Anda di halaman 1dari 6

1.

Kebijakan Jepang di bidang Pemerintahan \

Memasuki Pemerintahan Indonesia secara pelan-pelan,pada awalnya rakyat masih di


bolehkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi disamping
menggunakan bahasa Jepang,Bendera Merah Putih boleh dikibarkan berdampingan
dengan bendera Jepang Hinomaru.

Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan di samping lagu kebangsaan
Jepang yaitu Kimigayo.

Pengibaran sangsaka Merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia raya ini hanya
pada awal pendudukan Jepang saja selama dua minggu berkuasa,mengikutkan rakyat
dalam berbagai organisasi resmi pembentukan Jepang,menarik simpati umat Islam
dengan mengizinkan organisasi Majlis Islam tetap berdiri,rakyat diharuskan
menyerahkan besi tua,semua harta peninggalan Belanda,hasil perkebunan,ataupun
paprik disita

2.Kebijakan di Bidang Pendidikan

Pada awalnya menjelang kedatangan invansi militer Jepang masuk ke Indonesia,ada


sebuah Sekolah Rakyat 3 tahun dan 6 tahun, yang diasuh oleh badan swasta yaitu suatu badan
yang dibantu oleh gereja Dayak Evangelis khususnya di daerah Kalimantan.Sekolah yang diasuh
oleh pihak swasta ini merupakan sekolah pada masa Belanda.Ketika Jepang masuk mereka
menemukan sekolah swasta ini dan tetap berjalan dan guru-gurunya digaji secara natural oleh
Jepang.Pemerintah Jepang mengambil alih semua sekolah tersebut.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah


menghilangkan diskriminasi/perbedaan yang diterapkan Belanda. Pada pemerintahan Jepang,
siapa saja boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk
mengenyam pendidikan formal. Jepang pun juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti
di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.

Dimana sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini.Pelajaran
utamanya yang paling intensif sekali diajarkan kepada anak-anak sekolah adalah setiap pagi
sebelum memasuki kelas selalu diadakan upacara bendera megibarkan bendera Jepang dan
penghormatan kearah matahari terbit.Setelah upacara selesai disambung dengan gerak badan
yang disebut dengan Taiso. Disamping Taiso juga diharuskan bagi semua siswa melaksanakan
lari berbaris sepanjang kampung yang pada waktu itu disebut Jajiasi.kemudian pelajaran berupa
adu kekuatan juga diberikan seperti Sumo,yakini jenis permainan dorong menorong dengan
tangan yang dibatasi oleh suatu lingkaran.
Wibawa guru-guru pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia memang sangat
dijaga,karena setiap siswa yang bertemu dengan guru harus hormat,pemerintahan Jepang
memberikan ancaman kepada siswa yang tidak hormat dan berkebijakan untuk membuat siswa
tunduk.

Dalam acara penaikan bendera Jepang semua siswa menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang yaitu Kimigayo.Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban
mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang.

Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib
mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.Kebijakan lain yang diterapkan Jepang yaitu para
siswa termasuk guru-gurunya harus upacara dan menunduk kearah matahari terbit dengan cara
rukuk atau (membungkuk)yang disebut upacara Seikeire. Apabila bendera sedang dinaikkan
tidak seorangpun boleh berjalan melaikan harus berhenti menghadap kebendera dan memberi
hormat.Disamping diharuskan hormat kepada guru(sensei),maka setiap orangtua haru dihormati
pula termasuk kepala kampung yang pada waktu itu dinamakan Sonco.

Usaha Jepang dalam menjepangkan rakyat Indonesia termasuk juga para siswa dilihat
dengan adanya pelajaran bahasa Jepang meskipun dalam bentuk stensilan yang khusus disusun
untuk mempelajari bahasa Jepang.Buku stensilan tersebut bernama Langkah pertama dan
langkah kedua.Disamping mempelajari bahasa Jepang diajarkan pula huruf abjad Jepang.Sejak
kelas satu mulai di perkenalkan huruf Jepang dari abjad Katagana,selanjutnya untuk kelas-kelas
tinggi diajarkan abjad Hiragana dan kemudian abjad Kanji.

Dengan demikian,secara sistematis sekali pendudukan militer Jepang itu ingin


menjepangkan anak-anak Indonesia mulai dengan bahasa hurufnya Sekolah Rakyat.Untuk
keperluan menulis para siswa memakai batu tulis berwarna hitam.Untuk menanamkan semangat
patriotisme dihati rakyar dalam hal menyanjung Perang Asia Timur Raya,pemerintah Jepang
menciptakan lagu khusus tentang keberanian seorang Heiho yang diberinya judul Amat
Heiho,ceritanya menyerang sekutu sampai harus rela tewas demi kejayaan negara Jepang.
Sekolah Rakyat 3 tahun pada waktu itu diberi nama Futu Gakko sedangkan Sekolah rakyat 6
tahun diberi nama Ku Gakko.

Sekolah-sekolah baru tidak ada didirikan olh pemerintahan Jepang tapi hanya
meneruskan sekolah-sekolah swasta saja.Selain itu bagi para siswa yang ingin melanjutka
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,maka diberi kesempatan yang bernama Sihan Gakko.

Hal ini dapat dipahami,pendidikan yang diberikan Jepang pada rakyat pribumi semata-
semata hanya untuk kepentingan Jepang,tanpa memikirkan kemajuan pendidikan rakyat
pribumi,karena melalui pendidikan,pemerintahan Jepang mulai memasukkan rasa simpati kepada
rakyat,terutama dalam mengenyam pendidikan,yang di zaman belanda untuk masuk Sekolah
rakyat saja sangat susah,hanya orang tertentu saja yang diperbolehkan untuk sekolah.
Sedangkan Jepang sebaliknya,namun tujuan sebenarnya untuk menjepangkan rakyat
Indonesia dan rasa kecintaan kepada Jepang.[5]

3.Kebijakan dibidang Politik

Pada masa pendudukan Jepang,semua partai politik rakyat pribumi dibubarkan dan
dihapuskan,surat kabar dihentikan keberadaannya serta dilarang untuk menerbitkannya dan harus
digantikan dengan koran Jepang-Indonesia.Pemerintah Jepang melarang rakyat pribumi untuk
menghentikan semua bentuk perkumpulan,dan Jepang akan mengendalikan seluruh organisasi
nasional,dan dalam bidang politik pemerintahan,

Jepang juga membentuk 8 bagian pada pemerintah pusat dan bertanggung jawab
pengelolaan ekonomi pada syu (karesidenan). Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri
atas Syu (Karesidenan yang dipimpin oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh Sicho, Ken
(Kabupaten) sipimpin oleh Kencho, Gun (Kewedanan) dipimpin oleh Guncho, Son (Kecamatan)
dipimpin oleh Soncho, dan Ku (Desa/Kelurahan) dipimpin oleh Kuncho.

Pada masa pendudukan Jepang terjadilah perubahan di bidang politik pemerintahan yakni
adanya perubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Dengan diberlakukannya pemerintahan
militer sementara waktu dan jabatan Gubernur Jenderal dihapuskan diganti oleh tentara Jepang.

4.Kebijakan Jepang

membentuk berbagai Organisasi sekaligus kebijakan dibidang Militer Masa pendudukan


Jepang partai politik dibubarkan dan dibentuk perkumpulan atau organisasi yaitu: a) Gerakan
3A,dengan isinya:Nippon cahaya Asia,Nippon pelindung Asia,Nippon pemimpin Asia.Yang
dipimpin oleh Syamsuddin.

Tujuannya didirikan untuk menanamkan kepercayaan kepada rakyat bahwa Jepang


adalah pembela Indonesia. b) MIAI (Majlis Islam A'la Indonsia).Organisasi ini masih tetap
berjalan karena masih diperbolehkan Jepang karena tidak termasuk kedalam partai
politik.Pemimpinnya KH.Masmansyur, c) PUTRA (Pusat tenaga rakyat) dibentuk pada 1 Maret
1943,yang dipimpin oleh empat serangkai yaitu:Ir.Soekarno,Moh.Hatta,KH.Dewantara dan
KH.Masmansyur.
Tujuannya dibentuk untuk memberikan pembelaan kepada Jepang. Tetapi bagi tokoh-
tokoh Indonesia justru untuk membina kader-kader bangsa dan menggembleng mental rakyat
agar mampu berjuang menuju kemerdekaan. d) Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sang In) Chuo
Sang In dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Perdana Menteri Jenderal Hideki
Tojo. Ketuanya adalah Ir. Soekarno sedangkan wakilnya adalah R.M.A.A Koesoemo Oetojo dan
dr. Boentaran Martoatmojo.
Tugas badan ini adalah memberi masukan dan pertimbangan kepada pemerintah Jepang
dalam mengambil keputusan. e) Peta Kemudian, untuk mempertahankan tanah air Indonesia,
pada tanggal 3 Oktober 1943 Jepang membentuk barisan sukarela yang disebut Pembela Tanah
Air yang disingkat PETA.
Peta ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang dilatih sebagai prajurit di bawah
pengawasan opsir-opsir Jepang.Namun kemudian Peta inilah yang kemudian menjadi inti dari
Tentara Nasional Indonesia pada zaman Revolusi Kemerdekaan.

Dengan adanya Peta ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat mempertahankan wilayahnya
sendiri, apabila sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya, maka disetiap
kabupaten dibentuk Peta. Nama Peta untuk tingkat kabupaten disebut Daidan, dan dikepalai oleh
seorang Daidanco. f) Jawa Hokokai(Gerakan kebaktian Jawa).Dibentuk pada tahun 1944

.Organisasi ini dibentuk karena semakin memanasnya perang Asia Pasifik dan memiliki
tiga dasar yaitu:mengorbankan diri,mempertebal persaudaran dan melaksanakan tugas untuk
Jepang.

5.Kebijakan Jepang dibidang Militer

Pengerahan pemuda Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam


rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah
militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri
semi militer maupun militer.

Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. Berbagai barisan pemuda
yang berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.

Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu. a)
Seinendan (Barisan pemuda) sejarah mencatat pembentukannya ada yg bulan maret dan ada juga
yang mengatakan bulan April 1943,dengan anggota para pemuda yang berusia 14-25 tahun. b)
Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April 1943.
Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun. c) Fujingkai (Barisan wanita) dibentuk
pada bulan Agustus 1943.yang berusia 15 tahun keatas d) Gakotai (barisan pelajar) e) Heiho
(Pasukan pembantu) sebagai bagian dari AD dan AL Jepang,dibentuk bulan April 1943,yang
berusia 18-25 tahun f) Peta (Pembela tanah air) g) Jawa Hokokai (Kebaktian rakyat Jawa).

Harus berbakti kepada Jepang.Jepang menancapkan kebijakannya dan bermaksud


memanfaatkan rakyat Indonesia untuk kepentingannya, h) Barisan Pelopor Pada tahun
1944,Jepang semakin terdesaknya dalam perang Pasifik.Satu demi satu daerah pendudukannya
jatuh ke tangan pihak sekutu.

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944


dibentuklah Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai.Barisan pelopor ini merupakan
organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum
nasionalis Indonesia.
Pimpinan organisasi dipegang oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto
Iskandardinata dan Buntaran Martoatmojo.(6). 6.Kebijakan Jepang dibidang Agama. Kebijakan
Jepang terlihat ketika memasuki Indonesia dengan janji-janji yang membuat rakyat Indoneisa
begitu yakin atas tindakan-tindakannya,yang sama sekali membuat rakyat tidak pernah mengira
Indonesia akan menjadi jajahannya,seperti yang saya kemukakan diatas.Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yg dominan beragama Islam,dan bisa kita lihat dari Sabang sampai
Merauke.

Awal masuknya Jepang ke Indonesia,sebagai contoh Jepang juga pernah masuk ke Aceh
yang merupakan pusat dari agama Islam.Awal pendudukan Jepang diIndonesia khususnya Aceh
ini, memberikan harapan kebahagiaan rakyat Aceh yang akan menghormati agama Islam.
Namun pada kenyataannya,setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia semua janji yang
diucapkan di ingkarinya dan mulai bersikap keras.Harapan rakyat terhadap Jepang yang semula
bersemi mulai sirna.

Tidak ada lagi harapan bahwa Jepang akan menjadi pembela rakyat dan pelindung agama
Islam.Karena Jepang sendiri beragama Sinto,yang memperbolehkan memakan babi,sementara
dalam ajaran Islam sangat dilarang.Selain itu,Jepang juga menginstruksikan seluruh rakyat harus
menunduk kearah matahari terbit yang disebutnya upacara Seikeire,sebagai tanda hormat kepada
kekaisaran Jepan,dimana itu juga bertentangan dengan ajaran Islam sendiri.

7.Kebikan bidang Sosial-Budaya Kebijakan disini dapat kita lihat melalui penyerahan
hasil panen berupa padi rakyat secara paksa,penyerahan ini tentulah menyengsarakan
rakyat.Disebabkan keinginan Jepang bukan sekedar permintaan tapi merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi masyarakat.Begitulah kekajaman Jepang.

Akibatnya banyak yang menderita kelaparan,rakyat menderita kemiskinan,menurunnya


kesehatan masyarakat,keadaan sosial semakin memburuk,dalam hal pakaian,rakyat terpaksa
memakai baju dari goni,sehingga banyak berjangkit penyakit kulit,serta angka kematian semakin
meningkat.

8..Kebijakan dibidang Ekonomi.

* Jepang menggunakan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan perang dan


industrinya,dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam Indonesia.Hal ini berupa ekploitasi
bidang hasil pertanian,perkebunan,hutan,bahan tambang dll.Hasil kurasan nya ini hanya untuk
keuntungan dan kepentingan Jepang sendiri tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Dampaknya dari ekpokitasi besar-besaran ini merugikan bangsa Indonesia dan


kesengsaraan berupa kekurangan sandang,pangan.Rakyat harus terus menjalani hidupnya dalam
serba kekurangan,dan parah lagi bahan makanan dibawa Jepang untuk para
prajuritnya,sementara rakyat Indonesia mati kelaparan.
* Pemerintah Jepang pun mengawasi kegiatan perekonomian pada sisa-sisa barang
perdagangan,sekaligus memonopoli.
* Mengawasi perkebunan,dan setiap hasilnya harus diserahkan kepada Jepang.Jadi
konsekuensinya SDA dan masyarakatnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
perang.Sehingga rakyat Indonesia mengalami kelemahan fisik,dan kekurangan material.
* Selain memeras hasil bumi Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat,yang
dilatarbelakangi oleh terdesaknya Jepang dalam perang dunia ke II melawan tentara sekutu,dan
Jepang sudah pasti memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk itu.Maka dipergunakanlah
tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa(tanpa dibayar)yang kita kenal dengan sebutan
Romusha.
Romusha merupakan kerja paksa yang dikerahkan Jepang dengan tujuan untuk
membangun sarana dan prasarana kepentingan Jepang,
serta objek-objek vitalnya,seperti: * Membangun jalan,lapangan terbang,goa-goa untuk
tempat persembunyian,benteng-benteng,kubu pertahanan dan rel kereta api.
Selain itu rakyat Indonesia juga diperintahkan untuk membangun jalan raya,sejauh 70
Km bahkan lebih dari 150 Km.

Untuk memperoleh tenaga kasar dalam romusha ini dikumpulkan lah kaum-kaum pria di
desa-desa tanpa diketahui darimana mereka harus dipekerjakannya.
Banyak juga rakyat dipulau Jawa dikirim keluar Jawa yaitu ke Aceh,Maluku,Sulawesi
bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia,Myanmar,dan Muang Thai Semua pekerjaan ini
menelan korban jiwa yang tidak sedikit,korban yang gugur pun lebih banyak karena selain
diserang wabah busung lapar dan terjangkit penyakit malaria.

Anda mungkin juga menyukai