada kenyataannya,setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia semua janji yang
diucapkan di ingkarinya dan mulai bersikap keras.Harapan rakyat terhadap Jepang yang semula
bersemi mulai sirna.
Tidak ada lagi harapan bahwa Jepang akan menjadi pembela rakyat dan pelindung agama
Islam.Karena Jepang sendiri beragama Sinto,yang memperbolehkan memakan babi,sementara
dalam ajaran Islam sangat dilarang.Selain itu,Jepang juga menginstruksikan seluruh rakyat harus
menunduk kearah matahari terbit yang disebutnya upacara Seikeire,sebagai tanda hormat kepada
kekaisaran Jepan,dimana itu juga bertentangan dengan ajaran Islam sendiri.
7.Kebikan bidang Sosial-Budaya Kebijakan disini dapat kita lihat melalui penyerahan
hasil panen berupa padi rakyat secara paksa,penyerahan ini tentulah menyengsarakan
rakyat.Disebabkan keinginan Jepang bukan sekedar permintaan tapi merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi masyarakat.Begitulah kekajaman Jepang.
Untuk memperoleh tenaga kasar dalam romusha ini dikumpulkan lah kaum-kaum pria di
desa-desa tanpa diketahui darimana mereka harus dipekerjakannya.
Banyak juga rakyat dipulau Jawa dikirim keluar Jawa yaitu ke Aceh,Maluku,Sulawesi
bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia,Myanmar,dan Muang Thai Semua pekerjaan ini
menelan korban jiwa yang tidak sedikit,korban yang gugur pun lebih banyak karena selain
diserang wabah busung lapar dan terjangkit penyakit malaria.